Prok prok prok prok prok..
"Perhatian...." Teriak pemimpin dari semua bodyguard berteriak cukup keras.
Kesemua bodyguard yang berbaris rapi itu langsung tertuju kepada pimpinan mereka.
"Kita semua kedatangan 2 orang anggota baru," kata pria yang bertugas sebagai pimpinan sekaligus orang yang bertugas mengawasi latihan mereka semua ( para bodyguard).
"Dan kamu... Bowo bawa mereka berdua ke paviliun belakang tunjukkan di mana kamar mereka dan kamu kasih jadwal latihan untuk mereka," kata pria yang bernama Tito itu menunjuk ke arah pria yang berada di dekat nya saat ini.
"Kalian berdua ikuti Bowo," perintah Tito menunjuk ke arah Bimo dan Doni agar keduanya segera mengikuti Bowo pria yang di tunjuk oleh pimpinan mereka.
Bimo dan Doni pun menunduk terima kasih kepada Tito setelah itu mereka berdua pergi mengikuti pria yang di panggil dengan sebutan Bowo.
Keduanya berjalan sambil mengagumi keindahan mansion yang ada di depannya saat ini.
"Ini rumah atau istana besar banget," batin Bimo maupun Doni bersamaan di dalam hati tentunya.
Keduanya berdecak kagum menatap mansion dengan berbinar.
Tiba-tiba pria yang bernama Bowo itu berhenti di salah satu bangunan yang terbilang luas. Keduanya pun masuk namun di sana banyak pintu-pintu, ketiganya berhenti di pintu dengan tulisan angka 87.
"Ini kamar kalian berdua dan untuk jadwal nanti kalian datang ke tempat keamanan saja, kalian lihat itu," kata Bowo menunjukkan ke arah bangunan cukup besar yang terletak tak jauh dari mereka.
"Semua kamar bersi 2 atau 3 orang," jelas Bowo agar keduanya tahu dan tidak bertanya macam-macam.
Bimo maupun Doni mengangguk. Bimo dan Doni mendapatkan kamar satu untuk mereka berdua tempati, di mana dalam kamar itu terdapat 2 ranjang kecil dan 2 lemari serta satu sofa panjang dan meja sedang di dalam kamar.
"Itu kantor untuk kerja kita karena bodyguard di sini cukup banyak jadi tuan besar membangun tempat itu, sebagai kantor kita untuk mendiskusikan cara kerja maupun strategi kita untuk mengamankan keluarga ini," jelas Bowo kepada Bimo dan Doni sebagai anggota baru.
"Kalian istirahat saja dulu, besok baru kita berlatih," kata Bowo setelah itu pergi.
Bimo merebahkan tubuhnya di atas kasur menatap langit-langit kamar.
"Semoga kamu betah di sini," kata Doni yang duduk di sofa merebahkan punggung nya yang terasa pegal karena perjalanan jauh.
"Oh ya bagaimana kamu bisa berada di sini?" Tanya Bimo kepada Doni.
"Aku saat itu tak sengaja menolong tuan tuan muda Abraham yang sedang di jambret di jalan saat dia berangkat sekolah," jelas Doni dengan jujur mengingat kejadian itu. (Waktu itu Abraham masih SMA kelas 3 semester pertama ya gaes).
Dua bersyukur bertemu dengan Abraham dan meminta dirinya untuk datang ke mansion milik kedua orang tuanya karena Doni yang baru lulus SMA namun tak mempunyai pekerjaan, Abraham muda yakin kalau Doni adalah pemuda yang baik.
"Oh..." Kata Bimo manggut-manggut mengerti.
"Terus kamu?" Tanya Doni balik.
"Aku di sini atas saran teman ku katanya di sini membutuhkan bodyguard yang banyak namun tak memiliki pengalaman asal mereka jujur. Karena di sini nanti kita akan di bimbing dan dilatih agar menjadi kuat dan tangguh," jelas Bimo.
"Kamu bisa jauh kedua orang tua mu?" Celetuk Bimo masih menatap langit-langit kamarnya.
Doni terlihat sendu namun kemudian dia pun berbicara. " Aku sebatang kara di dunia ini," jawab Doni dengan sendu.
Bimo merasa tak enak hati, namun itu hanya sesaat.
"Aku juga tak punya kedua orang tua, aku di temukan dekat panti," jelas Bimo dengan getir.
"Bagaimana kalau kamu anggap aku adik sedangkan aku menganggap kamu kamu kakak," tawar Doni karena dia terlihat lebih muda dari Bimo.
"Kenapa aku jadi kakak," tanya Bimo karena Bimo berfikir kalau Doni lebih tua darinya melihat tubuh Doni yang lebih berisi dan lebih tinggi darinya.
"Karena aku lebih muda," jawab Doni.
"Ha?? Bukannya kamu sudah tua," ceplos Bimo.
"Ck aku baru lulus SMA," ketus Doni.
Ha ha ha ha ha ha ha..... Tawa Bimo pecah.
Kedua remaja itupun pun semakin akrab terlihat dari perbincangan keduanya.
...----------------...
Hari sili berganti, keduanya sudah akrab dan bisa berbaur dengan semuanya.
Mereka berdua sesekali bertugas mengawal bersama dengan para senior.
Pagi ini, Doni dan Bimo bersiap. Keduanya sampai di kantor dengan senang hati, ini adalah tugas ke 10 mereka untuk mengawal tuan muda mereka. Keduanya ikut bertugas mengamankan atau mengawal dan menjaga keselamatan tuan muda mereka.
Mereka berdua mengikuti Abraham untuk berlibur di puncak tepatnya di vila keluarga Abraham, untuk kedua orang tua Abraham mereka tidak bisa ikut karena ada urusan bisnis yang harus dilakukan. Jadi untuk satu Minggu kedua orang tua Abraham akan berada di luar negeri.
"Ayo berangkat," ajak Mark.
"Tuan muda?" Tanya Bimo.
"Oh tuan muda sudah menunggu kita di dalam mobil," jelas Bisma.
"Ayo cepat," titah Hardi yang lebih senior dari mereka.
Di sini cuma Doni, Gre, Bimo dan Reza anggota yang paling muda dari semuanya.
"Kita hanya sepuluh orang saja?" Tanya Doni.
"Iya sesuai permintaan dari tuan muda Abraham," jelas Bagas.
2 Mobil rombongan yang membawa tuan muda Abraham dan para bodyguard itu menyusuri jalan raya menuju vila yang berada di puncak.
3 jam perjalanan akhirnya mobil yang di tumpangi Abraham muda pun sampai.
"Tuan biar saya saja yang membawa barang tuan," tawar Doni saat dirinya turun dari mobil dan melihat Abraham hendak mengambil koper dan tas ransel miliknya.
"Kamu kan Doni?" Tanya Abraham yang kaget melihat Doni ikut mengawal dirinya.
"Iya tuan muda, terimakasih karena anda mau memberikan pekerjaan buat saya yang cuma lulusan SMA ini," kata Doni merendah.
"Kamu bisa saja," jawab Abraham dengan tersenyum.
Doni di buat senang ternyata tuan mudanya masih mengenali dirinya.
"Aku masuk duluan," pamit Abraham.
Doni menatap punggung Abraham dengan perasaan rumit.
Puk.... Tepukan pelan mendarat di pundak Doni.
"Hei ada apa?" Tanya Bimo maupun Reza yang binggung melihat temannya itu.
"He he he he he, tidak kok," elak Doni.
"Ya sudah kalian jangan berbicara terus, bawa semua barang milik tuan muda masuk," perintah dari Mark.
Doni, Bimo, Mark, Reza dan yang lainnya pun masuk ke dalam vila namun mereka bukan tinggal di dalam satu vila bersama dengan Abraham melainkan ada di vila satunya yang tak jauh dari sana.
Doni dan Bimo keluar menyusuri jalan yang ada di vila sekaligus mengecek keadaan di sekitar Vila takut ada sesuatu yang mencurigakan atau membahayakan untuk tuan muda mereka.
"Bagus ya pemandangan di sini," kata Bimo.
"Hei kita di sini bukan untuk jalan-jalan tetapi memastikan keselamatan tuan muda," ketus Doni.
"Ck iya iya aku tahu, ya tidak apa-apa kan sambil bekerja kita juga menikmati, seperti pepatah sambil menyelam minum air, he he he he ," jawab Bimo cengengesan.
"Iya terus kembung tengelam," ketus Doni membuat Bimo mendelik ke arah Doni.
Lama-lama Bimo hafal betul sifat Doni.
Bersambung....
"Hei lihat tuh," tunjuk Doni ke arah pria yang tak jauh dari mereka.
"Apa?" Kata Bimo yang masih menatap ke arah cewek-cewek cantik tak jauh dari mereka.
"Itu," tunjuk Doni.
"Mana?" Tanya Bimo yang tak mengerti, dia pun clingak-clinguk mencari apa yang di tunjuk dengan tangan Doni itu.
"Ck tuh, kamu tidak lihat apa itu ada pria pakai baju biru yang begitu mencurigakan," kata Doni mendengus dingin karena temannya itu tak melihat ke arah pria yang dia tunjuknya sedari tadi.
"Mana sih?" Grutu Bimo yang masih belum menemukan pria yang di tunjuk oleh Doni.
"Ck mata kamu di taruh di kaki ya," grutu Doni yang kesal temannya itu.
"Sialan kamu," sungut Bimo yang tak terima di katain oleh Doni.
Doni yang kesal tanpa basa-basi lagi langsung memegang kepala Bimo dan memutarnya ke arah pria tadi, agar Bimo tahu pria yang di maksud oleh Doni itu.
"Hei apa-apaan sih," awalnya Bimo protes kepada Doni namun tepat saat dia bisa melihat pria yang di maksud Doni pun, Bimo terdiam.
"Hei dia sepertinya tahu kalau kita curiga kepadanya," kata Bimo.
"Wah gawat, dia kabur tuh," kata Bimo dengan cepat.
"Fiks... Dia benar-benar punya niat niat yang tak baik," kata Bimo yang masih mengamati pria tadi.
"Ayo...." Doni langsung menyeret Bimo membuat Bimo yang tadi terpaku di tempatnya pun ikut berlari karena Doni menarik dirinya untuk mengejar pria tadi.
Doni melepaskan tangan Bimo, dia berlari cepat untuk mengejar pria tadi, kalaupun pria itu tak punya niat jahat untuk apa dia kabur, itulah yang Doni pikirkan saat ini.
"Hei tunggu," teriak Bimo yang sedikit ngos-ngosan.
Bughhh.... Pria itu tersungkur akibat tendangan dari Doni.
Doni menendang pria itu saat dia sudah berada di dekatnya.
"Brengsek....!! Apa maksud kamu menendang ku," teriak pria itu sambil mengeram kesakitan.
"Ck kamu jangan bertingkah seperti pria yang bodoh," ejek Doni.
"Sialaaaaan..." Pria itu berdiri hendak menyerang Doni namun lagi-lagi dia harus tersungkur ke belakang akibat tendangan, namun bukan Doni pelakunya melainkan Bimo.
"He he he he he, aku tidak telat kan," kata Bimo cengengesan.
"Ck dasar lelet," grutu Doni.
"Ya kan kamu tahu kalau aku paling malas kalau di suruh lari," elak Bimo.
Pria itu melihat keduanya berdebat pun langsung mengambil kesempatan untuk kabur.
Tap tap tap tap tap tap tap....
Doni maupun Bimo menoleh karena mendengar suara yang tak asing menurut keduanya.
" Sialan dia kabur," umpat Doni kesal, dia pun menendang baru yang ada di depannya sebagai pelampiasan karena tak mungkin dia bisa mengejar pria itu yang sudah jauh darinya.
"Gara-gara kamu, dia kabur," Doni yang kesal pun menyalahkan Bimo.
"Kok aku," protes Bimo.
"Ya siapa lagi karena kamu yang ada di sini," jawab Doni dengan telat, lalu Doni pergi berjalan meninggalkan Bimo yang terpaku di tempatnya.
Menyadari Doni meninggalkan dirinya. Bimo pun berlari menyusul Doni.
"Hei tunggu aku," teriak Bimo.
"Cepat jangan lelet,"
"Dasar teman gak ada sayang-sayangnya sama teman," ceplos Bimo membuat Doni yang mendengarnya heran, apa hubungannya.
"Aku masih normal tidak suka terong," jawab Doni asal.
"Aku juga masih normal," protes Bimo.
"Kenapa kamu bilang sayang," protes Doni.
"Ya kan keceplosan," elak Bimo.
Keduanya berdebat, membicarakan tentang hal yang tak penting sepanjang perjalanan menuju vila mereka. Keduanya bagai tikus dan kucing yang selalu bertengkar mendebatkan sesuatu yang tak penting.
KEESOKAN PAGINYA....
Terdengar suara begitu berisik dari luar, Bimo dan Doni yang masih tertidur pun terusik di buatnya.
Bimo dengan cepat membuka matanya yang masih terasa mengantuk, dia menatap ke arah dinding yang masih menunjukkan pukul 4 dini hari.
Bimo pun melempar bantal ke arah Doni yang masih terlelap tidur.
"Apaan sih Bim," protes Doni yang masih memejamkan matanya yang mengantuk tadi.
"Hei bangun, dasar tukang tidur," teriak Bimo yang sudah turun dari ranjang miliknya.
"Kebakaran...."
Terdengar teriakan dari luar, Bimo pun kaget dengan cepat berdiri dan membuka pintu kamarnya.
Benar saja, terlihat asap mengepul dan api yang berkobar di vila yang di tempati oleh tuan muda dan satu vila yang di tempati oleh senior mereka.
"Doni bangun," teriak Bimo yang berlari ke arah ranjang dan mengguncang tubuh Doni agar dia segera bangun dari tidurnya.
"Apaan sih Bim, ini masih pagi," protes Doni yang belum sadar sepenuhnya.
"Hei vila tuan muda terbakar," teriak Bimo dengan keras di telinga Doni.
"Hah.... Apa!!
Doni yang kaget langsung membuka matanya, dia bergegas pergi menuju vila tuan mudanya.
Bimo yang melihat itu melongo. "Dasar, sekarang aku di tinggal," grutu Bimo, dia pun dengan cepat menyusul Doni.
Sesampainya keduanya di halaman depan vila.
" Lari cepat, semuanya lari."
"Air...."
"Cepat ambil air."
"Api..."
"Kebakaran......"
"Ayo kita selamatkan diri."
Beberapa orang membawa air untuk memadamkan api namun sia-sia saja karena api menjalar dengan cepat melahap bangunan mewah itu.
"Hei kalian mau kemana?" Tanya Bimo kepada beberapa pria yang berprofesi sama dengan dirinya, namun pria itu lebih tua dari nya.
"Bimo, Doni cepat kalian pergi dari sini, vila terbakar," jawab pria itu dengan mengatur nafasnya yang ngos-ngosan karena berlari.
"Tetapi bagaimana kalau ada orang di dalam?" Tanya Bimo dengan khawatir.
"Sudah ayo kita selamatkan diri kalian dulu, mungkin di sana sudah tidak ada orang karena kita tak mendengar orang meminta tolong," jawab Mark teman pria tadi yang di tanyain oleh Bimo.
"Benar tidak ada orang lain lagi?" Tanya Doni yang berada di samping Bimo memastikan.
"Ck terserah kalian berdua mau percaya atau tidak," kata Hardi.
Terdengar suara begitu pelan, Doni Mampun mendengarnya. Dia pun berlari menuju ke arah bangunan (vila) yang sudah terbakar sepenuhnya.
"Ayo kita pergi Don," Gre dan Reza pun menarik Doni agar menjauh dari sana namun Doni memberontak melepaskan diri dari kedua temannya. Doni yakin masih ada seseorang di sana, hatinya bimbang untuk pergi.
"Don..." teriak Reza yang melihat Doni.
"Doni," teriak Bimo yang melihat temannya itu malah berlari mendekat ke arah kebakaran.
Doni tak menghiraukan mereka, dia mencari air dan menguyur tubuhnya dengan air.
"Doni.... Kembali," teriak Bimo, dia ingin berlari ke arah temannya itu namun Hardi, Gre maupun Reza sudah menarik tubuhnya. Bimo hanya bisa meraung memanggil nama Doni.
"Hiks hiks hiks hiks hiks hiks, Doni cepat kembali," Raung Bimo menangisi Doni teman sekamarnya sekaligus sahabat terbaiknya selama berada di sini.
Bersambung.....
"Doni jangan...." Teriak Bimo saat Doni dengan cepat masuk ke dalam membawa kain seperti selimut itu yang dia temukan di sekitar sana dan sudah Doni basahi dengan air.
"Doni kembali...."
"Doniii...."
Bimo masih berteriak memanggil nama Doni, namun Doni seakan tuli tak menghiraukan panggilan dari temannya itu.
Bimo pun teringat sesuatu. "Hei tunggu-tunggu, tuan muda Abraham di mana?" Teriak Bimo saat dia ingat kalau sedari tadi dirinya tak melihat keberadaan Abraham sang tuan muda yang harusnya mereka jaga.
"Ha tuan muda Abraham," ulang Hardi kaget, dia pun mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru tempat namun benar saja dirinya tak menemukan keberadaan tuan muda Abraham.
"Iya tuan muda Abraham," jawab Bimo.
Tiba-tiba Mark menyadari sesuatu saat ini.
"Hei Teo, apa kamu lihat tuan muda," teriak Mark yang mendengar mereka mencari keberadaan tuan muda mereka.
"Tidak...." Sahut Teo sebagai jawaban.
"Sial...." Umpat Mark dengan marah, tugas utama mereka adalah menjaga tuan muda mereka namun mereka semua justru di buat kocar-kacir dan melupakan tugas utama mereka.
"Kalian semua cari keberadaan tuan muda Abraham," teriak Hardi dengan suara lantang membuat semua yang mendengarnya bergegas mencari keberadaan tuan muda mereka.
SEDANGKAN DONI.....
"Uhuk uhuk uhuk uhuk uhuk....."
Doni terbatuk karena asap tebal itu menyelimuti seluruh ruangan yang ada di sana. Pengelihatan Doni buram, matanya terasa perih, dengan cepat Doni mengusap matanya dengan selimut yang dia bawa tadi.
"Tuan muda Abraham," teriak Doni karena dirinya yakin kalau tuan mudanya masih berada di dalam.
"Tuan muda, uhuk uhuk uhuk uhuk...."
Doni masih berteriak memanggil sang tuan muda, dia menyusuri setiap ruang sampai dia melihat ke arah kamar mandi yang tertutup rapat. Doni pun menendang pintu tanpa pikir panjang.
BRAAKK!!!!
"Tuan muda," teriak Doni dengan senang karena di sana ada tuan mudanya yang sedang berjongkok di dalam sana.
Doni dengan cepat menghampiri tuan muda yang sudah Doni anggap sebagai penyelamat.
"Do -Do- Doni....." Kata tuan muda Abraham dengan suara yang terdengar lemah.
Doni dengan sigap memapah tuan mudanya dan memakaikan selimut itu untuk dia dan tuan mudanya.
DI LUAR VILA....
Keadaan terlihat kacau, mereka semua tak ada yang menemukan keberadaan tuan muda yang seharusnya jadi tanggung jawab mereka semua.
"Bagaimana?" Tanya Mark ke Pras salah satu bodyguard yang sama-sama sepertinya ( senior).
Pras terdiam, lidahnya terasa kaku untuk berbicara. Dia hanya bisa mengelengkan kepalanya lemah karena dia tak sanggup berbicara.
"Ahhhh sialll......" Teriak Hardi yang tak jauh dari Mark dan Pras. Hardi mengacak rambutnya kasar.
"Jangan-jangan benar kata Doni," ceplos Bimo.
Pras, Hardi, Mark, Gre, Reza dan yang lainnya ikut mendekat ke arah Bimo. Ke sembilan orang itu menatap ke arah Bimo dengan rasa penasaran.
"Maksud kamu apa Bimo?" Tanya Reza.
"Tadi Doni bilang, sepertinya dia mendengar suara dari dalam jadi Doni nekat masuk ke dalam," jawab Bimo masih menatap vila itu dengan nanar, apakah Doni akan selamat melihat api sudah menjalar ke seluruh vila mewah itu.
"Kamu....." Tunjuk Mark kepada Gre dan Pras.
"Ya ketua," jawab keduanya serempak.
"Kalian berdua cari orang yang telah berani membakar vila keluarga tuan muda ini cepat, dan untuk Bimo, Reza, Vero, kalian masuk cari tuan muda Abraham dan Doni, dan untuk sisanya menyebar urus semua ini. Cari air dan padamkan," teriak Mark penuh ketegasan sebagai ketua dari mereka semua.
Semuanya pun tenang dan melakukan tugasnya masing-masing.
DI DALAM VILA...
Di dalam vila yang masih terbakar, Doni dengan cepat memapah sang tuan muda untuk keluar.
"Ayo tuan muda kita keluar," ajak Doni memapah tubuh tuan mudanya yang sudah lemas.
"Uhuk uhuk uhuk uhuk...." Abraham muda terbatuk-batuk karena menghirup asap.
"Tuan muda bertahanlah," pinta Doni.
Doni takut tuan mudanya itu kenapa-kenapa, dia ingat hanya tuan mudanya itu yang percaya dengan dirinya. Hanya tuan mudanya itu yang dengan lantang berani membela dirinya saat semua orang menatap cemooh kepadanya.
Doni ingat saat dia ketahuan menjambret dan di hakimi masa, tuan mudanya itu dengan lantang membela dirinya bahkan Menganti rugi 2x lipat uang yang Doni curi, tak lupa memberikan kartu nama dan bertanya apakah dia mau bekerja menjadi bodyguard, Doni dengan cepat mengangguk mengiyakan.
Setelah mendengar jawaban dari Doni, Abraham pun meminta Doni untuk datang melamar pekerjaan di tempatnya. Namun saat Abraham mulai pergi menjauh, tiba-tiba Abraham berbalik dan menyelipkan 8 lembar uang merah di tangan Doni. Doni awalnya merasa malu dan menolak pemberian dari tuan muda di depan nya namun kata-kata Abraham begitu membuat Doni terharu. "Terima lah, jangan anggap ini uang kasihan atau apapun tetapi anggaplah ini sebagai tanda pertemanan kita, jangan lupa datang ke mansion keluargaku, aku tunggu," kata tuan muda Abraham kala itu tak lupa senyum hangat yang membuat Doni ikut tersenyum.
Tak lupa Abraham pun menanyakan nama Doni dan memberitahu namanya.
Doni seketika meneteskan air matanya mengingat kebaikan tuan mudanya saat itu, Doni tahu tuan mudanya itu begitu tulus, namun saat melihat kondisi Abraham saat ini yang terlihat begitu lemah karena menghirup asap membuat Doni dilanda rasa bersalah karena tak bisa melindungi tuan mudanya itu dengan baik.
Doni meminta Abraham untuk menaruh selimut basahnya itu di hidung agar tidak terbatuk.
KRAKK!!
Terdengar bunyi seperti retakan, Doni yang awas langsung menatap ke arah sumber suara.
Doni melotot saat melihat kayu itu sepertinya akan jatuh, Doni pun dengan cepat mendorong tuan mudanya itu.
BRUGH....
"Aghhhhhh......"
Bughhhh....
Doni yang merasa dalam bahaya dengan cepat mendorong Abraham, Doni tak ingin tuan mudanya itu celaka.
Bimo, Gre dan Vero yang mendengar suara teriakan begitu keras pun langsung berlari cepat menuju ke sumber suara, Bimo memadamkan sedikit api yang menghalangi jalan mereka.
"Ahhhhh......" Teriakan itu terdengar begitu memilukan. Ya teriakan Doni saat balok kayu dengan api itu menimpa tubuhnya dan api sedikit menyambar ke arah wajah tampan nya.
Abraham yang masih lemah terdorong membentur lantai, dia langsung pingsan di tempat.
"Doni....."
"Astaghfirullah Doni....."
"Doni...."
Ketiga temannya yang bertugas masuk untuk menolong di buat kaget saat kayu besar itu jatuh menimpa Doni.
"Hiks hiks hiks hiks hiks, Doni bertahanlah...." Teriak Bimo tak bisa menahan air matanya. Bimo berkali-kali menggoyangkan tubuh Doni.
"Hiks hiks hiks hiks hiks hiks, Gre cepat bantu aku," pinta Bimo dengan terisak menangisi nasib malang Doni.
Sedangkan Vero dengan sigap memapah tuan mudanya keluar.
Bersambung.....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!