"Bagaimana keadaan Cucu saya Dokter?" tanya pria berpakaian lusuh yang menyiratkan kekhawatiran di wajahnya.
Dokter itu langsung menarik nafas dalam sebelum menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pria paruh baya dihadapannya.
Sebenarnya dia tidak tega ingin menyampaikan kabar duka yang telah menimpa bayi laki-laki yang baru dua hari dilahirkan oleh pasien bernama Naura, tapi sebagai Dokter yang bertanggung jawab atas nyawa setiap pasiennya, maka mau tidak mau dia pun harus menyampaikan hasil yang telah dia dapatkan.
"Maaf pak Adam. Mungkin berita ini terdengar sangat menyakitkan, tapi saya memang harus menyampaikannya kepada Bapak dan juga ibu. Terutama kepada nona Naura."
"Iya, baiklah Dokter. Kami akan menerima apapun yang Dokter katakan."
"Baiklah. Begini Pak Adam. Setelah kami lihat dan kami cek gejala yang terjadi pada tubuh cucu bapak. Kami dapat menyimpulkan bahwa Putra dari Nyonya Naura telah mengidap penyakit langka, yaitu penyakit Anemia Hemolitik. Sebuah penyakit yang terjadi akibat rusaknya sel darah merah sehingga menyebabkan Anemia. Dan penyakit ini bisa terjadi karena sang bayi tidak sesuai Rhesus (RH) dan ABO dengan ibunya sejak janin masih berada di dalam kandungan. Jadi dapat disimpulkan bahwa penyakit ini benar-benar sangat berbahaya dan harus segera di tangani secepatnya."
Deggghh… .
Mendengar pernyataan sang Dokter, jantung pak Adam dan ibu Lastri langsung berdetak hebat. Sepertinya Tuhan belum mengizinkan putri mereka untuk hidup bahagia.
Walaupun telah melalui masalah yang begitu banyak, tapi Tuhan kembali menguji Naura melalui putra yang baru saja dia lahirkan.
"Bagaimana ini Pak?" ibu Lastri meneteskan air mata, sambil memegang pergelangan tangan Pak Adam dengan perasaan kalut.
"Tenanglah buk. Kita akan mencari jalan keluarnya." jawab Pak Adam mencoba menenangkan bu Lastri.
Setelah itu pandangan Pak Adam kembali tertuju kearah Dokter yang ada di hadapan mereka saat ini.
"Lalu apa yang harus kami lakukan Dokter? Supaya cucu kami dapat disembuhkan?" tanya Pak Adam menatap lekat.
"Begini Ibu dan Bapak. Penyakit ini adalah penyakit kurang darah akibat proses penghancuran sel darah merah yang lebih cepat dibandingkan pembentukannya. Dan penyakit ini harus segera di tangani agar tidak terjadi komplikasi kepada jantungnya.Dan selain menjaga pengobatan serta suplemen vitamin yang harus di konsumsi oleh pasien, maka kita juga sangat wajib melakukan transfusi darah dari kedua orang tuanya yang memiliki darah yang cocok kepada cucu Bapak, dan kebetulan. Setelah saya periksa, Naura selaku ibunya tidak memiliki kecocokan darah kepada pasien, itu artinya hanya Ayahnya lah yang memiliki kecocokan dan bisa mentransfusi darah kepada cucu Pak Adam."
"Apa! Ayahnya!" seru Pak Adam dan bu Lastri merasa terkejut.
"Iya benar Pak! Memangnya kenapa? Apakah ada masalah?" tanya Dokter itu heran.
"Tidak Pak. Kalau begitu baiklah, kami akan mengajak Ayah cucu kami datang kerumah sakit sesegara mungkin."
"Bagus Pak Adam. Kalau bisa secepatnya Pak Adam. Agar cucu Bapak bisa ditangani dengan cepat. Untuk beberapa hari ini kami masih menyediakan persediaan darah yang cocok untuk cucu Bapak, tapi tidak untuk hari selanjutnya, jadi alangkah baiknya kalau kedepannya cucu Bapak mendapatkan transfusi darah dari ayah kandungnya sendiri."
"Baik Pak. Kami mengerti. Jika begitu kami permisi sekarang juga." pamit pak Adam sambil memegang tangan ibu Lastri.
Sesampainya di luar ruangan sang Dokter. Ibu Lastri langsung meluapkan rasa takut yang sejak tadi sudah bersarang di benaknya.
"Pak! Apa yang harus kita katakan kepada Naura? Ibu yakin dia akan syok dan hancur mendengar kabar duka ini pak!" seru ibu Lastri memasang wajah sedih.
Mendengar perkataan istrinya, pak Adam pun memilih duduk di kursi panjang yang ada di sampingnya. Kebetulan keadaan di tempat itu sedang sepi, karena para pengunjung belum banyak yang berdatangan.
"Lalu apa yang harus kita katakan kepada Naura? Walaupun ini menyakitkan, tapi demi putra yang sangat dia cintai, maka Naura wajib berjuang untuk menyelamatkan putranya, dan yang bisa menyelamatkan cucu kita hanyalah ayah kandungnya buk."
"Iya ibu tahu pak, tapi bagaimana caranya? Sedangkan Andre saja tidak mengingat Naura sama sekali."
"Buk! Bapak yakin, nak Andre tidak mengingat Naura karena dia mengalami amnesia, dan itu artinya masih ada kesempatan Naura masuk kembali ke dalam kehidupan Andre buk."
Mendengar penjelasan dari suaminya, ibu Lastri mencoba percaya dan bersikap tenang. Semoga saja apa yang dia takutkan selama ini tidak akan pernah terjadi.
"Ya sudah kalau begitu. Sekarang juga ayo kita kembali keruangan Naura. kita harus menyampaikan kabar duka ini kepada Naura." ajak ibu Lastri kepada suaminya.
Setelah itu mereka pun kembali melangkah menuju ke ruangan bersalin yang ditempati putri mereka.
Dan sesampainya di dalam ruangan, kedatangan mereka berdua langsung disambut dengan tatapan penasaran dari wanita cantik bernama Naura itu.
Dia benar-benar igin tahu, apa yang sebenarnya terjadi kepada putranya? Sehingga dirinya tidak bisa membawa putranya tidur di satu ruangan yang sama dengan dirinya.
"Pak, Buk. Apa kata Dokter? Anakku sehat sehat saja bukan?" tanya Naura menatap lekat.
Ibu Lastri melangkahkan kakinya mendekati ranjang Naura. setelah itu dia pun menghempaskan bokongnya di atas ranjang dan memeluk tubuh Naura erat.
Tak lama kemudian, Pak Adam menceritakan semua apa yang ucapkan oleh Dokter Bagas, mendengar perkataan bapaknya, air mata Naura langsung menetes deras. Sepertinya Tuhan memang ingin menguji dirinya kembali dengan memberi cobaan yang begitu berat.
Atau jangan jangan ini adalah balasan setimpal untuk dirinya, karena telah berani melakukan perbuatan dosa sampai dia hamil di luar nikah.
"Hiks… hiks… Kenapa cobaan ini tidak berhenti dan terus bertambah, sepertinya Tuhan benar-benar menguji kehidupanku, sekarang apa yang harus aku lakukan Bu?" tanya Naura menangis terisak.
Kedua orang tua Naura juga ikut bersedih, mereka adalah saksi bisu atas perjuangan putri mereka, yang selama sembilan bulan kesana kemari mencari keberadaan pria yang telah menghamili dirinya.
Bahkan karena kehamilan Naura yang diketahui oleh warga kampung di desa tempat mereka tinggal, akhirnya Pak Adam memboyong keluarganya untuk pindah ke kota Besar, namun pencarian mereka tetap tidak membuahkan hasil, hingga dua hari yang lalu tiba-tiba saja Naura dipertemukan dengan seorang pria yang berwajah sangat mirip pria yang sangat dia cintai. Tapi sayangnya pria itu tidak mengenali Naura sama sekali.
"Jika kau memang meyakini bahwa pria yang kau temui tempo hari adalah Andre ayah dari putramu? Maka carilah dia nak! Kejar dia dan bawa dia ke rumah sakit sesegera mungkin. Kau harus menyelamatkan nyawa putramu Naura." perintah Pak Adam kepada Naura.
Naura terdiam sambil menatap lekat kedua rentina hitam legam milik bapaknya itu.. Benar yang dikatakan oleh Pak Adam, jika dirinya harus menemukan keberadaan Andre secepat mungkin.
"Baiklah Pak. Kalau begitu, sekarang juga izinkan Naura keluar dari rumah sakit. Naura akan mencari keberadaan Mas Andre sampai ketemu."
"Tapi bagaimana dengan keadaanmu sendiri Nak? Kau baru kemarin melahirkan normal?"
Ibu Lastri merasa keberatan mendengar niat dari putrinya itu, karena bu Lastri tahu bagaimana rasanya melahirkan secara normal.
"Tidak apa buk! Aku pasti kuat, ini semua alu lakukan demi putraku." jawab Naura meyakinkan ibu Lastri.
Melihat semangat membara yang terpancar di wajah Naura, akhirnya Ibu Laras pun menyetujui rencana Naura untuk mencari pria bernama Andre. Dengan cepat dia turun dari atas ranjang dan bersiap siap pergi mencari keberadaan ayah dari putranya. seorang Pria yang seharusnya bertanggung jawab atas kehidupan pahit yang menimpa dirinya.
Seorang wanita dengan langkah tertatih menyusuri lorong rumah sakit yang baru dua hari ini menjadi tempat rawat inapnya.
Wanita itu berjalan sambil menahan rasa perih yang menyerang bagian intimnya. Untung saja Naura melahirkan normal tanpa harus di jahit di area intimnya, karena jika tidak Naura mungkin tidak di izinkan keluar guna mencari ayah kandung dari putranya.
Setelah menyusuri lorong yang masih terlihat sepi. Kini langkah kaki Naura berhenti di depan ruangan anak anak yang bertuliskan ruangan ICU.
Naura mengintip dari bilik jendela kaca, yang memperlihatkan seorang bayi laki-laki mungil sedang tertidur pulas dengan bantuan alat alat medis di atas tubuhnya.
Air mata Naura kembali berlinang, tidak pernah menyangka akan nasib buruk yang menimpa dirinya dan juga putra kesayangannya. Di dalam hati Naura bersumpah. Kalau dia akan berusaha keras mendapatkan kembali pria yang seharusnya memang menjadi milik mereka berdua.
"Putraku yang tampan. Ibu mohon! Jadilah anak yang kuat dan tegar, sama seperti ibumu ini. Ibu janji kepadamu akan berusaha mati matian mendapatkan apa yang memang seharusnya menjadi milik kita. Ayahmu adalah obat untuk kehidupanmu dan juga kesembuhanmu. Ibu janji akan berusaha memperjuangkannya" ucap Naura tegas sambil menghapus air matanya yang mengalir deras di pipi cantiknya.
Tidak ada kata menyerah, dan tidak ada kata sedih demi kehidupan mereka berdua. Kali ini Naura sudah bertekad bahwa dia tidak mau kalah lagi dengan takdir. Naura yang akan menulis sendiri takdir untuknya dan juga untuk putranya. Sudah cukup takdir mempermainkan dirinya selama sembilan bulan lamanya.
"Percayakan semuanya kepada Ibumu ini putraku. Karena Ibumu bukanlah wanita bodoh dan lemah seperti dulu, Ibu sudah berubah menjadi wanita kuat dan pintar. Bara api pun akan Ibu lewati demi kebahagiaan dirimu." ucap Naura sambil mengepalkan kedua tangannya.
Naura yang dinyatakan hamil tanpa seorang suami, mendapatkan cacian dan hinaan di kampung tempat tinggalnya dulu, bahkan mereka juga di usir dengan cara yang sangat keji.
Hingga akhirnya bapak Adam dan ibu Lastri menjual sawah serta rumah mereka dan memutuskan pindah ke kota Besar, guna mencari keberadaan pria yang bernama Andre.
Berbekal satu lembar foto yang Naura miliki, Naura pun kesana kemari mencari pria yang berprofesi sebagai prajurit tentara itu.Bahkan sampai perutnya membesar pun Naura tetap tidak lelah mencari keberadaan pria yang amat dia cintai. Namun sayang. Karena semua pihak markas tentara yang ada di kota Besar, seperti enggan membuka mulutnya dan memberitahu Naura tentang pria yang dia cari.
Mereka mengatakan, kalau semua prajurit khusus milik mereka wajib di tutupi identitasnya. Sehingga Naura tidak bisa mendapatkan informasi tentang pria yang menghamili dirinya.
Andai kejadian terlarang itu tidak pernah terjadi, mungkin saja saat ini Naura dan kedua orang tuanya masih hidup tenang di kampung yang sangat terpelosok itu.
Lamunan Naura langsung buyar kala dia merasakan pipinya kembali basah. Dengan cepat Naura menyeka air matanya sambil menyemangati dirinya sendiri.
"Kau tidak boleh lemah Naura. Masa lalu, biarkan menjadi pelajaran untukmu. Saat ini kau sudah mempunyai peluang menemukan mas Andre! Aku yakin aku pasti bisa menemukan dia kembali." semangat Naura seraya tersenyum menatap kearah putranya.
Sebelum melangkah pergi, Naura memberi pesan kepada perawat yang menjaga ruangan ICU itu, agar mau menjaga putranya dengan baik.
"Itu adalah tugas kami Nyonya. Jadi sudah menjadi kewajiban kami untuk menjaga keselamatan putra anda." jawab perawat itu yang ternyata sangatlah ramah.
"Terimakasih banyak suster. Jika begitu saya permisi sekarang."
"Iya Nyonya Naura. Oya jangan lupa untuk memompa asi anda ya! Agar kami dapat memberikannya kepada putra anda dengan tepat waktu."
"Baik Suster," jawab Naura tersenyum dan langsung melangkah meninggalkan ruangan tersebut.
Untung saja Naura tadi sudah memompa Asi sampai lima botol penuh, jadi saat ini Naura bisa keluar lumayan lama.
Tujuan Naura saat ini yaitu mendatangi perusahaan Wijaya Corp, tempat pertama kali dia bertemu dengan Andre. Semoga saja Naura dapat dipertemukan lagi oleh pria yang sangat mirip dengan Andrenya.
*****
Di wilayah lain, di dalam ruangan perusahaan milik pria berusia 60 tahun, terdengar suara wanita muda yang sedang berbicara serius kepada pemilik dari perusahaan tersebut.
Wanita itu tak lain adalah Melani Ricardo. Putri dari Letnan jendral panglima TNI Bayu Ricardo yang menjadi tunangan Andre Wijaya, putra kedua dari Adi Wijaya.
Saat ini Melanie sedang merengek, karena merasa sangat kesal melihat sikap dari tunangannya yang tak kunjung berubah. Hampir satu tahun menjalin pertunangan tapi sikap Andre tetap tidak mau menerima dirinya.
Bahkan Andre yang sedang Amnesia, karena mengalami kecelakaan akibat pertempuran melawan para ter0r!s 8 bulan yang lalu itupun , ternyata tetap saja tidak dapat mencintai dirinya.
Melani yang mempunyai ambisi tinggi tidak mau menyerah begitu saja, baginya apa yang sudah dia sukai, maka harus bertekuk lutut dibawah kakinya. Begitu juga dengan Andre, jika cara halus tidak bisa, maka Melani akan menggunakan cara yang kasar.
Andre menjadi sosok yang kaku persis seperti mayat hidup, dia bahkan tidak memperdulikan keberadaan Melani yang dia ketahui adalah tunangannya. Maka dari itu, Melani selalu mengeluh kala bertemu dengan calon mertuanya yaitu Papa Adi Wijaya.
Apalagi setelah mengetahui bahwa dua hari yang lalu, ada seorang wanita yang datang dan mengaku bahwa wanita itu sedang hamil anak Andre. Tentu saja hal itu membuat Melanie menjadi semakin murka.
"Paman! Aku tidak mau tahu. Aku ingin pernikahanku bersama Andre di percepat sesegera mungkin." pinta Melani ketus sambil menatap tajam kearah calon Papa mertuanya itu.
"Baiklah. Paman akan mencoba merayu Andre kembali. Paman yakin, kali ini dia tidak bisa menolak lagi."
"Benarkah! Lagian kenapa Andre masih saja menolakku? Padahal saat ini dia sedang lupa ingatan, tapi kenapa dia tidak bisa mencintaiku juga Paman?"
"Entahlah Melanie. Paman sama bingungnya sama seperti mu, apalagi ketika melihat sikap Andre yang terlihat sangat cuek kepadamu. Padahal kau adalah wanita yang cantik dan sempurna. Tapi kau tenang saja. Paman pastikan kalian berdua akan secepatnya menikah." kata Papa Adi berusaha meyakinkan Melani.
"Okey, aku percaya sama Paman. Oya! Lalu bagaimana dengan wanita yang tempo hari mengaku ngaku sedang hamil anak Andre? Apakah Paman tidak berniat untuk menyelidiki wanita itu?" tanya Melanie menatap lekat.
Mendengar pertanyaan dari calon menantunya, Adi Sajaya pun langsung tersenyum miring. Dan dia tertawa dengan sangat lucu.
"Hahaha! Kau jangan bercanda Melanie. Apakah kau percaya dengan perkataan dari wanita miskin itu? Coba kau bayangkan secara logis. Apa mungkin putraku yang seorang Tentara berpangkat Mayor Jendral memiliki kenalan wanita gembel seperti itu? Sungguh itu tidak mungkin terjadi Melanie." jelas Adi Sanjaya tersenyum lucu.
Mendengar perkataan dari calon mertuanya, Melanie pun ikut tersenyum.
Ya benar memang, jika Andre adalah seorang pria yang sangat perfeksionis, bahkan dalam segala hal Andre sangatlah pemilih. Begitu juga dengan wanita. Sudah pasti Andre memiliki selera tinggi sama seperti dirinya, bukan seperti wanita yang tempo hari mengaku ngaku telah mengandung benih dari tunangannya itu.
"Paman benar! Bagaimana mungkin aku bisa percaya. Andre adalah tunanganku. Aku bahkan sangat mengenal siapa Andre." timpal Melani setuju atas pernyataan dari calon Papa mertuanya itu.
Di pinggir jalan besar yang berada di depan pagar perusahaan Wijaya Corp, terlihat seorang wanita berpakaian sederhana baru saja turun dari atas motor tukang ojek yang mengantarnya.
Wanita itu tak lain adalah Naura. Satu jam yang lalu dia keluar dari rumah sakit dan pulang sebentar kerumahnya untuk mengganti baju, Dan kini Naura sudah tiba di depan pagar perusahaan besar yang menjadi tempat pertama kali dirinya bertemu dengan Andre sang pria yang menjadi ayah kandung putranya.
Setelah turun dari atas motor, Naura pun mengeluarkan uang berwarna hijau guna membayar tukang ojek tersebut.
"Terimakasih ya Pak! Sudah mengantarkan saya." kata Naura tersenyum ramah sambil memberikan bayaran kepada tukang ojek.
"Sama sama Nona. Kalau begitu saya pamit sekarang."
"Iya, hati hati di jalan pak! Semoga rejeki bapak bertambah banyak hari ini." doa Naura membuat bapak ojek yang berusia 50 tahunan sama seperti pak Adam itu tersenyum senang.
"Amiin. Terimakasih untuk do'anya nona."
"Iya sama sama pak."
Naura menatap kepergian tukang ojek itu,, hingga setelah menghilang dari pandangannya, barulah Naura mengarahkan tatapannya kegedung tinggi yang terlihat mewah. Naura ingat betul jika dirinya sempat mengejar Andre sampai masuk ke dalam perkarangan perusahaan megah tersebut.
Jadi Naura juga yakin, kalau Andre sering datang ke perusahaan mewah itu.
"Huhhfff…… .!!"
Naura membuang nafas kasar sambil meyakinkan dirinya sendiri. Tidak mudah bagi Naura bergerak di wilayah yang tidak selevel dengan dirinya.
Bahkan ini adalah kali keduanya Naura menginjakkan kakinya di perusahaan megah seperti Wijaya Corp. Dan sebelum bergerak masuk, Naura harus mempunyai rencana yang matang agar dapat berhasil masuk tanpa di usir oleh para penjaga. .
"Naura! Kau harus berani. Apapun yang terjadi kau tidak boleh menyerah. Karena nyawa putramu ada di tangan Mas Andre." gumam Naura menyemangati dirinya.
Setelah menarik nafas berkali kali, akhirnya Naura pun melangkahkan kakinya menuju ke pagar tinggi perusahaan megah itu.
Naura telah memoles wajahnya menjadi semakin cantik dari biasanya, agar para satpam yang berjaga di depan pintu gerbang perusahaan tidak dapat mengenali dirinya.
Dua hari yang lalu, Naura sudah menerobos masuk kedalam perkarangan perusahaan itu, dan dia di usir paksa oleh para satpam tidak tahu diri itu, hingga dia mengalami kontraksi pada kehamilannya.
Jadi untuk berjaga jaga, Naura pun memutuskan merubah penampilannya menjadi berbeda, ya walaupun gaun sebatas lutut yang Naura kenakan tidak mahal dan mewah, tapi tetap saja kecantikan Naura terpancar sangat sempurna.
Sambil membawa pesanan makanan di dalam plastik kresek berwarna putih, Naura pun berusaha mengelabui para satpam tersebut.
"Permisi!" sapa Naura tersenyum ramah.
"Iya, anda siapa ya?" kedua satpam yang berjaga di depan pos pun langsung keluar dan menatap lekat kearah Naura.
"Saya pengantar makanan. Saya hendak mengantarkan pesanan salah satu karyawan pria yang bekerja di perusahaan ini," jawab Naura sambil mengeluarkan selembar foto yang sudah sembilan bulan ini dia simpan dengan baik.
"Inikan Tuan muda Andre! Apakah Tuan muda Andre yang memesan makanan kepadamu?" tanya kedua satpam itu menatap tidak percaya.
"Iya pak! Dan dia memerintahkan saya agar saya mengantarkan pesannya sampai kedalam ruangannya."
"Benarkah! Kau tidak berbohongkan nona?" tanya mereka menatap tajam.
"Tentu saja tidak. Kalau pak satpam tidak percaya, maka pak satpam berdua ini bisa menanyakannya langsung kepada Pak Andre." jawab Naura bersikap santai.
Melihat kejujuran yang terpancar dari mata Naura, akhirnya pak satpam pun mengizinkan Naura masuk kedalam pagar.
Mendengar hal itu, hati Naura menjadi senang. Dengan cepat dia pun bergegas masuk kedalam perkarangan perusahaan.
Hingga kini langkah kaki Naura sudah memijak lantai teras perusahaan bertuliskan Wijaya Corp. Naura berdiri sambil merasakan deguban jantungnya yang berdetak kencang.
"Ya Tuhan! Jantungku serasa mau copot dari tempatnya" ucap Naura merasa resah.
Dan ketika Naura hendak melanjutkan langkahnya, tiba-tiba saja dia malah melihat kehadiran wanita cantik nan berkelas yang baru saja keluar dari dalam loby perusahaan tersebut.
Mengetahui kehadiran wanita itu, Naura langsung menundukkan kepalanya. Dia ingat betul siapa wanita cantik yang pernah dia temui sebelumnya.
"Gawat! Bagaimana mungkin wanita ini bisa berada di perusahaan. Apakah dia juga bekerja disini?"
"Aku harus menundukkan pandanganku! Jangan sampai wanita itu mengenaliku." gumam Naura panik.
Namun belum juga selesai bicara di dalam hatinya, tiba-tiba saja wanita cantik yang tak lain adalah Melani sudah berdiri tegak di hadapan Naura, sambil menata tajam kearah dirinya.
"Siapa kau? Kenapa kau bisa masuk kedalam kantor ini?" bentak Melani kepada Naura.
"Maaf Nyonya! Saya adalah pelayan yang bertugas mengantarkan pesanan."
"Pengantar pesanan? Memangnya siapa yang sudah memesan makanan kepadamu hah!? Asal kau tahu saja, semua karyawan di kantor ini dilarang untuk memesan makanan dari luar, karena di sini sudah tersedia banyak makanan yang higenis, jadi kau jangan berbohong kepadaku wanita miskin."
"Saya tidak berbohong Nyonya! Jadi tolong biarkan saya melakukan tugas saya." sangkal Naura masih terus menunduk.
Melihat sikap Naura, ternyata malah membuat Melani menjadi curiga. Dengan cepat dia pun menarik plastik kresek yang ada di tangan Naura membuat Naura menjadi terkejut.
"Dasar penipu! Asal kau tahu wanita miskin. Karyawan di kantor ini tidak pernah memesan makanan sampah seperti ini."
Brakkkkk… .
Makanan yang Naura beli dengan harga yang lumayan mahal itupun langsung terhempas berserakan di lantai. Dengan tajam Naura menatap wajah Melani.
Dia benar-benar marah akan sikap Mepani yang tidak mempunyai sopan santun sedikitpun.
"Kenapa kau membuang makanan yang saya bawa, Kau benar-benar tidak punya tata krama." bentak Naura menggema di teras depan perusahaan itu.
"Kenapa memangnya! Kau tidak Terima? Kalau begitu cepat kutip kembali makanan sampah yang telah aku buang ini." Melani tersenyum licik menatap wajah Naura.
"Dasar sombong! Kau adalah manusia tidak berhati, lihat saja di masa depan kau tidak akan pernah bisa hidup bahagia."
"Cih! Orang miskin sepertimu mau menyumpahi aku! Jangan mimpi sialan..!"
Dengan geram Melani melayangkan tangan kanannya hendak menampar wajah Naura. Tapi dengan cepat Naura pun mencekal tangan tersebut.
"Lepaskan! Dasar wanita gembel! Pergi kau dari sini!"
"Aku tidak akan pergi sebelum aku bertemu dengan Tuan Andre."
"Apa Andre! Lancang sekali kau mneyebut nama tunanganku wanita sialan! Satpam cepat seret wanita ini!" teriak Melanie kepada kedua satpam yang berdiri tak jauh dari mereka berdua.
Naura berusaha keras memberontak. Sungguh ada rasa sakit di bagian perutnya kala mendapatkan tarikan paksa dari kedua satpam yang sudah mmegang kedua tangannya kuat.
Naura terus berteriak histeris, hingga tiba-tiba saja dia merasakan aliran darah yang keluar dari bagian intim miliknya.
"Lepaskan aku! Kalian tidak bisa memperlakukanku seperti ini!"
"Kenapa tidak bisa! Ini adalah balasan karena kau sudah berani melawan perkataan putri dari seorang jendral. Sekarang kau akan tahu, seberapa tinggi level ku ini. Cepat kalian seret wanita ini dan buang dia ke jalanan."
"Baik Nyonya!"
Lalu kedua satpam itu langsung menyeret tubuh Naura.
Naura memejamkan mata menahan sakit di bagian intim dan juga perutnya, sambil terus berusaha memberontak minta di lepaskan. Di dalam hatinya Naura berdoa supaya ada orang baik yang sudi menolong dirinya.
Hingga tak lama kemudian…
Terdengar suara teriakan dari pria mengejutkan mereka bertiga.
"Apa yang kalian lakukan? Lepaskan wanita itu!"
Bariton suara itu menggema di teras perusahaan tersebut. Dengan cepat Naura mengarahkan pandangannya menatap ke asal suara.
"Dia!"
Naura tak percaya ketika melihat siapa pria yang hendak menyelamatkan dirinya. Sungguh Naura merass bahagia, namun tiba tiba saja tatapan mata Naura menjadi berkunang kunang, hingga akhirnya dia pun pingsan tak sadarkan diri dengan keadaan darah yang terus mengalir di atas lantai.
"Apa yang kalian bertiga lakukan brengsek!" Pria itu langsung berlari menggendong tubuh Naura…
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!