NovelToon NovelToon

Sweet Love Level 999

1. Singa dan Kelinci Kecil Putih

Dunia hiburan penuh dengan gemerlap bintang dan juga kehidupan yang mewah. Tak jarang banyak orang ingin terjun di dunia hiburan. Tapi mereka lupa akan fakta bahwa di sana juga banyak persaingan yang ketat.

Hanya orang-orang yang bermental kuat dan punya tekad yang bisa masuk dan bertahan di dunia hiburan atau ada sosok yang kuat di belakang yang mendukungnya. Seperti halnya Kiyara, berawal dari aktris yang memerankan peran kecil. Tidak terkenal dan jarang menjadi sorotan kini berubah menjadi aktris papan atas.

Gerakannya selalu mengundang flash kamera. Hidup dalam kemewahan dan juga penuh dengan elegan. Ia sering mendapatkan tawaran menjadi tokoh utama dalam dunia perfilman. Tentu saja itu semua tak hanya karena aktingnya yang bagus tapi juga ada sosok di belakang yang mendukungnya. Tak hanya dengan Dana tapi juga dengan cinta, kasih sayang tak terhingga dari Arkatama Akhilendra, sang pendiri perusahaan raksasa nomor satu.

Kiyara dan Arkatama mempunyai hubungan yang sah di mata hukum. Mereka adalah pasangan suami istri namun tak banyak orang yang tahu akan hubungan mereka bahkan keluarga Kiyara karena status mereka yang bertolak belakang.

Namun mereka menikmati kehidupan mereka. Kuncinya saling percaya dan komunikasi.

“Siapa? Angela?” Tanya Kiyara melepas kacamata hitamnya yang bertengger di hidung mancungnya.

“Luar biasa, heboh sekali. Hei, lihat ini! Angela dan Inez bertengkar.” Mery sang asisten menunjukkan berita yang ada di ponselnya. Sementara Kiyara terlihat tidak tertarik. Ia berusaha menikmati perjalanannya kembali ke kota dengan menaiki pesawat.

“Siapa itu Ines?”

“Astaga, kamu tidak tahu?” Mery langsung menunjukkan sepatunya.

Kiyara langsung melihat ke arah sepatu Mery dan langsung paham. Ines adalah aktris yang merambat menjadi pemilik brand dari sepatu yang dipakai Mery.

“Kenapa mereka bertengkar?”

“Ines menggugah percakapannya dengan Angela di akunnya. Dia mengkritik Angela tentang produknya dan merembet ke aktris lain yang berteman dengannya.”

“Jangan pedulikan mereka.”

“Tapi aku berteman dengan Ines di Instagramnya.”

“Ah, aku bertanya-tanya tentang sepatumu yang norak itu ternyata dari teman instgarammu?”

“Aku menyukai produknya dan semua orang memakainya.”

“Hidup mereka tidak ada hubungannya denganmu. Ikuti saja aku.”

Kiyara kembali menggunakan kacamata hitamnya dan bersandar nyaman di kursinya.

Saat pesawat sudah mendarat sempurna, Kiyara berjalan dengan anggun menuju ke lobi bandara. Semua wartawan berita sudah berkumpul di sana. Semua kamera mengarah padanya dengan lampu kamera yang menyala. Tak hanya wartawan beberapa penggemarnya juga berkumpul di sana,

Kiyara menyapa mereka dengan senyuman dan beberapa pose yang mengguncang decak kagum. Ia juga menyapa penggemarnya sebelum masuk ke dalam mobil yang siap mengantarkannya ke apartemennya.

“Wah, itu sangat luar biasa. Aku bahkan tidak bisa bergerak. Penggemarmu selalu bertambah setiap harinya.”

“Kamu yakin, tidak membocorkan jadwal kepulanganku?”

“Kamu tidak percaya padaku? Aku sudah menutup rapat-rapat informasi kedatanganmu tapi entah mengapa semua wartawan dan penggemar mengetahuinya. Ditambah semua orang menjadi gila karena ada seseorang yang membagikan video kedatanganmu,” ucap Mery sambil memperlihatkan layar ponselnya.

“Itulah seramnya sosial media,” ucap Kiyara. Ia lantas bermain-main dengan ponselnya namun alisnya berkerut saat mobil yang ia kendarai berhenti secara mendadak.

“Ada apa? Kenapa berhenti?”

“Lihat ke samping jendelamu!” Suruh Mery.

Kiyara langsung menoleh dan mengangkat pandangannya, matanya bertemu dengan tatapan dingin. Kiyara langsung membeku, bahkan napasnya berhenti sejenak. Melihat pria di sampingnya, hawa dingin merambat ke tulang punggungnya, membanjiri seluruh tubuhnya.

“Kamu memberitahukan kedatanganku padanya?” Tanya Kiyara pada Mery tanpa melihat ke arah wanita itu.

“Tidak, aku bersumpah. Asistennya pasti yang memberitahukannya.”

Kiyara mengepalkan tangannya dengan erat. Wajahnya pucat dan keringat dingin.

“Kamu sebaiknya keluar,” ujar Mery memberi saran.

Dengan hati-hati Kiyara membuka pintu dan berdiri di depan pria itu. Sebelum Kiyara bisa menyapanya dengan benar. Pria itu sudah menarik tangan Kiyara menariknya masuk ke dalam mobilnya. Setelah itu mobil tersebut langsung berjalan.

Dipta yang duduk di kursi kemudi, menatap Kiyara dari kursi spion lalu beralih pada bosnya.

“Ke mana kita akan pergi, presdir?”

“Hera Castle.” Arkatama tidak mengangkat kepalanya sebaliknya ia fokus pada iPadnya.

Kiyara dengan cemas duduk di samping Arkatama. Pria ini benar-benar berubah dari apa yang diingatnya enam bulan lalu sebelum ia pergi ke Amerika untuk syuting sebuah film.

“Kenapa kita ke Hera Castle?”

Mendengar suara Kiyara, Arkatama mengerutkan alisnya. Ia jelas tidak suka dengan pertanyaannya jadi pria itu mengabaikannya.

Merasa diabaikan, Kiyara mengumpulkan keberanian. Menarik iPad yang berada di tangan Arkatama. “Kenapa kamu membawaku ke Hera Castle? Aku ingin pergi ke apartemen.”

Hera Castle adalah mansion milik Arkatama. Meskipun mansion itu sangat besar dan megah namun itu berada di tengah hutan, sangat jauh dari hiruk pikuk dunia luar.

Garis pandang Arkatama akhirnya bergeser menuju mata Kiyara. Arkatama tersenyum, senyum, menyeramkan dan berbahaya.

“Kiyara, aku pikir kamu masih belum tahu dimana kesalahanmu?”

“Arka!!!!”

“Mulai sekarang jadilah baik. Jika tidak…aku tidak bisa berjanji bahwa aku tidak akan melakukan hal buruk padamu.”

Itu adalah peringatan mutlak yang harus dipatuhi Kiyara jadi wanita itu duduk dengan tenang dan menaruh iPad yang dipegangnya ke kursi dan Kiyara duduk paling ujung menjauhi Arkatama.

Di dalam mobil, Arkatama kembali fokus pada pekerjaannya namun sepertinya pria itu tidak bisa. Tidak bisa menahan kerinduannya akan istri kecilnya itu. Arkatama langsung meletakkan iPadnya ke sembarang dan menarik tangan kecil Kiyara.

Karena tenaga Arkatama yang begitu besar, Kiyara tidak bisa menolaknya. Setelah itu Arkatama menarik Kiyara ke pangkuannya, Kiyara melotot. Arkatama langsung mencium bibir Kiyara. Sedangkan Kiyara mencoba mendorong Arkatama karena serangan mendadak dan di dalam mobil tidak hanya ada mereka berdua.

Arkatama menciumnya terlalu kasar, sampai melukai bibir dan juga lidahnya. Ia ingin berteriak namun tidak bisa karena Arkatama membungkamnya dengan sempurna.

Tiba-tiba Dipta mengganggu karena membuka pintunya. Kiyara sangat malu, ia langsung membenamkan kepalanya di dada bidang Arkatama.

“Maafkan saya sudah mengganggu Presdir. Tapi kita sudah sampai,” ucap Dipta malu sedangkan Arkatama menggeram kesal.

Arkamata keluar dari mobil terlebih dahulu. Sementara Kiyara masih merapikan rambutnya, bajunya dan sebenarnya ia hanya mengulur waktu.

Kesabaran Arkatama akhirnya habis dan pria itu menyeretnya keluar dari mobil. Bibirnya masih merah dan bengkak akibat ulahnya. Arkatama menggenggam dengan erat tangan Kiyara takut dia akan lari. Naik ke lantai tiga dan menuju ke kamar utama.

Ekspresi Arkatama gelap dan dingin seolah-olah dia adalah raja iblis tiran yang datang dari kegelapan. Pria kejam dan haus akan darah.

Kiyara tidak bisa membandingkan Arkatama di depannya dengan Arkatama enam bulan lalu. Apakah waktu enam bulan bisa mengubah sifat seseorang?

Arkatama melemparkan Kiyara ke tempat tidur.

“Hubby…”

“Akhirnya kamu memanggilku dengan benar.”

Dengan secepat kilat, Arkatama langsung mengungkung tubuh Kiyara di bawahnya. Wajah sempurna Arkatama sangat dekat dengan Kiyara, aura berbahaya merembes di setiap pori-porinya.

“Mengapa kamu berbohong?”

Kiyara langsung mengedipkan mata menarik kesimpulan atas pertanyaan Arkatama. Pria itu sedang marah karena ia berbohong. Berbohong ke Amerika hanya dua bulan saja namun ia menghabiskan waktu enam bulan di sana.

“Hubby, mari kita bicarakan ini, oke?”

Arkatama menyeringai, “Aku tidak punya apa-apa untuk dikatakan padamu.”

Baju yang dipakai Kiyara langsung terlempar begitu saja ke sembarang arah. Tubuh Arkatama menekannya dengan kuat. Pria itu dengan kasar mengambil semua yang ia inginkan, seolah-olah dia adalah singa buas yang bermain-main dengan kelinci kecil putih.

Kiyara tidak berdaya atas pertarungannya.

2. Bukan Burung Dalam Sangkar

Arkatama baru saja keluar dari kamar mandi. Pria itu hanya mengenakan handuk yang dililitkan di pinggangnya. Matanya menatap wanita yang masih meringkuk di ranjang dengan selimut yang melilit tubuhnya.

Arkatama berjalan ke arah tempat tidur, mengumpulkan pakaian yang berserakan di mana-mana lalu membuangnya ke keranjang pakaian kotor. Pria itu lalu mengubah dirinya menjadi pria yang maskulin dengan setelan jas warna hitam yang cocok di badannya.

Arkatama mendekati wajah yang penuh dengan kelelahan.

“Maafkan aku,” ucap Arkatama lalu mengecup pelan dahi Kiyara dengan penuh kasih sayang sebelum keluar dari kamar.

Kiyara menggerakkan tubuhnya dengan malas. Badannya terasa sakit dan daerah antara kedua kakinya terasa perih. Dengan mata menyipit ia melihat ke arah jendela yang tirainya sudah terbuka.

Ia berjalan dengan tertatih menuju ke kamar mandi untuk membersihkan badannya yang terasa lengket. Setelah selesai mandi, ia teringat kopernya yang tertinggal bersama Mery.

Ketika ia keluar kamar, ternyata kopernya sudah berada di depan kamar. Ia langsung mencari dan mengambil tas selempang. Di sana ia tidak menemukan ponselnya lalu keluar kamar dengan langkah lesu.

Mansion Arkatama begitu sepi. Ketika Kiyara ke dapur ia kaget ketika melihat wanita yang sedang memasak.

“Ya ampun,” ucap Kiyara pelan, wanita tersebut juga kaget melihat Kiyara. Tapi ia langsung menutupinya.

“Anda ingin sarapan Nyonya Muda?” Tanya wanita itu.

Kiyara melihat wanita tersebut memakai celemek dan langsung menyadari bahwa wanita itu adalah housekeeper.

“Tidak terima kasih. Siapa namamu?” Tanya Kiyara sopan.

“Linda, Nyonya Muda.”

“Salam kenal Linda, panggil aku Kiyara saja.”

“Bagaimana bisa saya memanggil Nyonya Muda dengan sebutan nama saja.”

“Kalau begitu senyaman dirimu saja. Kalau begitu, aku pergi dulu.”

“Tuan Arkatama telah memberi instruksi untuk tidak mengizinkan anda pergi.”

“Apa maksudmu?”

“Maafkan saya Nyonya Muda. Saya hanya menjalankan perintah.”

Kiyara langsung berjalan keluar tanpa memedulikan teriakan Linda. Begitu ia membuka pintu.

“Nyonya Muda, anda tidak bisa pergi meninggalkan mansion ini tanpa persetujuan Tuan Arkatama. Bahkan jika anda bisa keluar mustahil bisa sampai ke jalan raya. Mansion ini terletak di tengah-tengah hutan kecil.”

Kiyara membeku, merasakan angin pagi yang lembut dari luar. Anginnya tenang menyapa.

“Hutan? Aku tidak paling takut hutan karena ada binatang buas. Arka pasti mengetahuinya.”

Pada saat itu, Kiyara tidak tahu apakah harus tertawa atau menangis. Seberapa besar pria itu marah padanya sampai-sampai harus menjebaknya di Mansion ini.

“Anda tidak bisa keluar, tetaplah di sini dengan patuh.” Suara Linda tampak tenang.

Kiyara berbalik memperhatikan Linda. “Bisakah aku pinjam ponselmu.”

“Maafkan saya Nyonya Muda tapi selama kami dalam jam kerja, kami tidak bisa menggunakan ponsel.”

“Wah… dia begitu jeli.

“Sebaiknya Nyonya Muda sarapan. Sarapan sudah disiapkan.”

Kiyara sedang tidak ingin sarapan. Rasa sakit di sekujur tubuhnya mengingatkannya betapa menakutkan Arkatama ketika dia marah dan sekarang pria itu mengisolasinya di tempat terpencil ini.

Rencana dan juga jadwalnya akan terganggu jika hal-hal berlanjut seperti ini.

“Kapan dia kembali?”

“Tuan Arkatama biasanya sangat sibuk dan dia tidak sering datang ke sini.”

Di siang hari, Kiyara berbaring di sofa. Menghabiskan waktu dengan mengganti saluran televisi hanya untuk menemukan beberapa drama yang ia sukai. Tiba-tiba sebuah iklan muncul, yang menampilkan wajah Inez. Setelah melihat wajah Inez, Kiyara menunduk

Arkatama mengurungnya di tempat ini, jadi apa yang bisa ia lakukan dengan karirnya, kontrak yang ia sudah tanda tangani, film dan Mery? Mery pasti khawatir. Mereka baru saja tiba lalu hal yang tak terduga terjadi.

Linda berjalan ke arah Kiyara.

“Nyonya Muda, makan siang sudah siap.”

“Aku tidak akan makan.”

“Nyonya Muda, jika terus bersikap seperti ini. Anda akan sakit.”

“Ya, apa pedulimu.” Kiyara menatap Mery dengan sedih. “Aku sangat mengantuk, aku akan tidur siang.”

Kiyara berjalan ke lantai atas dengan lunglai. Begitu sampai ke kamarnya, ia langsung menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang. Alasan ia tidak selalu melewatkan makanannya karena kia ingin melihat Arkatama dan kemudian menemukan cara untuk keluar. Mery pasti akan melaporkannya pada Arkatama.

Kiyara mengunci kamarnya dan membuka kopernya. Ia menyembunyikan makanan ringan di sana dan beberapa roti. Ia memakannya. Apakah dia bercanda untuk melewatkan makanannya? Ini tubuhnya jadi ia akan merawatnya.

Sepanjang sore, ia tidak ada yang mengganggu. Ia pikir Linda juga tidak ingin mengganggunya. Setelah menghabiskan waktu di dalam kamar, Kiyara tidak tahu kapan ia mulai tertidur sampai hawa dingin yang menyebar membuat dirinya terbangun.

“Sudah bangun?”

Suara dingin menyala dalam ringan dan ia bisa melihat dengan jelas sosok Arkatama yang duduk. Cahaya redup membuat Arkatama terlihat lebih berbahaya dan menyeramkan.

“Kiyara, apakah ini idemu untuk tidak makan sepanjang hari?”

“Bagaimana bisa kamu……???”

Seingatnya kamarnya sudah dikunci dari dalam.

“Oh benar ini mansionmu, tentu saja kamu mempunyai kunci cadangan.”

Arkatama langsung berjalan ke arahnya dan duduk di tepi ranjang dengan angkuh.

“Apakah kamu masih marah denganku? Kenapa kamu marah? Lagi pula, pada akhirnya aku juga akan kembali. Ayo lah Arka, kamu sudah cukup menghukumku.”

“Sudah cukup? Aku bahkan belum memulai.”

Arkatama langsung saja menciumnya. Luka di sudut bibirnya yang dibuat Arkatama kemarin kembali terkoyak. Arkatama kembali menyiksanya dengan kenikmatan.

Kiyara tahu ia membohongi Arkatama. Tidak ada yang bisa ia lakukan untuk mengembalikan keadaan. Ia tidak tahu bagaimana menjelaskan semuanya pada Arkatama.

“Kenapa kamu tidak menjelaskannya saja?”

“Apakah kamu akan mempercayaiku ketika aku menjelaskannya?”

Arkatama terkejut. Ia menunduk dan memperhatikan wajah Kiyara dalam diam.

Kiyara pikir, Arkatama akan mengatakan sesuatu namun tidak. Pria itu malah melakukannya dengan kasar dan brutal. Kiyara merasa pusing seluruh tubuhnya basah karena keringat dan juga ****** ***** mereka.

Pada hari-hari berikutnya, Kiyara mengubah tindakannya dan menjadi sangat penurut. Ia makan dengan rajin dan berdiam diri di mansion tanpa membuat keributan. Kehidupan di mansion begitu damai tanpa Arkatama.

Seminggu telah berlalu ketika Linda menerima panggilan dari Dipta bahwa Arkatama akan datang. Mery kemudian menjadi gelisah karena belum melihat Kiyara sama sekali. Kiyara pergi dan tidak ada seorang pun seluruh orang mansion yang menyadarinya.

Seorang pelayan muda berlutut menangis di lantai. Ia menangis sambil mengenakan pakaian Kiyara. Dipta menemukan rekaman CCTV dan memutarnya di depan Arkatama.

“Presdir, Nyonya Kiyara membuatnya pingsan sebelum berganti pakaian dan menyelinap ke mobil yang keluar untuk berbelanja.”

Udara dingin menyelimuti ruangan tamu. Semua orang merasa gugup dan gemetar.

Wajah Arkatama tanpa ekspresi. Tidak ada emosi yang ditunjukkan namun itu sudah cukup membuat orang ketakutan.

Linda menggigit bibirnya dan benar-benar membenci Kiyara mulai saat itu.

Arkatama menyaksikan rekaman tersebut dan wajahnya langsung berubah menjadi gunung es,

“Istri kecilku sedang bermain -main denganku sekarang.”

3. Salah Paham

Kiyara pada akhirnya bisa keluar dari mansion tersebut. Ia menghentikan sebuah taksi yang melintas di jalan raya. Kiyara tanpa pikir mengatakan bahwa tujuan adalah sebuah restoran cepat saji karena memang perutnya sedang keroncongan.

Ia membuka tasnya dan mengambil sebuah kaca mata untuk menyamarkan wajahnya. Tak lama kemudian mereka sampai di tempat tujuan. Untung saja di dalam tasnya terdapat beberapa lembar uang. Kiyara membayar uang taksi tersebut lalu keluar.

Di adalah restoran cepat saji tersebut Kiyara terlihat kebingungan harus melakukan apa. Ia ingin menelepon Mery namun tidak bisa menghubunginya Karena tidak mempunyai ponsel. Saat ia ingin ke rumah Mery, ia sendiri tidak tahu alamat Mery yang baru.

Setelah diam beberapa menit seperti orang bodoh. Kiyara memutuskan untuk memesan makanan karena memang perutnya sedang lapar. Ia segera memencet mesin pesanan dan memilih menu makanan yang pas dengan sisa uang yang ia miliki.

Namun sayangnya, tidak ada harga yang pas di kantongnya. Ia berpikir lama sehingga orang yang ada di belakangnya mengernyitkan keningnya.

“Kamu memesan itu?” Tanya seseorang dari belakang yang membuat Kiyara langsung menoleh.

“Tidak, silakan!” Ucap Kiyara dan ia langsung memberi ruang untuk orang tersebut.

“Aku akan memesankannya untukmu. Duduk saja nanti akan dibawakan pesananmu,” ucap lelaki sambil tersenyum manis.

“Sebenarnya kamu tidak perlu melakukannya. Tapi terima kasih, aku akan menggantikannya nanti.”

“Tidak perlu diganti,” ucap lelaki tersebut. Kiyara berharap Arkatama akan bersikap sepertinya.

“Jika tidak diganti, aku akan memikirnya terus.”

Ketika Kiyara menatap pria tersebut rupanya pria tersebut juga menatapnya. Kiyara merasa canggung.

“Terima kasih sudah membantuku,” ucap Kiyara mencoba mengubah rasa canggung tersebut.

“Tidak apa-apa. Ah iya, aku Logan. Siapa namamu?” Tanya lelaki yang bernama Logan sambil mengulurkan tangan.

“Namaku Kiyara,” ucap Kiyara sambil menjabat tangan Logan.

“Kamu sendiri?” Tanya Logan.

“Iya.”

“Aku pikir kamu bersama temanmu,” ucap Logan.

“Tidak.”

“Tidak banyak orang yang bisa makan sendiri, apalagi perempuan. Aku menyukaimu” ucap Logan. Kiyara hanya mengangkat sebelah alisnya. “Aku harus bekerja, selamat menikmati makananmu.”

“Logan, sekali lagi terima kasih.”

Setelah beberapa menit, semua makanan yang ia pesan dimakannya tanpa sisa. Setelah itu, Kiyara memutuskan untuk pergi ke rumahnya dengan berjalan kaki atau dengan mencari tumpangan gratis. Yang penting ia bisa bertemu dengan Mery.

Entah kebetulan atau tidak, di tengah jalan. Kiyara bertemu dengan Mery. Betapa senangnya ia melihat asistennya itu. Ia menceritakan kisahnya dan Mery sangat mengutuk Sikap Arkatama.

“Bagaimana bisa ia berbuat seperti itu. Itu tidak masuk akal. Meskipun ia sangat marah denganmu namun sikapnya tidak bisa dibenarkan,” ucap Mery.

“Kamu benar, tapi bukan itu yang harus dipikirkan. Bagaimana dengan jadwalku? Apa kegiatanku hari ini?”

“Kamu ada pemotretan hari ini. Tapi sebelumnya, kamu harus berganti bajumu. Untungnya kopermu masih ada di mobil.”

“Baiklah, aku akan menggantinya di dalam mobil.”

“Yak! Apakah kamu gila?

“Tidak! Aku benar-benar waras cukup waras untuk menjadi gila. Tinggal menutup jendela dengan tirai apa susahnya? Fokuslah menyetir.”

…..

“Maaf, aku datang terlambat.”

Aula yang tenang berubah menjadi riuh saat suara yang menawan dibarengi dengan sosok wanita cantik yang baru saja datang. Gaun Kiyara berwarna merah yang sangat indah dan elegan. Punggungnya terbuka menampilkan punggungnya yang ramping dan cantik.

Semua mata langsung tertuju pada Kiyara. Siapa yang tidak tahu Kiyara, dia adalah aktris papan atas yang sering wara-Wiri di televisi. Namun beberapa bukan belakangan ini, tidak sering terlihat karena ia pergi ke luar negeri.

“Nona Kiyara.”

Salah satu staf langsung mendatanginya dan memberi sebuah skrip untuk dilihatnya ulang. Kali ini Kiyara akan melakukan pemotretan untuk iklan perhiasan.

Kiyara melakukan pemotretan dengan baik. Banyak orang yang kagum dengan keahlian dan daya tarik Kiyara. Pakaian dan perhiasan yang dipakai Kiyara begitu cocok dan terkesan begitu elegan.

“Terima kasih untuk hari ini,” ucap Kiyara.

“Terima kasih atas kerja kerasnya.”

Kiyara langsung mengubah gaunnya menjadi gaun semi formal untuk menghadiri acara lainnya.

“Apa jadwalku selanjutanya?”

“Acara amal yang diadakan besok Selasa.”

“Acara amal?”

Di tempat lain, Inez pergi mengunjungi keluarga konglomerat untuk mendapatkan dana untuk yayasannya. Ia dengan sopan dan mulut manis dengan lihai mencoba mendapatkan dana.

“Acara amal yayasanmu? Apa sudah waktunya?”

“Ya, tingkat partisipasinya tahun ini menurun jadi tolong datanglah.”

“Karena itu kamu bekerja sendiri?”

“Anda akan datang demi aku kan?”

“Itulah dirimu, padahal cukup menelepon tapi kamu datang ke sini meskipun sibuk. Itu lah yang aku suka darimu. Hanya Inez yang cocok untuk Arkatama tapi kalian lebih memilih berteman. Ah, aku tidak bisa menolakmu.”

“Terima kasih,” ucap Inez senang.

“Ah, Inez. Ajak perusahaan Arkatama agar makin banyak sponsor.”

Keesokan harinya acara amal diadakan dan Kiyara sudah bersiap-siap sejak tadi. Kiyara memperhatikan jalanan sementara Mery fokus pada setir kemudinya.

“Wah pasti di sana nanti akan ramai sekali. Banyak istri konglomerat, selebritas di sana.”

“Jangan lupakan aktris berbakat ini.”

“Ya iya, kamu pasti terlihat hebat di sana.”

Bazar amal yayasan IZ

Nyonya Dewi datang dan langsung di sambut oleh Inez. Inez sangat senang karena kehadiran Nyonya Dewi.

“Aku hanya perlu muncul sebentar, kan?”

“Tentu saja. Anda sibuk sekali.”

“Perusahaan Arkatama?”

“Mereka memberi dukungan besar.”

“Seharusnya dia sibuk. Itu jauh lebih bagus.”

“Dia sibuk. Begini saja sudah cukup.”

Sesampai di acara amal. Kiyara langsung masuk dan melihat barang-barang yang akan dilelang.

“Kak Kiyara? Kenapa kamu datang ke sini?”

Kaya yang berada di acara tersebut begitu terkejut melihat kakak tirinya. Begitu pula Inez yang tidak tahu menahu hubungan antara Kaya dan juga wanita yang disebut Kiyara.

“Aku pikir kamu masih di luar negeri.”

Inez langsung melihat Kiyara dari atas sampai bawah.

“Siapa dia?” Tanya Inez pada salah satu staf yang lewat.

“Nona, dia adalah Nona Kiyara. Dia adalah salah satu tamu di sini.”

“Sebenarnya, aku belum lama kembali dan baru saja mendengar bahwa kamu juga cukup populer.”

“Kamu pasti iri denganku.”

“Siapa yang iri denganmu?”

“Karena tunanganmu lebih memilih diriku,” ucap Kaya.

“Presdir Arkatama?”

Kiyara langsung berbalik begitu seseroang memanggil nama suaminya. Kiyara tidak berharap bahwa ia bisa melihatnya di sini.

Semua wanita memperbaiki riasannya. Tak banyak orang yang tahu, tentang pernikahan Arkatama dengan Kiyara bahkan keluarganya sendiri.

Jadi orang mengira bahwa Arkatama datang karena Inez. Kedatangan Arkatama yang tiba-tiba menggiring opini orang lain.

“Astaga, sebenarnya Arkatama ada di sini pasti karena kamu, Inez.” Freya dengan gembira menunjukkan rasa senangnya.

Semua orang memandang Inez, iri di mata mereka. Inez tidak mengatakan apa-apa tapi jelas bahwa ia merasa sangat senang. Namun ia juga merasa kesal karena banyak wanita di sana berlomba-koma memperbaiki riasannya.

Ekspresinya begitu aneh begitu melihat Kiyara yang masih berdiri di sana tidak bergerak sama sekali. Ia tidak tahu mengapa melihat Kiyara dan ia menjadi gelisah.

Arkatama mengenakan setelan yang terlihat sangat gagah. Tidak ada satu pun ekspresi yang ditunjukkan pria itu. Ia melihat Kiyara yang berdiri dalam gaun yang cantik tak jauh darinya ia melihat Liam berdiri di seberang dengan wajah terpesona.

Kiyara, kamu melarikan diri dariku hanya untuk datang di acara ini dan melihat pria ini?

Wajah Arkatama menjadi gelap. Ia tidak terlihat senang sebelumnya dan sekarang marah. Arkatama mendekati Kiyara.

Kiyara menelan salivanya dengan susah payah begitu mata elang Arkatama menusuknya. Ia pasti akan mati jika tidak bisa melarikan diri.

Tepat ketika Arkatama berdiri di depan Kiyara, Inez langsung berjalan di depannya dan memotong jalan Arkatama dengan senyum yang manis.

“Aku sangat senang, kamu menyumbangkan untuk acara amal ini. Aku tahu betapa sibuknya dirimu. Jika kamu tidak datang, aku bisa memahaminya.”

“Kamu pasti salah paham.”

“Apa?”

“Aku mencari seseroang.”

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!