Malam ini terdengar riuh pesta disebuah Mansion. Hingga membuat orang-orang yang berada di sana nampak senang, serta saling menyanjung untuk mendapatkan simpati dari rekan-rekan yang lebih berkuasa, untuk segerah masuk menjadi rekan bisnisnya.
Tapi tidak bagi Lusiana yang hanya dijadikan sebuah alat balas budi bagi mereka. ia dituntut agar bisa membuat keluarga ini terlihat masih ada penerus.
Dan ia juga harus terus mau dikendalikan dan tidak boleh membantahnya.
Yah.....!" Keluarga ini yang mengadopsinya sedari ia masih bayi.
Ibu yang dipanggil nya saat ini tak lain adalah Ibu angkat nya.
Yang mana ia dinyatakan saat itu tidak dapat melahirkan seorang keturunan, dan memutuskan untuk segerah, dalam waktu singkat hari itu. Yang pada saat itu juga, harus berpura-pura keluar negri dalam rangka istirahat hamil, dan hingga melahirkan.
Maka dengan segerah, setelah waktu yang ditentukan dan segerah mengadopsi bayi yang benar-benar baru lahir saat itu.
Hingga bertepatan saat itu. Lusiana yang baru saja terlahir dan ditinggalkan disebuah panti. Dengan segerah pula kabar itu terdengar oleh keluarga yang mengadopsinya saat ini.
Tapi...! "Bukan sebuah keberuntungan yang diterima Lusiana. Akan tetapi suatu tekanan batin. Yang selalu mengharuskan ia, yang harus selalu patuh atas segala peraturan di Rumah itu.
Sampai ia memasuki sekolah dasar dan mengharuskan tinggal disebuah asrama. Dan hingga saat ini, ia baru bisa merasakan atau pulang ke Mansion ini.
Yang dengan dalih memperkenalkan dirinya ke kolega. Bahwa keluarga ini, masih ada penerus, yang akan melanjutkan usaha keluarga Madinsion.
Setelah awal acara hingga perkenalan. Lusiana bisa menahan sandiwara keluarga ini yang nampak harmonis serta sangat kuat dan sempurna.
Tapi bagi Lusiana !
Ia sangat tertekan dengan sandiwara ini. Yang mengharuskan ia harus terus tersenyum dan bangga akan keharmonisan keluarga ini.
Dan pada dasarnya. Keluarga ini tak perna menganggapnya ada selama ini. Serta tak sedikit pun memberikannya kasih sayang itu, terlebih bila sedang tidak ada orang luar disekitar mereka.
*
*
Setelah Lusiana melihat, orang-orang yang mulai melenggang dengan kesibukannya masing-masing.
Lusiana mulai melarikan diri. Menghindar memasuki kamar nya, untuk menyendiri.
Tapi.....! "Baru sesaat ia merebahkan tubuhnya itu, dan ia sudah mulai tertidur dengan nyenyak nya.
Dan...Lusiana pada saat ini pun tidak menyadari akan keadaan Ruangan pesta yang baru saja ditinggalkan nya itu.
Seseorang yang sangat berkuasa dengan topeng kebanggaan nya. Dan kini mulai memasuki gedung tersebut, dengan segerombol anak buah nya, hingga mereka melepas tembakan secara membabi buta, tampa pandang bulu dan kejamnya.
Sampai semua orang yang berada disana pun, langsung berhamburan bersembunyi dan menyelamatkan diri mereka masing-masing.
Nampak semua para penjaga telah tumbang semua, serta banyak juga para tamu yang tidak bersalah menjadi korban kebiadabannya.
Seorang Pria ini nampak sangat berdarah dingin, dan bisa membunuh beberapa orang dalam sekejap saja. Hingga ia telah memusatkan perhatian nya ke sekeliling. Mencari seseorang yang dimaksud kedatangannya saat ini.
Tuan Madinson !" Tatapan tajam nya menghunus, membuat para anak buah nya langsung menyeret nya, hingga saat ini berada dihadapan si Tuan bertopeng itu. Dan kini membuatnya berlutut tak berdaya.
Kau tau kesalahan mu ?
Aku tidak tau dan tidak mengerti ! "Jawab Tuan Madinson dengan tatapan ketakutan saat ini.
Kau ingat kejadian 20 Tahun silam. Dimana ada keluarga keluarga yang kau bantai tampa tersisa serta kau ambil seluruh hartanya saat itu.
Tuan Madinson melototkan matanya. Tak percaya kejadian itu masih akan dibahas hingga saat ini.
Dan seingatnya, semua keluarga sampai pelayan dan penjaga telah dibunuh semua oleh nya saat itu. Lalu setelah ia mendapat kan surat pengalihan perusahaan serta harta peninggalan semua ke tangan nya, dengan jaminan hutang yang dipalsukan.
Maka setelah nya, ia oun langsung membakar kediaman itu, untuk mengalih kan kecurigaan akan menutupi kejahatannya itu.
Tapi...sungguh tak disangka kalau saat ini, masih ada yang mengungkit nya lagi. Terlebih, orang ini seperti berdarah dingin, dan sangat menakut kan.
Kau tau siapa yang kau bunuh saat itu !
Tuan Madinson menggeleng dengan rasa takut nya, bingung pun ia rasa hingga ia tak berani berpikir.
Sampai si Tuan bertopeng ini mengangkat senjatanya hingga menempel di dahinya sambil berkata.
"Akulah Putra dari keluarga yang kau bunuh saat itu. Didepan mata ku, kau tampa ampun dan akan Aku balas kan dendam nya saat ini. Hingga tak berselang lama terdengarlah suara tembakan, dan membuat histeris sang istri, beserta semua orang disekitar yang menyaksikannya.
Tak lama..."Sang istri pun langsung juga mendapat sekali tembakan tepat di jantung nya.
Maka segeralah selepasnya, semua orang yang berada disana dibunuh semua, untuk menghilangkan para saksi.
Tapi karena tak mau meninggalkan jejak seperti kejadian di keluarganya saat itu. Ia pun memerintah kan bawahan nya, untuk menggeledah seluruh Mansion ini.
Hingga mereka saat ini berada didepan sebuah kamar yang dikunci dari dalam, dan meninggalkan kecurigaan.
Si Tuan bertopeng dengan segerah memerintah anak buahnya untuk mendobrak pintunya.
Dan dengan segerah pula para anak buah nya itu mendobrak pintu kamar itu dengan keras, hingga terbukalah pintu kamar yang memperlihatkan seorang gadis yang tertidur nyenyak, tampa rasa terbangun sedikit pun dengan kebisingan sedari tadi, hingga terjadi pendobrakan pintu ini.
Mereka pun dengan segerah masuk serta melihat dan berkata.
"Apakah gadis ini tuli atau pingsan, hingga masih tertidur dengan nyenyak nya dengan kejadian semua ini.
Si Tuan bertopeng mendekat hingga menatapnya lekat saat ini.
Ada rasa tak tega, tapi dari yang ia tau dari bawahan nya saat ini.
Kalau gadis yang sedang tertidur ini adalah Putri dari si pembunuh keluarga nya.
Sehingga ia pun berfikir lama, selepas anak buah serta asisten nya menanyakan akan keputusan pimpinan nya saat ini, agar bagaimana baik nya menghukum gadis yang berada dihadapan nya ini.
Hingga sang pemimpin berkata bawa dia ke Mansion. Yang membuat semua anak buah serta asisten nya terkaget dan tak percaya akan ucapan pemimpin nya saat ini.
Bagaimana tidak. Pemimpin nya ini sangat terkenal kejam dan tak memiliki rasa ampun sedikit pun. Hingga sedikit saja melakukan kesalahan, maka sangat besar konsekuensinya, atau mati dan menghapus jejak.
Tapi itu ! dan itu pun putri dari sang pembunuh orang Tua nya.
Maka mereka hanya bisa menurut, hingga menggotong si gadis yang belum juga tersadarkan ini, hingga saat ini, untuk dibawah ke Mansion Tuan nya.
Tapi hingga sampai di Mansion. Si gadis hanya ditempat kan di gudang serta ia memerintahkan asisten nya saat ini, untuk segerah membawa air dan segerah menyiramkannya.
Gadis itu terbatuk, serta langsung tersadar, sambil melihat keanehan sekeliling dengan rasa bingung.
Tapi yang lebih menakut kan adalah wajah dan tatapan dari si pria bertopeng yang berada di hadapan nya saat ini.
Lalu Lusiana pun berucap, "Siapa kalian dan ini dimana ? Dengan kesal Lusiana berucap, serta tidak memperdulikan akan tatapan membunuh dari pria si bertopeng itu.
Lusiana terkaget dengan penampakan yang ada di hadapan nya ini.
Rasa tak percaya, tapi ini nyata. Seperti yang di rasakan nya saat ini basah karena tersiram air dingin hingga menusuk kedalam tulang.
Tapi..."Bagaimana mungkin !
"Seingat nya, bukankah, saat ini ia sedang tertidur di Mansion orang tua angkatnya.
Tapi tempat ini sangat asing dan ini dimana !"
Dengan bingung, Lusiana menatap sekeliling. Dan mengingat kembali kejadian sebelumnya. Yang mana Karena rasa kantuk yang amat sangat.
Dan entah kenapa ia tidak sadar setelah nya. Serta seingat nya lagi, ia selalu tidur dengan selalu mengunci pintu kamarnya itu, untuk berjaga-jaga.
Karena Lusiana yang selalu khawatir akan rencana Ayah angkat nya, yang selalu menginginkan ia untuk membantunya dengan cara berhubungan dengan kolega yang lebih kuat, agar bisa bertambah kuat lagi Sehingga membuat Lusiana selalu berhati-hati.
Hingga kini, Lusiana yang berucap tadi membuat darah Si Tuan bertopeng naik, dan mulai mencekik nya kuat.
Akhhhhh...." teriak Lusiana...!
Kau tanya Aku siapa ?
Apa hak mu itu !
"Sampah seperti kau yang tak berguna dan bisa ku buang kapan saja.
Akhhhh...." Apa salah ku Tuan...!
"sakit.....!
Sakit kau bilang.....!
Tapi lebih sakit mana kau dan orang yang kucintai saat orang Tua mu yang serakah itu merenggut nya tampa ampun. Dengan tatapan tajam pula Si Tuan bertopeng terus mencekik hingga wajah Lusiana saat ini sudah memerah, karena hampir kehabisan oksigen saat dicekik dan disertai tatapan membunuh itu pula, yang diberikan oleh si pria bertopeng itu.
Tapi tak lama setelah nya, ada rasa tak tega, dan dihempaskan lah dengan kuat tubuh Lusiana, hingga tubuh Lusiana terhempas dilantai yang kotor penuh debu itu.
Akhhhhh... .."teriak Lusiana dengan napas yang tersengal-sengal. Tapi dia tetap diam, tampa membalas perkataan dari Tuan si bertopeng itu.
Andreas sangat kesal dengan ketidak keberdayaan nya saat ini.
Dan entah mengapa, tatapan itu mengingat kan nya pada seseorang yang pernah ditemuinya bertahun-tahun lalu.
Hingga ia yang tiba-tiba merasa kesal dan langsung meninggalkan tempat itu, dengan tatapan yang tak dapat dibaca pula.
Andreas sampai di kamar nya dengan memukul tembok untuk melampiaskan kekesalannya saat ini.
"Aaaahhhhh.....teriak Andreas kesal dan diikuti oleh asistennya untuk menanyakan apalagi yang akan dilakukan selanjutnya, terhadap gadis tersebut.
Andreas langsung menatap tajam asistennya, dan tersadar akan sesuatu, serta langsung memerintahkannya.
Kurung saja dia, dan jangan beri dia makan. Biar ia merasakan bagaimana rasanya tersiksa seakan lebih baik mati dari pada hidup. Tapi Aku tidak akan membiarkan nya mati secepat itu.
Aku akan menyiksanya perlahan, dan merasakan pembalasan dendam ku. Karena rasa sakit ini, yang ku tahan selama bertahun-tahun.
Baik Tuan! "Balas asistennya, dan berlalu pergi akan melaksanakan perintahnya saat ini.
Lusiana masih berada didalam gudang tersebut. Ia sendiri bingung akan yang terjadi pada dirinya, hingga iya menggerutu :
Tuhan.....!" Apakah kebahagiaan ku tidak sedikit saja, kau berikan ke padaku ini.
Kenapa yang ku rasa sedari lahir, hingga sekarang ini pun, tak sedikit saja kau selipkan keberuntungan itu kepada ku. Dan membuatku merasa tidak menyesal telah dihadirkan di Bumi ini.
Tapi kau sepertinya ! kau pun tak berkenan memberikan nya kepadaku.
Apakah nasib ku hanya ada penderitaan saja. kalau lah memang iya. Aku akan menerimanya dengan lapang dada. Tapi tolong kuat kan lah diri ku ini. Dengan menangis pilu, Lusiana bergumam pada diri nya sendiri.
Menggerutuki hidup nya yang selalu tidak beruntung. Dan meringkuk dilantai yang kotor, tampa alas, serta pakaian yang masih basah. Menggigil kedinginan, karena bekas tersiram air tadi.
*
*
*
Pagi menjelang, badannya pun mulai menggigil. karena tidur dengan tubuh yang masih basah, dan tempat yang tidak sesuai.
Lusiana menahan sakit di seluruh tubuh nya, ditambah rasa lapar yang mendera karena sedari dibawa semalam hingga pagi ini. Ia belum menyentuh makanan sedikit pun.
Karena selepas acara semalam. Ia hanya meneguk segelas minuman dan selepas nya merasa kantuk yang amat sangat, dan segera memasuki kamarnya.
Lusiana hanya bisa berteriak haus dalam menggigil nya.
Tapi tak seorang pun, yang mau mendengarkan nya.
Hingga tak berapa lama terdengar pintu kamarnya terbuka dan menampakkan seorang berperawakan menakutkan dan tegas, serta mendekat dengan membentak Lusiana.
Cepat bangun, dan jangan bermalas-malasan di sini.
Karena kau sekarang, bukanlah lagi tuan putri disini.
Sambil berteriak dan melemparkan peralatan untuk membersihkan kuda dan kandangnya.
Pria tersebut berseru dengan tatapan dingin. Memerintah untuk segerah dilaksanakan sekarang juga.
Tapi Lusiana yang merasa tubuh nya yang masih sangat lemah. Yang dikarenakan mengingat kondisinya yang tidak baik.
Dengan terpaksa dan tubuh bergetar, Lusiana berusaha mematuhi dan berdiri,
Hingga membuat Lusiana hampir terjatuh lagi, bila ia tidak dengan cepat berpegangan pada dinding di kamar nya itu.
Cepat....! "Ucap pria tersebut, dan diikuti oleh Lusiana dari belakang. Dengan jalan yang tertatih-tatih.
Hingga mereka pun, akhir nya telah sampai dikandang kuda. Dan Lusiana ditinggallah disana. Dengan perintah pula, untuk segerah membersihkan seluruh kandang kuda ini, serta tak lupa memandikan dan memberinya makan.
Lusiana saat ini hanya bisa patuh, dan mulai mengerjakan semua nya.
Dengan menahan rasa sakit yang mendera pula. Yang karena ia memang sedang tidak baik-baik saja saat ini.
Andreas yang penasaran, akan apa yang dilakukan oleh anak si pembunuh itu.
Ia mulai menuju ketempat, dimana Lusiana yang dipekerjakan saat ini.
Tapi..."Tepat saat Andreas mau lebih keras lagi memerintahkannya. Dan kini, posisi mereka saat ini sudah di belakang Lusiana.
Tapi...Karena merasa tak kuat lagi menahan rasa sakit itu, dan akhir nya!
"Lusiana pun tumbang dengan cara disambut Andreas dari belakangnya.
Hingga akhirnya mereka pun saling bertatap secara dekat kembali, walau saat ini, posisi Lusiana yang sedang tidak sadarkan diri.
Dan entah mengapa pula. Andreas setiap menatap lekat wajah wanita ini.
Andreas merasa, ada sesuatu yang mengganjal. Dan membuat Andreas tampa sadar, dengan segerah membawanya pergi dari tempat tersebut, dan menggendong nya, dengan cara bridal style.
Si Tuan bertopeng, saat ini membawanya menuju kedalam kamarnya. Yang mana, saat ini meninggalkan tatapan heran ke semua bawahannya itu.
Terlebih lagi, kini dengan tersirat rasa cemas. Ia dengan segera, memerintah kan asisten nya, agar segerah menelpon Dokter keluarga untuk secepatnya datang.
Andreas tidak sadar, dengan apa yang dilakukan nya saat ini.
Ia pun mulai mondar-mandir, sambil menunggu Dokter keluarga yang segera datang.
Andreas pun, terus menggerutu sampai berapa lama dan berapa banyak yang di gumamkannya, hingga tampa sadar, sang Dokter yang di tunggu pun telah Tiba.
Barulah saat ini, Andreas menatapnya lega, serta mempersilahkan, untuk segerah memeriksanya.
Tapi Dokter keluarga tersebut, yang tak kala terkejutnya dengan orang yang akan diperiksanya itu.
Dan tidak pula ia langsung menanyakan. Walau ada rasa sedikit penasaran pula.
Hingga pemeriksaan selesai. Dokter itu, langsung berbicara. Mencoba untuk menjelaskan. Cuma tempat yang tidak berkenan saat ini.
Saat kini, mereka yang sudah berada diluar. Andreas mulai mendekati Dokter. Langsung menanyakan kondisi Lusiana hingga sampai seperti ini.
Maka...."Dokter pun mulai menjelaskan, serta tak lupa Dokter memberi saran yang sungguh mustahil bagi Andreas.
Andreas tak yakin dengan apa yang barusan disampaikan oleh Dokter.
Ia berkeras untuk melanjutkan misi balas dendamnya.
Walau saat ini ada rasa sedikit aneh dan tak bisa dikatakan.
Andreas berucap tegas kepada Dokter hanya agar secepatnya memberi resep untuk segerah mengobati nya.
Maka Dokter hanya mengangguk pasrah dengan napas berat nya.
Andreas dengan segerah memerintahkan sang asistennya, untuk segerah menebus resep tersebut. Serta dengan segerah pula memerintah pelayan, untuk segerah mengambilkan makanan sisa yang ada di dapurnya.
Dokter hanya bisa pasrah kembali dan menggeleng-geleng kepalanya. Tak tega melihat nasib wanita itu.
Bukan apa-apa. Dokter sangat tau kondisi fisik dan batin wanita yang terbaring, dan belum tersadarkan itu.
Bukan ia yang tidak menjelaskan kepada Tuan Andreas. Tapi Dokter juga tau masalah nya, serta tak bisa berbuat apa-apa.
Setelah nya, Dokter segerah izin pamit, agar segerah bisa melanjutkan tugas yang ia tinggalkan tadi, setelah mendapat perintah segerah dari Tuan Andreas.
Siapa yang berani melawan perintahnya, maka kehancuran yang akan didapatkan nya.
*
*
*
Dan setelah Dokter pergi, Andreas memerintahkan sang asistennya, agar dengan segerah Lusiana di pindahkan ke tempat asalnya.
Yang mana, asistennya pun, langsung tersadar, kalau Tuan nya ini, belum bisa mengampuni wanita yang bernasib buruk ini. Yang mana akibat ulah orang tuanya itu.
Maka dengan napas berat pula, sang asisten memindahkannya ke tempat asal.
Dengan rasa tak tega saat ini. Lusiana yang kini masih pingsan. karena kelelahan dan demam tinggi. Dan kini, ia harus kembali berbaring didalam gudang yang kotor dan berdebu, serta dingin itu.
Lusiana belum juga tersadar hingga saat ini, tapi ia harus terus mendapatkan hukuman nya.
Salah satu pelayan di Mansion nya ini, di perintah untuk menjaga Lusiana hingga tersadar dan memaksanya makan, dengan makanan sisa yang telah diperintahkan, oleh Tuan Andreas tadi.
Serta belum juga lama Andreas pergi meninggalkan kamar gudang yang ditempati oleh Lusiana.
Lusiana akhirnya tersadar dengan tubuh yang remuk dan tidak nyaman. Serta ia juga melihat ada seorang pelayan dihadapannya saat ini. Diam...seperti menunggui sesuatu.
Dengan cepat Lusiana berucap, "Ada apa dengan ku, dan kenapa aku bisa berada disini, serta wajah yang penasaran pula ditunjukkannya, karena tidak mengerti.
Maka pelayan tersebut, menjelaskan sedikit, dengan berkata, "Kamu tadi pingsan dikandang kuda, saat kamu yang hendak terus membersihkan.
Dan ini, ada perintah untuk pula untuk mu lagi. Agar kau dengan segerah menghabiskan sarapan ini serta meminum obat yang telah disediakan itu.
Dengan begitu, Lusiana langsung menoleh ke arah makanan yang sudah tak layak makan, atau makanan yang layak dibuang, tapi ini perintah.
Yang bagi Lusiana tidak bisa membantah, serta ia pun juga sangat kelaparan, hingga ia langsung saja dengan segerah memakan nya. Dan pelayan itu yang melihat tugasnya sudah selesai.
Maka dengan segera dan jutek pula, Pelayan itu pun, berbalik dan kembali ketempat aktivitas nya atau ia akan diberhentikan, bila tidak melanjutkan pekerjaannya.
Lusiana duduk lemah meratapi dirinya saat ini.
Tapi ia pun, tak bisa mengelak semua nasib yang ada pada dirinya ini.
Hingga ia hanya bisa pasrah dan kuat, menahan tangis didalam hati. Sembari sakit, tapi terlihat tegar. Meringkuk menunggu apalagi yang akan mereka lakukan akan dirinya.
*
*
*
Andreas saat ini yang mendapat kabar, keadaan Lusiana. Rahangnya mengeras, gemuruh darah mulai mendidih kembali.
Jadi saat ini ia hanya bersantai saja yah....!
Cepat perintahkan ia untuk segerah membersihkan kolam renang, dan selepas nya suruh ia memasak hidangan pesta malam ini bersama pelayan di dapur, dan jangan perlakukan dia, secara istimewa lagi.
Baik...."Tuan....! "Segerah setelah nya, sang asisten Andreas, melaksanakan tugas nya.
Kembali memberi hukuman kepada Lusiana, walau kondisinya belum begitu baik saat ini, tapi ini adalah perintah dari Tuan nya. Maka apapun itu harus ia patuhi.
Lusiana, dengan tubuh yang masih meriang, mencoba kuat melakukan tugasnya.
Ditambah, para pelayan lainnya yang juga ikut membulinya. Dengan terus menambah pekerjaan nya saat ini. karena ini juga perintah dari Tuan Andreas.
Hingga menjelang sore, keringat dingin telah membanjiri tubuh nya. Suhu tubuh nya pun mulai meningkat kembali.
Dengan cepat Lusiana kembali kedalam kamarnya, dan terus meminum obatnya. Baru setelah itu, karena rasa lelah, ia pun tertidur, efek obat tersebut.
Tapi...belum juga lama Lusiana tertidur, dan ia kembali mendapat guyuran air dingin menyiram tubuh nya saat ini.
Dengan terkejut dan tergagap, hujan....hujan....hujan....ucap Lusiana, serta mendapat ledekan tertawa oleh semua orang yang berada disana, serta sedang melihatnya saat ini. Tapi terkecuali Tuan si bertopeng.
Tatapan nya, yang tetap masih sama. Datar, dingin, dan membunuh.
Lusiana melototkan matanya, tak percaya akan pengelihatan matanya saat ini.
Dan Si Tuan bertopeng langsung mencekik nya kuat, hingga hampir membunuh nya.
Sambil berucap Andreas, "Kau ingin mati secepat ini. Tidak segampang itu.
Aku masih inggin bersenang-senang terlebih dahulu, agar kau begitu merasakan sakit seperti yang aku rasakan selama ini.
Apa maksud mu Tuan...!" Dengan lemah dan terbata-bata Lusiana berucap.
Apa....!" semakin kuat pula, Cekikan itu, hingga, si Tuan bertopeng, dengan leluasa menyiksanya.
Kau bilang apa !
Cepat lakukan tugas mu ! kenapa kau bersantai saat ini, dan kau disini, bukanlah lagi Tuan putri, tapi sampah bagi ku. Dengan kejam si Tuan bertopeng berucap dan setelahnya menghempaskan tubuh nya ke lantai.
Sakit sudah terbiasa bagi Lusiana. Tapi ia berharap, kapan kesialan dirinya ini akan berakhir.
Dengan lemah dan memaksakan diri dihina, dan disiksa tapi tetap saat ini berucap, "Maaf Tuan, saya salah, dan mencoba berdiri sambil dilemparkan seragam pelayan, agar bersiap melayani dipesta malam ini.
Baru setelah itu, Si Tuan bertopeng pergi meninggalkan Lusiana yang masih menunduk, tak berani menatap, apalagi melawan.
Dengan cepat pula, saat setelah kepergian si Tuan bertopeng, Lusiana bersiap dan segera keluar, menuju ke ruang pesta.
Banyak tamu terhormat yang hadir disana. Lusiana berusaha melayani dengan baik.
Tapi tiba-tiba ada seorang perempuan yang nampak elegan serta sombong. Jalan terburu-buru, lalu menabrak Lusiana.
Bukannya meminta maaf, tapi ia malah memarahi lusiana dan menyalahkannya, dengan mempermalukannya, hingga saat ini mereka pun menjadi pusat perhatian, yang hadir disana.
Andreas melihat kejadian tersebut menjadi penasaran dan mendekat.
Dilihatnya Lusiana yang dihina terduduk sambil dicaci-maki, serta saat ini wajah nya pun disiram dengan air minuman.
Lusiana hanya duduk menunduk terdiam, tidak berani membantah, karena takut bertambah membuat kesalahan, dan itu akan semakin membuat si Tuan bertopeng marah.
Hingga Andreas mendekat. Melihat kejadian ini. Ia hanya diam, tak melerai atau pun menyalahkannya.
Fan kini, si perempuan sombong tadi puas menghinanya, serta kini pergi melenggang, berlalu dengan puas pula. Diikuti semua orang pun ikut berangsur bubar.
Lusiana menatap si Tuan bertopeng yang ada dihadapannya saat ini.
Ia hanya menunduk, dan melihat si Tuan bertopeng pun sudah pergi, barulah ia mencoba berdiri.
Tubuhnya yang mulai oleng saat ini, hingga hampir beberapa kali terjatuh, dan kepalanya terasa berat, hingga tiba-tiba....!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!