Assalamualaikum wr Wb.
Halo semuanya makasi buat yang udah mau baca cerita inii
Maaf juga apabila ada kata kata yang salah yaa, soalnya saya masih permulaan.
WARNINGGG!!!!!
*CERITA INI MURNI HASIL PEMIKIRAN AKU SENDIRI
*JANGAN BAWA BAWA CERITA INI KE KEHIDUPAN NYATA PARA CAST
*DIMOHON UNTUK TIDAK LATAH
*JANGAN SAMAKAN CERITA AKU SAMA CERITA ORANG LAIN
*BEBAS MEMBERI PENDAPAT
*DILARANG KERAS MENJIPLAK KARYA AKU, SIAPA YANG NGEJIPLAK SAYA SANTET
*FOLLOW INSTAGRAM AKU @FIRAACARAMELLA
TIKTOK
@HIIISMEFIRA
*OKEE SEGITU DULUU
SEMOGA BISA MENGERTI YAAAA
LOPE YOU PREN
_____________
"Dra. Anaya shaquella Sp.Jp. nama panggilan Naya, tempat tanggal lahir turkey 20 november 2000, nama ayah Ardi Abdullah S.H pekerjaan hakim nama ibu Khansa Yusri, anak kedua dari dua bersaudara" tepuk tangan terdengar menggema disebuah gedung mewah yang sedang berlanjutnya acara kelulusan dan sumpah dokter bagi seluruh mahasiswa/i yang telah berhasil menyelesaikan pendidikan mereka selama 4tahun lebih.
Saat namanya dipanggil seorang gadis cantik dengan balutan hijab peach serta make up tipis yang membuat auranya terpancar maju keatas panggung untuk mengambil sertifakat kelulusan dan pemindahan tali toga.
Anaya berlari kecil menuruni panggung dan langsung berhambur kepelukan Khansa sang umi.
"Umii terimakasih berkat doa dan dukungan dari umi Naya bisa lulus dan mewujudkan cita cita Naya terimakasih banyak umi" Khansa membalas pelukan putri bungsunya
" Iya sayang sama sama, selamat putri umi sekarang sudah resmi menjadi seorang dokter muda" Anaya melepas pelukannya lalu tersenyum, kemudian ia menatap Ardi sang Abi lalu berhambur kepelukan sang Abi.
"Abi terimakasih sudah mau mendoakan Naya sudah mau membiayai pendidikan Naya terimakasih banyak abii" ujar Naya sembari memeluk Ardi erat
"itu memang sudah tugas Abi sayang" Ardi melepas pelukannya lalu mencium kening putrinya dengan penuh kasih sayang.
"ciee selamat sayang, sekarang kamu udah resmi jadi dokter sama kaya abang dan kak syafira" Gilang langsung menarik sang adik kesayangannya kedalam pelukannya.
"haha sekarang naya gabakal ngeluh lagi kerena ga lulus lulus" anaya terkekeh dalam pelukan sang kakak.
Matanya kini beralih menatap seorang perempuan dengan perut yang sedikit membuncit karena terdapat malaikat kecil didalamnya.
"kak syaaaa makasiii selalu bantu naya" Syafira tersenyum dan memeluk adik ipar kesayangannya ini.
" Sama sama Anaya" Anaya melepas pelukannya lalu mengusap perut sang kakak dengan lembut " hey jagoan sekarang ontymu ini sudah jadi dokter loh" ujar Naya sambil tertawa semua yang melihatnya ikut tertawa melihat tingkah menggemaskan Anaya.
"Acaranya sudah selesai ayo pulang" ujar Ardi.
****
*2minggu kemudian
" Umii bang gilang sama kak sya dimana?" tanya naya
" Sudah pulang tadi sehabis sholat subuh"
"ishh kenapa engga pamitan sama Naya" Naya berujar dengan nada kesalnya, siapa tidak kesal coba abang dan kakak ipar kesayangannya pulang tidak berpamitan padanya terlebih dahulu huh menyebalkan.
" tadinya mereka mau pamitan eh pas kekamar kamunya tidur lagi mana nyenyak banget ya engga tega lah abangmu banguninnya" Naya terkekeh mendengar jawabannya uminya, sebab ia menuduh abangnya tidak memperdulikannya lagi padahal toh nayanya saja yang molor.
" Yaudah deh mi naya mau kerumah sakit dulu assalamualaikum" Anaya mencium punggung tangan uminya dengan lembut.
"waalaikumsalam hati hati yaa sayang" Naya hanya mengangguk lalu pergi menuju parkiran lalu melesetkan mobilnya membelah kota Jakarta.
***
~jakarta hospital
saat sampai salah satu rumah sakit ternama dikotanya dimana tempat ia akan mengabdi didalamnya dengan sangat bersungguh sungguh.
kaki jenjangnya melangkah pelan menyusuri lorong rumah sakit sambil sesekali menyapa beberapa dokter,perawat,serta pasiennya.
Saat sampai didepan ruangannya Anaya langsung duduk dikursi kebesarannya sambil mengecek beberapa dokumen para pasien.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu mengalihkan atensi Naya
"iya masuk" seorang wanita lengkap dengan jas putih yang melekat ditubuhnya masuk dan duduk disofa yang tersedia diruangan tersebut.
"Ciee ibuk dokterr"
"waalaikumsalam Nina" wanita tadi hanya cengengesan sambil menggaruk hidungnya yang terasa sedikit gatal.
"hehe assalamualaikum dokter Naya" Naya hanya menggelengkan kepala melihat tingkah sahabatnya ini.
" akhirnya kita udah menjadi seorang dokter ya nay, semoga kita bisa menjalankan tugas kita dengan baik" ujar Nina
"Amiiin"
"eh nay btw kamu gaada niatan mau nikah? katanya kamu bakal nikah setelah kamu berhasil menjadi dokter" Naya kembali berkutat dengan dokumen dokumen ditangannya.
"kan waktu itu aku bilang pikirin dulu ninn" nina hanya mengangguk anggukan kepalanya.
"kamu sendiri gaada niatan mau nikah?" tanya Naya
"nunggu pak polisi lulus dulu" Naya hanya membulatkan mulutnya dengan mata fokus pada dokumen.
"eh tapi nay kalau semisal lo dijodohin gimana? secara kan Abi umi lo orang terpandang dan pasti banyak teman atau rekan kerjanya yang mau jodohin anaknya sama lo" ujar Nina tiba tiba membuat Naya yang tadinya fokus pada dokumen dokumen didepannya jadi beralih menatap sahabatnya dengan pandangan serius.
"gatau juga, tapi aku yakin Abi sama umi engga bakal sembarang milih. Jadi kalau suatu saat aku dijodohkan yasudah" jawab Naya setelah beberapa lama berpikir.
"aelah pasrah amat sih" ejek Nina sembari memukul bahu Naya pelan, sedangkan Naya hanya mendengus malas melihat tingkah sahabatnya yang satu satunya ini.
"ck bukan pasrah, kalau emang takdir aku gitu ya mau gimana lagi? mau aku jungkir balik juga engga bakal bisa berubah" sahut Naya kesal, Nina memandangi wajah cantik Naya dengan tatapan yang sulit diartikan beberapa detik setelahnya gadis dengan rambut diikat itu melompat lompat tidak jelas seperti orang kerasukan.
"WOY NAYA BERCANDA, SEORANG ANAYA SHAQUELLA YANG TERKENAL ALIM SOPAN DAN LEMAH LEMBUT BERCANDAAA, INI SUNGGUH SUATU KEAJAIBAN DUNIAAAA HUWAAAAA" teriakan itu menggema di ruangan serba putih milik Naya, ada apa dengan temannya ini apakah Nina kerasukan?.
"ya Allah, astagfirullah halazim. Nin kamu kesurupan? Nina hei berhenti!!!" Naya mengelus dadanya sambil geleng geleng kepala melihat tingkah sahabatnya yang kelewat waras ini, ini dirumah sakit dan mereka berdua adalah seorang dokter tidak bisakah bersifat natural sedikit? bagaimana kalau ada orang diluar yang mendengar teriakan Nina dan mengira ada yang kesurupan diruangan tersebut, bisa bisa mereka dirukyah oleh para pasien, kan tidak lucu hari pertama kerja udah buat masalah.
"hehe maap atuh nay" ujar Nina cengengesan dan berhenti melakukan aksi tidak warasnya itu, membuat Naya menghela nafas lelah.
"Em assalamualaikum dokter Naya maaf mengganggu waktunya, ada pasien yang harus anda tangani dok" ujar salah seorang perawat yang tiba tiba masuk kedalam ruangan Naya.
"waalaikumsalam baik sus, nin aku tinggal dulu gapapa kan?"
"yaelah nay kaya sama siapa aja lo, udah sana pasien pasti lebih butuhin Lo" naya hanya menganggukan kepalanya lalu berjalan kearah perawatan tersebut.
"mari dok ikut saya"
Saat tiba didepan ruang IGD suster tersebut langsung mempersilahkan Naya masuk, saat Naya memasuki ruangan tersebut ia melihat ada beberapa suster disana dan seorang pria yang terkulai lemas dengan darah segara yang terus mengalir di kepalanya. saat mengetahui bahwa pasiennya kali ini adalah seorang laki laki yang umurnya kisaran lebih tua empat tahun dari Naya maka karena itu anaya lebih dulu memakai sarung tangannya agar tidak bersentuhan kulit langsung.
"apa yang terjadi dengan lelaki ini?" Tanya Naya saat dirinya sibuk mengobati beberapa luka yang terdapat pada tubuh lelaki itu.
"Tadi kata orang yang membawanya kesini lelaki itu tidak sengaja terkena serangan dari beberapa mahasiswa yang sedang tawuran" jelas salah seorang suster yang turut membantu Anaya.
"sebentar, banyak sekali darah yang mengalir dibantal suster tolong bantu saya untuk memiringkan tubuh lelaki ini, sepertinya kepalanya bocor" suster tersebut hanya mengangguk dan membantu Anaya untuk memiringkan posisi tidur pasiennya, setelah di cek ternyata benar kepala pria ini bocor dan mengeluarkan banyak darah.
Dengan sigap Naya menahan darah yang terus terusan mengalir dari kepala pasiennya.
" Sus tolong carikan golongan darah A sekarang juga, pasien kekurangan banyak darah." ujar Anaya sembari membalut kepala pria tersebut menggunakan perban.
"tapi dok stok darah itu dirumah sakit ini sudah habis, kalau kita cari kerumah sakit lain tidak sempat lagi bagaimana ini?" ujar seorang suster, Naya kembali berfikir bagaimana caranya agar mereka mendapatkan donor darah kepada pria malang ini.
" apakah kalian sudah menghubungi keluarganya?"
" beliau sepertinya tinggal sendirian dok, oh ya golongan darah dokter Naya bukannya A juga ya?" Tanya gina salah satu suster yang menangani pria itu juga.
" yasudah ambil darah saya aja, karena jika mengunggu terlalu lama kemungkinan pria ini tidak bisa terselamatkan" ujar Naya setelah sekian lama berfikir.
"benarkah dok?" Naya hanya mengangguk, lalu segera pergi untuk mengecek kesehatannya bersama suster tadi.
****
"Alhamdulillah kondisinya sudah membaik dok, terima kasih sudah mau mendonorkan darah dokter untuk pria ini" Naya hanya tersenyum.
"Alhamdulillah, sama sama sus lagian ini juga memang tugas saya" beberapa suster disana tersenyum bangga melihat betapa mulianya hati dokter barunya ini.
Setelah beberapa menit berada diruangan tersebut namun sang pasien tak kunjung sadar anaya memutuskan untuk kembali ke ruangannya dan akan kembali nanti saat jam makan siang.
"em sus saya permisi dulu ya, Assalamualaikum" ujar anaya lalu berlalu pergi setelah kedua suster itu menjawab salamnya.
Anaya berjalan menuju Kantin rumah sakit untuk melakukan makan paginya yang tertunda tadi akibat ia buru buru kerumah sakit, saat tiba dikantin naya
langsung memesan makanan dan duduk salah satu meja paling pojok.
setelah makanan tiba anaya memakannya dengan lahap saat sedang nikmat memakan makanannya fokus anaya terhenti pada seseorang yang menarik kursi didepannya yang ternyata terdapat seorang lelaki lengkap dengan jas putih sama dengannya.
"Boleh gabung?" Tanya pria tersebut sambil menatap anaya
"Boleh" lelaki itu kemudian duduk didepannya sambil menikmati makanannya sesekali melirik naya yang asyik dengan dunianya.
"khemm maaf dokter namanya siapa ya? soalnya kaya baru ketemu" tanyanya kepada naya, anaya menoleh sebentar kemudian kembali menundukkan pandangannya kembali.
"Anaya" jawabnya singkat
"cantik, kaya orangnya" pria yang menggelar sebagai dokter itu tersenyum manis kepada anaya ah sangat tampan tapi anaya sama sekali tidak tergoda jangankan tergoda menatapnya saja hanya satu detik.
"Dokter naya gaada niatan nanyain nama saya gitu?" tanyanya, anaya menaiki sebelah alisnya bingung apa tujuan lelaki ini.
" maaf, dokter namanya siapa?" Tanya anaya basa basi agar manusia didepannya ini tidak sakit hati kepadanya.
"nah gitu dong, nama saya Muhammad rakha putra dokter cantik bisa panggil saya raka atau ga..sayang juga boleh hehe" jawab pria bernama raka itu terkekeh geli.
"dokter ada ada saja"
"kalau boleh tau bagaimana hari pertama mu bekerja disini?" tanya Raka
"hmm belum terasa sih dok, pasien saya aja baru satu orang jadi mungkin butuh waktu beberapa hari untuk bisa menjawab pertanyaan anda barusan" jawab Anaya lalu kembali menyuap makanan kedalam mulutnya.
"oh ya haha, semoga dokter betah bekerja disini, kalau butuh bantuan jangan sungkam buat hubungin saya"
"baik, terimakasih banyak"
keadaan menjadi hening karena keduanya sibuk dengan makanannya masing masing, sebenarnya Raka ingin menanyakan suatu hal pada Naya namun ia urungkan karena melihat Naya yang sangat fokus pada makanannya, hingga makanan keduanya habis baru Raka menanyakan pertanyaan yang sedari tadi ia pendam.
"btw kamu sudah menikah? atau sudah memiliki pasangan?" tanya Raka.
"tidak, saya belum menikah dan tidak punya pasangan"
"wah berati kesempatan saya dong" Naya tidak menanggapi perkataan Raka, keadaan kembali hening hingga beberapa detik setelahnya Naya berpamitan pada lelaki didepannya ini.
"em maaf dokter raka saya izin pergi dulu Assalamualaikum" sambung naya kemudian berlalu meninggalkan raka yang sedang melamun sambil tersenyum sungguh seperti ah orang gila maybe.
"masyaallah bidadari surga, waalaikumsalam sayang" jawabnya lirih sambil terus memandangi punggung anaya yang semakin menjauh.
***
"Assalamualaikum" ujar naya saat sampai didepan ruang inap seseorang.
"waalaikumsalam, silahkan masuk dok" terdengar suara bariton didalamnya, anaya masuk dan berdiri disamping ranjang pasien tersebut dengan pandangan yang senantiasa menunduk.
"hm kamu bagaimana sudah membaik?" Tanya anaya kepada pasien tersebut, ya pasien itu adalah lelaki yang tadi naya tangani sekaligus orang yang sekarang didalam tubuhnya terdapat darah dari dokter cantik kita yaitu anaya shaquella.
"alhamdulillah dok sudah enakan"
"dokter kok nunduk mulu emang saya dibawah apa?" Tanya lelaki itu kesal, anaya lantas mengangkat kepalanya.
1
2
3
naya buru buru menundukkan pandangannya kembali setelah tiga detik melakukan kontak mata dengan lelaki tersebut.
" hm saya hanya ingin menjaga pandangan" lelaki tersebut hanya manggut manggut.
"oh ya kenalin nama saya farel abimayu, nama dokter?"
"naya" jawabnya singkat.
"Umur berapa dok?"
" 21"
" Tinggal dimana"
"Dirumah"
"ck dokter jangan cuek gitu dong, saya nikahin mau?" anaya yang mendengarnya lantas terkejut namun sebisa mungkin ia menetralkan mimik wajahnya menjadi biasa saja.
"bangun gausah ngehalu" farel terkekeh pelan
"Siapa tau kenyataan kan, saya jadi punya istri dokter nanti kalau sakit gini udah ada yang jagain"
"sekalian romantis romantis" sambungnya menaikkan alisnya menggoda.
"dzikir yang banyak, jangan ngegombal saja"
"dokter mah gaasik, untung cantik"
"kita bukan mahram jadi anda jangan memuji saya karena itu akan menimbulkan dosa bagi kita berdua"
"astagfirullah, maaf deh ibuk dokter" lelaki itu menangkupkan kedua tangannya dan memandang Naya dengan tampang sok imutnya, namun sayang Naya sama sekali tidak menggubris lelaki itu dia malah memilih pergi keluar dari ruangan serba putih tersebut.
Anaya baru saja tiba dirumahnya setelah hampir seharian berada dirumah sakit, hari ini tidak terlalu melelahkan karena hari ini pasiennya hanya beberapa orang saja.
Tetapi anaya sangat pusing karena salah satu pasiennya tadi yang sangat banyak berbicara bahkan hal yang menurutnya sangat tidak penting pun dibahas oleh pasien itu, "huh sangat tidak waras" batin Naya.
"Anaya setelah bersih bersih kamu langsung turun Abi dan umi ingin bicarakan suatu hal sama kamu" saat hendak memasuki kamar suara uminya terdengar dan membuat Anaya menunguri niatnya tadi, lalu segera menghampiri uminya.
"Baik umi, memangnya hal penting apa yang ingin umi dan Abi katakan pada Naya?" Tanyanya pada sang umi
"Sudah nanti saja abimu yang akan menyampaikannya, sekarang kamu bersih bersih sudah mau masuk waktu sholat magrib" ujar umi lalu pergi berlalu dari hadapan naya. Menyisakan Naya yang sedang kebingungan "hal penting apa yang ingin umi dan Abi sampaikan, engga mungkin kan kalau mereka nyuruh aku bayar balik uang yang udah mereka keluarin untuk kuliah aku" batin naya bertanya tanya.
Anaya berjalan memasuki kamarnya ia melepaskan jas putih yang masih melekat pada tubuhnya menyisakan kemeja berwarna abu abu yang ia kenakan, lalu ia melepas kan hijabnya sambil membersihkan sedikit make up yang ada diwajahnya. Setelah itu Anaya bangkit ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya yang kelelahan.
Tak lama Naya keluar dengan bajur tidur berlengan panjang, ia langsung mengambil mukena putihnya lalu melaksanakan kewajibannya sebagai umat Islam.
Setelah sholat magrib naya mengaji dan sedikit memperbaiki hafalannya, ingat walaupun anaya sibuk dengan tugasnya sebagai seorang dokter namun ia takkan melupakan hafalannya, dulu sewaktu Smp dan Sma anaya masuk ke pesantren disekitar daerah Jawa timur, selama enam tahun dipesantren naya mampu menghafal tiga puluh juz al qur'an oleh sebab itu anaya tidak mau menyia nyiakan hafalannya.
anaya berjalan menuruni tangga menuju meja makan yang terdapat abi dan uminya yang sedang bercengkrama disana.
"Assalamualaikum umi,abi" salam naya lalu ia duduk dikursi didepan abinya.
"Waalaikumsalam sayang" sahut kedua orang tuanya.
" Abi tadi kata umi abi ingin bicarakan satu hal sama naya apa itu abi?" Tanyanya
"Nanti saja abi beritahukan sekarang kita makan dulu, abi sudah sangat lapar dan sangat tergoda dengan masakan umi mu yang cantik ini" ujar ardi terkekeh anaya juga ikut terkekeh mendengar penuturan abinya yang selalu menggoda sang istri, ah rasanya anaya juga ingin digoda oleh sang suami tercinta.
Sedangkan Khansa jangan ditanyakan lagi mukanya yang sedikit keriput namun masih terlihat cantik itu sudah memerah sekarang ah uminya masih saja suka salting saat digoda oleh sang abi, padahal mereka menikah sudah cukup lama dan hampir memiliki seorang cucu namun tak bisa dipungkiri kalau pasangan tua ini sangat romantis seperti abg yang baru saja menikah haha. Anaya tertawa saat memikirkan ketika sang abi yang selalu saja menggoda uminya dan sang umi yang selalu salting saat digoda.
"kamu bisa aja mas" ujar khansa mencubit perut sang suami.
"yasudah ayo makan" ujar anaya, lalu keluarga bahagia ini memakan makanannya namun tidak lupa mereka membaca doa sebelum makan.
**
Setelah makan anaya membantu uminya untuk mencuci piring kotor bekas mereka, dirumah mereka memang ada seorang art yang dipekerjakan oleh gilang untuk membantu uminya mengurus rumah mengingat anaya tak dapat membantu karena pasti ia sangat sibuk.
setelah acara nyuci menyuci selesai naya dan sang umi duduk disamping ardi yang sedang mengaji, melihat dua wanita cantiknya datang ardi langsung menyudahi kegiatannya.
"khm naya apa boleh abi meminta satu permintaan sama kamu?" setelah beberapa saat mereka terdiam ardi membuka suara menatap naya penuh harap begitupun khansa, anaya mengernyit mendengar kata yang keluar dari mulut sang abi.
"Apa itu abi?" Tanya naya heran
"Abi dan umi ingin kamu segera menikah naya" anaya kaget bukan main mendengar itu.
"Anaya, umi mau menjodohkan kamu" sambung khansa
"Tapi naya masih terlalu muda umi" Anaya menjawabnya dengan hati hati agar tidak menyakiti perasaan orang tuanya.
"Anaya menikah bukan dilihat dari tua mudanya kita, lagian umurmu sudah matang untuk menikah bagi seorang perempuan" jawab Ardi mengelus surai hitam Naya, jika dirumah hanya ada kedua orangtuanya Anaya tidak menggunakan hijabnya.
"kalau Naya boleh tau siapa lelaki yang akan dijodohkan dengan Naya Abi?" Tanya Naya, dirinya mendapat kan senyuman tulus dari Abi dan uminya mereka berdua sudah bisa menebak jika Naya akan menyetujui permintaan keduanya, Anaya merasa senang melihat senyuman indah itu, ia melupakan rasa takutnya saat melihat senyuman tulus itu.
" Namanya farel Abimanyu, dia adalah anak dari sahabat Abi saat kuliah di Aceh dulu, ayahnya dulu sangat banyak membantu Abi, farel juga seorang dosen yang bekerja dijakarta ia juga seorang santri sama seperti kamu, Abi yakin farel bisa membimbing kamu menuju surganya Allah" ucap Ardi panjang lebar. Anaya terdiam sejenak mendengar itu tunggu apa tadi kata abinya farel Abimanyu? sepertinya ia pernah mendengar nama itu.
"Kamu mau Anaya?" Suara sang umi berhasil membuat Naya tersadar dari lamunannya, Anaya menatap sang umi lalu mengangguk sambil tersenyum.
"Insya Allah jika itu memang takdir yang sudah Allah rencanakan untuk Naya, Naya mau dan Naya ikhlas menerimanya" kedua orangtuanya tersenyum bangga mendengar penuturan bijak sang putri.
"Lusa farel dan keluarganya kesini untuk melamar kamu, jadi kamu bisa pulang cepat untuk hari lusa?" Naya hanya mengangguk menjawab pertanyaan uminya.
"Yasudah kalau begitu Anaya pamit kekamar dulu, soalnya ada beberapa data yang belum Naya isi" pamit Naya
" Iya, jangan tidur terlalu larut ingat sebanyak apapun tugas kamu tapi kamu tetap harus beristirahat dengan cukup"
"Iya Abi" Naya berjalan menuju kamarnya, Ardi dan khansa tersenyum melihat punggung putrinya yang menjauh.
Setelah punggung Naya mulai hilang dibalik dinding, Khansa menggeser kan duduknya menjadi semakin dekat dengan sang suami, wanita paruh baya itu menyandarkan kepalanya didada bidang sang suami.
"Anak anak kita sudah pada besar ya bi, rasanya baru kemarin kita mengajari Naya dan gilang membaca, menyuapi mereka, mengomeli mereka ketika keduanya berebutan mainan ketika Gilang menjaili adiknya yang emosian, sekarang mereka berdua sudah dewasa Gilang yang akan menjadi seorang ayah dan Anaya yang akan menjadi seorang istri, rasanya waktu berlalu begitu cepat" ujar Khansa dengan mata berkaca kaca.
"haha iya, sekarang mereka sudah dewasa dan mereka akan pergi bersama keluarganya masing masing, meskipun begitu tugas kita untuk mendidik mereka belum selesai hingga akhir hayat kita" Ardi berujar sembari mengelus rambut pucuk kepala Khansa dengan lembut.
"Semoga farel bisa membahagiakan Naya dan membuat naya melupakan masa lalunya" ujar umi sambil menyenderkan kepalanya didada bidang sang suami.
"Amiinn abi yakin farel bisa melakukan itu"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!