NovelToon NovelToon

Brother'S Obsession

Obsesi Kakak Tiri

"Thalia..." lirih seorang laki - laki yang sedang memandangi foto seorang gadis cantik yang berada di layar ponselnya. "Ah, kalau seperti ini Kakak juga tidak yakin. Apakah Kakak bisa menahan lebih lama lagi. Semakin hari kamu terlihat semakin menggoda. Kakak jadi tidak sabar untuk segera bertemu lagi denganmu, sayang."

Laki - laki itu adalah Keenan Alexander yang sedang memandangi foto adik tirinya, yang bernama Thalia Ivanka. Ternyata hanya dengan memandangi foto dari adik tirinya yang tengah tersenyum saja mampu membuat Keenan merindukan semua yang ada diri gadis kecil itu dan dia sudah tidak sabar lagi untuk segera bertemu dengan adik tirinya itu.

Di karenakan saat ini, Keenan masih berada di negara E untuk belajar bisnis atas keinginan dari sang Ayah dan kini sudah cukup baginya selama tujuh tahun lamanya dia berada jauh dari sang adik. Ya, sebenarnya Keenan sudah mengetahui secara detail bagaimana perkembangan dari adiknya itu. Karena, selama berada di negara E dirinya sudah memerintahkan orang kepercayaan itu untuk selalu memotret dan memvideokan hal - hal yang sedang di lakukan oleh sang adik.

Dia melakukan semua itu karena dia sangat ingin sekali melihat perkembangan dari adiknya secara langsung. Terakhir kali, Keenan bertemu dengan adiknya itu saat Thalia masih duduk di bangku SMP. Dan sekarang Thalia sudah duduk di bangku SMA kelas 3.

"Arrgh... Thalia! Kenapa kamu semakin membuat Kakak gila?" teriaknya saat menggeser layar ponselnya dia melihat di layar ponselnya sekarang menampilkan foto adik tirinya yang sedang tertidur dan hanya mengenakan tank top berwarna merah, sehingga membuat adiknya itu terlihat semakin seksi. Di tambah dengan hot pants yang di kenakan oleh sang adik yang telah mempertontonkan kemulusan pahanya. "Ya, sepertinya aku harus mempercepat jadwal penerbanganku ke negara L." lanjutnya.

Setelah cukup lama memandangi foto sang adik. Keenan kemudian melangkah ke arah kamar mandi dan mulai membuka seluruh pakaiannya. Setelah itu, mulai menghidupkan shower dengan deras untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket itu.

"Sayang, tunggu Kakak pulang. Sehingga fantasi liar yang Kakak pendam selama ini akan terwujud?" ucap Keenan di sela - sela acara mandinya.

Setelah cukup lama berada di dalam kamar mandi, Keenan pun langsung melangkah keluar dari dalam kamar mandi dan pergi ke arah walk in closetnya untuk mengganti pakaiannya dengan baju tidur dan melangkah ke arah ranjang. Dan sebelum tidur, Keenan pun melakukan peregangan terlebih dulu, agar besok tubuhnya itu tidak terlalu kaku karena perjalanan dari negara E menuju ke negara L pastinya akan membutuhkan waktu berjam-jam lamanya dan pastinya akan sangat melelahkan.

***

Thalia kini sedang berada di dalam kelas. Ya, dia tidak keluar saat jam istirahat berbunyi tadi, karena dia masih teringat akan ucapan dari Ibunya jika Keenan, Kakak tirinya itu akan pulang ke negara L setelah tujuh tahun lamannya Kakak tirinya itu belajar bisnis di negara E.

Sejujurnya, Thalia masih bingung harus bereaksi seperti apa saat mendengar kabar kepulangan Keenan. Apakah dia harus merasa senang ataukah tidak.

"Thalia..."

Lamunannya seketika buyar. Setelah mendengar suara yang familiar memanggil namanya. Kemudian, Thalia pun langsung menoleh ke arah sumber suara tersebut. Ya, dia melihat Axel Dirgantara teman sekolahnya yang berbeda kelas dengannya, kini tengah berdiri di ambang pintu. Dan sorot mata Axel yang sedang menatap lembut ke arahnya.

"Axel, masuklah..." ucap Thalia mempersilahkan Axel untuk masuk kedalam kelasnya.

Axel pun mengangguk. Kemudian dia melangkah mendekat ke arah Thalia sambil membawakan cemilan kesukaan Thalia dan air mineral untuk di berikan kepada Thalia.

"Thalia, ini cemilan untukmu. Kamu pasti belum pergi ke kantin sekolah, kan?"

"Makasih banyak, EL..." jawabnya sambil tersenyum dengan manis saat Axel memberikan cemilan kesukaannya.

"Thalia, kenapa hari ini kamu gak pergi ke kantin?" tanya Axel, ingin tahu.

"Lagi malas aja, El." jawab Thalia dan langsung memakan cemilan favoritnya yang di berikan oleh Axel.

"Apa kamu mau, El?" Thalia pun menawarkan cemilan yang tadi Axel kasih.

Axel menolak tawaran cemilan itu dengan mengibaskan tangannya.

"Thalia, kamu nanti bangunin aku ya sebelum jam istirahat selesai." ucap Axel memberikan pesan kepada Thalia.

"Oke." jawab Thalia, sambil memakan cemilan favoritnya. Sedangkan Axel langsung tertidur di samping Thalia selama jam istirahat.

***

Akhirnya bel pulang sekolah pun berbunyi dan para siswa itu mulai berhamburan keluar dari kelasnya masing-masing. Ya, karena tujuan mereka saat ini adalah keluar dari sekolah dan pulang kerumahnya masing-masing tetapi ada juga yang memilih untuk pergi bersama dengan teman - temannya.

"Thalia, apakah kamu mau langsung pulang kerumah? Atau kamu ingin pergi jalan - jalan dulu?" tanya Axel yang sudah berada di samping Thalia.

"Aku akan langsung pulang kerumah aja, El. Kenapa?" jawabnya.

Saat mendengar jawaban dari Thalia, Axel pun tersenyum senang. "Kalau begitu, apa boleh aku yang antar kamu pulang?"

"Han-"

"Baiklah, kalau begitu aku yang akan mengantarmu pulang." ucap Axel memotong ucapan dari Thalia dan langsung menarik tangan Thalia untuk menuntunnya ke arah parkiran dimana sepeda motornya itu berada.

Thalia mendengus kesal, karena Axel langsung memotong ucapannya. Ya, untuk apa tadi Axel bertanya, jika Axel tidak mau menerima kata penolakan darinya.

Thalia pun mulai mengikuti langkah Axel hingga sampai di depan motor milik Axel.

"Pakai helm ini Thalia." pinta Axel dengan menyerahkan helm pada Thalia.

Thalia pun hanya patuh dan langsung memakai helm yang di berikan oleh Axel.

"Ayo naik." suruh Axel dengan mengulurkan tangannya pada Thalia untuk segera naik ke motornya.

Setelah Thalia berhasil naik dan duduk sempurna di atas motor milik Axel. Kemudian Axel pun langsung menstarter motornya dan menjalankan motornya agak cepat.

"Thalia, mendingan lo pegangan deh. Kalau gak, gue takut nanti lo itu bisa jatuh." tutur Axel, saat merasakan jika Thalia belum berpegangan padanya.

Thalia hanya menganggukkan kepalanya kemudian di mulai berpegangan pada tas Axel yang berada di tengah - tengah mereka berdua.

"Udah kan. Dan gue minta sekarang lo itu gak usah bawa motornya ngebut - ngebut. Gue takut, El." jawab Thalia tegas.

Mendengar ucapan dari Thalia, Axel pun terkekeh pelan sambil menatap wajah Thalia dari kaca spion motornya.

Butuh waktu dua puluh menit lamanya bagi Axel untuk sampai di depan rumah Thalia. Kemudian, Axel pun menghentikan laju motornya dan mematikan mesin motornya.

"Makasih banyak ya, El. Lo itu udah mau nganterin gue pulang kerumah." ucap Thalia sambil menyodorkan helm yang baru saja di pakainya untuk di berikan lagi ke Axel.

"Sama - sama. Ingat, kalau lo butuh tumpangan, gue itu selalu siap kok buat nganterin lo sampai kerumah." ujar Axel sambil tersenyum.

"Ihhhhh, apa - apaan sih kamu? Emangnya kamu mau jadi tukang gojek?" tanya Thalia sambil memukul pelan bahu Axel.

"Asal itu kamu. Aku rela kok jadi tukang gojek."

Visual dari Thalia Ivanka dan Axel Dirgantara.

******

Hay... hay! Kalian yang sudah baca Bab ini jangan lupa kasih likenya dong untuk author.D

Kalau ada yang mau ngasih 🌷atau ☕ juga boleh kok hehehe. Seperti biasa author juga mau mengingatkan pada para reader ku. Yuk, kasih sajen votenya untuk author. Komentarnya juga jangan sampai lupa yah~

Author selalu menunggu komenan dari kalian loh😁

Makasih...

Bersambung....

Terima kasih sudah membaca. Maaf jika masih banyak typho.

Menjemput Keenan Di Bandara

Thalia berdecak kesal. "Dasar tukang gombal!'

"Biarin. Lagi pula, gue itu gombalnya ke lo aja." jawab Axel sambil tersenyum senang. "Udah ya, jangan ngambek lagi. Nanti keliatan jeleknya loh." lanjut Axel, sambil mengelus dengan lembut kepala Thalia. Saat melihat Thalia masih mengerutkan bibirnya.

"Ihhhhh... Axel. Kamu kok nyebelin banget sih? Ya udah. Aku masuk kerumah ya." ucap Thalia dan melangkah pergi meninggalkan Axel.

Sedangkan Axel yang melihat Thalia yang kini hendak berjalan masuk kedalam rumahnya, dia pun langsung buru - buru turun dari motornya dan melangkah mendekat ke arah Thalia dan langsung memeluk Thalia dari belakang. "Asal kamu tahu Thalia, aku itu sayang banget sama kamu." bisiknya di telinga Thalia.

Tentu saja Thalia sangat terkejut saat Axel memeluknya dari belakang di tambah lagi saat Axel membisik sebuah kata sayang kepadanya.

"Tha-"

Thalia pun langsung membalikkan badannya dan dengan cepat, dia langsung memotong ucapan dari Axel. "Iya, Axel. Kamu itu udah aku maafin." jawab Thalia dengan tersenyum, dia berusaha untuk menutupi rasa gugupnya.

"Makasih Thalia. Aku sayang kamu." ucapnya dengan senyuman bahagianya.

"Aku juga sayang kamu. Karena kamu adalah sahabat terbaikku."

Deg!

Mendengar ucapan dari Thalia kali ini. Entah kenapa, membuat dada Axel terasa sangat sakit. Namun, Axel berusaha untuk selalu tetap tersenyum walaupun jawaban yang di berikan oleh Thalia itu sangat menyakitkan untuk dirinya.

"Thalia..." suara seorang wanita memanggil Thalia dari arah rumahnya.

"Iya, Bunda..." jawab Thalia saat mendengar Ibunya memanggil namanya.

"El, aku masuk kedalam dulu ya. Bundaku udah manggil aku tuh." ucapannya pada Axel.

"Itu ibu kamu?" tanya Axel, yang baru pertama kali melihat Ibunya Thalia. Karena baru pertama kali juga Axel mengantarkan Thalia pulang kerumah.

"Iya, itu Bunda gue." jawab Thalia sambil mengangguk.

"Kalau gitu gue mau mampir bentar.Gue mau sekalian pamit sama ibu kamu ya." pinta Axel agar Thalia mau mengizinkan dirinya untuk menyapa ibunya.

"Kenapa?" tanya Thalia lagi.

"Karena gue udah membawa anak gadisnya." jawab Axel sambil terkekeh.

Kini Ibunya Thalia sudah berada di depan Thalia dan juga Axel.

"Selamat siang, Tan. Saya Axel temannya Thalia." sapa Axel pada Ibunya Thalia.

"Siang nak Axel..." balas Vina, ibunya Thalia.

Dan Axel kemudian mengulurkan tangannya menjabat tangan Ibunya Thalia yang terlihat masih terkejut saat melihat dirinya.

"Silahkan duduk dulu nak Axel.." ucap Vina, mempersilahkan Axel untuk duduk di kursi yang ada di depan teras rumahnya. Kemudian, Axel pun langsung duduk memenuhi permintaan dari ibunya Thalia.

"Begini, Tan.Tadi itu saya yang nganterin Thalia pulang kerumah. Jadi, saya sekalian menyapa Tante tadi."

"Terima kasih ya nak Axel, udah mau nganterin Thalia pulang kerumah." jawabnya dengan senyuman hangat.

"Sama - sama, Tan."

Kemudian, Thalia datang dari dalam rumahnya sambil membawa minuman dan makanan kecil untuk sahabatnya itu.

"Silahkan diminum," tawar Thalia dengan menaruh minuman dan makanan kecil itu di meja dekat dengan Axel.

Axel pun mengangguk dan tersenyum ke arah Thalia.

"Terima kasih, Thalia. Maaf ya, udah ngerepotin." ucap Axel.

"Ah, nggak apa. Ini cuma minuman doang kok. Seharusnya gue yang harusnya bilang terima kasih ke lo, karena lo udah mau anterin gue sampai ke rumah." jawab Thalia.

"Tante, kalau begitu Axel pamit pulang dulu ya."

"Eh, kenapa pulangnya cepat sekali nak Axel. Memangnya gak mau ngobrol - ngobrol dulu sama Thalia."

"Karena Axel masih ada acara, Tan."

"Ya sudah kalau begitu. Dan Thalia, sekalian antar nak Axel kedepan ya." pinta Vina pada putrinya itu.

"Iya, Bun."

Kemudian, Thalia dan Axel pun langsung melangkah pergi meninggalkan Vina.

"Thalia, aku pulang dulu ya." ucap Axel sambil mengelus dengan lembut kepala Thalia. Saat sudah sampai di depan motornya.

"Iya. Eh, sekali lagi terima kasih banyak ya. Dan juga hati - hati di jalan. Jangan ngebut kaya tadi!"

"Siap Tuan putri." jawabnya sambil tersenyum. Kemudian, Axel segera menjalankan sepeda motornya dan meninggalkan rumah Thalia.

Thalia menghela nafasnya kemudahan dia langsung masuk kedalam rumahnya, dan Thalia pun langsung kedalam kamarnya, menyandarkan tubuhnya yang terasa lelah hingga kemudian memejamkan matanya.

***

"Thalia, bangun sayang..."

Dahi Thalia mengerut. Karena dia mendengar suara seseorang memanggil namanya sambil mengguncang tubuh Thalia.

"Iya. Ada apa, Bun?" jawab Thalia masih memejamkan matanya, saat melihat bundanya itu yang sedang memanggil namanya.

"Bangun dulu, sayang." pinta Vina pada putrinya itu.

"Iya, Bun." ucap Thalia, meski dirinya itu sebenarnya masih mengantuk. Dengan terpaksa dia pun akhirnya bangun.

"Bukankah kamu mau jemput Keenan di Bandara ya?"

"Ya ampun. Thalia lupa, Bun." ucapnya, kini matanya sudah terbuka sepenuhnya dan tidak lagi mengantuk.

"Ya sudah, kamu cepetan siap - siap sana."

"Bagaimana kalau Bunda aja yang jemput Kak Keenan di bandara?"

"Bunda gak bisa, sayang. Bunda sebentar lagi ada acara sama teman - teman arisan.Udah, kamu aja ya.."

Mendengar ucapan dari sang Bunda, lagi - lagi Thalia menghela nafasnya dan mau tidak mau dia yang harus menjemput Kakaknya itu.

Ya, sebenarnya Thalia itu tidak masalah jika harus menjemput Kakaknya di Bandara. Tetapi dia masih belum siap jika harus bertemu dengan Kakaknya langsung. Entah kenapa, Thalia masih merasa canggung di tambah lagi Thalia merasa takut apabila dia bertemu langsung dengan Kakaknya mungkinkah sikap Kakaknya itu masih sama seperti dulu ataukah sudah berubah.

Entahlah. Namun, Thalia berharap, semoga sifat Kakak tirinya itu sudah berubah dan tidak lagi dingin lagi kepadanya atau pun Bundanya.

Dan kini, Thalia sudah sampai di Bandara. Menunggu kedatangan sang Kakaknya tirinya yang sebentar lagi akan berjumpa dengannya.

Selama beberapa menit menunggu, terlihat jelas di pandangan mata Thalia bahwa dari arah depan sana terlihat seorang laki - laki yang sangat dia kenali wajahnya meskipun sudah berpisah dengan waktu yang cukup lama. Ya, dia adalah Keenan Alexander, Kakak tirinya yang terlihat sedang melambaikan tangannya beberapa kali ke atas dan mulai berhenti saat Thalia sudah mengetahui keberadaannya.

Sambil membawa kopernya, Keenan berjalan dengan cepat dan angkuh membelah keramaian yang menghalangi jalannya menuju ke arah sosok seorang gadis cantik yang selama ini sangat dia rindukan itu.

Sedangkan Thalia, rasanya ingin sekali segera melarikan diri saja dari tempatnya menunggu Kakaknya itu. Entah kenapa, kedua kakinya terasa sangat kaku walaupun hanya untuk sekedar memundurkan langkahnya saja tidak bisa ia gerakkan.

"Thalia, kamu kenapa?"

********

Hay... hay! Kalian yang sudah baca Bab ini jangan lupa kasih likenya dong untuk author.D

Kalau ada yang mau ngasih 🌷atau ☕ juga boleh kok hehehe. Seperti biasa author juga mau mengingatkan pada para reader ku. Yuk, kasih sajen votenya untuk author. Komentarnya juga jangan sampai lupa yah~

Author selalu menunggu komenan dari kalian loh😁

Makasih...

Bersambung....

Terima kasih sudah membaca. Maaf jika masih banyak typho.

Keenan Beraksi

"Thalia, kamu kenapa?" tanya Keenan pada Thalia untuk pertama kalinya. Ya, Keenan masih merasa bingung melihat sikap dari sang adik yang terus-menerus menundukkan kepalanya dan sepertinya enggan untuk menatap dirinya. "Lia, liat Kakak sekarang. Kakak, minta maaf ya, kalau Kakak sudah membuatmu lama menunggu di sini." lanjutnya dan Keenan langsung mencium punggung tangan Thalia. Sontak saja, hal yang di lakukan Kakaknya itu membuat Thalia semakin terkejut. Pasalnya, dia masih tidak percaya dengan apa yang sedang di lakukan oleh Keenan Alexander itu kepadanya.

"Kak Keenan apa - apaan sih?!" Seru Thalia. Saat Keenan langsung memeluk dirinya dengan begitu erat. Sedangkan Keenan, sama sekali tidak memperdulikan gerutuan dari sang adik tirinya.

"Ssst. Biarkan seperti ini dulu, Thalia. Apakah kamu tahu, kalau Kakak itu begitu merindukanmu."

Tubuh Thalia, langsung menegang saat merasakan usapan lembut pada punggungnya. "Ta - Tapi Kak Keenan..."

Ya, sebenarnya Keenan itu tahu, maksud dari panggilan Thalia kepadanya. Dan dia pun langsung melepaskan pelukannya. Akan tetapi tidak dengan mata Keenan yang masih begitu lekat menatap wajah dari sang adik tirinya yang kini sudah tumbuh menjadi gadis dewasa yang sangat cantik.

Setelah Keenan sudah melepaskan pelukannya, Thalia pun langsung berdehem untuk menormalkan detak jantung yang sedikit terkejut tadi. Dan masih memalingkan wajahnya tidak berani menatap ke arah Kakaknya.

Melihat sikap dari Thalia yang terlihat masih canggung itu, Keenan kemudian langsung menarik sang adik untuk duduk di bangku yang letaknya tidak jauh dari mereka berdiri.

"Mau kemana, Kak?" tanya Thalia saat Keenan menarik tangannya secara tiba - tiba.

"Duduklah." pinta Keenan pada Thalia.

"Kaki kamu pasti sakit kan, dari tadi kamu kan berdiri lama sambil menunggu kedatangan Kakak. Apa mau Kakak pijat?"

"Gak usah, Kak. Lagi pula Kaki aku gak lagi sakit atau pun pegel, kok." tolak Thalia dengan halus saat Keenan menawarkan dirinya untuk memijat kakinya.

Kemudian, Keenan kembali memeluk dengan erat tubuh adik perempuannya itu. "Thalia, tahukah kamu? Saat berada di negara E Kakak itu selalu merindukanmu? Ya, Kakak itu sungguh sangat merindukanmu, Thalia."

Setelah berucap seperti tadi, Keenan pun langsung melepaskan pelukannya kemudian dia langsung mengecup bibir sang adik yang selama ini sudah sangat membuatnya tergoda untuk segera menciumnya.

Cup.

Keenan dengan beraninya langsung mengecup bibir Thalia saat mereka berdua masih berada di depan umum.

"Kak Keenan! Apa yang sudah Kakak lakukan tadi?" Seru Thalia. Saat Kakak tirinya itu langsung mencium bibirnya secara tiba-tiba. Hingga membuat Thalia sangat terkejut di tambah lagi saat melihat banyaknya perubahan sikap yang terjadi pada Kakak tirinya itu.

"Kenapa Thalia? Memangnya seorang Kakak tidak boleh mencium bibir adiknya sendiri?" tanya Keenan sambil tersenyum penuh arti.

Mendengar ucapan dari Keenan lagi dan lagi Thalia hanya terdiam dan tidak membalas ucapan dari sang Kakak tirinya itu.

"Bagaimana? Tidak ada yang melarang kan? Jadi, Kakak bebas dong mencium bibir kamu?"

"Tapi aku yang keberatan, Kak." ucap Thalia dengan berani mendongakkan wajahnya menatap manik mata coklat sang Kakak tirinya itu.

"Kenapa, Tahlia?" tanya Keenan bingung.

"Ah, pokoknya aku sebal sama Kak Kenan?!" Ucap Thalia, sambil beranjak dari tempat duduknya.

"Tunggu. Kok kamu malah sebal, sih? Lagi pulaKakak hanya mencium adik Kakak sendiri?" tanya Keenan sambil memegang tangan Thalia.

"Tapi Kakak itu sudah mencuri ciuman pertamaku!" Seru Thalia kesal, sambil menghentakkan kakinya dan mulai pergi dari hadapan Keenan.

Melihat kekesalan sang adik tirinya, Keenan hanya tersenyum penuh arti. Kemudian dia langsung menyeret kopernya untuk menyusul sang adik yang sudah pergi lebih dulu.

Saat sudah sampai di parkiran mobil bandara. Keenan pun langsung memasukkan koper - kopernya kedalam mobil. Kemudian dia langsung masuk kedalam mobil dan duduk di samping Thalia yang sudah lebih dulu masuk kedalam mobil.

"Kamu kenapa sih, Lia? Kenapa wajah kamu cemberut begitu?" tanya Keenan.

Namun tak ada jawaban dari sang adik. Dan selama perjalanan pulang menuju kerumah mereka. Thalia hanya diam saja sambil memandang keluar ke arah jendela.

"Thalia, selama Kakak tidak ada di negara L? Apakah kamu juga merasakan kerinduan sama yang seperti yang Kakak rasakan padamu?" Tanya Keenan tiba - tiba. Ya, Keenan juga ingin mengetahui apakah sang adik tirinya juga merasakan hal yang sama seperti dirinya.

Namun, Thalia hanya memberikan jawaban lewat anggukan kepalanya saja. Seolah mengiyakan bahwa dirinya juga memiliki kerinduan yang sama.

"Kak Keenan, bagaimana rasanya tinggal jauh dari keluarga? Apakah Kakak merasa senang saat tinggal di negara E?" Kali ini Thalia yang gantian bertanya. Ya, meskipun masih sangat kesal dengan sikap Kakak tirinya itu. Tahlia pun mulai memberanikan diri untuk mengawali percakapan dengan Kakaknya itu.

Keenan tidak menjawab pertanyaan dari Thalia. Tatapannya matanya kini fokus menatap ke arah paha Thalia. Ya, saat itulah Thalia baru menyadari bahwa sekarang dirinya masih mengenakan baju seragam dan rok pendek yang sedikit terbuka dan memperlihatkan kemulusan pahanya. Tanpa pikir panjang lagi, Thalia langsung mengambil jaket milik Kakaknya yang tergeletak di samping tempat duduknya.Lalu, langsung menaruh jaket tersebut untuk menutupi pahanya. Setelah itu, Thalia mulai menggeser tubuhnya agar sedikit berjauhan dengan Keenan. Karena jika Kakaknya itu terlalu dekat dengan dirinya itu tidak akan baik untuk kesehatan jantungnya. Namun, bukan Keenan namanya jika tidak bisa membuat Thalia panik dan ketakutan.

"Kak Keenan, mau apa?" tanya Thalia, saat Kakak tirinya semakin menggeser posisi duduknya agar bisa lebih dekat dengan dirinya.

Mendengar ucapan dari sang adik yang terlihat ketakutan, Keenan hanya menyeringai dan telapak tangannya mulai bergerak untuk mengelus dengan lembut rambut Thalia dengan sayang.

"Kakak, enggak bakalan ngapa - ngapain kamu, kok? Kakak itu hanya pengin duduk dekat aja sama kamu? Lagian, kamu sih kenapa coba harus duduk berjauhan dari Kakak? Ah, Kakak tahu. Kamu pasti pengin menghindari Kakak, kan?" bisik Keenan.

Mendengar rentetan pertanyaan dari Keenan. Semakin membuat Thalia ingin segera menjauh dari sang Kak tirinya itu. Namun sayang, belum sempat Thalia menjalankan rencananya, tangan Keenan sudah lebih dulu merayap ke pinggangnya dan mencoba mendekatkan tubuhnya agar lebih dekat lagi dengan Kakak tirinya itu.

"Kak Keenan! Lepasin aku, Kak! Aku tidak ingin ya, kalau pak supir akan salah paham mengenai hubungan kita ini?!" Ucap Thalia dengan nada suara yang kening dan hampir terdengar seperti sedang berbisik.

********

Hay... hay! Kalian yang sudah baca Bab ini jangan lupa kasih likenya dong untuk author.D

Kalau ada yang mau ngasih 🌷atau ☕ juga boleh kok hehehe. Seperti biasa author juga mau mengingatkan pada para reader ku. Yuk, kasih sajen votenya untuk author. Komentarnya juga jangan sampai lupa yah~

Author selalu menunggu komenan dari kalian loh😁

Makasih...

Bersambung....

Terima kasih sudah membaca. Maaf jika masih banyak typho.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!