NovelToon NovelToon

Me And My StepBrothers

Kau menjual diri?

"Apa? Dita harus di operasi?"

"Hmm," sahut Mamanya dengan wajah yang sudah sembab karena banyak menangis.

"Tapi dari mana uangnya, Ma?"

Mama terdiam, kini giliran Hyuna yang menangis memikirkan biaya operasi adiknya yang pastinya tidak sedikit. Adiknya terkena kanker otak. Sudah lama Dita menderita sakit itu, tapi dia merahasiakannya dari mama dan kakaknya. Tujuannya hanya satu, Dita tidak ingin melihat Mama dan Kakaknya sedih.

Hingga akhirnya Dita mulai melemah dan tidak sanggup lagi untuk menyembunyikannya. Tapi sayangnya, Kanker yang di deritanya sudah stadium 3 dan kemungkinan untuk selamat sangatlah kecil.

Ayah Hyuna juga meninggal karena Kanker 3 tahun yang lalu, tanpa meninggalkan harta sedikitpun untuk mereka. Setelah kepergian ayah Hyuna, Mamanyalah yang mencari uang dengan berjualan makanan di pinggir jalan. Sepulang sekolah Hyuna dan Dita membantu Mamanya berjualan.

Saat ini Hyuna duduk di bangku Sekolah Menengah Atas dan ini adalah tahun terakhirnya. Sementara Dita, masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Seperti halnya Hyuna, ini juga tahun terakhir bagi Dita.

Malam ini Hyuna bersama Mamanya tidak bisa memejamkan matanya, padahal Hyuna harus pergi ke sekolah besok.

"Ma, berapa biaya operasi Dita?"

"Tidak perlu tahu! Kau juga tidak akan bisa mendapatkan uang itu. Istirahatlah, kau tidak perlu memikirkan apapun. Kau harus sekolah besok."

"Aku mau menemani Mama disini."

"Bukankah kau harus mendapatkan nilai yang bagus, jika kau ingin bisa kuliah. Sebaiknya jangan macam-macam dengan sekolahmu, kau harus dapatkan beasiswa."

Hyuna terdiam, bibirnya mendadak kaku setelah mendengar ucapan Mamanya. Ya, sebenarnya Hyuna tidak ingin kuliah tapi itu keinginan Ayahnya sebelum ayahnya meninggal.  Ayahnya ingin salah satu putrinya ada yang berhasil, agar kehidupan masa depan mereka lebih baik, Jadi Hyuna ingin memenuhi keinginan terakhir Ayahnya.

Hyuna bukan gadis populer di sekolahnya, dia juga bukan gadis dengan peringkat 1,2 ataupun 3. Hyuna hanya gadis biasa dengan kepintaran di bawah rata-rata. Tapi setidaknya dia masih masuk dalam kategori 10 besar siswi terpintar di kelasnya.

Kecantikannya juga sama dengan gadis lain di sekolahnya. Jika dinilai 1 sampai 10, Hyuna ada di nilai 7. Tapi meskipun begitu, di sekolahnya ada beberapa siswa laki-laki yang tertarik padanya, tapi Hyuna memilih untuk fokus dengan sekolahnya.

Pagi ini Hyuna pergi ke sekolahnya dengan langkah yang sedikit berat karena memikirkan keadaan adiknya.

"Kenapa wajahmu seperti itu? Apa keadaan adikmu belum membaik?" tanya Vina sahabat satu-satunya Hyuna di kelas itu.

"Dia harus di operasi."

"Sudah ku duga. Jadi berapa biayanya?"

"Aku tidak tahu."

Sepulang dari sekolahnya Hyuna langsung pergi ke rumah sakit lagi. Saat akan masuk ke ruangan Dita, tidak sengaja dirinya mendengar suara Mamanya yang sedang menelfon seseorang.

"Tolong, putriku. Aku akan mengembalikan uangnya dengan cepat."

Hyuna merasa dejavu mendengar suara Mamanya yang mengemis di telfon. Suara 3 tahun yang lalu saat Ayahnya di posisi yang sama dengan Dita, kini terdengar lagi oleh telinganya. Suara itu terdengar sangat menyakitkan untuk Hyuna.

Hyuna mengurungkan niatnya untuk masuk ke ruangan Dita. Hyuna pergi ke bagian administrasi untuk menanyakan biaya operasi adiknya.

Saat suster menyebut angka 20 juta, Hyuna tidak terkejut, karena ini bukan pertama kalinya dia mendengar nominal itu. Langkah kaki Hyuna tertatih seperti kehilangan tenaganya, dia duduk di bangku yang berada di luar ruangan adiknya dengan tatapan kosong. Tapi pikirannya penuh dengan pertanyaan, bagaimana caranya mendapatkan uang 20 juta dalam waktu singkat.

Hyuna mengambil ponselnya dan menelfon Vina sahabatnya.

"Aku tidak punya uang sebanyak itu. Kau juga tau, aku bukan putri konglomerat," jawab Vina saat Hyuna ingin meminjam uang padanya.

"Dari mana kau bisa membeli iphone barumu?"

"Aku membelinya 3 bulan yang lalu dan kau baru menanyakannya sekarang?"

"Aku juga ingin mendapatkan uang sebanyak itu."

"Sebaiknya kau tidak perlu tahu."

"Kau menjual dirimu?" tanya Hyuna terang-terangan.

Vina tidak terkejut, dia malah akan lebih terkejut jika Hyuna tidak tahu dari mana dia mendapatkan uang itu. Hyuna memang sedikit cuek tentang urusan pribadi Vina, tapi bukan berarti Hyuna tidak tahu apa-apa tentang sahabatnya itu.

"Kau juga ingin menjualnya?"

"Hmm," jawab Hyuna tanpa ragu mengiyakan pertanyaan Vina.

Setelah mendengar jawaban Hyuna, Vina mematikan ponselnya begitu saja. Tatapan Hyuna beralih ke ponsel yang ada di tangannya, dia masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dia katakan pada sahabatnya.

"Kau sudah pulang? Baguslah, jaga adikmu. Mama mau pergi sebentar." Suara Mamanya menyadarkan Hyuna dari lamunannya. Hyuna menatap punggung Mamanya yang semakin menjauh dari pandangannya. Entah, kali ini Mamanya akan mengemis pada siapa lagi.

Sementara di tempat lain, ada Vina yang tanpa ragu langsung menelfon mucikari yang selama ini di kenalnya, untuk mencarikan pria yang mau membayar tubuh Hyuna seharga 20 juta. Vina tahu, Hyuna bukan tipe orang yang akan menjilat ludahnya kembali.

"Kak, Mama dimana?" tanya Dita.

"Aku juga tidak tahu."

"Kak, suruh Mama untuk berhenti menghawatirkan aku. Jangan berusaha untuk menyelamatkanku, karena aku tidak akan bisa bertahan."

"Hmm," jawab Hyuna singkat dan terkesan cuek tapi sebenarnya, jauh di dalam hatinya dia sedang menangis karena takut akan kehilangan adiknya.

*triiingggg*

Suara ponselnya mengalihkannya dari adiknya. Hyuna membuka pesan di ponselnya dan ternyata itu pesan dari Vina. Vina mengirimkan sebuah alamat hotel dan jam berapa dia harus pergi. Hyuna menatap serius ponselnya, ada sedikit keraguan tapi jika dia tidak melakukannya, bagaimana nasib adiknya?

"Hanya sekali saja dan aku bisa mendapatkan uang itu," batin Hyuna yang mencoba untuk tidak goyah dengan keputusannya.

"Kenapa Mama belum pulang? Ini sudah malam," tanya Dita yang kawatir karena Mamanya tak kunjung kembali, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam.

Hyuna beranjak dari bangkunya dan berjalan keluar dari kamar Dita untuk melihat Mamanya. Saat dimana Hyuna membuka pintu, Mamanya berdiri tepat di hadapannya.

"Mama dari mana saja?" tanya Hyuna, tapi Mamanya tidak menjawab dan langsung masuk menghampiri Dita. Pandangan Hyuna mengikuti Mamanya yang berjalan ke arah Dita.

"Mama, Mama dari mana?"

Kali ini Mamanya menjawab pertanyaan Dita dengan senyuman, senyuman yang sebenarnya sangat sakit untuk di lihat. Hyuna yang melihatnya tersenyum dengan salah satu sudut bibir terangkat dan tertawa kecil.

"Aku pergi," ucap Hyuna yang langsung pergi tanpa menunggu reaksi Mamanya.

"Kau mau kemana?" teriak Mamanya tapi Hyuna tidak berhenti untuk menjawab pertanyaan Mamanya.

Ya, ini sudah waktunya. Hyuna harus pergi menemui pria yang akan memberinya uang 20 juta malam ini. Sesampainya di hotel tujuannya, Hyuna langsung bergegas mencari nomer kamar hotel yang Vina kirim melalui pesan siang tadi.

Setelah menemukan kamar yang ia cari, Hyuna berdiri menatap lekat pintu kamar itu.

"Apa dia sudah menunggu?"

Hyuna menarik nafas dalam, tangannya perlahan dan sedikit gemetar meraih pintu kamar itu.

Kau yang akan membayarku?

"Kau sudah datang," ucap pria yang tengah duduk membelakangi pintu kamar itu.

"Hmm."

Pria itu beranjak dari tempatnya dan saat pria itu berbalik ke arah Hyuna, Hyuna sedikit terkejut, karena pria yang akan membayarnya malam ini masih terlihat sangat muda. Sepertinya usianya tidak jauh berbeda darinya.

"Kenapa? Apa aku terlihat tampan?" ucap pria itu yang menyadari ekspresi terkejut Hyuna.

Ya, Hyuna berfikir pria yang akan membayarnya adalah pria tua dengan perut buncit, dan mungkin berkumis tebal, tapi nyatanya pria itu jauh berbeda dari bayangannya.

"Kau, kau yang akan membayarku?"

"Hmm, 20 juta? Apa kau yakin kau masih tersegel? Jika ternyata kau berbohong, aku tidak akan membayarmu." Tatap pria itu dengan tangannya yang mulai membelai wajah Hyuna.

Tubuh Hyuna menegang karena takut, debaran jantung Hyuna semakin kuat, tapi dirinya tidak bisa mundur lagi.

"Apa kau takut? Suara detak jantungmu sampai terdengar olehku," ejek pria itu.

"Tidak! Cepat lakukan, aku harus segera pergi membawa uang itu."

Pria itu tertawa kecil mendengar ucapan Hyuna, karena seharusnya Hyunalah yang memulainya dan memuaskannya.

"Baiklah, karena ini pertama kalinya untukmu, aku akan memakluminya."

Perlahan namun pasti, pria itu memulai permainannya. Hyuna yang awalnya merasa takut, kini mulai menikmati permainan pria itu. Tidak butuh waktu lama untuk pria itu berhasil membuka segel yang selama ini Hyuna jaga.

Suara lenguhan Hyuna membuat pria itu semakin menjadi, bahkan pria itu tidak memberi Hyuna waktu untuk menarik nafas. Permainan yang sangat nikmat tapi Hyuna tetap tidak bisa menerimanya.

Setelah selesai dengan pelayanannya, entah mengapa air mata Hyuna tiba-tiba menetes. Ada sedikit rasa penyesalan tapi semua sudah terjadi.

Hyuna beranjak dari ranjangnya, memunguti pakaiannya yang tergeletak di lantai, lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Hyuna menangis di bawah air yang mengalir dari shower, agar suara tangisannya tak terdengar hingga keluar.

Setelah puas menangis dan membersihkan tubuhnya, Hyuna segera keluar dari kamar mandi. Sementara pria itu masih berbaring santai dengan pakaian tidurnya.

"Mana uangku?"

Pria itu beranjak dari ranjangnya, berjalan mendekati Hyuna dan tiba-tiba memeluk Hyuna dari belakang. Tubuhnya tersentak kaget tapi dia tidak berusaha untuk melepas pelukan pria itu.

"Siapa namamu?" Tanya pria itu penasaran, tapi Hyuna enggan untuk memberi tahunya.

"Aku tidak boleh tahu? Baiklah, sepertinya kau juga tidak penasaran dengan namaku." Pria itu melepas pelukannya dan berjalan perlahan berdiri di hadapan Hyuna "Berikan ponselmu?"

"U-untuk apa?" tanya Hyuna penasaran."

Pria itu memintanya sekali lagi, dan Hyuna memberikan ponselnya pada pria itu. Ya, pria itu menginginkan nomer ponsel Hyuna. Setelah mendapatkan nomer ponsel Hyuna, pria itu memberikan uang yang dia janjikan pada Hyuna.

"Aku memberimu bonus dan jika kau membutuhkan uangku lagi, kau bisa menelfonku," ucap pria itu dengan tatapan nakalnya.

Hyuna tidak menghiraukannya dan langsung pergi meninggalkan kamar dan hotel itu. Hyuna kembali ke rumah sakit dengan menaiki taksi. Di sepanjang perjalanan, dirinya mencoba untuk tidak memikirkan apa yang baru saja ia lakukan.

Hyuna mengalihkan pikirannya dengan memikirkan keadaan adiknya Dita. Sesampainya di rumah sakit, Hyuna masuk ke ruangan adiknya untuk melihat Adik dan Mamanya, ternyata mereka sudah tertidur pulas.

Hyuna menyentuh pipi adiknya dan mengatakan dalam hati, "Kau akan baik-baik saja." Hyuna lalu pergi ke ruang administrasi malam itu juga dan langsung menandatangani surat persetujuan operasi adiknya.

Besok Dita akan langsung di operasi, mengingat kondisinya yang semakin memburuk. Malam ini Hyuna tidak bisa memejamkan matanya. Disatu sisi dia merasa senang karena adiknya akan di operasi besok, tapi di sisi lain, Hyuna masih belum bisa menerima dirinya yang sekarang ini. Tiba-tiba ponselnya berbunyi dan itu panggilan masuk dari sahabatnya Vina.

"Apa kau sudah pulang?"

"Hmm. Besok Dita operasi, aku tidak akan ke sekolah."

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Vina yang menghawatirkan keadaannya.

"Bukankah kau bisa menebaknya dari suaraku?"

"Ahhh, baiklah, kau pasti baik-baik saja."

Setelah memastikan keadaan Hyuna, Vina langsung mematikan panggilannya. Hyuna menghela nafas berat mencoba menahan tangisnya. Entah, rasanya hatinya sangat sakit dengan keputusannya hari ini.

Esok harinya Mamanya menanyakan kenapa dia tidak pergi ke sekolah hari ini.

"Mama bisa menjaga adikmu sendiri, kau tidak perlu menunggunya. Kenapa kau diam saja? Bukankah sudah Mama katakan berulang kali untuk tidak main-main dengan sekolahmu!"

Hyuna hanya diam mendengar ocehan Mamanya tanpa melakukan pembelaan sedikitpun.Tiba-tiba dokter masuk ke ruang Dita dan memberitahu Mamanya, jika siang ini Dita akan di operasi. Mama Hyuna kaget, karena dia belum membayar uang operasi dan bahkan belum menandatangani surat keputusan rumah sakit.

"Tapi aku tidak memiliki uang sama sekali."

"Putrimu sudah membayar dan menandatangani surat keputusan tindakan."

Mamanya menoleh ke arah Hyuna. Tatapan tajamnya membuat Hyuna tidak berani untuk menatap mata Mamanya. Setelah dokter pergi Hyuna harus menjawab pertanyaan dari Mamanya.

"Dari mana kau mendapatkan uang sebanyak itu?" tanya Mama.

"Aku meminjamnya dari Vina."

"Vina? Mama tahu Vina juga tidak lebih kaya dari kita. Apa kau mencurinya?"

"Tidak, Ma. Aku meminjamnya dari Vina."

"Yya! Apa yang kau lakukan di luar sana? Apa kau mencurinya? Jawab aku Hyuna!" Suara Mamanya semakin meninggi.

"Kenapa Mama tidak percaya dengan ucapanku? Aku meminjamnya dari Vina. Aku memintanya untuk menjual hp mahalnya!"

"Ma, hentikan. Jangan bertengkar dengan kak Hyuna," sela Dita.

Tapi Mamanya tetap tidak percaya dengan ucapan putrinya, dengan hati yang kesal Mamanya meninggalkan ruangan itu dan pergi entah kemana. Hyuna masih berdiri dengan air mata yang mulai menetes.

"Kak, Apa kakak benar meminjamnya dari kak Vina?" tanya Dita yang sebenarnya juga tidak percaya dengan ucapan kakaknya.

"Hmm."

Hyuna duduk dan berpaling dari adiknya. Dita tahu, kakaknya sedang berbohong kali ini. Tapi bagaimanapun juga Dita tetap berterima kasih, karena kakaknya sudah berusaha untuk membuatnya tetap hidup.

Satu jam sebelum operasi Mamanya kembali dengan sarapan pagi di tangannya. Mamanya berjalan ke arahnya dan meletakkan sekotak nasi itu di hadapannya.

"Makanlah," ucap Mamanya tanpa melihat ke arah Hyuna.

Tanpa berpikir panjang, Hyuna langsung memakan nasi yang ada di hadapannya itu. Mamanya tidak lagi menanyakan pertanyaan itu, dan membiarkan Hyuna menikmati makan paginya.

Tidak lama dokter masuk untuk membawa Dita ke ruang operasi lebih awal, karena Dita harus melakukan beberapa medical cek up untuk memastikan bahwa dirinya siap untuk di operasi.

Mama dan Hyuna menunggu di luar ruang operasi. Tdak seperti kebanyakan Mama dan putrinya yang duduk berdekatan dan saling menguatkan, Mamanya dan Hyuna memilih untuk duduk dengan jarak beberapa bangku.

Ya, Hyuna lebih nyaman seperti itu. Dari kecil Hyuna sudah terbiasa dengan sikap dinginnya. Dia juga jarang mengekspresikan apa yang di rasakannya di hadapan orang lain.

Operasi di lakukan selama kurang lebih 3 jam. Mama dan Hyuna masih di posisinya, hingga akhirnya dokter keluar dengan membawa hasil operasi Dita.

"Bagaimana, Dok? Apa operasinya lancar?"

Sesuai harapan mereka, Dokter memberikan kabar bahagia tentang kondisi Dita. Hyuna bernafas lega, karena pengorbanannya tidak sia-sia.

Siapa pria yang bersama Mama?

Setelah beberapa menit, Dita di pindahakan ke ruang ICU untuk pemulihan. Hyuna dan Mamanya menunggu Dita di luar dengan perasaan yang mulai tenang.

Setelah keadaan membaik, beberapa hari kemudian Hyuna kembali ke sekolahnya. Tapi Hyuna memiliki satu masalah yang cukup menganggunya, yaitu pria yang tidur dengannya mulai mencoba menghubunginya. Ponsel Hyuna penuh dengan panggilan dan pesan darinya, tapi Hyuna mengabaikannya.

"Sial, apa dia tidak punya pekerjaan lain selain menggangguku?"

"Siapa?" tanya Vina.

"Pria itu."

"Ganti saja nomer ponselmu."

"Hmm."

Sepulang sekolah Hyuna benar-benar mengganti nomer ponselnya, dia tidak tahan karena pria itu terus menerornya dan mengajak Hyuna untuk check in.

3 bulan kemudian

Keadaan Dita sudah jauh lebih baik, dia bahkan sudah beraktifitas normal dan mengikuti ujian sekolah terakhirnya. Begitu juga dengan Hyuna yang mulai mencari universitas untuk melanjutkan pendidikannya.

Hyuna berusaha mencari universitas yang membuka pendaftaran melalui jalur prestasi. Nilai Hyuna tidak terlalu tinggi tapi cukup memenuhi syarat untuk bisa mendapatkan beasiswa.

Setelah mencoba ke semua universitas terbaik di kotanya, akhirnya ada salah satu universitas yang menerima Hyuna. Hyuna cukup senang karena universitas itu termasuk dalam 5 universitas terbaik dan terbesar di kotanya.

Hyuna menerima beasiswa penuh selama pendidikannya, dan dia juga memilih pendidikan Hukum di universitas itu. Dita sangat senang mendengar keberhasilan kakaknya memenuhi keinginan terakhir Ayahnya.

"Mama tahu kuliahmu tidak mengeluarkan uang sepeserpun, tapi bagaimana dengan kebutuhan harian dan keperluan kuliahmu yang lain? Kau tahu bukan, Mama hanya sanggup membiayai sekolah Dita."

"Aku akan mencari pekerjaan paruh waktu," sahut Hyuna.

Hyuna pikir masalahnya telah selesai setelah mendapatkan beasiswa, tapi ternyata dia di hadapkan oleh masalah baru lagi. Hyuna mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Vina sahabatnya.

"Apa kau sudah mendapatkan pekerjaan?"

"Hmm, aku bekerja di bar Rose Town. Kau tahu, hanya pekerjaan ini yang bisa aku dapatkan." Vina tak seberuntung Hyuna yang masih memiliki otak yang cukup cerdas.

Hyuna tadinya ingin menanyakan lowongan pekerjaan paruh waktu pada Vina, tapi setelah mendengar pekerjaan sahabatnya, dia mengurungkan niatnya dan memilih untuk mencari pekerjaannya sendiri.

Keesokan harinya, karena Hyuna masih 1 bulan lagi mulai masuk kuliah, dia memanfaatkan kesempatan itu untuk mencari pekerjaan paruh waktu. Perlu waktu beberapa hari untuk Hyuna bisa mendepatkan pekerjaan yang pas untuknya.

"Ini cafe terakhir untuk hari ini, jika aku tidak juga mendapatkan pekerjaan disini, aku akan berkerja di tempat kerja Vina saja," gerutu Hyuna yang sudah mulai lelah.

Saat dirinya masuk ke cafe itu, terlihat suasana cafe yang cukup ramai pengunjung. Hyuna mendengar suara seseorang yang mulai mengeluh dengan pekerjaannya.

"Akhhhh, kenapa aku harus ikut bekerja disini? Aku pemilik cafe ini!" keluh salah satu gadis.

"Yya! Hanya untuk hari ini saja, kecilkan suaramu!" sahut salah satu gadis lain.

Hyuna merasa ini bukan waktu yang tepat untuk menanyakan pekerjaan pada mereka. Hyuna memilih untuk duduk memesan 1 jus Alpukat kesukaannya sembari menunggu cafe sedikit lengang.

Setelah kurang lebih 1 jam menunggu, akhirnya cafe sudah mulai lengang. Hyuna melihat 2 gadis yang tadi, bersama 1 gadis lainnya tengah duduk bersandar di bangku pengunjung yang kosong. Hyunapun beranjak menghampirinya.

"Selamat sore, maaf mengganggu waktunya." Salah satu gadis itu menyambut sapaan Hyuna dengan senyuman.

"Iya, apa ada yang bisa di bantu?"

"Ahh begini, apa disini ada lowongan kerja untuk part time?"

"Part time? Kenapa harus part time? Kau bisa bekerja full time disini."

"Maaf, tapi aku juga harus kuliah."

"Kuliah? Kau kuliah dimana?"

"Aku kuliah di Universitas Soura."

"Benarkah? Wuahhh, kita satu universitas."

Ya, ternyata mereka bertiga juga kuliah di universitas yang sama dengan Hyuna. Dan yang lebih membuat mereka terkejut lagi, mereka bertiga juga mengambil jurusan Hukum sama seperti Hyuna. Itu artinya mereka akan satu kelas.

"Siapa namamu?"

Hyuna memperkenalkan dirinya, begitu juga dengan mereka. Lily, Hana, dan Thian, itu nama ketiga gadis itu. Setelah berkenalan, Lily lalu menceritakan sedikit tentang hubungan mereka bertiga. Mereka bertiga sudah bersahabat sejak SMP dan mereka juga membuka cafe itu bertiga.

Mereka berasal dari keluarga yang lumayan. Dan Ide membuka cafe karena mereka suka menghabiskan waktu di luar dari pada di rumah, jadi mereka memilih untuk membuka cafe sendiri.

Sebenarnya mereka tidak menerima pekerja part time di cafe yang mereka kelola, tapi karena Hyuna akan menjadi salah satu teman mereka di kelas nanti, merekapun menerima Hyuna untuk bekerja di cafe mereka.

"Terima kasih, terima kasih banyak."

Hyuna sangat beruntung kali ini bisa bertemu mereka, dan besok Hyuna sudah mulai bekerja di cafe itu.

"Ahh, sepertinya aku bisa berteman dengan mereka," gumam Hyuna.

Sesampainya di rumah, Hyuna hanya melihat adiknya Dita. Tak biasanya Mamanya pulang larut malam, ini kali pertama Mamanya pulang malam. Hyuna mencoba menelfon Mamanya tapi ternyata ponsel Mamanya tertinggal di rumah.

"Apa Mama tidak bilang akan pergi kemana?" tanya Hyuna pada Dita.

"Tidak. Mama hanya bilang akan pergi sebentar."

Waktu sudah menunjukkan pukul 22:00 malam, Hyuna dan Dita mulai kawatir. Mereka akhirnya memutuskan untuk mencari Mamanya di luar, tapi saat mereka membuka pintu, terlihat ada sebuah mobil yang berhenti tidak jauh dari rumah mereka.

Hyuna dan Dita menghentikan langkahnya begitu melihat Mamanya keluar dari mobil itu, di susul oleh seorang pria yang usianya terlihat tidak jauh berbeda dari Mamanya.

Mamanya dan pria itu tidak menyadari jika Hyuna dan Dita tengah memperhatikan mereka. Hyuna bisa tahu apa hubungan mereka berdua, saat melihat senyuman Mamanya yang sedikit berbeda dari biasanya. Tatapan pria itu ke Mamanya juga terlihat sangat berbeda.

Hyuna masuk kembali ke dalam rumah, begitu juga dengan Dita. Mereka berdua duduk santai menunggu Mamanya masuk. Tak butuh waktu lama, Mamanya masuk dan belum menyadari jika kedua putrinya melihatnya bersama pria itu.

"Mama dari mana?" tanya Hyuna tanpa melihat Mamanya.

"Mama ke rumah teman lama Mama."

"Siapa pria itu?"

P-pria?"

"Hmm, pria yang mengantar Mama pulang. Apa Mama akan menikah dengan pria itu?" tanya Hyuna terang-terangan.

Bibir Mama mendadak kaku, dia tidak tahu harus menjawab apa untuk pertanyaan putrinya itu. Hyuna dan Dita bukan lagi anak kecil yang bisa di bohongi.

"Kapan?" Sela Hyuna terus menerus.

"Ahh, soal itu Mama belum tahu."

Hyuna beranjak dari tempatnya, tidak ada lagi pertanyaan yang ingin dia tanyakan pada Mamanya. Dita juga meninggalkan Mamanya yang masih berdiri di ruang utama menyusul Kakaknya ke kamarnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!