NovelToon NovelToon

Lia The Cat

chp-1 and prolog

Lia,apa kamu lupa ada janji yang harus kamu tepati?

"Nah lia,menurut mu bahagia itu seperti apa?" seekor kucing bertanya pada ku. ya kalian tidak salah,memang seekor kucing yang bertanya kepadaku.

"saat kamu tersenyum dengan tulus,saat kamu tersenyum karena kamu ingin tersenyum." Jawab ku selang beberapa detik.

Aku memperhatikan ekspresi wajah kucing itu. memang betul-betul aneh.

"yah, sudah satu tahun." "aku menemani mu. " ucap nya menatap lekat mataku.

aku ingat betul, kucing ini memang menemaniku. Mungkin sudah lama sekali sejak insiden itu terjadi, aku bersyukur kucing itu menemaniku saat itu.

"lia." Mendadak ia memanggilku.

"apa kamu bahagia?" tanya nya.

"entahlah?" balas ku dengan wajah keheranan.

Lalu kucing itu tertawa, kemudian menipis jarak antar kami.

"aku anggap ini,balas budi mu untuk ku." kucing itu mendekat,dan menatapku lekat-lekat.

" gantikan aku,lakukan apa yang ku lakukan padamu." Kucing itu berdiri, jarak antar kami benar-benar hilang. Ia memejamkan mata nya, lalu aku berada dalam tubuh aku tidak tau, tubuh seekor kucing?.

Aku menatap diri ku sendiri? Pandangan ku beralih pada tubuh ku sendiri. Ini jelas seekor kucing? Kucing peliharaan ku. bukan bulu nya berbeda.

"gantikan aku ya lia!" suara nya terdengar sangat bahagia.

"wah,bulu sangat hitam dan tebal!" " oh! Bola mata mu terlihat cocok dengan warna bulu mu." Ujar nya menganggkat tubuh ku.

Oh,aku benar-benar menjadi kucing.

"hey,memang nya boleh seperti ini?" aku terkejut,ternyata aku bisa bicara.

" heeeh siapa yang bilang tidak boleh? Tak ada salah nya kan menjadi manusia selama setengah tahun?" ucap nya sambil tertawa,terasa asing melihat ekspresi wajah ku sendiri.

" yah, intinya kamu hanya perlu membuat nya bahagia sama seperti saat aku membuat mu bahagia."

" buat dia lebih bisa menghargai sebuah kehidupan lia,buat dia tersenyum karena dia ingin tersenyum."ucap nya seraya mengelus ku dengan tanganku.

" hey siapa????" " yang benar saja,memang nya aku kenal?"

" ugh,bahkan aku masih belum ingat teman masa kecil ku." jawab ku protes, logika saja,menjadi kucing sudah membingungkan sekarang aku harus menggantikan nya?. tidak.

" sudah,sudah,cup,cup." Ia tersenyum sambil mengelus-elus kepalaku. Yg benar saja itu tangan ku hey.

"dengarkan baik-baik, laki-laki sepantaran dengan mu, orang nya sedikit sulit di dekati, jadi mungkin harus berusaha lebih keras." Jelas nya tetap dengan ekspresi senyuman aneh yang dia buat di wajah ku.

" semoga berhasil." Mungkin itu kata terakhir yang ku dengar dia ucapkan.

Lia yang malang.

Lia menatap sekeliling,berusaha mengingat apa yang baru saja terjadi padanya. Lia mengernyitkan dahi nya, menatap sekeliling untuk kesekian kalinya. mata nya membulat,seolah berhasil mengingat sesuatu.

Beberapa saat yang lalu lia ingat betul, ia sedang berada di pelukan tubuh nya sendiri,merasakan tekstur tangan nya,merasakan elusan jemari nya, lalu ketika lia memejamkan mata semua menjadi samar-samar.

" oh,aku benar-benar bertukar tempat?" ujarnya menanyakan hal yang lia sendiri juga sudah tahu.

Lia kembali mengedarkan pandangan nya,menyadari ia berada di sekolah, membuat dan lia semakin berkerut.

"loh, sekolah ku kah? Bukan lah jelas beda jauh gini." Celetuk nya.

"oh sekolah cowok yang tinggi kayak tiang itu." ingat lia dengan senyum merekah.

Lia diam sejenak, kemudian lia berjalan menuju kerumunan yang sejak tadi suara nya terdengar berdengung di telinga nya. semakin dekat lia dengan kerumunan itu, semakin heran lia.

Mata nya menangkap 2 remaja yang sedang bersitegang.

Mata lia semakin membulat,wajah nya seolah mengatakan

' oh 'pandangan nya tertuju pada laki-laki yang wajah nya sudah merah padam, bukan karena bertemu perempuan tapi karena menahan amarah.

" wah, lihat bocah itu seperti kanibal yang kelaparan." Habis memang wajah dan tatapan nya seperti ingin memangsa habis manusia di depan nya.

Lia mendengar samar suara berbisik, ' duh, ini bakal bonyok salah satu.'

' lihat noh andra muka nya kayak mau di sikat abis.' Lia hanya mengangguk kan kepala mendengar bisikan-bisikan di sekeliling nya.

" malang nya diri ku." batin lia sesaat sebelum menempatkan diri nya tepat di tengah perseteruan dua remaja itu.

Lia menatap dua pasang mata yang kini menatapnya dengan tatapan heran. Lia hanya memasang wajah polos nya, namun siapa sangka ternyata jantung lia berdebar seakan hampir copot.

"punya siapa?" tanya andra menganggkat leher kucing itu.

Tentu semua menggeleng,dan lia berharap pun tidak ada yang mengakui diri nya itu lebih baik.

Seolah tidak ambil pusing andra meletak kan lia di pinggir lapangan. lalu kembali melakukan kegiatan yang sempat terhenti, yaitu menatap orang lain dengan tatapan kanibal kelaparan.

Ah namun, lia tersenyum seolah mendapat kan apa yang ia mau. Lia melihat beberapa guru mulai datang dan membubarkan kerumunan beserta kontes tatap kanibal dan mungkin akan berakhir adu tinju. Setidak nya lia tidak harus mengorbankan diri lagi.

Sekarang bagaimana cara nya lia bisa di bawa andra. lia menghela nafas.

" harga diri ku." celetuk lia sembari membayangkan bagaimana cara agar andra membawa lia bersamanya.

Lia berniat mengikuti andra, sampai andra mau membawanya. Mungkin lia bisa di tendang,di maki, di makan, bahkan mungkin andra tidak akan pernah melirik nya lagi. lia jadi bertanya-tanya apa ia terlihat mampu melaksana tugas ini.

Lia duduk di bawah pohon, entah kenapa sampai detik ini lia masih belum ingat siapa teman masa kecil nya. padahal menurut lia mereka cukup dekat.

" bertahun-tahun sejak ingatan ku bermasalah, yah waktu cepat berlalu memang." Tukas lia.

" mari kita lihat apakah bocah ini lebih parah hwhwhw."

Di saat suasana mendukung lia untuk tidur. Namun target sudah berjalan keluar.

Lia mulai mendekati secara agresif dan konstan. Kemana langkah andra, di situ lah lia tepat di bawah kaki nya.

meski di tatap sinis lia tetap berjalan seperti bayangan mengikuti andra.

" bisakah kamu berhenti mengikuti ku, kamu lapar?" tanya andra.

wajah nya terlihat pasrah. Andra membawa lia mengangkat lia dengan kedua tangan nya.

Lia yang di tawarkan makanan tentu menolak, bagi nya kerupuk pasar lebih enak daripada makanan kucing manapun. Ide gila pun terlintas di benak nya.

" ah kenapa kau tidak membawa ku bersama mu saja,alih-alih menawari ku makanan." Lia menatap bola mata itu lekat-lekat. Kemudian menikmati reaksi terkejut andra,mungkin itu bayaran lia hari ini.

chp-2

“ for real dude?”  ku tatap kucing itu, kemudian ku lambaikan tangan ku dan memanggil  gadis yang lewat di hadapan ku.

“bicaralah,katakan sesuatu.”  Ucap ku sambil menatap intens.

“hah,hai?” kucing itu mengucap hai dan ajaib nya aku benar-benar bisa mendengar suaranya.

“ hey kau dengar?” tanya ku menatap gadis yang ku panggil tadi. Wajah nya Nampak keheranan.lalu ia menggeleng. Dan beranjak pergi.

“kamu benar-benar berpikir mereka bisa mendengarku ya?” kucing itu mendekat dan berbicara seolah meledekku.

“oh omong-omong kita harus pulang.”

“ kita? Siapa?”aku keheranan.

“ cmon bring me home. Aku lapar.”

Tukas kucing itu dan mendekat padaku.

“kalau aku tidak mau?” tanya ku.

Lalu kucing itu mulai menggigit seragam ku sebagai jawaban pertanyaan ku.

ya jelas kucing ini keras kepala dan memaksa,satu malam tidak terlalu buruk. Pikir ku.

Ku perhatikan kucing ini bulu nya lebat, bersih dan terawat,walau menyeramkan, tapi tetap saja sepertinya kucing kabur, tapi ekor nya sangat panjang dan lebat,seperti sapu.

Ku hentikan langkah ku tepat ketika aku tiba di hadapan sepeda ku, meletakkan betina hitam itu dikeranjang lalu mulai menggowes.

Siang menjelang sore,udara dan pemandangan disini tak begiitu buruk, cahaya Mentari berwarna jingga atau biasa di sebut ‘golden hour’ membuat jalan raya dan bangunan di sekitar menjadi lebih indah untuk di pandang.

Jalanan beraspal, rumah warga,suara mobil,bangunan tingkat dan sinar mentari sore itu  menemani perjalanan ku setiap hari, walau jalanan panas berisik dan berdebu.

Sepeda ku berhenti, lalu aku masuk rumah,rapi dan bersih seperti seharusnya.

“hey rumah mu tidak terlihat seperti odgj.” Celetk kucing itu.

Aku mengernyitkan dahi dan mata kami bertatapan.

“ rapi dan bersih, aku pikir akan sangat berantakan dan tidak terurus.” Ucap nya santai dan berlalu pergi.

“ hey aku lapar.”

Terdengar keramat.

“ aku tak punya makanan kucing.” Jawab ku cepat.

“ kau pikir aku mau makan itu? gila.” Kucing itu melotot.

“ ah ayolah peka sedikit, beri aku telur atau apapun,nasi kecap mungkin, atau mie ?”

Mungkin seharusnya ku tinggalkan atau ku buang tadi.

Lia POV :

Sulit sekali meyakinkan manusia ini.

Yah tapi setidaknya dia akan tetap membuatkan ku makanan,aku belum sarapan.

Dapur Andra bersih dan rapi ya, dan cukup lengkap. Dia juga terlihat terbiasa memasak jangan-jangan kemampuan nya lebih baik dari ku?. Yah toh siapa yang akan memaksa orang hilang ingatan memasak.

Ku dekati andra kurasa dia cukup handal dalam hal ini. 

Andra melinting lengan baju nya, dan mulai menghidupkan kompor. Entah apa yang akan di buatnya, yang jelas aku berharap banyak.

Aku melompat menghampiri kursi yang berada sekitar 50 centimeter di atas ku, aku juga tidak tau sejak kapan aku pandai melompat seperti kucing.

Pandangan ku kembali tertuju pada andra,tangan nya terlihat  mengambil sebungkus mi. ah apa yang kau harapkan lia. Lalu andra memasukkan telur,dan sawi dalam mi yang ia buat dan memasukkan bawang goreng. Mengambil sebuah mangkok kecil dan memotong mi yang sudah matang itu.

“bentar, ngapain kamu?” tanya ku menatap ke arah gunting yang terletak di tangan andra.

“aku tidak mau kau membuat rumah berantakan.”

“memang nya kucing bisa makan mi yang panjang seperti ini.” Ujar nya

mengangkat mi dengan gunting dan mulai menggunting menjadi bagian yang lebih kecil.

Aku diam sejenak dan merasa alasan nya masuk akal,ya sebagai kucing akan sulit memakan mi yang panjang itu.

Aku jadi merasa bersalah pada kucing yang datang padaku, semoga makanan kucing tidak terasa begitu buruk dan lambung mu aman.

Kemudian andra menyodorkan semangkok mi di hadapan ku, dari bau cukup enak dan tampilan pun meyakinkan.

Aku membuka lebar mulut ku dan mulai melahap mi itu, cukup sulit makan hanya menggunakan mulut mu.

Entah karena lapar atau memang mi instan senikmat ini? Terutama saat masih hangat.

Aku tengah menikmati makanan ku saat ku dengar suara tawa manusia itu.

“seperti nya sudah lima hari ya.” celetuk andra

“apa nya?” tanya ku.

“ belum makan lima hari ya?” ledek nya.

Kemudian ia mengambil handphone dan memotret ku.

“woy.” Ucap ku.

“ nah.” Tutur nya dan memperlihatkan hasil jepretan nya.

Oh, mulutku penuh kuah merah. Sebenarnya seperti apa tadi aku makan dan selebar apa aku membuka mulut ku.

Sesaat kemudian,tawa andra pecah memekik dan sangat kencang. Manusia ini tidak punya rem ya?

suara tawa nya terdengar sangat meledek.

Ku tatap andra, seolah mengerti maksud ku andra mengambil tisu sambil tertawa tentu.

Tawa nya semakin kencang,saat ia melihat wajah ku dengan jarak yang sangat dekat,dan itu mengesalkan.

“oh,wait.” Ucap andra.

Bukan nya mengelap kuah merah itu dengan tisu dan air,andra malah mengeluarkan kamera dan mendekatkan ke arah ku, ya dia selfie.

Andra masih tertawa dan berselfie ria,tanpa ada sedikit rasa ingin membantu mengelap mulut ku.

Aku menatap kamera dan melihat andra tertawa.

Lalu aku tertawa,ku rasa ini tidak begitu buruk. Andra menatap ku lalu kembali tertawa. Aku menatap pantulan diri ku dan kembali tertawa bersama andra.

‘kita terlihat seperti orang konyol’ pikir ku dan menyadari kelakuan kami.

Tapi aku kembali tertawa entah kenapa ini terasa begitu lucu.

“ hahahahaha kamu tidak akan kelaparan,tenang saja. “

“tinggal disini saja puss.” Ucap manusia itu dan mengelap kuah merah yang menempel di mulut ku dengan tisu yang sedikit basah.

chp-3

Malam tiba di sambut dengan pemandangan lia yang berada di depan pintu, lebih tepat nya di usir.

Setelah makan lia dan andra sedikit bertengkar yang berujung pada terusir nya lia.

Alasan nya cukup unik, andra bilang ia tidak mau mengurus lia dan menambah beban hidup nya.

Lia berargumen dia tidak akan merepotkan andra.

“tidak, kamu bikin ribet dan rumah berantakan.” Tolak andra dan menatap tajam lia.

“itu kan argument mu,kamu bahkan belum pernah mengurus orang lain.” Lia membalas.

“ justru karena itu aku menolak bodoh, kalau makan saja berantakan apalagi yang bisa kau janjikan ha?” andra meledek lia dengan insiden makan tadi siang.

“itu karena wadah mangkok yang kau bawa terlalu besar, lagipula aku bisa menjaga diri dan menjadi teman mu.” Lia menawarkan diri.

“manusia itu individual.” Tolak andra

“dasar manusia banyak masalah.memang nya aku tidak tau ayah mu yang hubungan sangat renggang dengan mu,sudah seperti kabel listrik sangking jauh nya.” lia membalas.

Lia menatap ekspresi wajah terkejut andra, ingatkan lia untuk berterimakasih atas informasi ini.

Lia memang mendapat data diri andra, dan masalah apa yang di alami pemuda itu.

saat melihat masalah yang di hadapi andra, lia yang awalnya menolak dan ingin fokus mencari teman masa kecil nya itu akhirnya luluh dan menyetujui untuk membantu andra.

Lia merasa andra, mirip seperti diri nya. saat lia tidak ingat siapapun termasuk diri nya, seekor kucing datang dan menemani lia.

Saat semua terasa begitu membingungkan,kucing itulah yang menemani lia.

Begitu pun lia,saat melihat andra yang tinggal seorang diri,suara hati nya berkata untuk membantu nya.

mungkin saat lia menemani andra, ia bisa mencari jalan keluar dari masalah nya dan mencari kebahagian nya.

Tapi nama nya andra, tidak tetap tidak.

Andra tetap membuang lia.

Andra seolah sudah tidak peduli argumen yang lia keluarkan, dia membawa lia ke depan pintu dan membuka pintu.

“terimakasih waktu nya nona..”

“siapa nama mu?” tanya andra

“lia.” Ucap lia ketus dan melompat turun dari gendongan andra.

Mereka bahkan belum berkenalan secara resmi,dan munggkin tidak akan pernah melakukan nya.

“baiklah lia,selamat mencari tuan baru.” Tutur andra dan menutup pintu perlahan menyisakan lia dengan ekpresi datar sekaligus kesal.

Lia menatap sekeliling,halaman depan andra hanya terdapat sebuah kursi kayu,sepeda dan pagar hitam yang memutar sepanjang halaman.

“aku rasa ini tidak masuk dalam rencana.” Lia menghembuskan nafas.

“karpet bertuliskan welcome ini tidak buruk.” Lia berucap dan meregangkan tubuh nya

“ sekarang aku paham kenapa kucing tidak bisa membuka pintu.” Lia berucap dan mulai memejamkan mata.

Setelah meletakkan lia,andra melanjutkan menyiapkan seragam nya. kemudian berjalan ke dapur, membuka sekotak susu dan menuangkan bubuk nya,menyeduh air panas,dan menuangkan nya untuk membuat susu.

Andra berjalan meuju kamar nya dan duduk di meja belajar untuk mengerjakan tugas dan belajar.

Jam menunjukkan pukul 9 malam, andra menatap sekeliling dan membuka jendela kamarnya. Andra mengeluarkan setengah kepala nya dan bergerak ke kanan-kiri,menatap sekeliling. Lalu andra memasukkan kepalanya dan menutup kembali jendela kamar nya.

kaki nya melangkah keluar kamar, tidak lupa membawa gelas susu yang sudah habis.

Menuju dapur lalu berjalan lurus menuju pintu rumah, membuka perlahan dan melihat seonggok bulu di depan pintu.

Andra tau lia masih di depan, karena itu dia membuka jendela untuk melihat apa dugaan nya itu benar. Lalu menatap lia, andra mengelengkan kepala dan tertawa kecil.

“ jadi tidak tega.” Ucap andra berjongkok dan mengelus tubuh lia.

Andra mengulurkan tangan nya dan membawa seonggok bulu itu masuk ke dalam.

“ kata-kata ku tadi siang masih berlaku seperti nya.” andra tersenyum kecil dan menghela nafas pelan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!