Sinar mentari pagi menerobos celah jendela kamar, menyinari wajah seorang remaja yang masih terlelap. Suara alarm berdering keras, namun hanya disambut dengan gerakan malas tangan yang berusaha meraih tombol “snooze”.
“Lima menit lagi….” gumamnya setengah sadar, menggulung dirinya lebih dalam ke selimut.
Di sudut ruangan yang sederhana, Ray—remaja 15 tahun dengan impian besar namun realitas yang tak mendukung—mencoba melawan kenyataan pagi yang datang terlalu cepat. Ray adalah anak yang dikenal suka melamun. Dunia nyata bukanlah tempat yang cocok baginya, ia lebih nyaman tenggelam dalam dunia fantasi yang ia ciptakan sendiri.
“Kalau saja aku punya kekuatan super… hidup pasti lebih seru,” pikirnya, tersenyum kecil sebelum akhirnya menatap langit-langit kamar yang pucat.
Setelah mengulur waktu selama mungkin, Ray akhirnya bangkit dari ranjang. Dengan gerakan malas, ia mengenakan seragam SMA yang tampak sedikit kusut, mengambil tas yang tergantung di belakang pintu, lalu bergegas keluar rumah tanpa sarapan.
---
Di Sekolah...
Suasana sekolah tampak seperti biasanya. Gerombolan siswa berlarian menuju kelas, guru yang sibuk berbincang di lorong, dan papan pengumuman yang penuh dengan jadwal kegiatan. Bagi Ray, semuanya terasa monoton.
Saat dia berjalan menuju kelas, suara langkah cepat terdengar di belakangnya. Sebelum ia sempat menoleh, sebuah tangan menepuk pundaknya.
“Ray!”
Ray menoleh dan menemukan Ketua OSIS, seorang senior dengan tatapan tajam dan karisma yang terpancar dari setiap gerakannya.
“Ada apa, Kak?” tanya Ray, bingung dengan tatapan serius senior itu.
“Ikut aku sebentar ke ruang OSIS.”
Ray mengernyitkan dahi. “Ruang OSIS? Aku nggak ada urusan, Kak.”
Namun Ketua OSIS hanya tersenyum tipis. “Kau direkrut jadi anggota OSIS.”
“Hah? Kenapa aku?”
“Kau terlihat cocok. Intuisi yang tajam, aku yakin kau bisa.”
Ray tidak tahu apakah itu pujian atau sekadar alasan kosong, tapi akhirnya dia pasrah dan mengikuti senior itu menuju ruang OSIS yang terletak di lantai dua.
Di dalam ruangan, beberapa anggota OSIS sudah berkumpul. Tasya, gadis berambut panjang yang dikenal ramah, dan Rena, yang selalu terlihat kalem, duduk di meja panjang. Sementara itu, Aldo, salah satu anggota senior, berdiri dengan tangan bersilang di dekat jendela.
“Perkenalkan, ini Ray. Mulai hari ini dia bagian dari OSIS,” ucap Ketua OSIS dengan nada ringan, seolah keputusan ini adalah hal kecil.
Ray berdiri canggung di depan mereka, merasa seperti anak baru yang dilemparkan ke tengah kelompok elit.
“Ray? Namamu Ray, kan?” Tasya bertanya dengan senyum lembut.
“Iya…,” jawab Ray ragu.
“Aku Tasya. Ini Rena, dan itu Aldo.”
Rena mengangguk sopan. “Senang bertemu denganmu, Ray.”
Namun, Aldo hanya menatap Ray dengan sinis. “Jadi… apa keahlianmu?” tanyanya dingin.
Ray tertawa kecil, mencoba meredakan suasana. “Ehm… aku bisa memasak?”
Suasana mendadak hening sejenak sebelum Tasya dan Rena saling bertatapan dan tertawa kecil.
“Serius? Itu justru bagus. Kami butuh guru masak.”
“Guru masak? Bukannya aku direkrut buat jadi keamanan atau informan?” Ray memprotes.
“Besok, jam lima pagi. Jangan telat,” ucap Tasya, mengabaikan protes Ray.
“Kenapa rasanya aku malah masuk jebakan…” gumam Ray dalam hati saat ia melangkah keluar dari ruang OSIS.
---
Sore itu…
Langit senja mulai memerah saat Ray melangkah pulang. Langkahnya lambat, pikirannya terus memutar kejadian hari ini.
“Aku masuk OSIS cuma buat jadi guru masak… apa ini hidupku sekarang?”
Di peron stasiun tempat biasa ia menunggu kereta, Ray berdiri memandang rel kosong di bawahnya. Tangan dimasukkan ke saku seragam, dan matanya melamun menatap cakrawala.
“Seandainya aku bisa punya kekuatan super… mungkin aku bisa menaklukkan dunia. Mungkin aku bisa jadi yang terkuat.”
Tawa kecil lolos dari bibirnya. Baginya, khayalan ini adalah hiburan semata.
Namun, di tengah lamunannya, suara langkah pelan mendekat dari belakang. Ray merasa kehadiran seseorang, dan saat ia menoleh, matanya bertemu dengan Alice, teman sekelas yang selama ini diam-diam ia kagumi.
Alice berdiri di belakangnya, wajahnya datar tanpa ekspresi.
“Alice…?” Ray tersenyum kecil, namun Alice hanya menatapnya tanpa kata.
Sebelum Ray sempat berkata lebih banyak, Alice melangkah lebih dekat… dan tanpa peringatan, ia mendorong Ray dari belakang.
Tubuh Ray terjatuh ke rel. Saat ia menoleh ke belakang, Alice tetap berdiri di sana, menatapnya dengan dingin.
“Kenapa… Alice?” gumam Ray dalam hati, tapi tak ada jawaban.
Kereta datang melaju dengan kecepatan tinggi.
Cahaya menyilaukan.
---
Kegelapan menyelimuti…
Ray membuka matanya, namun yang ia lihat bukanlah dunia yang ia kenal. Panas membakar kulitnya, dan udara di sekitarnya terasa berat seperti diselimuti asap belerang.
Ia berdiri di tengah padang tandus yang diliputi kobaran api. Di depannya, sosok berjubah hitam menyeret rantai besar yang terikat di pergelangan tangannya.
“Kau sudah mati.”
Suara berat dan dingin menggema di udara.
“Mati? Apa aku benar-benar mati…?” Ray bertanya pada dirinya sendiri.
“Kenapa aku mati?”
Sosok berjubah itu menghentikan langkahnya dan menatap Ray dengan sorot tajam.
“Karena para dewa tidak membutuhkan manusia egois seperti dirimu.”
“Apa maksudmu? Aku bahkan tidak melakukan apa-apa!”
Namun sosok itu hanya tersenyum sinis. “Neraka adalah tempatmu sekarang.”
Ray meronta, mencoba melawan, namun rantai yang mengikatnya semakin kuat.
“Sialan! Aku nggak akan mati sia-sia seperti ini!” teriaknya, namun tak ada yang peduli.
---
Di neraka…
Ray berjalan tanpa arah. Segala yang ia lihat hanyalah api dan kegelapan.
“Aku harus keluar dari sini… entah bagaimana caranya.”
Ketika ia berjalan lebih jauh, ia tiba di sebuah area luas di mana sosok besar terikat rantai merah menyala. Mata sosok itu memancarkan cahaya merah—Raja Iblis.
“Ka-kau manusia?” Ray bertanya sambil gemetar.
“Aku Raja Iblis.”
“Kenapa kau terikat seperti ini?”
“Kau ingin keluar dari neraka ini?”
Ray mengangguk tanpa ragu.
“Aku bisa memberimu kekuatan. Kau hanya perlu menggantikanku.”
Tanpa banyak pikir, Ray menjawab. “Jika itu membuatku lebih kuat… aku terima.”
Energi hitam membanjiri tubuhnya.
“Dunia, bersiaplah… aku akan kembali.”
saat Ray mengayunkan sabit nya Miu berusaha menjelaskan niatnya sambil memohon, tapi Ray mengayunkan sabit itu dan Miu berfikir bahwa hidupnya sudah berakhir. tapi Ray menghentikan sabit itu saat posisinya sudah sangat dekat dengan leher Miu.
Ray berkata "aku memberimu satu kesempatan lagi, kalau kau memang tidak berniat membunuh ku, maka buktikanlah"
Miu pun merespon Ray "Terima kasih sudah membiarkan ku hidup"
setelah itu mereka tidur di kamar masing-masing.
saat Ray bangun dia terkejut karena Miu ada di tempat tidur nya lalu Ray membangunkan Miu dan meminta penjelasan dari Miu.
saat Miu baru bangun Miu terkejut dan dia menangis sambil berkata "Ray akhirnya kamu bangun aku kira kamu gak bakalan bangun lagi"
"memangnya apa yang terjadi?" tanya Ray
Miu menjawab "kamu sudah tiga hari gak bangun".
lalu Miu berlari ke dapur untuk menyiapkan sarapan tapi Ray masih kebingungan
setelah Miu menyiapkan sarapan ia langsung mandi, Ray sangat kebingungan dengan sikap Miu yang mendadak berubah. lalu Miu menyiapkan sarapan untuk Ray.
saat Ray melihat penampilan Miu Rey agak bingung
ia berkata "Miu, kamu kok keliatan cantik banget hari ini, emang ada apa sih sebenernya"
setelah itu muka Miu memerah
"Miu muka kamu merah tuh" ucap Ray sambil menahan tawa
"berisik... " respon Miu sambil nahan malu.
saat mereka makan Miu menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya
"dua hari lalu aku bangunin kamu, tapi kamu gak mau bangun, terus aku baru sadar kalo kamu gak bernafas dan jantung kamu juga gak berdetak, tapi aku masih bisa mendeteksi jiwa kamu, aku ambil baju yang gak ke pake buat aku jadiin lap, aku tiga hari ngerawat kamu" penjelasan dari Miu
lalu Ray bertanya "terus lap nya buat apa"
"buat bersihin badan kamu" jawab Miu sambil malu.
Ray berdiri dan bertanya kepada Miu "loh ngapain aja pas gw pingsan".
"bercocok tanam" jawab Miu sambil ngunyah makanan
dan muka Ray memerah.
Miu mengambil beberapa sayuran dan ia bilang "Ray kemarin aku memanen wortel tapi 20% nya rusak ini mau di apain".
Ray yang sangat marah akhirnya tenang, ia berkata "di kasih ke hewan aja, oh iya latihannya jadi gak nih? "
" ya jadi lah gimana sih" jawab Miu sambil ngunyah
setelah makan mereka ke luar rumah untuk latihan.
Miu bertanya pada Ray "Ray apa kamu udah tau cara ngeluarin demon scythe?"
"nggak, emang gimana cara ngeluarin nya".
"hah kalo yang kamu keluarin waktu malem itu apa? " ucap Miu.
"itu mungkin karena aku panik, hehe... ".
setelah itu, Miu mengajarkan cara mengeluarkan demon scythe kepada Ray.
setelah itu...
"Ray sepertinya kau sudah hampir menguasainya" ucap Miu.
"ya itu juga berkatmu. terimakasih ya, aku kira aku menghilangkan sabit ini, dan ternyata sabit ini menyatu dengan jiwaku" ucap Ray berterimakasih pada Miu.
"Ray ingat ini... jika suatu saat kau menjadi orang paling kuat di dunia ini, tetaplah merendah karena seseorang yang meninggi akan direndahkan derajatnya oleh takdir" ucap Miu
"oh baiklah tapi hal itu sepertinya lumayan susah untukku".
"begitu saja... latihan sesi pertama selesai"
"akhirnya istirahat" kata Ray sambil kegirangan,
"belum" respon Miu kepada Ray
"hahhh... kasih aku istirahat dulu lah" ucap Ray kepada Miu.
lalu Miu mengeluarkan pil dan kertas berisi coretan
"Miu... itu buat apa?" tanya Ray kepada Miu
"ini untuk latihan menguasai jiwa dan pikiran mu, oh iya... satu lagi, jangan sampai tergoda oleh apapun yang kamu lihat" jawab Miu kepada Ray sambil memberi perintah.
setelah itu Ray memakan pil itu, dan tidak lama kemudian Ray merasa pusing dan kehilangan kesadaran dirinya.
lalu Miu langsung menempelkan kertas berisi coretan yang merupakan segel anti dewa.
disisi lain Ray sedang berjalan ditengah kegelapan, ia hanya berjalan tanpa tujuan dan ia melihat alice sedang disiksa oleh para dewa ketika sedang berjalan.
"tolong... Ray tolong aku aku minta maaf atas kejadian yang waktu itu" teriak alice kepada Ray,
ia merasa kasihan namun ia teringat saat Miu mengatakan "jangan sampai tergoda oleh apapun yang kamu lihat".
kemudian Ray mengedipkan matanya dan tiba-tiba ia ada di stasiun (tempat dimana ia di dorong alice), lalu Ray menoleh ke belakang dan ia melihat alice sedang berjalan kearahnya, lalu Ray mengeluarkan demon scythe dan ia berniat untuk mengayunkan sabit itu, tapi dia masih mengingat bahwa kunci dari latihan menguasai diri adalah tidak tergoda oleh apapun.
lalu Ray berjalan meninggalkan alice dan ia mengedipkan matanya lagi, ia melihat Miu yang tersenyum padanya, lalu Miu berbalik dan meninggalkan Ray dalam kesendirian,
"Miu kemana kau akan pergi"
"Miu... kau mau kemana? kita teman kan, Miu tolong tetap disini, Miu... " teriakan Ray sambil putus asa,
"apa yang terjadi padaku, padahal baru beberapa hari aku mengenal dia, tapi... tapi... apa yang terjadi padaku" Ray meneteskan air mata
lalu ada seorang gadis kecil yang menghampiri nya sambil berkata
"kau tidak akan bisa berteman dengan nya kalau kau terus bersikap seperti itu padanya, kau bersikap seolah-olah dia musuhmu, dan kau harus merubah sikap mu" ucap gadis itu kepada Ray.
"siapa kau" tanya Ray sambil menangis
"siapa aku... aku adalah sabit yang mereka sebut sebagai demon scythe" jawab gadis itu kepada Ray.
"tunggu... ini... apakah semua ini ilusi... " Ray kebingungan dengan semua yang dia lihat
"sepertinya aku hampir berhasil dalam sesi latihan ini".
"baiklah... sekarang apa yang harus aku lakukan?" tanya Ray kepada gadis itu sambil menghentikan tangisan nya,
"saat ini ia pasti sedang bertarung melindungi mu" ucap sang gadis kepada Ray.
"saat ini yang harus kau lakukan adalah... ".
di sisi lain Miu yang sedang melindungi tubuh Ray dikejutkan oleh cahaya yang melintasi dan menghancurkan penghalang yang hanya bisa dilewati oleh Miu dan pengguna demon scythe.
lalu datanglah sosok bercahaya yang sepertinya mengincar Ray.
"akulah dewa mimpi, dewa yang menguasai semua dunia mimpi" ucap seorang dewa misterius kepada Miu.
"gak nanya kok... " ucap Miu
"beraninya kau mempermainkan seorang dewa sepertiku... "
lalu dewa itu menyerang Miu dan mencoba memasuki tubuh Ray, namun Miu berhasil menjauhkannya dari tubuh Ray.
setelah itu Miu membuat penghalang untuk Ray dan dirinya.
namun tidak disangka dewa itu mengeluarkan sebuah panah yang merupakan senjata suci.
"ini adalah senjata suci, dan kami para dewa sudah memutuskan untuk menggunakan senjata suci, jadi lebih baik kau menyerah dasar buangan",
"t.. tidak mungkin, senjata suci hanya bisa digunakan oleh pahlawan" ucapan Miu dari dalam hati sambil kebingungan.
lalu dewa itu menarik busurnya dan menghancurkan penghalang milik Miu dengan ledakan yang di sebabkan oleh anak panah itu, Miu pun terhempas jauh karena efek ledakan itu.
lalu dewa itu mengarahkan busurnya pada Miu, ia memilih untuk menghabisi Miu terlebih dahulu, lalu saat anak panah itu di lepaskan tiba-tiba Ray berada di depan Miu,
"maaf ya aku telat" ucap Ray
dan Ray menebas anak panah itu dengan sabitnya
"sayang sekali, kau tidak akan bisa setara denganku meski mengunakan senjata suci, karena aku adalah yang terhebat" ucap Ray kepada dewa dengan sombong.
dewa itupun mengamuk dan melesatkan anak panah nya secara beruntun, namun Ray menebas semuanya dan ia mengayunkan sabit nya kepada dewa itu dalam jarak yang lumayan jauh, dan dewa itu tertebas menjadi dua karena anging yang dihasilkan oleh sabit tersebut,
"kenapa dia bisa sekuat itu?, seharusnya demon scythe bisa di imbangi oleh senjata suci" kata kata terakhir yang dewa itu katakan.
setelah itu Miu menangis dan berterima kasih pada Ray, lalu Ray memeluk Miu dengan lembut,
"maaf, kau dalam bahaya karena melindungi ku, sekali lagi aku minta maaf" kata-kata Ray untuk menenangkan Miu.
dan setelah itu semua terjadi, Miu menyuruh Ray untuk mandi terlebih dahulu sementara itu Miu menyiapkan makan malam, setelah itu Miu mandi dan Ray menunggu Miu.
"Miu baju tidurmu sangat indah, dan kau sangat cantik saat mengenakan nya" ucap Ray kepada Miu sambil tersenyum
"berisik, makan tinggal makan" ucapan Miu kepada Ray dengan sikap dingin.
"udah lah gak usah sok dingin, muka kamu merah tuh" ucap Ray sambil meledek Miu
"hahh... ehemmm... Ray besok aku kasih kamu jam latihan lebih ya?" ucap Miu sambil pasang senyum palsu
"iya deh, aku terima keputusanmu. yang penting aku bisa terus ada di deket kamu" jawaban Ray kepada Miu sambil tersenyum, dan muka Miu pun semakin memerah.
>bersambung
semenjak kejadian 2 hari lalu saat mereka melawan dewa mimpi, Miu mulai suka bersembunyi di balik selimut karena trauma.
"emmhh... oh udah pagi ya, eh kok mataharinya udah diatas, hwaahh... Lagi-lagi Miu gak bangunin aku" ucap Ray saat baru bangun.
setiap hari Miu selalu bersembunyi di balik selimut dan dia tidak akan keluar sebelum Ray masuk ke kamarnya dan menyuruh nya makan, dan selain itu Ray juga yang menyiapkan sarapan dan Ray juga yang setiap hari mencuci pakaian, selain itu Miu tidak ingin jauh dari Ray, bahkan saat Ray latihan Miu hanya melihat dan tidak ingin Ray menghilang dari pandangan nya.
"sudah jam latihan ya... Miu aku akan berlatih diluar".
"Ray tunggu aku, jangan tinggalkan aku sendiri" ucap Miu berlarian dari kamar".
"mengurung diri lagi... hahhh... Miu semua ini bukanlah salahmu, dan sudah sewajarnya aku melindungimu, kita kan teman... " ucap Ray
"tapi Ray aku adalah gu... "
"ya kau adalah guruku, aku mengerti perasaanmu sebagai seorang guru, tapi jangan terlalu menyesali hal yang sudah berlalu. sudahlah ayo latihan"
"iya... "
"sepertinya dia merasa menyesal karena tidak bisa melindungiku, Miu kuharap kau baik baik saja" ucap Ray dalam hati
saat Ray latihan ia berfikir untuk keluar dari penghalang tanpa membawa Miu, agar saat Ray kembali Miu mengerti bahwa tidak ada yang perlu di khawatirkan.
setelah itu Ray menghampiri Miu,
"Miu aku mau keluar sebentar kamu diem dulu ya di sini, aku bakal balik lagi kok" ucap Ray kepada Miu dengan lembut sambil mengelus kepala Miu,
"hah... gak pokoknya gak boleh kamu harus tetep di sini, di luar sana banyak bahaya jadi kamu harus di si~" ucap Miu sambil panik,
lalu Ray menghentikan perkataan Miu dengan memeluk nya"sshhh... aku bakal balik lagi kok aku gak bakalan ninggalin kamu kok"
lalu Miu menangis sambil memeluk Ray dengan sangat erat
"kamu harus janji, kamu gak bakalan ninggalin aku apapun yang terjadi, kamu harus pulang sebelum gelap dan kamu harus lari kalo kamu dalam bahaya" ucapan Miu sambil meneteskan air mata.
"iya iya... aku janji kok aku gak bakalan balik lagi" respon Ray sambil mengelus kepala Miu.
setelah itu Ray berkeliling hutan dan akhirnya ia menemukan sebuah desa di tepi hutan.
lalu Ray memutuskan untuk berkeliling desa dan Ray menemukan Asosiasi petualang,
"wihh... ada Asosiasi petualang juga fantasi banget cuyy, keren udah kaya di kartun jepang",
lalu Ray memutuskan untuk masuk ke dalam.
"selamat datang di Asosiasi petualang, wah kamu orang baru ya? " ucap seseorang kepada Ray,
"emm... iya aku baru datang ke desa ini, oh iya apa aku bisa jadi petualang di sini" ucap Ray kepada seseorang,
"ohh jadi kamu mau daftar jadi petualang, silahkan ke meja pendaftaran" ucap seseorang kepada Ray
"oh makasih"
lalu Ray berjalan ke meja pendaftaran.
saat Ray sedang berjalan, ia dihadang seorang petualang,
"oyy... loh anak baru ya, sini biar gw kasih tau, nama orang itu pigi loh harus hati hati pas mau nyebut nama dia" ucap petualang pada Ray sambil menunjuk ke arah meja pendaftaran.
saat Ray ke meja pendaftaran,
"oh Selamat datang, mau mendaftar nak?" ucap paman yang mereka panggil pigi kepada Ray.
"oh iya saya mau daftar" jawab Ray kepada paman itu.
lalu paman itu mengeluarkan kertas pendaftaran dan memberikannya kepada Ray
nama :Ray
kelamin :laki-laki
umur :16 tahun
ras :manusia
gelar :tidak ada
status sihir :kegelapan
senjata yang digunakan :sabit besar
saat paman itu melihat data yang Ray isi paman itu berkata "nak muda kau yakin mau mendaftar? pikirkan baik baik, apa kau sudah siap untuk mati"
"ya aku serius" jawab Ray
"baiklah kau bisa memilih roll, ada witch, warrior, magic Swordsman, healer, Archer, summoner, protektor, dll" ucapan paman itu
"ehh... tidak disangka dia mengerti bahasa Inggris, kukira mereka hanya mengerti bahasa Indonesia" ucap Ray dalam hati
"apakah ada assassin? " tanya Ray.
"s... serius, apa kau tidak takut dijadikan buronan"
"hmm... repot juga kalau harus memilih job"
"kalau begitu aku rekomendasikan sebaiknya kau pilih job unknown" paman itu merekomendasikan.
"oh baiklah aku pilih yang itu".
lalu Ray di beri tanda pengenal oleh paman itu, "paman apa aku boleh ambil Quest sekarang? " tanya Ray kepada paman itu,
"oh silahkan, tapi aku sarankan kau untuk mengambil Quest slime, karena itu Quest berburu yang paling mudah dan mulai sekarang panggil aku Gredz" ucap paman itu.
lalu Ray mengambil Quest dan tanpa disengaja ia menemukan Quest berburu wyvern,
"oh ada wyvern juga di dunia ini, ambil ah siapa tau daging nya bisa di masak" ucap Ray kepada diri sendiri.
lalu Ray ke meja paman yang tadi, setelah itu Ray berkata "paman aku ambil Quest ini ya"
"b.. baiklah, tapi jangan ke sini, silahkan ke meja persetujuan Quest yang ada di sebelah" jawab Gredz sambil kebingungan.
"permisi, aku mau ambil Quest ini" ucap Ray kepada seseorang gadis,
"hahh... kamu serius mau ambil wyvern" jawab gadis itu,
lalu semua orang di sana tertawa sambil berkata "oy oyy yang benar saja orang baru sepertimu mengambil wyvern",
"udah lah buruan boleh gak, oh iya daging wyvern itu bisa dimakan kan" ucap Ray kepada gadis itu,
"hahh baiklah jika kau memaksa, daging wyvern itu harus di rebus dulu sebelum di masak" ucap sang gadis kepada Ray.
lalu Ray pergi dari Asosiasi itu dan langsung mencari sarang wyvern. setelah itu ia menemukan segerombolan wyvern yang sedang terbang kearah perbukitan. Ray pun langsung mengikuti wyvern wyvern itu, saat sampai di sarang mereka Ray memutuskan untuk menyisakan 1 wyvern, dan Ray langsung membantai nya.
lalu wyvern yang Ray sisakan kabur ke arah hutan, setelah itu Ray menggunakan sihir ruang waktu untuk membuat semacam item box untuk hasil buruannya.
saat Ray kembali semua orang menertawakan Ray
"hey lihat anak baru itu tidak membawa wyvern nya mungkin saja dia lari terbirit-birit saat melihat bayi wyvern hahaha... ".
saat Ray berdiri di meja pendaftaran Ray mengeluarkan dua wyvern dan berkata
"tolong jasa pemotongan"
setelah itu gadis tadi menghampiri Ray
"salam kenal namaku riri senang bertemu denganmu, maaf atas kejadian tadi, oh iya ini bayaran untuk kamu.
kemudian Ray pergi setelah menerima bayaran dan Ray berkeliling desa, saat Ray sedang berjalan ia melihat seorang kakek sedang di rundung beberapa orang di jalan sempit lalu Ray mengeluarkan sabit sambil menggunakan sihir untuk menyembunyikan wujud asli demon scythe.
setelah itu ia menebas kaki orang orang itu dan mengikat mereka, lalu ia membawa si kakek ke tempat aman.
setelah itu ia langsung pergi tanpa mengatakan apapun pada si kakek.
saat Ray sedang berjalan pulang ia melihat sebuah toko aksesoris, jadi Ray berniat membeli aksesoris untuk Miu.
saat Ray memilih aksesoris penjaga toko itu menawarkan sebuah kalung yang katanya didapat dari dungeon, lalu Ray langsung membeli dengan harga murah dan langsung pulang.
"enaknya, modal lima koin perak bisa dapet kalung berbahan kristal. lain kali aku belajar tentang keuangan di dunia ini ah... lumayan biar bisa nawar harga" ucap Ray pada dirinya sendiri.
beberapa saat kemudian Ray sampai di rumah, dan saat Ray membuka pintu Miu berlari dan langsung memeluk Ray.
"Ray akhirnya kau pulang aku sangat mengkhawatirkan mu" ucap Miu sambil terlihat senang,
"sudah lah aku baik-baik saja, kau tidak perlu khawatir, aku juga sudah berjanji padamu kan" ucap Ray kepada Miu,
"Miu coba pejamkan matamu" ucap Ray kepada Miu sambil mengeluarkan sesuatu.
"kenapa Ray? " ucap Miu
"sudahlah pejamkan saja"
saat Miu memejamkan matanya, Ray memasangkan kalung yang ia beli tadi.
"Miu silahkan buka matamu" lalu Miu menyentuh lehernya dan merasa ada sesuatu, lalu Miu melihat kalung yang diberikan oleh Ray,
"ini untukku? terimakasih aku suka ini, aku akan menjaganya dengan baik" ucap Miu sambil terharu.
"oh ya Miu kau mandi saja duluan, aku akan memasakkan sesuatu untuk makan malam
setelah itu Ray memasak makan malam dan Miu mandi duluan, setelah Ray selesai memasak makan malam, Ray mandi dan makan bersama dengan Miu.
saat di meja makan.
"Miu... besok kamu mau kan ikut aku?" tanya Ray pada Miu
"k... kemana" ucap Miu sambil bingung,
"udah lah ikut aja"
keesokan harinya Ray mengajak Miu ke desa yang kemarin ia temui, saat mereka hampir keluar hutan mereka di hadang oleh earth dragon yang sedang mengamuk hal itu membuat Miu ketakutan, dan tanpa basa-basi Ray mencincang naga itu dengan sihir (wind cutter),
"oh ini lemah banget gak kaya slime yang kemarin" ucap Ray dengan berbohong untuk menenangkan Miu, lalu Ray menggenggam tanganmu Miu dengan erat dan melangkah ke arah depan, tapi Miu menahan Ray setelah itu Ray menggendong Miu dan berlari kencang ke arah desa, Miu ketakutan sambil memejamkan matanya.
saat Miu membuka matanya Miu merasa sangat tenang dan Ray menurunkan Miu,
lalu ada Ksatria yang menghampiri nya,
"hey nak apa aku boleh meminta waktumu sebentar" ucap kesatria itu,
"maaf saya tidak punya waktu untuk anda" ucap Ray kepada kesatria dengan sikap dingin
"kalau begitu tolong izinkan aku memperkenalkan diri dulu" ucap kesatria sambil memaksa
"hahhh... baik lah cepat ya, Miu tunggu sebentar ya" ucap Ray
"oh iya" jawab Miu
"terimakasih, perkenalkan nama saya gernad, tujuan saya disini adalah untuk berterima kasih pada anda karena telah menolong kakek saya, oh ya setidaknya sebutkan nama anda nak muda" ucap kesatria itu,
"oh nama saya Ray dan ini kekasih saya Miu" jawab Ray kepada kesatria itu sambil menggoda Miu
muka Miu memerah sambil tersenyum,
"Ray, Miu. nama yang bagus senang bertemu dengan kalian" ucap kesatria itu.
lalu mereka berdua berjalan bersama sambil melihat-lihat dan mereka sampai di Asosiasi petualang, saat Ray membuka pintu tiba tiba riri berlari ke arah Ray dan memeluknya
"Ray aku merindukanmu" ucap riri
"R... Ray dia siapa?" tanya Miu sambil merasa cemburu,
"dia cuma makanan kelinci" jawab Ray kepada Miu
"hahh... loh sebut gw apa tadi?, oh ia tuh cewek siapa kok sok akrab banget sih" ucap riri sambil menyinggung Miu,
lalu Ray bejalan kearah Gredz
"yoo... Gredz apa ada rekomendasi Quest berburu?" ucap Ray sabil menyapa Gredz
"ohh Ray kebetulan tadi ada yang melihat earth dragon mengamuk di hutan selatan apa kau bisa mengurusnya?" ucap Gredz sambil merekomendasikan Quest,
lalu Ray mengeluarkan earth dragon yang tercincang dari item box milik nya
"ini maksudnya" ucap Ray kepada Gredz
"Ray kata slime lebih meresahkan daripada makhluk itu" ucap Miu dengan polosnya
Gredz sangat terkejut mendengarnya lalu Ray di beri bayaran,
"Ray ngomong-ngomong siapa gadis cantik itu, ups jangan-jangan" ucap Gredz kepada Ray secara tiba-tiba,
lalu seorang tukang bedah datang memberikan daging wyvern kepada.
"hey nak ini daging wyvern milik mu, oh iya apa aku boleh membeli kulit wyvern ini?" ucap tukang bedah pada Ray,
"ohh silahkan aku memberikannya untukmu, oh iya apa di desa ini ada toko baju?" ucap Ray pada tukang bedah dan Gredz,
"oh coba kearah timur" ucap Gredz kepada Ray.
lalu mereka menuju ke timur dan saat Ray berjalan dengan Miu mereka mendengar auman monster,
"graaa... "
"Ray itu suara ancient dragon"ucap Miu kepada Ray
>bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!