Pagi itu rintik hujan perlahan membasahi tengah kota Brussels. Suara ramai dari kota perlahan menghilang, tidak terdengar suara orang berlalu lalang melakukan aktivitas rutin di pagi hari.
Elena yang terbangun dari tidur nya segera membuka jendela, dan menatap rintik hujan dari dalam kamar "pantas saja suara orang-orang menghilang." Elena pun melihat sekeliling nya dan melihat tukang susu langganan keluarga Nacht datang sambil menerobos hujan. "Tuan, hati-hati jalanan licin." teriak Elena.
"baik nona." jawab tukang susu itu sambil tersenyum. Ia menaruh susu pesanan ditempat biasa dan segera berlari keluar dari halaman keluarga Nacht. "Terimakasih banyak Tuan." teriak Elena lagi pada tukang susu.
"Memang hujan begini paling enak makan roti dengan susu." Elena bersenandung kecil sambil menuruni setiap anak tangga. "Bibi Beatrice, bisakah membuatkan ku roti panggang dengan selai coklat dan jangan lupa juga untuk mengambilkan ku segelas susu."Ucap Elena sopan pada pembantu keluarga Nacht. "Baik nona saya akan segera membuatkan nya."
Rumah yang mewah dan megah dengan beberapa pembantu didalam nya merupakan hal yang jarang dimiliki keluarga lain pada masa itu. Keluarga Elena termasuk dalam keluarga bangsawan, Ayah dan Ibunya termasuk dalam keturunan bangsawan terpandang dari kota Brussels.
"Sepi sekali rumah ini, apa ayah dan ibu sedang tidak di rumah ya?" gumam Elena.
"Tumben sekali kau sudah bangun, biasanya yang paling lambat" suara Eleanor menginterupsi dan membuyarkan lamunan Elena. Eleanor Nacht adik beda 2 tahun dengan Elena, badannya yang lebih tinggi dan mukanya yang tegas membuat orang-orang berpikir bahwa Eleanor lah anak pertama keluarga Nacht. "Kau ini selalu mengagetkan saja." Eleanor hanya mengangkat kedua bahunya tidak perduli.
"Dimana ibu dan ayah?" tanya nya seraya menarik kursi di samping Elena. "aku juga tidak tahu, mungkin ada urusan diluar." Jawab Elena sambil menerima roti dan susu yang dari Bibi Beatrice. "Bibi, apa ibu dan ayah bilang mau kemana kepada Bibi?" tanya Elena setelah itu. "Tidak Nona, Tuan dan Nyoya tidak menitipkan pesan apa-apa juga tidak bilang mau kemana." Jawab Beatrice sambil tersenyum dan menatap Elena.
"Apa Nona Eleanor juga mau saya buatkan susu dan roti panggang?" tanya Beatrice sambil menatap Eleanor. "Boleh Bi, saya mau roti dengan selai kacang ya." Beatrice pun mengangguk dan tersenyum, setelah itu meninggalkan Elena dan Eleanor berdua.
"Kak, acara pemilihan pemain teater baru mu kapan akan diadakan?" tanya Eleanor dengan rasa ingin tahu nya.
"Mungkin lima hari lagi. Ada apa? Kau mau ikut?" tanya Elena sambil memakan roti panggang coklat nya.
"Tidak, itu kan hanya untuk penyanyi sopran nya sedangkan aku pemain piano."
"Untuk acara lain nya nanti akan diumumkan setelah pemilihan penyanyi, Kakak harap kamu dapat terpilih sebagai pemain piano yang mengiringi acara nya."
"Tentu, aku akan belajar dengan sungguh-sungguh agar ikut bermain diatas panggung sepertimu." jawab Eleanor dengan mata berbinar.
saat ini Eleanor berumur 17 tahun siswa tahun akhir dari sekolah umum Brussels yang akan melanjutkan studi nya di perguruan tempat kakaknya belajar, Universitas de Mons. Universitas bergengsi di Brussels dan hanya keluarga bangsawan yang bisa ber studi disana. Universitas yang penuh dengan anak orang kaya raya, para bangsawan, dan para Tuan-tuan tanah.
*********
Halo ini LovelyHyuck semoga kalian suka dengan karya amatir ku ya, mohon dukungan nya. Terimakasih
Pagi hari ini di kota Hasselt tepatnya di desa Kermt, tidak sedingin di kota Brussels yang saat ini sedang turun hujan, Matahari mulai memasuki setiap celah pintu dan jendela yang ada pada rumah-rumah penduduk. Suara kereta kuda dan riuh penduduk terdengar melakukan aktivitas rutin di pagi hari.
Luciano Bachmeier pemuda rupawan dari desa Kermt. Kulitnya yang putih, hidung nya yang macung, memiliki tubuh yang tegap dan gagah. tak sedikit wanita yang ingin berkenalan dengannya. Dia anak seorang petani dan hidup dirumah sederhana bersama Bibi, Paman dan sepupu perempuannya yang juga tak kalah cantik dan baik hati. Setiap hari Luciano membantu Pamannya untuk berjualan hasil panen dari kebun nya ke kota. orang tuang nya meninggal saat Luciano sedang berumur 10 tahun. Saat itu mereka sedang berlibur ke kota menggunakan kereta, tetapi yang terjadi adalah kereta yang mereka tumpangi bertabrakan dengan kereta dari arah lain. Luciano memiliki luka yang cukup dalam di bagian punggung dan dada nya karena tergores pecahan kaca kereta dan sayang nya Ayah dan Ibu nya harus kehilangan nyawa karena berusaha melindungi nya. Luciano kecil sangat sedih saat itu dunia nya terasa hancur ditinggal kedua orang tuanya Ia tak bisa membayangkan hidup tanpa kedua orang tua nya. Keluarga terakhir yang dia punya hanya Paman dan bibi nya. Tidak mungkin di usia nya yang masih muda dia hidup sendiri, mau tidak mau dia harus hidup bersama Paman dan bibi nya. Dan hari demi hari, tahun demi tahun berlalu, Luciano tumbuh menjadi pemuda yang tampan, berani dan sangat bisa diandalkan dalam segala hal.
"Luciano bisakah kau pergi ke ladang sebentar? Lihat lah apa sayuran nya sudah mulai berkembang." Teriak paman Luciano dari dalam rumah.
Luciano yang duduk menikmati teh buatan Bibi nya dan melihat betapa sibuknya penduduk Kermt segera bangkit dan berjalan menuju ladang. "Baik paman."
Sambil berjalan sesekali Luciano menyanyikan lagu Für Elise karya Ludwig van Beethoven
Oye, tu lo sabes bien
A ti te gusta el swing que traigo
Te pone a bailar
Y te pone a gozar
Oye, tu lo sabes bien
A ti te gusta el swing que traigo
Te pone a bailar
Y te pone a gozar
Te pone a bailar
Te pone a gozar
Te pone a Bailar
"ternyata kau masih saja suka bernyanyi sopran ya Luciano." Suara pemuda terdengar memotong nyanyian Luciano. Dia Alferd teman dekat Luciano. Kulit nya yang putih kecoklatan, mata nya yang biru, dan badan nya yang tinggi dan tegap membuat nya juga sering diperebutkan gadis gadis di desanya.
"tentu saja, itu kan impian ku sejak kecil, kau tahu kan aku ingin menjadi penyanyi sopran terkenal di seluruh negeri ini." jawab Luciano tegas
"Baik lah pak semoga keberuntungan berpihak pada penduduk seperti kita." balas Alfred dengan nada bergurau. "Bagaimana dengan kompetisi mu minggu lalu di kota, apa kau berhasil pergi ke Brussels?"
"iya aku sudah lolos, lusa aku akan pergi ke Brussels, doakan aku ya." Jawab Luciano kepada Alfred.
"Kau tahu akan tinggal dimana?" tanya Alfred lagi.
"Tidak, mungkin aku akan tinggal di tempat yang bisa ditinggali untuk sementara."
"Aku ada saudara di Brussels kau bisa tinggal disana sementara. Dan aku akan ikut denganmu, aku akan sangat beruntung sekali jika bertemu dengan wanita di Brussels." mereka berdua pun akhirnya tertawa kecil.
Sesudah mengambil hasil panen dari ladang nya Luciano segera kembali kerumah dan memanggil sepupu perempuan nya untuk ikut membantu berjualan ke kota.
"Lucy, apa kau sudah siap? Ayo kita segera berangkat biar tidak terlalu siang." teriak Luciano dari luar rumah sambil mempersiapkan dagangan nya.
"tunggu sebentar kak." Jawab Lucy. Dia adalah adik sepupu beda 3 tahun dengan Luciano.
Lucy segera keluar dari rumah dan bergegas menyusul Luciano setelah berpamitan dengan Ibunya.
Hasselt
Riuh ramai orang-orang terdengar di tengah kota Hasselt. Mereka sudah sampai di kota Hasselt disinilah mereka biasa berjualan, dari kalangan bangsawan bahkan orang biasa sekalipun ada di dalam keramaian kota, suara kereta kuda terdengar dominan disini.
"Jadi kau mau melanjutkan bersekolah dimana Lucy?" Luciano membuka percakapan ditengah riuh ramai orang berlalu lalang.
"Entah lah kak, aku tidak yakin akan melanjutkan studi ku melihat keadaan kita saat ini."
"Kau kan bisa mendapatkan beasiswa, aku yakin kau juga pasti ingin melanjutkan nya kan?" Balas Luciano meyakinkan sepupu nya.
"Apa bisa orang kelas bawah seperti kita mudah mendapatkan nya?" tanya Lucy sedikit tidak yakin. Pada masa itu memang kesenjangan sosial terjadi dengan sangat tinggi dan orang kelas bawah tidak mungkin bisa mengalahkan orang kelas atas ataupun para bangsawan.
" Aku yakin kau pasti bisa meskipun harus mengalahkan seribu para bangsawan sekalipun." Jawab Luciano menguatkan Lucy.
Lucy hanya tersenyum menanggapi kakak sepupu nya, tetapi itu membuat nya semakin semangat untuk mendapatkan beasiswa. baginya semangat dari keluarga nya adalah yang terpenting, dia tak perduli meskipun nanti banyak dari temannya akan mencemooh nya.
*********
Halo ini LovelyHyuck semoga kalian suka dengan karya amatir ku ya, mohon dukungan nya. Terimakasih
Tepat Dua hari yang akan datang Teater opera La Monnaie mengadakan kompetisi untuk pengisi suara penyanyi sopran laki-laki. Dan dua hari sebelumnya Luciano dan Alfred sudah sampai di kota Brussels, sejak turun dari kereta yang mereka naiki beberapa pasang mata sesekali melirik mereka berdua sambil membisikkan sesuatu satu sama lain.
"Wah ternyata Brussels kota yang cukup ramai ya, bangunan nya juga terlihat lebih megah daripada Hasselt." Ucap kagum Luciano kepada Alfred.
"Benar, baru turun dari kereta saja bangunannya seperti menahan kita untuk tetap tinggal disini."
ucap Alfred sambil tertawa. "Lihat lah nona-nona itu, mereka tak henti nya melihat dan memperhatikan kita." Dia pun berjalan mendekati para gadis-gadis yang tampak manis dan lugu itu. "Halo nona-nona boleh kah aku tahu nama mu?" senyum Alfred sambil mengedipkan satu matanya.
Disisi lain Luciano yang hanya terdiam saat ditinggal sahabatnya menemui para gadis, dan dia pun akhirnya bergegas menghampiri Alfred dan segera menariknya menjauh dari para gadis-gadis.
Terlihat dua gadis sedang duduk di kursi ruang tunggu stasiun, mereka menunggu kedatangan orang tua mereka. Ternyata orang tua mereka sehabis mengunjungi saudara jauh di kota Hasselt, ternyata ayah dan ibu mereka menitipkan secarik kertas yang diletakkan diatas meja rias Elena, surat yang didapati tertulis pesan kemana orang tua mereka akan pergi.
"Lihat lah pemuda itu, sangat percaya diri hingga menggoda para gadis-gadis itu." ucap Eleanor sembari menatap ke arah pemuda yang dimaksud.
"sssstttt kau tidak boleh bicara seperti itu, tidak baik." tegur sang kakak kepada adiknya.
Tak lama dari itu ayah dan ibu mereka pun terlihat turun dari kereta dan menghampiri anak-anaknya.
"Lihatlah siapa yang sedang menunggu kita." ucap Elizabeth Nacht, perempuan paruh baya dengan wajah yang berseri-seri, Ia berjalan sambil merentangkan kedua tangannya menyambut pelukan hangat dari kedua putri nya.
"Ibu, aku sangat merindukanmu." Elena datang menyambut pelukan dari sang Ibu bersama sang adik.
"Ibu, kakak sangat kejam padaku setiap hari aku hanya dimarahi." adu Eleanor pada sang ibu dan ayah.
"Kalian ini sudah besar tetap suka bertengkar saja." balas sang ayah William Nacht pria paruh baya dengan badan tinggi tegap berdiri disamping sang istri.
"Tidak ayah, ibu. Eleanor berbohong aku begitu karna dia suka berbicara kasar dan kejam kepada orang lain, tadi saja dia berbicara tidak mengenakan tetang seorang pemuda." sahut Elena tak mau kalah.
"sudah-sudah ayo lanjutkan bertengkar dirumah, ayahmu ini sudah lelah dan ingin berbaring." putus sang ayah menengahi keduanya.
Diperjalanan pulang lagi-lagi Elena dan Eleanor bertemu dengan 2 laki-laki "aneh" menurutnya, yang satu suka menggoda dan mendekati gadis-gadis dan satunya hanya diam melihat apa yang dilakukan temannya. Laki-laki "aneh" yang dimaksud adalah Luciano dan Alfred dua pemuda dari kota lain yang mengunjungi Brussels untuk mengikuti kompetisi.
"Lihatlah kita bertemu mereka lagi?" ucap kesal Eleanor kepada Elena.
Elena pun langsung menoleh ke sumber yang dibicarakan adik nya itu, dan secara tidak sengaja mata Elena menatap mata Luciano, mereka saling menatap sepersekian detik sampai akhirnya mobil mereka melaju melewati Luciano dan Alfred.
"Dia terlihat sangat tampan." gumam Elena pelan.
Disisi lain Luciano yang menunggu Alfred selesai menggoda para gadis pun juga terpanah dengan kecantikan Elena, gadis yang baru dilihatnya beberapa detik yang lalu.
"siapa nona itu? Kenapa dia sangat menarik perhatianku." Ucap Luciano pada dirinya sendiri.
"Bisakah kita bertemu lagi?"
*********
Halo ini LovelyHyuck semoga kalian suka dengan karya amatir ku ya, mohon dukungan nya. Terimakasih
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!