Malam itu saat pulang bekerja, seorang gadis bernama Rallyn Raihana baru selesai makan bakso di tukang bakso yang biasa nongkrong di depan gang jalan menuju rumahnya.
Rallyn memang sangat menyukai bakso hingga hampir setiap hari sebelum pulang ke rumahnya, gadis itu pasti mampir di tukang bakso itu.
Rallyn berjalan memasuki gang yang terlihat gelap karena saat itu lampu di sana sedang rusak dan kebetulan belum diperbaiki.
Bersamaan dengan itu, seorang laki-laki dewasa berjalan tergesa-gesa dari arah berkawan!
Karena jalan yang sempit dan minimnya pencahayaan tanpa sengaja laki-laki bernama Jovanka Ashkara itu menabrak Rallyn hingga mereka berdua terjatuh dengan posisi Rallyn tertindih tubuh Jovanka.
"Aaah!" karena terkejut, Rallyn berteriak hingga suaranya terdengar oleh beberapa orang yang berada tak jauh dari mereka.
Jo yang juga terkejut tak bergerak sedikitpun dari sana hingga akhirnya mereka terlihat oleh orang-orang yang penasaran dengan suara teriakan Rallyn.
"Kalian sedang apa?" ucap seseorang warga.
Jo langsung bangkit dan berdiri tak lupa ia membantu Rallyn untuk terbangun.
"Pak, ini tidak seperti yang kalian lihat. Ini salah paham," ucap Jovanka.
"Salah paham apa? Jelas-jelas semua orang juga melihat kalau kalian sedang melakukan perbuatan zina," ucap warga yang lain.
"Tidak, Pak. Bapak-bapak salah paham, tidak mungkin kami berbuat seperti itu lagipula saya tidak mengenal laki-laki ini," ucap Rallyn.
"Eh kamu kan Rallyn anaknya Pak Hardi," ucap seorang warga yang lain.
"Pak Hardi suaminya Bu Herlina itu bukan?" ucap warga lainnya.
"Oh iya, benar. Mending kita bawa ke rumah Pak Hardi biar mereka segera di sahkan daripada berbuat zina lagi."
"Pak-Pak tinggu dulu. Ini hanya salah paham, kami tidak saling mengenal," ucap Jo.
"Pak, tolong jangan bawa kami. Pak, saya memang benar-benar tidak melakukan apa-apa dengan laki-laki ini," ucap Rallyn.
Para warga yang semuanya laki-laki itu terus menyeret Rallyn dan Jovanka menuju rumah orang tua Rally!
Tak lama mereka pun tiba di rumah orang tua Rallyn.
"Assalamualaikum! Pak Hardi! Bu Herlina!" seru mereka dari luar rumah.
Tak lama kedua orang tua Rallyn langsung membuka pintu rumahnya setelah mendengar keributan di depan rumahnya.
"Waalaikumsalam. Ada apa ini Bapak-Bapak?" tanya Hardi.
"Bapak harus menikahkan anak Bapak sekarang juga. Mereka sudah melakukan perbuatan mesum di tempat umum."
"Apa!" Hardi dan Herlina terkejut saat mendengar perkataan warga itu.
"Nggak. Ini salah paham Yah, Bu," ucap Rallyn.
Tak lama seorang bapak-bapak bersama Pak RT tiba di rumah Orang tua Rallyn.
"Assalamualaikum!" ucap Pak RT.
"Waalaikumsalam!" sahut semua orang di sana.
"Nah, Pak RT sudah tiba," ucap seorang warga.
"Ada apa ini bapak-bapak?" tanya Pak RT.
"Lebih baik kita bicara di dalam saja. Tidak baik berbicara di luar," ucap Herlina.
Mereka semua pun masuk ke dalam rumah itu!
Jo dan Rallyn duduk bersebelahan sedangkan karena kursinya tak cukup untuk semua orang beberapa dari warga itu berdiri di belakang Rallyn dan Jovanka.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" ucap Pak Hardi.
"Seperti yang kami katakan tadi, anak bapak sudah melakukan hal tak senonoh di tempat umum. Kami tidak ingin kena dosanya lebih baik mereka dinikahkan," jelas seorang saksi yang melihat kejadian tadi.
"Tidak, Yah. Itu tidak benar," ucap Rallyn.
"Mereka sudah salah paham pada kami," sambung Jo.
"Sepertinya yang dikatakan oleh anak saya benar. Tidak mungkin mereka melakukan hal seperti itu," ucap Pak Hardi.
"Iya Bapak-Bapak, tidak mungkin Rallyn melakukan itu," sambung Bu Herlina.
"Kalian orang tuanya pasti membela anaknya. Kalau mereka melakukan perbuatan zina sekampung kena sialnya."
"Sudah-sudah, Bapak-Bapak jangan ribut," ucap Pak RT.
"Begini Pak Hardi, Bu Herlina, saya sebagai RT di sini pastinya menginginkan kebaikan bagi semua warganya. Sepertinya warga benar, lebih baik Rallyn dinikahkan saja demi menjaga nama baik lingkungan kita dan tentunya Pak Hardi dan Bu Herlina juga," ucap Pak RT.
"Tidak mungkin. Pak tolong percaya pada saya. Saya dan orang ini tidak melakukan apapun," ucap Rallyn.
"Saya akan menikahi gadis ini tapi bukan berarti saya melakukan tindakan tak terpuji itu. Saya melakukan ini untuk menjaga nama baik keluarga gadis ini dan juga lingkungan di sekitar sini," ucap Jo dengan suara baritonnya.
"Assalamualaikum!" seru seseorang dari luar rumah.
"Waalaikumsalam!" sahut semua orang yang berada di dalam rumah.
Karena pintu tidak ditutup, orang-orang yang baru tiba itu langsung masuk ke dalam rumah tanpa dipersilahkan sebelumnya!
"Maaf, Pak RT, Pak Hardi karena saya tahu ini harus terjadi jadi, saya langsung menjemput Pak Penghulu untuk menikahkan mereka," ucap seorang warga.
"Ya sudah kalau begitu langsung saja dinikahkan," ucap warga yang lain.
"Ayah, Ibu tolong. Aku benar-benar tidak melakukan apa-apa," ucap Rallyn yang sedari tadi sudah menangis karena ketakutan.
"Maaf, Nak bukannya Ayah tidak percaya padamu tapi sepertinya kalian memang harus tetap menikah," ucap Pak Hardi pada Rallyn.
"Pak penghulu silahkan dimulai saja menikahkan mereka," ucap Pak Hardi pada Pak penghulu.
"Baik, mari kita mulai dengan doa." Penghulu itu pun mulai membacakan doa.
Setelah beberapa menit pembacaan doa selesai dan kini lanjut pada akad pernikahan antara Rallyn dengan Jovanka.
"Tunggu dulu, Pak," ucap Jo.
"Apa lagi? Kamu tidak mau menikahi gadis malang ini?" ucap seorang warga yang merasa geram atas perbuatan yang mereka lakukan.
"Maaf, Pak. Saya tidak tahu nama gadis ini siapa. Kalian jangan khawatir, saya akan menikahi gadis ini," tegas Jovanka.
"Namanya Rallyn Raihana bin Hardi Surya Atmadja," ucap Pak Hardi.
Jo mengangguk pelan tanda ia paham dan dapat mengingat nama yang disebut oleh calon ayah mertuanya.
"Ingat ya, nama gadisnya dan nama Ayahnya?" tanya Pak Penghulu.
Jo mengangguk lagi mengiyakan perkataan penghulu itu.
Acara akad pernikahan pun langsung dilaksanakan karena malam semakin larut.
Setelah melewati waktu hampir sepuluh menit, akhirnya mereka pun sudah sah menjadi pasangan suami istri. Karena pernikahan terjadi secara mendadak mereka baru sah dimata agama saja belum sah di mata hukum negara.
Pernikahan ini terjadi demi membersihkan diri dan keluarga dari fitnah sedangkan jika mereka ingin melanjutkan pernikahannya mereka harus mendaftar terlebih dahulu ke kantor urusan agama untuk disahkan secara agama dan negara.
Setelah selesai semua warga sudah tenang dan sudah mulai meninggalkan rumah Pak Hardi!
"Sekarang ceraikan aku," ucap Rallyn setelah semua orang pergi.
Jo hanya diam di tempatnya duduk, ia terus menundukkan kepalanya karena merasa butuh merefresh hati dan pikirannya.
"Sekarang sudah terjadi seperti ini. Kalau memang kalian tidak melakukan apa-apa, terserah kalian mau bagaimana toh Ayah dan Ibu sudah terlanjur malu," ucap Pak Hardi.
"Kami memang tidak melakukan apa-apa dan kami juga tidak saling mengenal tapi saya tidak berniat untuk menceraikan anak Bapak," ucap Jo.
Bersambung
Pak Hardi menghela nafasnya panjang lalu membuangnya perlahan. Mendengar perkataan laki-laki di hadapannya itu membuatnya tak dapat melakukan apa-apa selain mengiyakan nya.
Saat ini putri satu-satunya itu sepenuhnya sudah menjadi milik laki-laki itu, dirinya tak dapat melakukan apa-apa lagi karena saat ini sepenuhnya Rallyn adalah tanggung jawab laki-laki itu.
"Tapi apa kalian bisa menjalankan rumah tangga tanpa cinta? Kalian sendiri yang bilang kalau kalian tidak saling kenal," ucap Pak Hardi.
"Saya tahu itu, Pak. Saya berjanji akan membahagiakan putri Bapak sebagian mana mestinya," ucap Jo.
"Tidak. Aku tidak mau, aku masih mau menghabiskan masa mudaku bersama teman-temanku," ucap Rallyn dengan tangisnya yang tak pernah reda.
"Saya tidak akan melarang kamu melakukan apa pun yang kamu mau selama itu tidak melampaui batas," jelas Jo.
"Nak, ada baiknya pikiran dulu keputusan kamu itu. Kalian tidak saling kenal kan? Ibu tahu kalian tidak melakukan apa-apa kalau pernikahan ini terasa berat untuk dijalankan maka lepaskan dan sudahi saja mumpung belum terlambat," ucap Bu Herlina.
"Keputusan saya sudah bulat, Pak, Bu," ucap Jo dengan mantap.
"Dasar egois. Aku tuh pantasnya jadi anak kamu bukan istri kamu!" ucap Rallyn dengan suara lantang.
Jo tak menjawab karena tahu saat itu gadis yang dinikahinya itu sedang dalam emosi tingkat tinggi. Terlihat dari gerakan dada Rallyn yang bergerak naik turun dengan ritme yang cepat selain itu juga terdengar dengan jelas deru napas Rallyn kasar dan tak beraturan.
"Hah! Aku tidak percaya ini!" Rallyn berlari menuju kamarnya dan membanting pintu dengan keras hingga menimbulkan suara berisik yang mengganggu pendengaran.
Semua orang yang duduk di ruangan tengah, menatap ke arah pintu kamar Rallyn yang sudah tertutup rapat itu.
"Maaf ya, Nak mungkin Rallyn butuh waktu untuk menenangkan dirinya," ucap Pak Hardi.
"Tidak apa-apa, Pak, saya mengerti dengan apa yang Rallyn rasakan karena saya juga merasakannya hanya saja diusianya sekarang belum bisa berpikir jernih saat sedang dalam masalah," ucap Jo.
Jovanka Ashkara menang sudah berusia tiga puluh delapan tahun, dia sudah cukup dewasa dalam menyikapi semua masalahnya dan menghadapinya dengan pikiran tenang.
"Rallyn baru berusia dua puluh tahun. Dia baru saja lulus kuliah dan baru bekerja satu bulan terakhir ini," jelas Bu Herlina.
"Pantas saja dia tidak bisa mengontrol emosinya. Pak, Bu, saya ingin meminta restu kalian saya ingin menjadikan putri Bapak dan Ibu istri terakhir saya," ucap Jovanka.
"Sebagai orang tua, kami hanya bisa memberikan restu tapi dengan kondisi Rallyn yang seperti ini, kami tidak yakin kalian bisa menjalankan rumah tangga seperti pada umumnya," ucap Pak Hardi.
"Saya janji saya akan membuatnya mengerti dan menerima semua ini. Bapak dan Ibu jangan khawatir, saya tidak akan menyakiti hati atau fisik putri kalian."
"Kalau memang kamu tidak mau menceraikan Rallyn, Ibu titip dia ya. Kamu sudah dewasa dan sudah pernah menikah sedangkan Rallyn ... yang Ibu tahu dia tidak pernah berpacaran dengan siapa pun tolong jangan paksa dia dalam melakukan hubungan pribadi." Dengan rasa malu, Bu Herlina mengutarakan keinginannya pada Jo, ia tahu itu tidak pantas dimintanya tapi demi kebaikan putrinya, Bu Herlina memberanikan diri untuk bicara pada Jovanka.
Jo tersenyum kecil. "Bu, Ibu jangan takut karena saya tidak akan pernah meminta apalagi memaksa meski saya tahu itu sudah menjadi hak saya sebagai suami. Saya tidak akan tega merampas masa mudanya," ucap Jo.
"Terima kasih." Bu Herlina menatap Jo dengan tatapan aneh.
"Sudah lewat tengah malam lebih baik kamu istirahat," ucap Pak Hardi.
"Masuk saja ke kamar Rallyn, dia tidak pernah mengunci pintu kamarnya," ucap Bu Herlina.
"Terima kasih, Bu tapi sepertinya saya istirahat di sini saja," ucap Jo.
"Tidak, Nak masuk saja. Rallyn pasti sudah tidur," ucap Pak Hardi.
Dengan senyum yang dipaksakan, Jo bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju kamar Rallyn!
Perlahan ia membuka pintu kamar Rallyn dan melihat gadis itu yang sedang terbaring di atas tempat tidurnya.
"Semoga dia sudah tidur," batin Jo.
Jo menatap kedua orang tua yang Rallyn yang sedang menatapnya!
Pak Hardi menganggukkan kepalanya menyuruh Jo masuk ke dalam kamar putrinya.
Jo kembali melihat Rallyn yang sepertinya sudah tertidur lalu mulai melangkah memasuki kamar Rallyn!
Setelah menutup pintu kamar itu, Jo berdiri di dekat sebuah sofa sembari menatap Rallyn.
"Gadis malang, hah ya sudahlah sebenarnya aku juga malang karena harus menikahi gadis ini," batin Jo.
Jo yang takut mengganggu tidur Rallyn, memilih tidur di sofa yang ada di sampingnya! Perlahan ia pun mulai terlelap.
Waktu berjalan begitu cepat dan tak terasa azan subuh mulai berkumandang tanda pagi sudah tiba dan menyapa seisi dunia.
Rallyn terbangun dari tidurnya, dia duduk di tempat tidurnya lalu merentangkan tangannya yang terasa kaku.
Tanpa berpikir aneh-aneh, Rallyn membuka semua pakaiannya dan hanya menyisakan pakaian dalamnya saja.
Setiap hari memang sudah menjadi kebiasaan gadis itu, sebelum masuk ke dalam kamar mandi ia selalu melepaskan semua pakaiannya terlebih dahulu.
Jo membuka matanya dan langsung melihat penampilan Rallyn yang sudah tak berbusana, ia pun berpura-pura tidur lagi karena takut menakuti gadis itu namun, meski ia menutup matanya, ia masih bisa melihat Rallyn karena ia sengaja mengintipnya.
"Ah, gadis itu. Apa yang sedang dia lakukan?" batin Jo.
Bersambu
Jo masih mengintip dari balik jasnya yang ia jadikan sebagai selimut.
Semalam ia kedinginan tapi tak menemukan selimut di kamar itu dan akhirnya ia menggunakan jas miliknya sebagai selimut.
"Apa dia tidak menyadari ada aku di sini atau bagaimana. Ah dia membuat aku gelisah," batin Jovanka lagi.
Sebagai laki-laki normal tentunya Jo merasakan sesuatu yang berbeda saat melihat seorang gadis dalam kondisi tanpa busana apalagi mereka berada dalam satu ruangan yang sama dan sudah terikat pernikahan.
Meski mereka menikah tanpa cinta tapi laki-laki mana yang tahan melihat kondisi gadis yang bersamanya polos tanpa busana.
Belum beberapa detik Jo berucap dalam hatinya Rallyn membalikkan tubuhnya dan baru menyadari bahwa ada seseorang yang sedang terbaring di atas sofa yang ada di sudut kamarnya.
"Aaaaaaa!" Rallyn langsung berteriak setelah mengetahui orang itu adalah seorang laki-laki.
Dengan cepat gadis itu meraih selimutnya lalu menutupi semua tubuhnya terkecuali bagian kepala dan wajahnya.
Jo terkejut mendengar teriakan Rallyn, dia segera duduk dan di sofa itu!
"Hey jangan berteriak, orang-orang akan menyangka aku menyakitimu," ucap Jo.
"Kurang ajar! Ngapain kamu ada di kamar aku?" ucap Rallyn.
"Ada apa, Nak? Pagi-pagi kamu sudah membuat kerusuhan," ucap Bu Herlina yang berdiri di ambang pintu.
Mendengar suara teriakan sang putri Bu Herlina langsung berlari ke kamar anaknya itu karena takut terjadi sesuatu pada putrinya itu.
"Ibu, aku pikir semalam adalah mimpi buruk tapi ternyata itu nyata bahkan dia tidur di kamarku," ucap Rallyn.
Bu Herlina menatap sekeliling kamar Rallyn dia melihat Jo masih duduk di sofa itu dan dia juga melihat pakaian Rallyn berantakan di atas lantai.
"Apa kamu sudah di...." Bu Herlina menghentikan perkataannya.
"Tidak, Bu. Saya tidak melakukan apa pun padanya saat saya terbangun dia sudah membuka pakaiannya sendiri," jelas Jo seolah tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Bu Herlina.
"Aku mau mandi, karena itulah aku melepas semua pakaianku," jelas Rallyn.
"Sudah-sudah jangan menangis lagipula kamu tidak diapa-apain sama suami kamu," ucap Bu Herlina sembari mengusap punggung Rallyn.
"Aku tidak mau menikah, aku tidak mau jadi istri tolong aku, Bu," ucap Rallyn.
"Rallyn, tenangkan hatimu dulu. Mandi sana," ucap Bu Herlina.
Rallyn menatap Jo yang sedari tadi hanya terdiam di tempatnya.
"Saya akan ke luar dari sini, kamu tenang saja," ucap Jo.
Bu Herlina tersenyum lalu mulai pergi untuk melanjutkan pekerjaannya!
"Hah, aku tidak percaya ini! Pergi kamu dari kamarku," ucap Rallyn pada Jo setelah Ibunya pergi.
"Ya baiklah, kalau sudah tolong kabari aku. Aku mau numpang mandi di rumah kamu," ucap Jo sembari beranjak dari duduknya.
Rallyn berjalan menuju kamar mandinya dengan masih memakai selimut sebagai penutup tubuhnya! Sedangkan Jo berjalan ke luar dari kamar itu!
Di ruang keluarga, Jovanka duduk dengan tanpa melakukan apa pun. Diam dengan kepalanya yang tertunduk ke bawah.
"Maafkan Rallyn ya. Bapak minta agar kamu memaklumi perasaannya saat ini," ucap Pak Hardi yang baru selesai mandi.
"Tidak apa-apa, Pak. Saya mengerti bahkan saya tahu sebenarnya Bapak dan Ibu juga pasti merasa sulit untuk mempercayai keadaan saat ini," ucap Jo.
********
Di kediaman Jovanka.
"Eyang, kenapa Papa gak pulang?" tanya seorang gadis cilik pada neneknya.
"Eyang tidak tahu, sayang. Papa tidak menelpon Eyang mungkin Papa sibuk," ucap Bu Reni.
Reni Salmafia adalah ibunya Jovanka.
"Kenapa tidak menelpon? Biasanya juga mengabari aku kalau memang ada urusan," ucap Alika.
Alika Ashkara, gadis kecil berusia lima tahun itu adalah putri satu-satunya Jo hasil pernikahannya dengan istri pertamanya.
Sejak mamanya Alika pergi, Alika dirawat oleh Jo dan Bu Reni saja.
"Nanti siang kita telpon Papa ya, sekarang kamu siap sekolah," ucap Bu Reni.
*******
Di kediaman Pak Hardi.
"Bu, Pak, aku berangkat kerja dulu," ucap Rallyn setelah dia selesai dengan urusannya.
"Sarapan dulu, Nak," ucap Bu Herlina.
"Tidak usah, aku gak nafsu makan," ucap Rallyn.
"Saya juga harus kerja. Mari kita berangkat bareng kebetulan mobil saya terparkir di depan jalan di sana," ucap Jovanka.
Semalam Jo memang tidak ada waktu untuk membawa mobilnya ke rumah keluarga barunya itu karena dirinya dipaksa bahkan dengan sedikit diseret oleh warga untuk sampai di rumah orang tuanya Rallyn.
"Tidak usah. Saya bisa sendiri," ketus Rallyn.
"Rallyn, biar bagaimana pun dia adalah suami kamu. Kamu jangan menolak keinginannya," ucap Pak Hardi.
"Siapa juga yang mau jadi istrinya dia, Yah?" ucap Rallyn.
"Rallyn, udahlah, Nak. Pergi bareng suamimu sana lumayan kan ngirit ongkos kalau memang suamimu bawa mobil," ucap Bu Herlina.
"Hah! Sekarang Ayah dan Ibu mulai tak menyayangi aku!" Rallyn berjalan keluar dari rumahnya dengan langkah kakinya yang dibentak-bentakan ke lantai.
"Pak, Bu, saya permisi," ucap Jo menyusul Rallyn.
Rallyn sudah berjalan lebih dahulu, dia melangkah dengan cepat karena tak ingin berjalan berbarengan dengan laki-laki yang baru semalam berstatus sebagai suaminya!
"Hey gadis!" teriak Jo pada Rallyn.
"Aduh namanya siapa sih? Kok bisa lupa padahal baru barusan orang tuanya nyebutin namanya," gumam Jo sambil terus berjalan menyusul Rallyn.
"Pak! Pak! Permisi, Pak saya mau bertanya," ucap Jo pada seseorang yang kebetulan lewat di sana.
"Ya ada apa?" ucap Bapak itu.
"Gadis itu siapa namanya? Saya lupa," ucap Jo.
"Dia Rallyn. Masa baru semalam digerebek warga gara-gara berpacaran di tempat gelap bisa lupa nama pacarnya," celetuk Bapak itu.
"Saya sudah bilang kalau kami tidak saling kenal. Kalian semua sudah salah paham," ucap Jo.
"Oh ya, Pak terima kasih ya," sambung Jo lalu segera berlari mengejar Rallyn yang sudah menjauh darinya!
Setelah tiba di dekat mobilnya, Jo membuka pintu mobilnya dan menarik tangan Rallyn agar masuk ke dalam mobilnya!
"Aah, apa sih kamu narik-narik tangan aku?" ucap Rallyn ketus.
"Ini mobilku. Kita pergi bareng," ucap Jo setelah dirinya duduk di kursi kemudi.
"Siapa laki-laki ini? Mobil ini miliknya atau milik majikannya?" batin Rallyn.
Rallyn merasa sedikit penasaran pada Jo karena Jo memiliki mobil mewah yang harganya mahal.
Selama perjalanan tidak ada sedikitpun pembicaraan diantara mereka, keduanya terus sibuk dengan pemikiran masing-masing hingga tibalah di depan sebuah perkantoran Rallyn meminta Jo menghentikan mobilnya.
"Itu tempat kerja ku, berhenti di sini saja," ucap Rallyn padahal masih jauh untuk sampai di tempat yang ditunjuk oleh Rallyn.
"Kamu kerja di kantor itu?" tanya Jo.
"Iya. Cepat hentikan mobilnya."
"Aku antar sampai sana aja dari sini masih terlalu jauh jaraknya," ucap Jo.
"Tidak usah. Aku gak mau teman-teman aku tahu kalau kamu adalah suami aku," ucap Rallyn.
Jo tersenyum lalu menghentikan laju mobilnya.
"Udah lama kerja di sana?" tanya Jo.
"Jangan banyak tanya. Aku gak mau bicara sama kamu, aku harap nanti sore kamu jangan ke rumah orang tuaku," ucap Rallyn sembari turun dari mobil itu!
"Kita lihat nanti, apa reaksi kamu setelah tahu siapa aku," gumam Jo sembari menatap kepergian Rallyn.
Lama ia menatap gadis itu hingga akhirnya dia tak dapat melihat Rallyn lagi barulah ia pergi dari sana.
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!