START COOPERATION
Membuat kedua murid yang baru tiba di sana berdecak kagum, padahal kemarin mereka juga ke sini. Namun, keindahan bangunan di hadapan mereka sungguh memanjakan Oliv dan Gita, kedua gadis yang akan magang selama tiga bulan ke depan.
"Gila ini perusahaan bener-bener dah."
"Biasa aja kali, Liv. Kemarin juga Lu bilang gitu."
Yang ditegur malah cengengesan sambil tersenyum malu-malu, membuat temannya itu mencebik kesal.
"Bisa-bisanya Gue punya temen kaya Lu, Liv ... Liv."
"Keberkahan itu namanya, Beb."
"Bab beb bab beb. Bebek."
"Udahlah jangan debat, yuk ah masuk." Tetapi, sesaat kemudian Oliv menghentikan langkahnya.
"Apa lagi?" tanya Gita kesal.
"Gue udah cantik'kan?" tanyanya sambil membenarkan rambutnya.
"Astaghfirullah Oliv!"
Melihat kekesalan itu gadis tadi langsung berlari memasuki ruangan, tingkahnya yang ceria membuat beberapa orang di sana menatapnya heran. Namun, tanpa mereka sadari sedari tadi ada tatapan tajam menatap mereka. Senyum tipis nyaris tidak terlihat melihat tingkah Oliv, yah siapa lagi kalau bukan pemilik perusahaan tersebut. Arka.
Pemuda dengan tampilan mempesona itu, langsung masuk ke dalam kantornya. Beberapa cewek histeris dan langsung menyapanya, beda dengan Oliv yang acuh dan malah sibuk dengan Hpnya. Gita yang melihat itu gemas sendiri, ingin sekali dia menenggelamkan wajah sahabatnya itu.
Saat Arka lewat di depannya, dia masih cuek saja membuat pemuda itu mengangkat alis. Gita yang di samping Oliv menyenggol gadis itu.
"Apasih?"
Begitu dia mengangkat wajahnya dia kembali acuh membuat Arka kesal sendiri, segera dia melangkah lagi. Ulah Oliv tadi membuat karyawan melongo, bagaimana bisa ada orang yang menolak kharismatik seorang Arka.
"Lu gila ya, Liv. Itu tadi cowok ganteng banget tahu," kata Gita kesal.
Mendengar kata ganteng Oliv segera celingukan mencari siapa yang di maksud.
"Mana? Kok engga ada?"
"Udah terbang!"
"Wuidih setan dong," kata Oliv tanpa dosa.
"Tahu ah, ngomong sama Lo bikin emosi."
"Ya, udah engga usah ngomong," jawab Oliv santai.
Sahabatnya itu benar-benar dibuat kesal oleh gadis tersebut, mengetahui Gita sudah menjauh Oliv langsung mengejarnya. Karena mereka belum tahu ruangan Pak Harun-kepala bagian karyawan, beruntungnya mereka segera bertemu Arka.
Bruk!
"Oliv!"
"Duh, papa kepala Dedek hampir lepas," katanya mengusap kepalanya yang tadi menabrak Gita. "Bisa engga sih kalau mau berhenti kasih tanda rem!"
"Bisa engga sih kalau jalan jangan main Hp!"
"Au ah gelap!"
Oliv malah pergi meninggalkan sahabatnya itu, menuju Arka yang tadi seperti sengaja memperlambat langkahnya.
"Permisi, numpang tanya, Pak."
Walau pun tingkahnya menyebalkan Oliv tetap sopan pada orang baru, tapi kalau orang itu membuatnya kesal maka siap-siap akan dibuat tidak tenang hidupnya.
'Pak? Demi apa pun apa wajahku sudah tua!' batin Arka geram.
"Iya," jawab Arka sambil menoleh dengan gaya cool.
Benar saja Olivia langsung terpana melihat sosok tampan di hadapannya, kulit putih dengan jabang halus di wajah membuat Oliv histeris.
"Huaa cowok ganteng!"
Dengan cepat dia mengeluarkan Hpnya dari saku. "Gita sini buruan!"
Gita yang tadi memperhatikan tingkah sahabatnya itu hanya menghela napas, semoga saja temannya tidak membuat ulah kali ini. Begitulah doa yang dia rapalkan siang malam dari kemarin. "Paan?"
"Fotoin," pinta Oliv dengan wajah menggemaskan.
Arka melihat respon gadis yang tadi mencuekinya hanya bisa bengong, tidak ada takutnya sama sekali dia pikirnya."Pak, minta fotonya, ya. Habisnya Bapak ganteng banget sih," kata Oliv sambil tersenyum.
Arka terpana melihat senyun itu, senyum yang pernah dia lihat. Namun, dia lupa di mana pernah melihat senyum itu. "Pak ... halo," kata Oliv lagi.
"Eh, iya."
Dengan wajah coolnya dengan tangan dimasukkan ke saku celana, membuat Arka makin kece. Beberapa karyawan yang melihat itu langsung baper mereka juga ingin seperti Oliv, sayangnya tidak bisa karena tatapan tajam pemuda itu membuat mereka takut dipecat.
Setelah mendapatkan foto yang diinginkan, Oliv dan Gita gantian berfoto. Saat melihat-lihat foto mereka tadi, kduanya baru ingat kalau belum temu ruangan pak Harun.
Sedangkan Arka dia sudah pergi memasuki lift, sepanjang di dalam lift dia tersenyum kecil. Senyum yang tidak pernah dia lihatkan pada siapa pun, tapi pagi ini senyum itu terbit karena seorang gadis unik.
"Siapa dia ... bodoh kamu Arka kenapa juga tidak lihat name tagnya," ujarnya sambil memukul keningnya.
Dia juga baru tahu kalau ada anak magang di sini, sebenarnya ini bukan hal baru ada yang magang. Hanya saja baru kali ini ada anak magang yang memanggilnya "Pak." Saat tiba di ruangannya segera dia memasuki kamar mandi dan berkaca.
"Aku tidak tua kenapa dia panggil, Pak?"
Memikirkan hal itu Arka kadang kesal sekaligus senang, kesal karena dipanggil Pak dan senang karena dia akan ada objek untuk dikerjai.
Kita kembali ke Oliv dan Gita, mereka sekarang akhirnya bertanya di mana ruangan Pak Harun. Tentu saja itu bukan hal susah, karena selain karyawan di sana ramah mereka juga segera mengantar kedua gadis itu ke ruangan pembimbing mereka.
Setelah diberi arahan mereka diberi tugas pertama, Oliv menuju ruang sekretaris sedangkan Gita ke Manajer. Karena mereka tidak mau berpisah membuat Pak Harun geram sendiri, akhirnya dia memutuskan agar mereka selesaikan semuanya bersamaan. Dan, tentunya hal itu langsung disambut sorak sorai bahagia oleh mereka berdua kemudia mereka pergi dari ruangan itu.
"Dasar anak zamam sekarang," omel Pak Harun.
Kedua gadis itu terkikik geli.
"Git, Lu udah post foto tadi?"
"Yang mane?"
"Itu loh yang foto sama bapak ganteng."
"Kuota sekarat gaes," kata Gita meringis.
"Sama," jawab Oliv tak kalah sedih.
Keduanya diam, tapi sesaat kemudian. Mereka saling tatap dan memekik bahagia.
"Wifi!"
Sepertinya dengan adanya kedua gadis itu kantor akan ramai meski pun hanya mereka berdua yang mengisi. "Yok kita tanya sama kang servis."
"Woy, mana ada kang servis ganteng."
"Ada buktinya saja tadi ada karyawan ganteng."
Sepanjang jalan mereka debatkan hal tidak penting sama sekali, saat tiba di ruangan manajer keduanya langsung masuk dan menyerahkan berkas yang diminta tadi.
Kemudian melanjutkan keruangan sekretaris. Saat keluar dari ruangan itu mereka masuk ke dalam lift lagi. "Ini kantor apa mol ya?" tanya Gita takjub.
"Biasa aja kali, Git. Lagian bolak balik di mol Lu biasa saja."
"Ini beda kali, Lu mah kantrok!"
"Eh sesama katrok jangan saling hina."
Mereka pun kemudian tertawa, menyadari kekonyolan barusana. "Mana pakaian udah kaya SPG."
"Hooh, berasa cewek nakal uwe, Beb," kata Gita menyetujui ucapan sahabatnya itu.
"Lah kan emang Lu nakal suka bolos," cibir Oliv.
"Woy cewek rese Lu yang,-"
"Ssst, ada yang mau masuk."
Ternyata yang masuk karyawan yang seruangan dengan pak Harun tadi, keduanya langsung ke bawah. Laporan kalau sudah selesai.
"Pak, bagi pasword wifi," kata Oliv dengan tampang melasnya.
"Emang tugas kalian sudah?"
"Sudah dong makanya sudah turun, Pak."
"Ya udah sini Hp kalian."
Ternyata hari magang mereka tidak seperti kata teman mereka, baru hari pertama sudah bikin emosi dan tidak betah. "Terimakasih, Pak," kata mereka kompak.
Pak Harun hanya bisa menggelengkan kepala, dalam hatinya baru membantin kenapa kali ini dapat anak magang seperti keduanya. "Pak, ad IG engga?"
"Ada kenapa? Follow, ya."
Keduanya langsung semangat mengangguk, setelah saling follow mereka post foto tadi pagi. Kemudian menyimpan Hp membuat Pak Harun heran, ternyata kedua gadis itu tidak seperti yang dia pikirkan. Keduanya mengambil beberapa berkas tanpa di minta dan mengerjakan sesuai arahannya tadi.
"Baru kali ini ada anak magang gercep seperti kalian," ungkapnya bangga.
"Jangan lupa, Pak cantik juga," sambung Gita.
Pak Harun langsung tersenyum mendengar celetukan Gita, tangannya mengambil Hp untuk melihat email yang pasti itu email para pendaftar. Setelah selesai tidak sengaja dia melihat ada notifikasi di atas layar Hpnya begitu dibuka, matanya melotot tidak percaya.
"Ka-kalian?"
"Kenapa, Pak?" tanya Oliv dan Gita heran.
"Kenapa bisa foto dengan pak Arka?"
"Arka siapa, Pak?" tanya Oliv bingung.
Pria paruh baya itu langsung menepuk keningnya, dia tidak habis pikir akan kelakuan kedua gadis ini.
"Yang fotonya kalian unggah di IG." Kesal juga lama-lama Pak Harun oleh mereka berdua.
"Oh, itu. Beteweh endeweh ganteng, ya, Pak," kata Oliv diangguki cepat oleh Gita.
"He Lu angguk-angguk saja ingat gebetan euy."
"Aelah cuci mata doang, gini gini Gita itu setia tahu."
Oliv tidak menanggapi perkataan sahabatnya itu, lalu kembali fokus ke komputer di hadapannya. "Eh, iya, Pak. Ruangan si Arka itu di mana, ya? Duh jadi pengen seruangan biar vitamin mata nih," katanya berandai-andai dan itu sukses mendapat jitakan dan Pak Harun.
"Awww! Sakit, Pak."
"Kalian tidak tahu dia?"
Kedua gadis itu menggelengkan kepala, mana mereka tahulah secara keduanya baru di sini. Hari kemarin hanya dikenalkan tempat itu dan dititipkan, nah hari ini baru keduanya menjalani kehidupan di sini.
Jadi mereka tidak tahu siapa saja karyawan, mana perusahaan tempat mereka itu besar. "Emang dia siapa?" tanya Oliv ingin tahu.
Pak Harun kali ini dibuat berulang kali menghela napas, sembari merapalkan mantera sabar membuat kedua gadis itu terkikik geli. Meski pun begitu mereka penasaran siapa sih Arka sebenarnya?
"Kepala Bapak pusing lama-lama karena kalian."
Kedua gadis itu saling tatap bingung, mereka merasa tidak melakukan kesalahan apa-apa bagaimana bisa membuat pusing.
Pintu pun terbuka menampakkan sosok Bu Santi orang yang satu ruangan, mereka langsung menghampiri wanita paruh baya itu. "Bu, Ibu tahu siapa Arka?"
"Ha?"
Bu Santi pun tidak menyangka jika gadis di hadapannya ini tidak tahu siapa itu Arka, ada sebuah isyarat dari Pak Harun membuat dia mengurungkan niatnya ingin memberi tahu.
"Bu," rengek kedua gadis itu.
"Coba kalian cari tahu," kata Bu Santi.
"Huft, tidak ketemu!"
"Ya udahlah, Liv mending bantuin sini. Nanti saja mikiri kaya gitu."
Mau tidak mau Oliv menuruti perkataan sahabatnya itu, meski pun diam ketahuilah otaknya sedang berpikir. Mencari jawaban siapa sebenarnya Arka, kenapa seperti dirahasiakan begitulah pikiran mereka.
Saat jam istirahat kedua gadis itu bergegas ke Mushola kantor, tidak salah dengan kantor ini selain megah dan mewah. Musholanya juga indah. "Busyet ini mushola gede amat, ya," kata Oliv takjub.
"Biasa saja euy, banyak yang lebih dari sini."
Mendengar tidak ada pembelaan dari sahabatnya itu Oliv cemberut kesal, keduanya pun khusyuk dalam berwudhu kemudian memasuki mushola dengan bersamaan. Sebenarnya kedua gadis itu risih dengan baju yang mereka pakai, bagaimana tidak baju kemeja putih dipadukan dengan celana dasar hitam.
Itulah membuat mereka kadang geli sekaligus ilfil dengan diri sendiri. Mereka merasa seperti gadis tidak benar saja, sebenarnya ada banyak rencana di kepala kedua gadis itu. Sayangnya mereka suka lupa.
Saat keduanya usai salat dan sekarang bersiap ke kantin, Arka yang melihat mereka beda sendiri bajunya. Langsung mengikuti kedua gadis itu, seperti ada magnet tersendiri. Khususnya gadis yang memiliki warna reddish brown di rambutnya, Arka tahu itu asli karena sesuai warna kulit gadis itu.
Siapa sih yang tidak kenal seorang Olivia saat disekolahan, yap dia dan Gita adalah primadona yang bisa membuat mata tidak berkedip menatap saat keduanya tertawa. Sayangnya tingkah mereka membuat guru BK pusing, meski pun begitu para guru tidak bisa mengeluarkan mereka. Sebab keduanya adalah aset berharga disekolah, yang selalu menjuarai olimpiade matematika dan fisika. Belum lagi dari lomba nyanyi yang selalu berhasil membawa SMK Permata menjadi juara satu.
Selain itu ada banyak fakta tentang mereka yang akan membuat kita terbelak kaget, next bab akan diungkap apa saja kelebihan mereka. Sekarang kita kembali fokus pada Arka yang tidak biasanya ke kantin, kini malah ke kantin. Hal itu membuat para wanita langsung senyum-senyum sendiri.
"Ini ada apa sih, Git kok pada senyum-senyum aneh?" tanya Oliv bergidik ngeri sendiri.
"Biasa lagi kena di bibir kali," jawab Gita asal.
Mereka malah acuh dan memesan makanan, ternyata Pak Harun dan Bu Santi ada di sana juga. Kedua gadis langsung berjalan ke arah sana, sambil berpesan untuk mengantarkan makanan. Ternyata Arka memilih duduk tidak jauh dari mereka, diikuti sekretarisnya yang seolah mencari perhatian.
"Pak," sapa keduanya membuat Pak Harun kaget.
Bu Santi yang melihat itu hanya mampu geleng-geleng kepala, dia tidak habis pikir dengan tingkah ajaib kedua gadis tersebut. "Kalian!" Geram Pak Harun.
"Viss," ujar keduanya menyusun jari membentuk huruf V.
"Kalian sudah pesan?" tanya Bu Santi lembut.
"Duh mama jadi kangen," kata Oliv tanpa sadar sambil menatap Bu Santi.
Sosok lembut juga mata yang memancarkan kasih sayang, membuat Oliv senang dengan nada lembut wanita paruh baya itu.
"Emang mama kamu kemana, Nak?"
Gita yang menyadari itu langsung menjawab dengan cepat kalau temannya itu aneh, Oliv diam saja membuat Pak Harun heran. Dia penasaran kenapa saat menyebut mama raut wajah gadis itu langsung berubah, ada banyak pertanyaan dikepalanya membuat dia penasaran tentang dua gadis di hadapannya. Mereka tampak saling melindungi satu sama lain.
Merasa dia diperhatikan Oliv langsung merubah raut wajahnya seperti biasa, sikap tengilnya kembali keluar. "Kenapa natap saya begitu? Cantikkan?" tanya Oliv dengan PDnya.
"Saya rasa kita kedatangan pasien sakit jiwa, Bu," kata Pak Harun kepada Bu Santi.
"Mereka lucu," kata Bu Santi membela keduanya.
Oliv dan Gita yang ada di dua sisi Bu Santi langsung memeluknya. "Sayang, Ibu."
Tentu saja hal itu membuat orang menatap mereka heran, bagaimana bisa seorang siswa magang langsung akrab. Namun, bagi Arka yang tadi memperhatikan mereka itu seperti keindahan, keharmonisan dan kebahagian.
"Sudah-sudah itu makanan kalian datang."
"Yee," sorak gadis itu.
Mereka tidak peduli ada yang memandang sinis atau memandang aneh, mereka makan yang dipesan tadi dengan lahap. Tentu saja itu membuat Pak Harun menggelengkan kepalanya.
"Kalian seperti orang tidak makan berapa hari."
"Emang dari kemarin belum sempat makan, Pak. Cuma nyemil doang si Oliv pelit engga sediain makanan," curhat Gita.
"Hee, enak saja. Lagian Lu yang nginep harusnya bawa makanan ini engga, udah dibilangi isi kulkas engga ada," jawab Oliv kesal.
"Santai Mbak ini Gue yang bayar."
"Ututu best aku kamumah, Beb."
"Heum," jawab Gita malas.
"Entahlah," kata Pak Harun melanjutkan makanannya.
Lama-lama dia juga akan stres kalau begini, setelah usai makan mata Oliv tidak sengaja melihat Arka.
"Git ... Git."
"Gitgit, Lu kira Gue sigit," cebik Gita kesal.
"Ais Lu mah lama," kata Oliv sambil berdiri membuat Pak Harun kaget.
Namun, dengan enjoy dia melangkah pergi dan mendekati meja yang ditempati Arka sendiri. Sekretaris tadi entah pergi kemana.
"Hai, Pak," sapa Oliv membuat Arka menghentikan kegiatan makannya.
"Ingat aku?" tanya Oliv sambil tersenyum manis.
"Heum."
"Duh Bapak ini ganteng-ganteng es kutub," gumam Oliv pelan, tapi masih terdengar oleh Arka.
Dimeja Pak Harun dia hanya bisa menepuk jidat melihat kelakuan Oliv, gadis itu benar-benar nekat.
"Gila si Oliv dekati bapak ganteng itu," kata Gita sambil bangkit.
"Hei kamu mau kemana?" tanya Bu Santi menahan tangan Gita.
"Mau nemuin Oliv, Bu."
"Jangan," ujar Pak Harun dan Bu Santi bersamaan.
"Lah kenapa?"
"Pokoknya jangan! Kamu jangan cari masalah dengan orang di hadapan Oliv," ingat Pak Harun.
Sayangnya gita malah acuh dan meninggalkan mereka berdua. "Ya Allah kenapa bisa aku diberi amanah membimbing mereka," keluh Pak Harun.
"Sabar, Pak," kata Bu Santi berusaha menenangkan.
"Gimana mau sabar mereka pagi ini saja sudah buat ulah, Bu," jelas Pak Harun sambil menunjukkan Hpnya yang ada foto Oliv, Gita sedang bersama Arka.
"Habislah kita kalau begini, Pak," kata Bu Santi lirih.
Kini mereka berdua hanya mampu menatap Oliv dan Gita dari kejauhan, sedangkan di sudut kantin sekretaris tadi belum pergi. Dia sebenarnya diusir oleh Arka, tapi bukannya kembali ke kantor malah menatap Oliv dan Gita dengan pandangan sinis.
"Dasar caper!" gumamnya kesal sebelum pergi.
Kembali ke Oliv dan Gita yang sedang bersama Arka.
"Lu gila ya, Liv mau nemuin Pak Ganteng engga ajak-ajak," bisiknya pelan.
"Lah tadikan sudah diajak Maemunah."
"Mohon maaf, Pak teman saya ini emang agak aneh kalau liat cowok ganteng," kata Gita sukses mendapat toyoran dari Oliv.
"Lu satu dodol!"
"Sakit woy Lu kira ini kepala apaan?"
Oliv hanya cengengesan dan membentuk jari V, sedangkan Arka hanya memperhatikan mereka yang persis anak kecil.
"Dasar bocah," gumam Arka sambil meminum minumannya.
"Apa Bapak tadi bilang?" tanya Oliv garang.
"Tidak ada," jawab Arka acuh.
"Tadi anda bilang kami bocah? Bapak engga liat kami sudah dewasa gini?" tanyanya kesal.
"Lah itu dengar ngapain juga masih tanya," jawab Arka sinis.
Tangan Oliv pun terkepal mendengar jawaban itu, Gita yang disampingnya langsung menenangkan. Sayangnya Oliv kalau sudah marah sulit dipadamkan emosinya.
"Ganteng sih ganteng, tapi mulutnya duileh," kata Oliv balik sinis.
"Apa kamu bilang? Kamu tidak tahu siapa saya?"
"Bodo amat! Yuk, Git kita balik dari pada nyamperi makhluk songong kaya dia. Berasa paling tampan saja," kata Oliv sambil menarik sahabatnya pergi dari sana.
Arka langsung emosi mendengar jawaban gadis itu, bisa-bisanya Oliv bicara begitu padanya. "Aku tidak akan membuat hidupmu tenang selama di sini," gumam Arka dingin.
Sedangkan Oliv yang tadi menggandeng tangan sahabatnya menoleh sebentar, kemudian mengacungkan jari jempol ke bawah sambil tertawa sinis. Oliv di lawan sih, tapi gadis itu terlalu bar-bar. Dia tidak tahu kalau itu adalah sebuah masalah baru ke depannya.
Melihat kepergian Oliv dan Gita, Arka tersenyum puas berhasil membuat gadis tersebut jengkel. Pak Harun dan Bu Santi yang melihat itu hanya mampu terdiam, apa lagi saat Arka berjalan mendekati mereka.
"Aku butuh data diri mereka berdua," kata Arka dingin.
Usai mengatakan itu dia pergi tanpa mengindahkan keduanya, sepertinya Arka ada rencana untuk mereka berdua.
Mereka tidak sadar jika sudah memasuki ranah orang asing, Arka akan dibuat terkejut setelah tahu tentang Oliv begitu pun sebaliknya. Entahlah apa yang akan terjadi saat mereka tahu siapa diri masing-masing.
Oliv yang tadi masih ditoilet menggeram kesal, tangannya terkepal menahan amarah.
"Udah dong, Liv. Harusnya tadi kamu engga usah samperin cowok itu," bujuk Gita.
Namun, sayang amarah Oliv kalau sudah begini sulit untuk dikendalikan. "Gue akan membuat perhitungan sama tuh cowok," tekad Oliv bulat.
"Selama Oliv di sini dia tidak akan tenang jadi karyawan."
"Masalahnya kita tidak tahu dia ada di ruangan apa, Liv," kata Gita kesal.
"Tenang," kata Oliv misterius.
Gita hanya mengedikkan bahunya acuh, dia sudah mewanti-wanti dari kemarin agar gadis itu tidak bar-bar. Sayangnya kalimat tersebut hanya diiya-iyakan saja.
"Liv, kita harus ingat kalau di sini baru satu hari," tegur Gita.
"Why?"
"Gimana kalau kita taruhan?"
"Ogah!"
"Takut nih?"
"Engga, males aja kalau buat cowok tadi jatuh cinta," kata Oliv yang sudah tahu kemana pikiran sahabatnya itu.
Gita tidak percaya kalau Oliv bisa menebak pikirannya. "Gila Lu kok bisa tahu sih, Liv pkiran Gue?" tanya Oliv takjub.
Oliv hanya tersenyum sinis, tangannya lebih sibuk membuka kran. Mencuci wajahnya dan mulai merapikan rambutnya.
"Git," panggil Oliv lirih.
"Why?"
"Gue mau mau warnai rambut," kata Oliv mantap.
Sahabatnya itu hanya acuh tak acuh membuat kesal dirinya saja. "Engga usah aneh-aneh deh, Liv. Rambut Lu dah bagus dari lahir engga usah diubah!'
"Gue hanya benci dengan warna ini, kenapa rambut Gue engga kaya yang lainnya?"
Gita yang paham perasaan sahabatnya itu hanya mampu menenangkan. Mereka berdua memiliki warna rambut berbeda, jika rambut berwarna reddish brown maka Gita berwarna black brown.
Hal itu tentu saja membuat mereka menjadi pusat perhatian, apa lagi keduanya adalah sahabat sejak masih kecil. Jadi Gita hapal luar dan dalam tentang Oliv.
"Sudahlah, ayo balik lagi," ajak Gita sambil menyeret sahabatnya itu.
Saat mereka akan keluar sekretaris Arka datang menghalangi mereka.
"Kalian itu anak bau kencur, jadi jangan sok!"
Sayangnya Oliv hanya menanggapinya dengan sinis, sambil menyenggol kuat badan sekretaris tadi. Sekedar info mereka berdua memiliki body yang profesional, meski pun wajah baby faces. Tetapi, jangan remehkan kedua gadis itu.
Sekretaris tadi kesal sendiri karena tindakan mereka, dengan menahan kesal dia menaiki lift. Kembali ke Oliv dan Gita, sekarang mereka sudah sibuk dengan tugas dari Pak Harun.
"Bapak, minta kalian jangan mencari masalah dengan Arka."
"Arka? Arka siapa, Pak?" tanya keduanya.
"Astaghfirullah kalian sudah lupa lagi? Arka itu cowok yang tadi kamu hampiri Oliv!"
Kedua gadis itu hanya beroh ria membuat Pak Harun mencemaskan keduanya.
"Kalian jangan anggap remeh Arka, berhati-hatilah," kata Bu Santi menengahi.
Mendengar itu Oliv justru tertawa. "Berhati-hati? Memang dia siapa seorang Olivia tidak akan pernah takut," ujarnya tegas.
Saat mengatakan itu Pak Harun kaget, cara nada bicara Oliv dia seperti mengenal. "Dengar, Pak. Selama kami di sini maka dia akan merasakan seperti di neraka," tekad Olivia.
"Berani bermain itu artinya berani terjatuh," sambung Gita.
Pak Harun yang baru hari pertama menangani mereka, lamgsung memijat kepalanya yang terasa sakit. "Bapak bingung harus memberitahu kalian seperti apa lagi," katanya sambil mengusap wajahnya kasar.
"Kalau bapak tidak ingin bingung, mari katakan siapa itu Arka dan ruangannya di mana," kata Gita mantap.
"Kalian akan terkejut saat mengetahuinya," kata Bu Santi.
Kedua gadis itu hanya acuh dan kembali fokus bekerja, bagi mereka percuma bertanya tidak ada gunanya.
Sedangkan sedari tadi Hp mereka terus bergetar, menandakan ada notifikasi masuk.
"Gue heran deh dari tadi ini Hp getar mulu," kata Oliv sambil mengambil Hpnya.
"Gila, Liv notifikasi Gue jebol euy," ujar Gita heboh.
Pak Harun dan Bu Santi yang melihat keduanya itu hanya bisa menahan napas, sungguh mereka bingung akan kelakuan ajaib kedua gadis itu.
"What!" pekik mereka bersamaan.
Keduanya saling pandang dan menutup mulut, entah apa yang membuat kedua gadis itu kaget. Ternyata di postingan tadi banyak orang mengatakan mereka beruntung, bisa berfoto dengan CEO dari perusahaan Start.
"Tamatlah kita."
"Kali ini kita habis."
"Huaaaa ... Bagaimana ini Gita?"
Kedua gadis itu langsung berpelukan seperti saling menguatkan, Pak Harun dan Bu Santi lebih memilih kembali fokus pada kerjaan.
"Lama bisa gila melihat mereka," kata Pak Harun kesal sendiri.
"Semoga murid seperti mereka tidak ada lagi," kata Bu Santi berdoa penuh kekhusyukan.
Saat baru saja akan fokus lagi-lagi mereka membuat ulah.
"Kenapa Bapak dengan Ibu tidak berkata sebenarnya pada kami?" tanya Oliv nelangsa.
Entah kemana sifat bar-barnya tadi, kini mereka berdua malah masang sifat seperti kalah berperang.
"Jika sudah diingatkan jangan dilanggar, rasa ingin tahu kalian itu membuatnya begini."
"Jadikan peringatan sebuah pertanda agar kalian lebih hati-hati," kata Bu Santi menyambung perkataan Pak Harun.
Kedua gadis itu langsung terdiam membenarkan ucapan mereka, tapi itu hanya sebentar saja. Karena mereka kini sudah memasang wajah menyebalkan kemabali.
"Apa perlu kita buat seperti perusahaan sebelumnya?" tanya Gita berbisik pelan.
Oliv menggelengkan kepala, meski pun itu bisa dilakukan. Dia tetap punya nurani dan Oliv tahu kalau perusahaan ini baik. "Jangan gegabah masih banyak yang lain."
Gita hanya mengangguk saja, meski pun begitu dia menjadi penasaran ada apa dengan sahabatnya. Biasanya akan langsung mengambil saham perusahaan yang dibenci tanpa belas kasih.
Jangan bingung dan bertanya siapa mereka, yang jelas mereka bukan orang sembarangan seperti bayangan Arka.
"Kalian kalau sudah nanti bantu buatkan Ibu desain," kata Bu Santi.
Yah, mereka berdua sangat pintar dalam hal tersebut meski pun masih sangat muda dan belia.
"Bu, apa ini perusahaan terbesar di sini?" tanya Oliv penasaran.
"Iya, ini perusahaan terbesar dan terkuat keamanannya. Baik secara internal mau pun eksternal," jelas Bu Santi.
"Iya, meski pun begitu kota harus tetap waspada dengan organisasi yang akhir-akhir ini meresahkan," kata Pak Harun menabahkan.
"Organisasi?" tanya keduanya bingung.
Pak Harun hanya mengangguk, tapi saat di tanya organisasi apa mereka hanya diam. Tentu saja hal itu membuat jiwa kepo kedua gadis itu menjadi.
"Kalian harus minta maaf pada Arka," kata Pak Harun mengingatkan keduanya.
Tentu saja hal itu membuat mood mereka turun, dengan menghela napas keduanya mengangguk. Sesaat kemudian mereka saling pandang, sudah bisa ditebak kalau keduanya ada rencana masing-masing. Rencana yang akan membuat mereka bertahan di perusahaan ini, atau kembali ke sekolah mencari tempat magang lainnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!