Rani,Sinta,Hana,Ahmad dan Reno sedang berkumpul di halaman kampus dimana mereka semua adalah teman satu kampus dan sudah berteman semenjak mereka menjadi mahasiswa baru.Mereka bersantai dan sedang merencanakan liburan panjang dari kampus mereka. Rani adalah gadis desa yang ada di kota Banyuwangi yang merantau ke Surabaya untuk kuliah.
Rani merupakan gadis manis,pendiam dan juga penurut tak jauh beda dengan sifat Hana. Sedangkan Sinta adalah wanita yang cantik,ceria namun banyak tingkah. Sedangkan Reno adalah cowok tampan dan dia termasuk cowok yang populer di kelasnya sedangkan Ahmad adalah cowok yang biasa namun baik hatinya.
“Kalian liburan ini rencananya mau kemana,bagaimana kalau kita liburan bareng mumpung libur panjang.” Usul Sinta kepada teman-temanya.
“Boleh juga tu, ayok liburan bareng.” Reno yang menyetujui usulan Sinta untuk liburan bersama.
“Sebenarnya aku mau pulang kampung aku sudah lama tidak pulang kalian tahu kan rumah aku jauh.” Keinginan Rani yang sudah lama tidak pulang kampung. Memang benar diantara yang lain rumah Rani lah yang paling jauh kerena selain Hana rumah mereka dekat dengan kampus atau berada di kota itu sendiri.
“Rumah kamu di Banyuwangi kan!” Hana yang penasaran dengan desa Rani yang konon katanya sangat mistis.
“Iya rumah aku tuh di pedesaan dan jalanya penuh dengan alas-alas pokoknya pedalaman banget kalian jangan kesana.” Jelas Rani yang tidak ingin merepotkan teman-temanya karena rumahnya yang jauh.
“Kenapa gak boleh kesana,kita kan malah penasaran.” Sinta yang semakin penasaran dengan desa kecil Rani yang ada di Banyuwangi.
“Jangan!!kalian kan dari perkotaan semua,mana mungkin kalian bisa betah di pedesaan.” Ucap Rani.
“Malah kita semakin ingin kesana kita kan jarang ke pedesaan bagaimana kalau liburan kita ke rumahnya Rani.” Keinginan Ahmad tak kalah dari taman-temanya.
“Baiklah kalau kalian ingin ke rumahku tapi kalian harus berhati-hati kalau sudah sampai disana.” Ucap Rani sambil memperingatkan teman-temanya dia hanya tidak ingin terjadi sesuatu lepas teman-temanya untuk itulah dia menolak namun akhirnya di menyetujui keinginan teman-temanya itu.
“Baiklah kita harus mulai bersiap-siap besok hari kamis kita berangkat ya.” Ujar Sinta.
Melihat teman-temanya yang bersikukuh ingin kerumahnya. Rani sebenarnya senang sekaligus khawatir melihat teman-temanya dari kota ingin le desanya yang penuh dengan mitos dan pamali yang membuat desa Rani agak sedikit mistis.
“Mbah besok Rani mau pulang kampung.” Rani yang menelpon neneknya dari desa dengan sebutan mbah untuk memberitahu bahwa teman-temanya akan datang.
Rani hanya tinggal bersama nenek dan kakeknya dikarenakan kedua orang tua Rani meninggal karena kecelakaan. Jadi Rani sudah dirawat oleh kakek dan neneknya yaitu mbah Darmi dan kakek Sugeng sedari kecil.
“Iya nduk nanti kalau pulang hati-hati apalagi saat melewati Alas Gandul. Kalau pulang jangan terlalu malam ya jangan lupa baca doa.” Saran mbah Darmi kepada cucunya agar tidak terjadi sesuatu hal pada cucunya.
“Iy mbah nanti Rani akan berhati-hati salam untuk kakek ya mbah.” Ucap Rani sambil menutup telponya.
*
*
Hari Kamis pun sudah tiba waktunya mereka berangkat. Mereka berangkat mengendarai sepedah motor dari pagi. Mereka saling berbonceng kecuali Rani yang menaiki sepeda motor sendirian. Waktu yang dibutuhkan untuk perjalanan mereka cukup lama yang membuat mereka harus berhenti dan beristihat ketika sampai merasa lelah di separuh perjalanan.
Waktu berlalu dan mereka pun sudah tiba di Banyuwangi tinggal menuju ke desa di mana Rani tinggal dan mereka berhenti sejenak untuk memastikan mereka benar di jalan itu.
“Ran kita sudah sampai ya,selanjutnya kita kemana?” Tanya Ahmad kepada Rani.
“Iya kita tinggal melewati Alas Gandul itu terus lurus disana ada gapura bertuliskan desa Barunda.” Rani yang menjelaskan secara rinci. Dan setelah istirahat mereka melanjutkan perjalanan di rute terakhir.
Tak terasa sudah menjelang maghrib mereka pun melewati Alas Gandul yang mana suasana di jalananya sangat suram,gelap dan menakutkan. Hana yang merasa ada yang aneh karena memang Hana sangat sensitif terhadap hal-hal berbau mistis namun dia mengatakan bahwa dirinya tidak percaya itu.
“Eh Reno kog rasanya badanku tidak enak ya merasa kayak ada yang aneh gitu.” Hana yang merasa merasakan hawa tidak enak bahkan tiba-tiba merasa merinding karena mungkin dia posisinya paling belakang.
“Udah jangan berpikiran yang macam-macam.” Reno yang mencoba untuk membuat pikiran Hana tetap jernih.
Tak lama kemudian muncul seorang kakek-kakek berambut putih memakai tongkat dan berjalan secara membungkuk mengagetkan Sinta dan Ahmad karena mereka yang berada di depan dan posisi Rani di tengah serta Hana dan Reno di belakang.
“Eh itu kasian ada kakek-kakek jalan sendirian sambil membungkuk jalanya.” Ujar Sinta ke Ahmad yang merasa kasihan melihat seorang kakek berjalan sendirian malam-malam.
“Guys kita berhenti dulu kasian ada kakek-kakek kita bantuin yuk.” Ahmad yang mencoba menghentikan teman-temanya untuk menolong kakeknya.
Mereka pun berhenti dan menghampiri kakek tersebut.
“Kakek Mau kemana?” Tanya Rani
“Kakek mau ke desa Barunda.” Jawab kakek tersebut.
“Bagaimana kalau kakek saya boncengin kebetulan temen saya gak ada yang boncengin.” Ahmad menawarkan kakek tersebut sebuah tumpangan.
“Bagaimana kalau kamu Sin aku yang boncengin biar Ahmad yang ngeboncengin kakeknya.”Lanjut Rani yang menimpali ucapan Ahmad.
“Baiklah aku setuju.” Sinta pun menyetujui saran sari Rani.
Akhirnya Rani berboncengan sama Sinta berada di depan dan Reno sama Hana di tengah sedangkan Ahmad dan kakek tersebut berada di akhir.
“Kakek kenapa berjalan sendirian malam-malam.” Ucap Ahmad yang mengajak berbicara karena kakek tersebut selalu diam.
“Kakek mau ke rumah cucu kakek.” Ujar kakek.
“Kenapa kakek jalan kaki emangnya kakek gk punya keluarga?” Ahmad yang mencoba untuk mengajak ngobrol kakek tersebut.
“Kakek gak punya siapa-siapa lagi nak.” Ucap kakek.
“Kenapa gak minta cucu kakek untuk jemput.”Timpa Ahmad lagi.
“Rumah kakek dekat kog nak gak perlu minta di jemput.” Ucap Kakek tersebut.
Mereka berbincang-bincang cukup lama tanpa sadar mereka hampir tiba dan di situ kakek tersebut selalu diam saat hampir tiba.
“Ren kog aku merasa badanku menggigil ya apalagi kalau lihat kakek tadi.” Ucap Hana yang sedari tadi merasa tubuhnya merasa ada yang aneh dan tidak enak badan.
“Gak ada apa-apa Han mungkin kamu lagi masuk angin saja.” Reno sekali lagi meyakinkan Hana bahwa tidak terjadi apa-apa.
“Iya mungkin saja aku lagi masuk angin.” Hana yang akhirnya untuk tidak berpikiran aneh-aneh lagi.
Tak lama kemudian setibanya mereka di Desa Barunda. Mereka akhirnya merasa lega karena sudah tiba namun ada yang membuat terkejut mereka yaitu kakek yang di bonceng Ahmad tadi tiba-tiba menghilang saat Ahmad baru turun dari motornya.
“Eh kemana kakek tadi yang aku boceng.”Ahmad yang kaget melihat kakek yang diboncengnya mendadak menghilang.
“Loh iya kemana? apa kamu yang jatuhin kakek tadi.” Sinta yang juga terkejut.
“Gak mungkin lah kalau jatuh pasti aku juga ngerasa.”Ahmad yang kekeh bahwa dia tidak mungkin ngejatuhin kakek itu.
“Kan bisa jadi kamu terlalu fokus jadi gak sadar sudah jatuhin kakek tadi.” Reno yang tetap menyalahkan Ahmad.
“Gimana kalau jatuh benaran yuk kita cari.” Timpa Rani yang melerai mereka supaya tidak saling menyalahkan.
“Perasaanku dari tadi kog tidak enak ya ada apa ini.” Batin Hana yang sedari tadi sudah berprasangka aneh-aneh.
Mereka akhirnya kembali ke jalan lagi untuk mencari kakek-kakek yang tadi bersama mereka namun setelah beberapa lama mereka tidak menemukan jejak sang kakek dan melihat kondisi Hana yang sudah pucat sekali akhirnya mereka berhenti mencari kakek tersebut dan menuju ke rumah Rani.
Tak lama kemudian mereka tiba di rumah Rani.
*tok-tok*
“Assalamualaikum nek ini Rani.” Ucap Rani sambil mengetuk pintu rumah.
“Waalaikumsalam…Rani kamu udah pulang.” Ucap mbah Darmi.
“Iya mbah..kenalin ini teman-teman Rani namanya Sinta,Hana,Ahmad dan Reno.” Ucap Rani sambil memperkenalkan temanya.
“Saya mbah Darmi dan ini kakek sugeng.”
“Loh kenapa temenmu ini kog kelihatan pucat sekali?” Mbah Darmi melihat keadaan Hana yang dari tadi sudah merasa nggak enak badan.
“Iya mbah saya kurang enak badan.” Ucap Hana.
“Kalau begitu kamu istirahat dulu.” Kata mbah Darmi.
Rani,Sinta,Reno dan Ahmad yang berada di ruang tamu akhirnya dan menenangkan diri atas kejadian tadi selang beberapa lama mereka akhirnya memberanikan diri untuk menceritakan kejadian yang menimpa mereka tadi.Mereka merasa pasti ada sesuatu yang aneh tadi.
Rani pun akhirnya mengatakan kepada kakek dan neneknya.“Kakek Sugeng dan mbah Darmi tadi kita menemukan kejadian yang aneh.” Kakek Sugeng yang penasaran dengan apa yang dikatakan cucunya itu.“Kejadian apa nduk.”
“Tadi kek ada kakek-kakek berambut putih pakai tongkat dan jalanya membungkuk kek.” Rani menjelaskan secara detail tentang fisik kakek itu.
“Dimana kamu bertemu dengan kakek tersebut.” Ucap kakek Sugeng.
“Di jalan Alas Gandul kek.”
“Katanya punya cucu yang rumahnya itu desa Barunda.”
“Tapi pada saat dia di bonceng oleh Ahmad tiba-tiba hilang kek kita udah mencoba mencari-cari tapi tidak ketemu.” Jelas Rani.
“Kakek dan mbah mu ini sepertinya tidak pernah lihat kakek-kakek yang kamu ceritakan kalau seandainya dia sering ke desa ini karena punya cucu di sini pasti kakek tahu soalnya kan kakek kepala desa sini,tapi kalau saudara jauh kakek juga mungkin nggak tahu.” Ucap kakek Sugeng.
“Lha terus siapa yang Ahmad bonceng kek katanya rumahnya dekat.” Tanya Ahmad yang terkejut mendengar penjelasan kakek Sugeng.
“Apa jangan-jangan penunggu Alas Gandul lagi.” Ucap Rani yang menebak-nebak karena dia tahu desanya itu penuh dengan misteri.
“Ih yang bener Ran.” Ucap Sinta yang tiba-tiba merinding.
“Udah-udah kalian istirahat dulu,kalian sudah capek perjalanan dan jangan dipikirin dulu,mungkin itu memang kakek yang tinggal disana mau nyamperin cucunya dan anggap saja kakek sudah turun tadi dan langsung pergi tanpa berpamitan.” Ucap mbah Darmi supaya anak-anak berfikir positif dan tidak membayangkan hal-hal yang aneh.
*
*
Pagi harinya dengan embun yang dingin disertai harum dedaunan yang menandakan desa masih asri dan tidak tercampur polusi.Mereka akhirnya bangun dan menikmati keindahan desa ini. Mereka merasakan keasrian yang penuh dengan pepohonan yang menambah kesejukan di pagi hari yang berbeda dengan suasana kota yang panas dan penuh polusi. Mereka memandangi keindahan dan keasrian desa yang membuat mereka melupakan kejadian tadi malam.
“Wahh sejuk sekali disini.” Sinta yang mengagumi keindahan desa.
“Wah iya yah nanti kita keliling desa yuk sambil foto-foto buat mengabadikan momen.” Usul Ahmad yang ingin langsung mengelilingi desa.
“Oh ya aku bawa kamera loh.”Reno yang selalu siap bawa kamera dimanapun mereka liburan.
“Waah bagus itu.” Ucap Hana yang tiba-tiba datang.
“Kamu udah baikan Han.” Ucap Sinta.
“Udah sehat dong.” Hana yang sumringah melihat desa ini bahkan dia pun sudah lupa tentang kejadian semalam karena keindahan desa.
Ketika mereka sedang menikmati pemandangan yang indah di sekitar rumah tiba-tiba mbah Darmi datang untuk mengajak mereka sarapan bersama.
“Nak ayok kita sarapan sama-sama.” Ajak mbah Darmi.
“Iya mbah.” Ucap mereka dengan kompak.
Mereka makan dengan lahap karena mereka jarang makan makanan dari desa yang kaya akan bumbu dan punya ciri khas tertentu.
Reno dengan lahapnya memakan makanan yang disiapkan mbah Darmi.“Waah ini enak sekali mbah, Reno belum pernah makan yang kayak gini.”
“Ah beneran, kalau kamu suka ntar mbah masak yang banua buat kamu.oh ya kalian nanti acaranya mau kemana.” Ucap mbah Darmi.
“Rencananya Rani mau ngajak mereka foto-foto mbah sakaligus foto-foto buat kenang-kenangan.”Rani langsung menimpali ucapan mbah Darmi tersebut.
Mendengar mereka akan berkeliling dan berfoto-foto kakek Sugeng pun langsung memberi nasihat agar mereka tidak ceroboh dan melanggar hal-hal yang ada kaitannya dengan pamali. “Kalau mau foto ingat pesan kakek jangan foto ber tiga.”
Mendengar kakek sugeng yang melarang mereka untuk foto bertiga akhirnya ia pun bertanya. “Emangnya kenapa kek kalau kita foto bertiga.”
“Nanti yang tengah bisa kena sial pokoknya pamali.” Jelas kakek Sugeng.
“Bukanya itu mitos ya kek.” Ucap Hana.
“Ya kalau gak percaya gak papa soalnya di desa ini hal-hal yang dianggap pamali semua warga menghindari karena itu bisa membuat malapetaka.” Ucap mbah Sugeng sembari menasehati.
Rani yang takut karena teman-teman Rani dari kota dan mereka tidak mempercayai hal-hal mitos tersebut karena selama ini mereka sering foto bertiga atau hal lainya yang dianggap biasa di kota namun dianggap berbeda di desa.
“Iya kek nanti Rani bilangin soalnya mereka kan dari kota jadi mereka tidak terlalu mempercayai hal-hal mitos seperti itu.” Ucap Rani supaya kakek Sugeng dan mbah Darmi tidak mencemaskan apa yang akan dilakukan oleh mereka.
Entah mereka percaya atau tidak memang desa itu sudah terkenal akan mitosnya namun mereka tetap mendengarkan nasihat kakek Sugeng.
Akhirnya Rani mengajak mereka keliling desa tak lupa mereka mengabadikan foto di setiap objek desa. Sinta yang melihat rumah-rumah kuno yang masih berjejer rapi tak lupa ia mengajak Rani dan Hana untuk foto bersama.
“Ren fotoin kita ber 3 dong aku,Rani dan Hana.” Ucap Hana sambil merangkul kedua sahabat wanitanya itu.
“Eh jangan Sin tadi pesan kakek ke kita apa!” Tegas Rani yang mengingatkan apa yang kakeknya katakan.
“Itu kan bagi orang yang percaya kamu tahu kan kita gak percaya yang begituan.” Ucap Sinta yang tak percaya pada hal tabu seperti itu.
“Tapi ini kan di desaku kamu juga tahu kalau di desaku sangat percaya akan mitos-mitos tersebut.” Ujar Rani lagi supaya Sinta bisa percaya kepadanya.
Namun Reno menyela ucapan Rani.“Halah gak papa cuma satu kali saja kog ini juga tempatnya cerah dan bagus gk bakal terjadi apa-apa.”
“Kalau pun terjadi sesuatu pasti yang kena sial aku kan aku yang ada di tengah biar aku yang tanggung.”ujar Sinta sambil nyengir dan percaya diri bahwa tidak akan terjadi sesuatu pada dirinya dan teman-temanya.
“Tapi…” Ucap Rani yang belum selesai ngomong tapi sudah di tarik Sinta dan langsung di foto oleh Rano.
Hana dan Ahmad hanya diam karena mereka juga tidak percaya akan hal-hal mitos namun berhubung mereka berada ditempat yang mempercayai hal itu mereka hanya diam. Namun karena kegigihan Sinta dan Reno mereka tidak bisa berbuat apa-apa dan juga itu pun sudah terlanjur di foto oleh Reno.
Sinta yang semakin penasaran dan mulai bertanya tentang desa ke Rani,“Kenapa sih desa kalian sangat mempercayai hal-hal mitos seperti itu.”
Mendengar pertanyaan Sinta Rani akhirnya mulai menceritakan kejadian di masa lalu yang pernah terjadi di desanya. “Sebenarnya dulu ada anak KKN di sini dan mereka juga gak percaya akan mitos-mitos tersebut namun ketika mereka melanggar pantangan yang kakekku berikan setelah itu ada kejadian-kejadian mistis yang menghantui mereka dan lebih parahnya ada salah satu murid KKN yang meninggal.”
“Kejadian mistis bagaimana? ada hantu atau yang lain.” Tanya Hana lagi.
“Ya gak tau,aku juga gak pernah ngalamin sih.” Ucap Rani.
“Lah kenapa kamu percaya kalo kamu gak pernah ngalamin.” Reno menyela di saat Rani dan Sinta berdebat.
“Bukanya percaya aku tuh cuma menghormati karena aku hidup di desa ini yang penuh dengan pamali.” Ujar Rani lagi.
“Apakah kakek Sugeng dan mbah Darmi pernah ngalamin kejadian-kejadian aneh.” Ucap Ahmad yang juga penasaran.
“Katanya sih iya sejak anak KKN melanggar pantangan kakek dan mbahku juga ngalamin hal-hal mistis itu.”
“Namun kakek dan mbahku mengandakan pengajian 7 hari 7malam bersama para warga akhirnya teror pun berhenti.”
“Untuk itulah kakek sering khawatir kalau anak kota datang ke desanya karena kata kakek anak kota rata-rata tidak tahu aturan yang ada di desa ini jika dilanggar akan merugikan mereka sendiri.” Penjelasan Rani yang detail membuat mereka sedikit merinding.
Waktu hampir sore mereka segera kembali ke rumah mbah Darmi namun saat dijalan tiba-tiba kucing hitam lewat dan hampir menabrak mereka entah berasal dari mana kucing tersebut dan membuat mereka semua terkejut.
“Dari mana kucing hitam ini berasal.” Ucap Hana yang terkejut melihat kucing hitam itu.
“Kakek bilang kalau kita di lewati kucing hitam biasanya kita akan sial.” Ujar Rani.
“Apaan sih Ran itu cuma kucing biasa di rumahku juga banyak yang kayak gitu.” Ucap Sinta yang tidak mempercayai ucapan Rani lagi.
“Udah-udah jangan pada parno ini cuma kucing biasa yuk kita pulang karena bertar lagi hampir maghrib.” Ucap Ahmad.
Rani dan teman-temanya sudah tiba dirumahnya. Rani yang diam tidak membicarakan kejadian yang tadi karena takut kakeknya akan marah. Setelah itu mereka pun duduk di ruang tamu karena hampir maghrib.Namun ketika hampir maghrib Reno mau keluar rumah untuk memotret pemandangan matahari terbenam. Reno pun dicegah oleh kakek Sugeng karena disana tidak boleh keluar maghrib-maghrib.
“Nak Reno jangan keluar itu pamali karena banyak hal-hal ghoib yang keluar saat maghrib.” Ucap kakek Sugeng.
“Keluar pun juga gk boleh kek!” Ucap Reno.
“Bukanya gak boleh tapi lebih baik habis maghrib aja kalau mau keluar pas maghrib ya di depan rumah saja tapi jangan jauh-jauh.” Ucap kakek Sugeng.
“Waah banyak sekali ya pantanganya lebih baik hidup di kota ya gak ada tuh larangan sana sini.” Batin Reno.
Malam telah tiba mereka makan bersama di meja makan sambil ngobrol bersama. Mereka mulai bertanya-tanya tentang sesuatu yang ada di desa ini. Bahkan Ahmad berani bertanya tentang sesuatu yang dulu pernah Rani katakan bahwa ada makam keramat yang menjadi makam paling angker di desanya itu.
“Oh ya kek katanya disini ada kuburan keramat ya.” Ucap Ahmad.
“Bagaimana Nak Ahmad tau kalau disini ada kuburan keramat?” Ucap kakek Sugeng.
“Dulu Rani pernah bercerita bahwa ada kuburan keramat yang sangat angker di sini namun aku tidak mempercayainya.” Ucap Ahmad.
“Iya nak kuburan itu menjadi angker karena sering di buat ritual-ritual yang digunakan oleh orang dari luar dan dalam desa ini untuk mencari kekuatan atau kekayaan.” Ucap mbah Darmi yang menjelaskan secara detail tentang makam keramat itu.
“Menakutkan sekali ya mbah.” Hana yang ketakutan mendengar cerita dari mbah Darmi.
“Itulah yang membuat desa kita menjadi mistis karena ulah orang-orang luar maupun dalam yang memanggil makhluk-makhluk tak kasat mata.” Tutur mbah Darmi lagi.
“Jadi apakah kakek dan mbah Darmi pernah di teror makhluk halus.” Ucap Sinta dengan penuh pertanyaan yang membuatnya opakah harus mempercayainya atau sebaliknya.
“Dulu sering ketika ada banyak orang-orang yang berkunjung ke desa ini,namun karena mereka selalu melanggar hal-hal yang dianggap pamali akhirnya mengundang makhluk ghoib.” Ucap Kakek Sugeng.
“Benarkah itu kek,berarti desa ini benar-benar menyeramkan.” Ucap Sinta yang langsung merinding mendengar cerita itu,ia bahkan tidak sadar bahwa ia juga telah melanggar pantanganya.
“Kalau sekarang sudah enggak karena mereka tidak melanggar pantangan-pantangan yang ada di desa ini.” Ucap kakek Sugeng.
Mendengar ucapan itu membuat Rani bergidik karena Rani dan teman-temanya sudah melanggar pantangan tersebut namun berbeda dengan yang lainnya mereka tak sadar bahwa mereka telah melanggar pantangan yang kakek berikan. Namun Rani tidak berani memberi tahu kepada kakek dan neneknya supaya mereka tidak mengkhawatirkanya. Namun Sinta dan lainya hanya merinding tanpa sadar bahwa mereka juga telah melanggar larangannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!