Suara bising hentakan sepatu memekak di sepanjang lorong gedung tua. Sepasang kaki panjang dan kokoh terus saja bergerak cepat menghindari orang-orang yang tengah mengejarnya.
"Jangan biarkan dia lolos! Dapatkan hidup atau mati bersama chipnya!" Teriak salah satu dari orang-orang yang saat ini sedang bersusah payah menangkap pria berlari menjauh dari mereka.
"Sialan!" Pria itu mengumpat kasar kalau melihat orang-orang yang sejak tadi mengejarnya tidak mau menyerah dan membiarkannya pergi dengan mudah.
Keringat sudah membasahi seluruh tubuh, napas mulai terengah, rasa lelah kian membuat tenaganya terkuras habis. Bukan tanpa alasan dia berlari seperti ini, semua ini karena kesalahan rekannya yang salah mempertimbangkan. Rupanya orang-orang itu sudah menanti kedatangan dirinya dan rekannya, tapi karena rencana tidak sesuai perhitungan akhirnya dia dan temannya yang sudah tunggang langgang melarikan diri meninggalkannya.
Memang dasar teman sialan!
Dia terus saja mengerutuki teman sialan nya itu, kalau bisa dia ingin sekali mencekik dan menghajarnya saat ini juga. Teman jahanam, bisa bisanya meninggalkan dia dalam keadaan terkepung setelah salah memprediksi rencana.
Tapi sepertinya untuk saat ini dia harus bisa menahan kekesalan serta amarahnya, yang terpenting sekarang dirinya harus selamat dari kejaran orang-orang sialan dibelakangnya, dan juga harus bisa membawa benda kecil di saku hoodienya saat ini ketempat yang aman.
🐯
🐯
🐯
Matahari mulai naik, bias serta panasnya tidak mampu membuat seseorang yang masih bergelung dengan selimutnya terusik sedikit pun padahal cahaya matahari berhasil menerobos masuk kedalam lewat sela-sela gorden dan menerpa langsung ke wajahnya.
Dug...
Dug....
Dug....
"Tiger, bangun! Kamu sekolah kan hari ini?! " Suara teriakan dari luar begitu memekakkan telinga siapa pun yang mendengarnya, tapi sayang sepertinya suara keras itu belum mampu membuat orang yang bergulung didalam selimut itu terusik.
"TIGER! KALAU ENGGAK BANGUN JUGA NAMA DOBRAK PINTUNYA!"
Kali ini teriakannya semakin menjadi, bahkan para penghuni istana besar itu dapat mendengar dengan jelas. Terlebih para pelayan yang ada di lantai tersebut, mereka memejamkan kedua matanya saat merasakan telinga berdengung.
"ANAK SINGA BANGUN...!!!" Pekiknya lagi.
Kalau bisa di gambarkan mungkin saat ini istana megah, besar serta mewah itu sedang berguncang hebat layaknya gempa bumi 9 skala richter, dapat menghancurkan semuanya, bahkan bisa mengundang tsunami besar.
Dan ternyata suara pekikan itu berhasil membuat orang yang ada didalam kamar menggeliat, dahinya mengerut, kelopak matanya berkedut sebelum terbuka lebar dan reflek bangkit dengan wajah menegang.
"Sial, aku terlambat!" Bergegas dia turun dari peraduannya, melompat dan berlari menuju kamar mandi. Bahkan kedua kakinya hampir saja tersangkut selimut dan bisa saja membuat dirinya tersungkur dilantai kalau saja tidak sigap.
"Mama pasti mengamuk lagi," Monolognya tepat sasaran.
Butuh waktu beberapa menit untuk menyelesaikan mandi serta berganti pakaian. Sekarang pria muda yang masih berusia 17 tahun itu sudah siap dengan seragam sekolahnya. Dia terus saja mengerutuki kebodohannya sendiri karena terlambat, waktu sudah hampir menunjukkan pukul 7 lewat 30 menit, sudah dipastikan kalau dirinya pasti terlambat datang kesekolah.
"Selamat pagi semua.., " Sapanya dengan senyuman manis dan memikat.
"Pagi Jiddah,"
Cup...
Tanpa izin dia mengecup salah satu pipi wanita tua yang tengah tersenyum kearahnya, ditengah tengah tatapan dingin beberapa orang yang saat ini sedang menelanjanginya.
"Habiskan sarapanmu dan segera berangkat kesekolah! Sudah berapa kali Mama bilang jangan kelayapan kalau malam, bener bener nih anak ya!"
"AAAKKHHH.... IYA MA ENGGAK LAGI, AKU ENGGAK BAKALAN KELAYAPAN. TOLONG LEPAS JEWERANNYA TELINGA KU BISA PUTUS," Suara teriakan pria muda itu hanya bisa membuat anggota keluarganya menggelengkan kepala.
"Kali ini Mama maafkan, sekali lagi kamu bandel Mama kirim kamu kepolosok!" Ancamnya.
Pria muda berseragam sekolah high School itu mengangguk patuh sembari memegangi salah satu telinganya. Dia dengan cepat memakan sarapannya dan bergegas pergi setelah berpamitan agar tidak semakin terlambat.
💞
💞
💞
KRIIIINGGG....
Suara bell tanda istirahat terdengar. Seluruh siswa sekolah bersorak heboh akhirnya terbebas dari tugas yang belum sempat di berikan oleh guru killer berjambang lebat yang masih duduk di kursinya.
Tanpa ingin berlama-lama mereka bergegas keluar, termasuk siswa yang bername tag TIGER A. Siswa laki-laki itu terlihat santai berjalan menuju cafetaria sekolah di ikuti oleh para rekannya. Banyak mata tertuju pada gerombolan siswa itu terlebih kaum gadis, mereka berbisik merdu saat melihat berapa cool dan tampannya seorang Macan sekolah ini.
"Kau membawanya?" Tanyanya pelan tanpa memalingkan wajahnya sedikit pun.
Rekannya yang sejak tadi sibuk sendiri terlihat menghentikan aksinya, melirik lalu mengangguk yakin tanpa suara.
"Bagus, letakan itu di dalam sesuatu yang tidak mudah dilihat. Bersikaplah sebagai siswa SMU yang baik jangan memancing kecurigaan, aku tahu saat ini mereka pasti sedang mengawasi gerak gerik kita. Mereka sudah mengetahui kalau orang-orang yang mengambil benda itu adalah kita." Ucapnya lagi dengan nada pelan namun terdengar tegas.
"Aku sudah mengaturnya kau tenang saja, mereka tidak akan menyadari kalau benda itu akan kita oper lagi. Pasti mereka mengira kalau microchip itu sudah kita hancurkan." Bisiknya dengan hati-hati.
Tiger tidak menyahut, tidak pula melirik, setelah menyelesaikan obrolan mereka di perjalanan Tiger melebarkan langkahnya agar segera sampai di cafetaria, karena saat ini rasa lapar semakin menyiksanya.
Suasana cafetaria terlihat begitu ramai, banyak siswa dan siswi yang sedang mengantri untuk mengambil makan siang mereka. Ada pula yang sudah duduk di kursi yang disediakan sembari menikmati makan siangnya.
"Aku dengar sekolah kita kedatangan siswa pertukaran, katanya dari negara Indonesia. Aku belum melihatnya sih, tapi kelas sebelah sudah heboh." Cetusnya penuh rasa penasaran.
Obrolan antara kedua siswi yang ada di belakang Tiger sedikit mengusiknya, padahal biasanya dia tidak terlalu peduli dengan apapun, bahkan dengan para fans fanatik yang sering kali membuat dirinya muak.
Tapi entah mengapa saat mendengar kata Indonesia ada sesuatu yang menggelitik dan membuat rasa penasarannya bangkit. Indonesia, salah satu negara yang menjadi pusat perhatiannya selama ini, bukan karena negara itu adalah tempat asal Jiddah nya tapi menurut Tiger negara seribu pulau itu menyimpan banyak rahasia dan keindahan yang masih tersembunyi.
"Nah itu dia, aku kira laki-laki ternyata dia seorang gadis." Cetus salah satu dari mereka lagi dan itu berhasil membuat leher kaki Tiger bergeser sedikit dengan ujung mata terarah pada satu titik dimana ada seorang gadis berambut sebahu dengan postur tubuh lebih mungil dari kebanyakan siswi disekolah ini. Mungkin kalau di sandingkan dengannya hanya sebatas dada, atau ketiak saja.
Astaga cebol sekali, apa saat kecil gadis itu tidak tumbuh dengan baik?
"Hei Camelia, sebelah sini!" Panggil salah satu siswi dari arah lain membuat gadis berambut sebahu itu melangkahkan kedua kalinya kearah yang bersebrangan dengan Tiger. Sementara si anak singa hanya diam memperhatikan punggung kecil yang saat ini sudah duduk bersama siswa sekolah ini, mungkin teman barunya.
"Nikmati makan siang mu, Tiger. Ambilah jangan melamun terus," Cetus wanita paruh baya yang saat ini bertugas menjadi pelayan untuk melayani para siswa-siswi sekolah elite ditempatnya mencari nafkah.
"Thanks," Balasnya singkat dengan skor mata terus saja tertuju pada siswi mungil yang baru dilihatnya hari ini.
HAI SELAMAT DATANG DI CERITA BARUKU KETURUNAN DINASTY DUREN SAWIT, SEMOGA KALIAN SUKA YA
JANGAN LUPA LIKE, VOTE, KOMEN, RATING BINTANG 5 DAN PLEASEEE JANGAN NABUNG BAB OKE
KASIH REWARD BUAT OTHOR DENGAN CARA JANGAN MENABUNG BAB, KARENA REGULASI BARU NOVELTOON SEKARANG MEMAKAI RETENSI🙏🙏🙏JADI PANTANG MENABUNG BAB, TERIMAKASIH SELAMAT MEMBACA💞💞💞💞
Cafetaria semakin ramai, sepertinya seluruh siswa sekolah elite ini tumpah ruah disana untuk menikmati makan siang. Disalahin satu meja Tiger dan rekan-rekannya terlihat masih menikmati makanan yang disediakan oleh sekolah, sesekali mereka tertawa dan berinteraksi yang cukup membuatnya menjadi pusat perhatian. Tapi sepertinya di kelompok itu hanya Tiger yang banyak diam, ekor matanya terus saja mengarah kesana kemari, menelisik setiap sudut Cafetaria hingga terhenti pada satu titik.
Seorang gadis berambut pendek yang sedang menyeruput minumannya langsung dari gelasnya.
Dahi Sang Putra Mahkota Albarack mengernyit melihatnya, baru pertama kali ini dia melihat orang yang menikmati jus tidak melalui sedotan saat meminumnya.
Gadis aneh!
"Dimana?" Tanya Tiger setelah dia memutuskan pandangannya dari sang gadis.
Kali ini kedua mata tajamnya terarah pada salah satu rekannya yang masih saja berbicara kesana kemari sembari menggoda para siswi yang lewat didekatnya. Tawa itu menghilang seketika saat netra keduanya bertemu, pria muda yang memiliki tindikan di salah satu telinganya itu berdehem pelan lalu menegakan tubuhnya dan sedikit mendekat pada Tiger.
"Aku sudah menyuruh Loli untuk meletakkannya di jus semangka, sebentar dimana wanita itu kenapa belum datang juga?" Pria muda yang bernama Lucas itu mengedarkan pandangannya, dia mencari wanita muda yang menjadi pelayan di cafetaria ini. Biasanya wanita yang bernama Loli itu bertugas mengantarkan minuman yang di pesan oleh para siswa-siswi saat makan siang seperti ini.
"Kemana dia?" Gumamnya lagi.
Lucas mulai gusar saat tidak mendapati Loli dimana pun, dia mengumpat pelan dan segera bangkit, tapi belum sempat melangkah ekor matanya melihat Loli berjalan mendekat kearah mejanya.
"Loli...!" Panggil Lucas.
Wanita bercelemek abu-abu itu kian mendekat dengan langkah yang semakin lebar. Bibirnya menipis menampilkan senyuman pada Playboy sekolah yang sering di bicarakan oleh para siswi saat makan siang seperti ini.
"Ada yang bisa aku ban-,"
"Minuman yang aku pesan mana? Kenapa belum datang juga?" Lucas menyela cepat, dia mengerlingkan sebelah matanya memberi kode pada Loli tentang pesanan yang dimintanya beberapa saat yang lalu.
"Pesanan minuman?" Bro Loli terlihat berpikir.
Gadis yang berusia 19 tahun itu terdiam sejenak dia tengah memikirkan tentang minuman yang dipesan oleh pria muda tampan yang selalu merepotkannya di waktu- waktu seperti ini. Bukan hanya meminta minuman yang aneh dengan memintanya mencampur berbagai jenis buah atau memasukkan sebuah benda seperti-
"Iya dimana-,"
"OH ASTAGA...!" Pekik Loli sembari membalikan tubuhnya dan berlari tunggang langgang menuju salah satu meja yang sedang diduduki oleh beberapa remaja putri.
Melihat hal itu Tiger mendelikkan kedua matanya lebar, menatap tajam pada Lucas yang sedang memegangi kepala serta mengusap wajahnya. Tanpa banyak berkata Tiger bangkit, dia berlari mengikuti Loli yang saat ini sudah sampai di meja yang di tempati oleh beberapa siswi termasuk siswi yang menjadi pelajar pertukaran Camelia.
"Ada apa?" Tanya salah satu siswi yang duduk tepat didepan Camelia.
"Jus semangka yang aku letakan disini, siapa yang meminumnya?!" Tanya Loli dengan wajah panik dan tubuh sedikit bergetar. Ini bukan hal yang baik, dia sudah sangat ceroboh, karena sedikit lelah dirinya sampai menjadi pelupa seperti ini.
Ketiga siswi berwajah khas timur Tengah itu kompak menunjuk gadis berambut pendek bertubuh mungil yang ada di dekat mereka. Ketiganya terarah pada Camelia, gadis berwajah khas Asia bagian tenggara itu berkedip cepat dengan raut bingung, mata bulatnya menatap pada Loli dengan dahi mengernyit. Beruntung sekolah ini adalah sekolah Internasional jadi bahasa Inggris sudah sering dipakai saat berkomunikasi, terlebih saat berkomunikasi dengan siswa dan siswi yang berasal dari luar negara ini, karena tidak semua orang bisa fasih berbahasa Arab.
"Astaga, kau sudah meminumnya?!" Tanya Loli lagi semakin panik.
Camelia yang tidak tahu apapun hanya mengangguk, dengan polos dia mengangkat gelas jus yang sudah kosong tak bersisa sedikit pun. Berhubung cuaca Dubai siang ini begitu panas, jus semangka dingin adalah pilihan terbaik maka dari itu Camelia tidak segan menghabiskannya tanpa ragu sedikit pun.
Lagian tidak mungkin kan sekolah se elite ini meracuni siswinya, maka jangan salahkan Camelia kalau minuman itu sudah masuk kedalam perutnya beserta isi didalam minuman itu juga.
"Mati a-,"
SRREEEETTT..
Tanpa diduga Camelia terdorong kebelakang saat kursi yang didudukinya tiba-tiba saja ditarik seseorang. Tubuh kecil gadis itu hampir saja terjungkal kalau tidak ada seseorang yang menahan kursinya, sontak Camelia mendongak menatap pada si pelaku yang sudah berdiri di dekatnya.
"Tiger, kenapa kau-, ASTAGA, MAU KAU BAWA KEMANA TEMANKU?!" Siswi yang bername tag Sovia itu menjerit kencang saat melihat Tiger tanpa izin membawa Camelia begitu saja.
Si anak singa itu menarik salah satu lengan Camelia dan membawanya menuju toilet. Bahkan Tiger terlihat memegangi kerah seragam bagian belakang Camelia saat gadis itu memberontak minta dilepaskan.
"HEI, KAU GILA YA?! LEPASKAN AKU, KITA TIDAK PUNYA URUSAN SEBELUMNYA!" Camelia memekik kencang. Suara cempreng yang baru pertama kali terdengar oleh Tiger berhasil membuat kedua telinga Sang macan berdengung.
BRAAKK...!
Tanpa menghiraukan teriakan gadis yang dibawanya layaknya anak kucing itu, Tiger bergegas membuka toilet khusus perempuan dengan kasar membuat para siswi yang ada didalam sana memekik terkejut. Mereka semakin terkejut saat melihat siapa orang yang sudah berani masuk kedalam area terlarang bagi siswa laki-laki disekolah ini.
"Astaga, My Tiger," Gumam mereka.
Rasa terkejut yang mereka alami menguap begitu saja, berganti dengan sikap malu malu macan yang tidak tahu malu dan sayangnya Tiger tidak peduli. Pria muda bertubuh tinggi itu terus saja berjalan sembari membawa Camelia yang masih berada didalam cengkeramannya. Gadis itu terus saja memberontak, mengumpati orang yang sedang membawanya tanpa izin ketempat ini.
Apa salah dirinya?
"Muntahkan!" Titah Tiger mutlak saat dia dan Camelia sampai disalah satu wastafel.
"Apa?" Camelia benar-benar tidak paham dengan ucapan pria remaja yang saat ini tengah berdiri di belakang tubuhnya.
"Muntah kan cepat!" Titahnya lagi penuh paksaan.
Kali ini kedua tangan Tiger kembali bergerak, dia membalikan tubuh Camelia menghadap wastafel, satu tangannya menekan leher sang gadis agar tertunduk, lalu memijat pelan pundak Camelia berharap apa pun yang ada didalam perut gadis itu segera keluar.
"KAU INI APA-APAAN?!" Camelia meradang, dia menepis kasar tangan besar yang sedari tadi menekan leher bagian belakangnya hingga terasa sakit.
Kedua mata bulat itu mulai berkaca-kaca menatap nyalang pada Tiger yang terlihat terpaku di tempatnya. Tapi sayang belum sempat Camelia membela diri dengan cara memukul Tiger, pria muda itu kembali mendekat padanya dan sekarang terlihat memegangi kedua pipi dengan sebelah tangannya lalu tanpa diduga Tiger memasukan salah satu jarinya kearah mulut Camelia.
Tapi sayang belum sepenuh jari itu masuk suara Lucas menghentikan semuanya. Lucas terlihat terengah-engah, dengan tangan mengisyaratkan agar Tiger berhenti.
"Kau tidak akan bisa mengeluarkan benda itu dari tubuhnya, setelah lima menit benda itu tertanam didalam sana dan satu-satunya cara agar bisa terlepas adalah dengan membedah tubuhnya!"
Dengan napas tinggal diujung hidung Lucas berbicara panjang dan cepat, lalu dia bersandar di tembok dengan mata terpejam. Sementara Tiger dan Camelia hanya terdiam, terlebih Tiger karena saat ini dia sedang ingin menghabis Lucas dengan cara menghajarnya, tapi tidak mungkin dia lakukan.
Sedangkan Camelia, gadis berambut pendek itu tidak mengerti apa yang di ucapkan oleh pria remaja yang saat ini sedang bersandar di tembok, karena dia berbicara menggunakan bahasa Arab.
"Mereka ngomongin apa sih?" Gumamnya dengan aksen Indonesia.
JANGAN GALAK GALAK MACAN🤣🤣🤣
Camelia menunduk dalam tidak berani mengangkat kepalanya barang sedikit pun, tangannya sesekali menyentuh hidung yang terasa gatal karena terlihat mengeluarkan cairan. Camelia menangis tanpa suara, bahkan setelah Sovia dan Lucas menenangkannya gadis itu tetap pada pendiriannya, terlebih saat melihat tatapan tajam yang di tujukan padanya oleh orang yang tadi membawanya paksa bahkan sempat menyakiti kepala bagian belakangnya.
Memang tidak terluka, tapi Camelia yakin nanti malam atau besok pagi akan ada lebam di sekitar area itu. Sekarang saja rasa sakitnya masih terasa, padahal menurutnya pria yang bernama Tiger itu tidak terlalu kencang saat memijat tengkuknya.
"Sudah lebih baik? Maafkan temanku ini ya, dia memang agak sedikit-,"
"Aku akan menemui mu lagi setelah pulang, jangan mencoba kabur!"
Belum sempat menyelesaikan ucapannya Lucas kembali harus melipat bibirnya, dia berdecak pelan mendengar kata-kata dingin yang keluar dari mulut sahabatnya itu. Remaja bertindik itu kembali berdesis kala melihat Tiger bangkit dan segera pergi meninggalkan mereka tanpa pamit selain ancaman tadi tentunya.
Lucas pun dengan terpaksa ikut pergi, dia hanya memberikan tepukan pelan di bahu Camelia sebelum benar-benar pergi mengejar langkah cepat yang Tiger ambil. Bahkan Lucas harus berlari dibuatnya, ini yang dia tidak sukai dari Tiger, memiliki langkah cepat hingga dirinya kerepotan sendiri sama seperti malam itu.
Menyebalkan!
Masih ditempat yang sama, Camelia perlahan mengangkat wajahnya setelah Tiger dan Lucas pergi. Tangannya menyeka air mata yang tersisa di pipi, hidung kecil yang tidak terlalu mancung itu terlihat memerah, kelopak matanya berkedut membuat sepasang mata bulat miliknya sedikit menyipit karena menangis.
"Abaikan saja, Tiger memang suka seperti itu. Dia bersikap seenaknya pada semua orang, bahkan yang aku tahu dia itu tidak pernah menerima ungkapan cinta dari para gadis yang berani mengungkapkannya secara langsung. Aku rasa dia sedikit tidak normal, selama tiga tahun aku sekolah disini belum pernah melihat Tiger menggandeng seorang gadis." Cetus Sovia secara tiba-tiba.
Gadis berwajah cantik berkulit eksotik itu terlihat meringis sendiri saat menceritakan Tiger pada Camelia. Dia memang tidak tahu bagaimana kehidupan pria remaja itu di luar sekolah, tapi Sovia yakin Tiger memang tidak pernah berinteraksi dengan para gadis.
Jangan bilang pria remaja yang tampan rupawan bak seorang pangeran itu penyuka sesama jenis? Apa lagi Tiger tidak pernah jauh dengan Lucas, tapi Lucas sendiri adalah seorang playboy yang sering bergonta-ganti pacar setiap minggunya.
Masa iya sih? Jangan-jangan mereka-
"Aku tidak peduli dia penyuka sesama jenis atau pun normal! Yang pasti aku tidak mau lagi bertemu dengannya nanti. Sehabis sekolah aku akan langsung pulang ke asrama, kalau dia bertanya katakan saja aku sudah pulang ke Indonesia!"
Sovia menganga dibuatnya, dia bahkan tidak bisa mencegah kepergian Camelia. Sovia tidak tahu harus berbuat apa, baru beberapa hari ini mengenal Camelia dia tahu kalau gadis berdarah Indonesia itu bukan gadis yang gampang untuk disudutkan dan di intimidasi walaupun Sovia akui Camelia memang cengeng.
Bahkan Camelia bisa menangis tanpa suara saat di tatap oleh Tiger. Mungkin kalau dirinya sudah pingsan di tempat, atau bahkan mimisan. Gadis mana yang kuat ditatap dalam dan lama oleh pria tampan yang menjadi Famous di sekolah ini.
"Aku bilang saja kalau Camelia sakit dan sudah pulang. Mana mungkin Tiger percaya kalau Camelia pulang ke Indonesia, ada-ada saja dia. Kalian benar-benar merepotkan, memangnya ada masalah apa tadi?" Sovia men*desah lemah, dia bangkit saat mendengar bell tanda masuk. Mungkin setelah pelajaran terakhir yang diikutinya nanti dirinya juga akan segera kabur dari Tiger sama seperti yang dilakukan oleh Camelia.
Sovia tidak ingin melihat wajah dingin dan penuh intimidasi milik Tiger seorang diri, tidak ingin sama sekali!
🪞
🪞
🪞
Berulang kali Tiger menatap pada jam yang melingkar di pergelangan tangannya, dia berdecak kesal karena sudah menunggu cukup lama hingga merasakan kalau kakinya sudah berakar menembus lantai.
"Haaah! Mereka berdua sudah tidak ada dikelas!" Lucas datang dengan napas terengah-engah, dibelakangnya ada seorang gadis berambut panjang tengah tersenyum manis pada Tiger yang masih memasang wajah datar.
Ditambah lagi dengan informasi yang Lucas bawa, menambah aura dingin dan tidak bersahabat yang Tiger keluarkan kian menguar. Tanpa banyak bicara Tiger bergerak, dia meremas tapi tas ransel yang terlampir di pundaknya untuk menyalurkan emosi.
"Gadis itu," Desisnya.
Langkah panjangnya membawa dia keluar dari area sekolah, kedua matanya menatap ke area sekitar. Tidak ada yang menarik di mata si anak singa, tapi saat netra tajamnya terarah pada titik yang cukup jauh dari jangkauan matanya, dia melihat sesuatu yang janggal.
"Dimana gadis itu tinggal?" Tanyanya pada Lucas yang tiba-tiba sudah berada di dekatnya.
"Ah... Info yang aku dapatkan tadi dia dan Sovia tinggal di asrama yang sudah disediakan oleh pihak sekolah." Ucap Lucas santai. Tapi tidak lama remaja pria itu terlihat berpikir, dahinya mengernyit cukup dalam lalu kembali berucap.
"Tapi untuk apa Sovia tinggal di Asrama, bukankah dia orang kaya?" Imbuhnya lagi.
Sayang Tiger tidak menjawab, remaja pria itu terus saja terfokus pada titik yang semakin membuat jantung kian bertalu. Mata tajamnya tidak lepas sedikit pun dari sana, terlebih sesuatu yang janggal itu terlihat mulai bergerak.
"Apa yang akan terjadi setelah chip itu masuk kedalam tubuh seseorang?" Tanya Tiger lagi, kali ini terdengar gusar dan khawatir, sepertinya.
Lucas yang tidak terlalu fokus tidak langsung menjawab, dia terlihat berpikir sejenak, cukup menyita waktu membuat Tiger berdecak kesal dan menoleh pada sahabatnya itu.
"Lucas!" Tegur nya.
"Ah... Itu, mudah terlacak. Kau tahu bukan, setelah benda itu bersentuhan dengan objek hidup apa yang akan terjadi," sahutnya dengan sedikit tidak yakin.
"Shi*it!" Tiger mengumpat kasar, dengan cepat dia berlari meninggalkan Lucas yang terlihat kebingungan.
Lucas hanya mengernyitkan dahi melihat kepergian Tiger, sepertinya otak cerdas remaja itu belum konek sepenuhnya hingga membutuhkan satu pukulan agar berjalan dengan baik.
"Dia kenapa? Apa yang- astaga, jangan-jangan?" Setelah cukup lama ngelag akhirnya otak Lucas kembali berfungsi. Dia bergegas menyusul Tiger yang entah pergi kemana, sesekali Lucas memaki karena larinya tidak cukup kencang seperti sahabatnya itu.
"Sepertinya aku butuh ekstra kurikuler lari cepat." Gumamnya dengan napas terengah.
Ditempat lain, tepatnya disalah satu gedung yang menjadi tempat tinggal para siswa-siswi disekolah Internasional tersebut, Camelia terlihat sudah mengganti seragam sekolah nya dengan pakaian santai. Hanya celana pendek selutut dan kaos putih bergambar boneka beruang yang sudah pudar warnanya.
Gadis berambut sebahu itu mendudukkan dirinya diatas tempat tidur kecil yang cukup hanya untuk satu orang saja, dia mulai membuka buku tebal yang harus dipelajarinya selama disini. Menjadi siswi terpilih untuk mewakili sekolahnya di Indonesia membuat Camelia sedikit terbebani.
Bukan hanya nama baik sekolahnya saja yang dia pertaruhkan tapi juga nama negara serta namanya sendiri. Sebenarnya Camelia tidak pernah bermimpi pergi ke negara ini, melihat Burj Khalifah dari jarak dekat, melihat padang pasir yang membentang luas, dulu hanya ada didalam angan dan ponsel miliknya.
Padahal menurutnya disekolah asalnya masih banyak siswa dan siswi yang pintar, mungkin melebihi dirinya, seperti Rania anak dari Camat di daerah tempat tinggalnya.
TOK..
TOK...
TOK...
Gedoran pintu yang cukup kencang membuyarkan lamunan Camelia. Dia sedikit tersentak, mengerjapkan mata bulatnya yang terbalut kacamata baca bening. Camelia masih terdiam di tempat, ada rasa ragu saat mendengar gedoran yang dilakukan oleh seseorang diluar kamar asramanya.
"Siapa sih yang datang? Kenapa gedor pintunya gak sopan banget?!" Sungut nya penuh kekesalan, hingga akhirnya dia bangkit dengan malas berjalan menuju pintu karena gedoran yang terdengar kian mengganggu pendengarannya.
MAAF YA BELUM NEMU YANG MATANYA BULET🤣🤣🤣🤣
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!