NovelToon NovelToon

Suami Pengganti

Dipaksa Menikah

Wanita bernama Zulfa itu nampak tengah berbincang dengan seorang pria yang tidak lain adalah pria yang ia cintai dan ia sudah mengenalkan pria itu pada keluarga besarnya bahkan Zulfa sudah mengatakan bahwa pria ini akan segera menikahinya dalam waktu dekat akan tetapi justru ia menemukan sebuah fakta mengejutkan di hari ini ketika pria ini mengatakan sesuatu hal padanya.

“Maafkan aku Zulfa, akan tetapi sepertinya aku tidak dapat menikah denganmu.”

“Apa maksudmu tidak dapat menikah denganku, Hamish?”

“Aku… akan menikah dengan wanita lain.”

Sontak saja Zulfa nampak tak percaya, sedih bercampur kecewa dengan apa yang Hamish katakan padanya, setelah 4 tahun kebersamaan mereka melalui suka dan duka justru pria yang sudah berjanji di hadapan

keluarganya akan menikahinya itu justru akan menikahi wanita lain tepat satu hari sebelum mereka menikah?

“Hamish, tolong kamu jangan bercanda, besok kita akan menikah!”

“Aku sama sekali tidak bercanda Zulfa, aku tidak bisa menikah denganmu besok karena aku akan menikah dengan wanita lain.”

Zulfa nampak begitu hancur saat mendengar bahwa besok pria ini tidak dapat menikah dengannya, ia menggelengkan kepalanya dan berharap bahwa Hamish hanya sedang bercanda dan mendesak supaya pria ini tidak melakukan ini padanya.

“Maafkan aku Zulfa, aku pergi.”

Hamish kemudian pergi begitu saja meninggalkan Zulfa yang menangis tak terima dengan ucapan Hamish barusan yang mengatakan tidak dapat menikah dengannya karena akan menikah dengan wanita lain. Zulfa berusaha

mengejar Hamish dan meminta penjelasan lebih dalam mengenai apa yang sebenarnya terjadi akan tetapi pria itu sudah pergi dengan mobilnya dan Zulfa tak dapat melakukan apa-apa kecuali menatap kepergian Hamish dengan mobilnya.

“Tidak, ini semua tidak mungkin terjadi!”

Zulfa menangis histeris hingga menarik perhatian beberapa orang yang berlalu lalang di dekatnya, mereka merasa heran sekaligus iba dengan keadaan Zulfa yang begitu menyedihkan sekali. Setelah puas menumpahkan semua emosi yang terpendam akibat Hamish yang memutuskan untuk membatalkan pernikahan mereka maka Zulfa memutuskan untuk pulang ke rumahnya.

****

Ketika tiba di rumah, Zulfa langsung disambut oleh kedua orang tuanya yang menanyakan dari mana saja Zulfa seharian ini karena mereka takut tidak menemukannya di dalam kamarnya dan ponsel Zulfa juga seharian ini tidak aktif.

“Maafkan aku Pa, Ma.”

“Ada apa, Nak?”

“Sebenarnya ….”

“Sebenarnya apa? Kamu bisa ceritakan pada Papa dan Mama yang terjadi padamu.”

Zulfa nampak bimbang saat ini, apakah ia harus menceritakan mengenai masalah yang tengah ia hadapi saat ini pada papa dan mamanya atau tidak akan tetapi kalau ia tidak menceritakannya maka ia pasti akan ada dalam masalah besar.

“Ini soal Hamish.”

“Ada apa dengan pria itu?”

“Hamish bilang dia tidak bisa menikah denganku besok.”

Kedua orang tua Zulfa tentu saja terkejut dengan apa yang dikatakan oleh putri mereka karena sebelumnya mereka sudah sering bertemu dengan Hamish dan mereka bisa melihat keseriusan dalam diri pria itu ketika ia bilang akan menikahi Zulfa.

“Kamu jangan bercanda, Nak.”

“Aku sama sekali tidak bercanda, Pa, Hamish tadi mengatakan dia tidak dapat menikah denganku karena dia akan menikah dengan orang lain.”

Nampak kedua orang tua Zulfa tidak terima dengan ini, sang papa kemudian mencoba menelpon calon mertuanya untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi saat ini.

“Aku mau pergi ke kamar dulu.”

****

Sementara itu seorang pria dengan pakaian sederhana tengah berdiri di depan pagar rumah keluarga Zulfa dengan menatap layar ponselnya, ia seperti tengah mencocokan alamat yang diberikan seseorang padanya saat ini.

“Siapa kamu?” tanya satpam yang berjaga di depan pintu rumah pada pria ini.

“Saya mencari Vicko, dia bekerja di sini kan?” jawab pria itu.

“Vicko? Iya, dia bekerja di sini.”

“Syukurlah kalau begitu, aku berarti tidak salah alamat.”

Tidak lama kemudian seorang pria keluar dari dalam rumah itu yang tidak lain adalah Vicko yang pria ini cari. Vicko nampak penasaran kenapa kakaknya datang ke sini karena tidak biasanya kakaknya sangat ingin bertemu dengannya.

“Vicko, ibu masuk rumah sakit, dia mencarimu.”

“Apa katamu, Bang? Ibu masuk rumah sakit?”

“Iya Vicko, dia selalu memanggil namamu dan aku harap kamu malam ini bisa pergi menemuinya.”

“Tidak bisa malam ini Bang, besok keluarga ini akan mengadakan acara dan aku diminta menjadi sopir untuk mempelai wanitanya.”

“Vicko, apakah kamu tidak kasihan pada ibu?”

“Aku kasihan pada ibu dan aku ingin menjenguknya akan tetapi aku memiliki pekerjaan yang tidak dapat dtinggalkan.”

Ketika mereka tengah berdebat di depan pagar rumah, diam-diam sosok Zulfa yang tengah berdiri di balkon secara tidak sengaja menatap ke arah pria yang tengah berdebat dengan Vicko itu.

****

Zulfa berjalan menghampiri Vicko dan kakaknya kemudian wanita itu menatap sosok kakaknya Vicko yang membuat keduanya terkejut, Vicko menyapa Zulfa ramah akan tetapi pandangan Zulfa tetap tertuju pada kakaknya

Vicko.

“Siapa namamu?” tanya Zulfa pada kakaknya Vicko.

“Apa?”

“Siapa namamu?”

“Bintang, namaku Bintang, Nona.”

“Bintang, nama yang indah. Maukah besok kamu menikah denganku?”

Bintang dan Vicko nampak terkejut dengan apa yang Zulfa katakan barusan, akan tetapi Zulfa langsung mengatakan bahwa ia akan membayar Bintang berpapa pun yang pria itu mau asal dia bisa menikah besok.

“Nona Zulfa, kenapa anda meminta kakakku menikah dengan anda? Bukankah anda sudah memiliki tunangan?”

“Pria brengsek itu memutuskan untuk tidak mau menikahiku besok, aku tidak bisa membiarkan keluarga ini menanggung malu karena batalnya pernikahan kami maka aku meminta kakakmu untuk menggantikan posisi

pria brengsek itu.”

“Tapi Nona saya ….”

“Katakan berapa yang harus saya bayar untuk membuatmu mau menikah dengan saya?”

Bintang nampak bingung dengan apa yang harus ia lakukan saat ini pun dengan Vicko yang juga sama bingungnya dengan situasi yang sama sekali tidak mereka duga ini.

“Zulfa, apa yang kamu lakukan di sini, Nak?” tanya sang mama yang menghampiri mereka.

****

Zulfa membawa Bintang masuk ke dalam rumah untuk membicarakan ini dengan papanya bahwa ia ingin Bintang menjadi suami penggantinya besok, bagaimanapun juga besok ia harus menikah tidak peduli dengan siapa pun.

“Nak, apakah kamu yakin ingin menikah dengan pria asing ini?”

“Iya, aku yakin lagi pula dia cukup tampan.”

Bintang nampak bersemu ketika dipuji tampan oleh wanita ini, akan tetapi sang papa nampak berdehem keras untuk mengingkat Bintang menjaga sopan santunnya di rumah ini, Bintang pun meminta maaf atas apa yang

baru saja ia lakukan dan ia menundukan kepalanya lagi.

“Kamu yakin, Nak?”

“Aku harus menikah besok, apa pun yang terjadi.”

Kedua orang tua Zulfa nampak saling bertatapan satu sama lain kemudian sang papa pergi masuk ke dalam rumah sebentar kemudian keluar lagi dengan membawa sebuah surat yang harus ditandatangani oleh Bintang.

“Kamu tandatangani ini maka aku akan mengizinkan kamu menjadi suami pengganti untuk anak saya.”

Bintang kemudian membaca satu persatu poin dalam surat perjanjian yang disodorkan oleh papanya Zulfa itu akan tetapi papanya Zulfa mengatakan bahwa Bintang harus segera menandatangani surat ini atau ia akan

mengusirnya malam ini juga.

“Baiklah.”

Bintang pun akhirnya menandatangani surat itu dan besok pun ia akan menikah dengan wanita asing yang baru ia temui malam ini.

Setelah Menikah

Bintang menginap di rumah ini dan ia tidak bisa tidur semalaman karena merasa gugup sekaligus tidak percaya kalau hari ini dia akan segera menikah dengan seorang wanita asing yang baru ia temui apalagi wanita itu berasal dari kalangan kelas atas.

“Bang, kamu sudah bangun kan?” tanya Vicko dari luar kamarnya.

“Iya, aku sudah bangun.”

“Cepat keluar karena penata rias sudah datang.”

“Baik.”

Bintang kemudian segera keluar dari kamar itu dan diantar oleh Vicko menuju tempat penata rias berada, Bintang kemudian dirias wajahnya dan ia pun mengenakan stelan jas mahal yang dipinjamkan oleh keluarga Zulfa khusus untuk acara pernikahannya dengan wanita itu.

“Kamu nampak berbeda sekali dengan pakaian itu, Bang,” ujar Vicko yang memerhatikan Bintang yang nampak berbeda saat mengenakan stelan pakaian formal seperti ini.

“Benarkah?”

“Iya, pantas saja nona Zulfa langsung tertarik padamu pada pandangan pertama.”

“Kamu ini bicara apa, sih?”

Tidak lama kemudian orang suruhan keluarga Zulfa meminta supaya Bintang segera bergegas ke gedung tempat di mana acara pernikahan berlangsung dan akhirnya Bintang diantar oleh Vicko menuju gedung tersebut. Bintang nampak benar-benar gugup sekali karena ia akan segera menikah dan tidak pernah terbayang dalam benaknya ia akan menikah secepat ini dengan cara kilat juga seperti ini.

****

Tamu undangan yang datang ke acara pernikahan Zulfa nampak heran sekaligus berbisik-bisik ketika melihat Bintang berdiri di depan altar bersama Zulfa sebelum acara pernikahan mereka dimulai. Zulfa dan keluarga

besarnya nampak berusaha menulikan telinga dan menebalkan wajah mereka atas gunjingan beberapa tamu undangan yang datang ke acara pernikahan Zulfa dan Bintang. Bintang dan Zulfa sudah saling bertukar janji bahwa mereka akan menjadi sepasang suami-istri dan akhirnya untuk pertama kalinya Bintang harus mencium bibir Zulfa setelah sah menjadi istrinya.

“Cium aku, apa lagi yang kamu tunggu,” bisik Zulfa karena Bintang nampak bingung sejak tadi.

Akhirnya Bintang pun untuk pertama kalinya mencium bibir seorang wanita dan wanita itu adalah Zulfa yang telah resmi menjadi istrinya.

Semua tamu undangan bertepuk tangan dan setelahnya acara dilanjutkan dengan memberikan selamat pada kedua pengantin yang sudah resmi menikah. Bintang benar-benar takjub karena banyak sekali orang penting di

negeri ini yang hadir dalam acara pernikahan Zulfa, ia bisa berjabat tangan dengan orang-orang penting itu adalah suatu kehormatan baginya hingga setelah acara selesai, Zulfa dan Bintang tidak menginap di hotel melainkan langsung kembali ke rumah.

“Papa masih mau bicara dengan Bintang,” ujar papanya ketika mereka tiba di rumah.

“Terserah Papa saja,” ujar Zulfa cuek dan ia berjalan menuju kamarnya yang ada di lantai dua.

*****

Usman memperingatkan Bintang bahwa kontrak mereka hanya berlangsung selama satu tahun dan ia berhak untuk memutuskan kapan Bintang harus menceraikan Zulfa, ia juga memperingatkan Bintang untuk jangan menganggap bahwa dirinya itu sekarang sudah diterima menjadi bagian keluarga mereka karena baginya Bintang tetaplah orang rendahan yang beruntung karena dapat menikah dengan Zulfa.

“Ingat itu baik-baik.”

“Iya Tuan, saya paham.”

“Kamu boleh pergi.”

“Saya permisi dulu.”

“Kamu mau ke mana?” tanya Usman saat Bintang hendak pergi ke kamarnya semalam.

“Ke kamar saya, Tuan.”

“Astaga, kamu sekarang kan sudah menjadi suami Zulfa, pergi ke kamarnya!”

“Baik Tuan.”

Buru-buru Bintang bergegas pergi ke kamar Zulfa di lantai dua akan tetapi ia bingung di mana kamar Zulfa itu karena banyak sekali kamar yang ada di lantai dua rumah ini.

“Kamu sedang apa di sini?” tanya adik Zulfa yang bernama Raina ketika ia menemukan Bintang berdiri bingung menatap setiap pintu kamar.

“Aku mencari kamar nona Zulfa,” jawab Bintang.

“Zulfa? Kamarnya di situ,” tunjuk Raina pada sebuah pintu kamar.

“Terima kasih banyak.”

Bintang kemudian mengetuk pintu kamar itu dan masuk ke dalam, ia nampak takjub ketika melihat kamar Zulfa yang luas tersebut hingga secara mengejutkan Zulfa keluar dari kamar mandi dan ia menjerit menemukan Bintang ada di dalam kamarnya.

****

“Apa yang kamu lakukan di kamarku?!”

“Anu…saya diminta tuan untuk tidur di sini.”

“Apa maksudmu?!”

“Saya tidak bohong, kok.”

Usman muncul dari balik pintu kamar setelah mendengar suara putrinya menjerit keras tadi, ia bertanya apa yang terjadi barusan hingga Zulfa sampai menjerit begitu.

“Pa, kenapa pria ini ada di kamarku?”

“Kenapa? Karena dia adalah suamimu.”

“Pa!”

“Jangan membantah, dia bisa tidur di mana pun di kamar ini asal tidak tidur satu ranjang denganmu.”

“Baiklah kalau begitu.”

“Ingat apa yang aku katakan padamu, Bintang.”

“Iya Tuan, saya ingat.”

Usman kemudian pergi dari kamar putrinya dan kemudian Zulfa menghela napasnya kesal, ia membentak Bintang yang masih berdiri saja dan bukannya mandi.

“Sana mandi, kenapa masih berdiri di situ saja!”

“Baik Nona.”

Buru-buru Bintang masuk ke dalam kamar mandi dan kemudian Zulfa mengenakan pakaian tidurnya, akan tetapi ia baru ingat kalau Bintang belum mengambil handuk.

“Pria itu benar-benar.”

Zulfa kemudian mengambilkan handuk untuk Bintang dan setelah itu ia mengetuk pintu kamar mandi.

“Kamu lupa handukmu!”

“Iya Nona.”

Pintu kamar mandi pun terbuka dan Zulfa nampak terkejut melihat separuh tubuh Bintang yang tidak mengenakan pakaian, Zulfa buru-buru kembali ke kasurnya dan berusaha meredakan degup jantungnya yang menggila akibat ulah Bintang barusan.

****

Bintang keluar dari dalam kamar mandi dan kemudian ia bingung harus tidur di mana, Zulfa mengatakan bahwa Bintang harus mengganti pakaiannya dulu sebelum tidur dan ia sudah menyiapkan pakaian ganti untuk pria

itu di atas sofa.

“Terima kasih, Nona.”

Bintang membuka bajunya dan membuat Zulfa seketika memalingkan wajahnya dan memejamkan matanya, Bintang yang menyadari kekeliruannya meminta maaf karena ia sudah lancang membuka baju di depannya.

“Apakah kamu sengaja ingin pamer badan di depanku?”

“Tidak Nona, bukan seperti itu.”

“Ah sudahlah, pokoknya ganti baju kotormu itu dan taruh di keranjang pakaian kotor yang ada di sudut ruangan, kalau kamu tidur terserah di mana saja, aku tak peduli asal jangan satu ranjang denganku, apakah kamu paham?!”

“Aku paham Nona.”

Zulfa kemudian tidur sementara Bintang memutuskan untuk rebahan di sofa, ia sudah berusaha untuk memejamkan mata akan tetapi ia tidak dapat tertidur sepenuhnya hingga ponselnya berdering dan Bintang pun

segera melihat siapa yang menelponnya saat ini.

“Hana?”

Bintang kemudian menjawab telepon dari adik bungsunya itu dan menanyakan kenapa ia menelponnya malam-malam begini.

“Bang, kamu di mana? Saat ini kondisi ibu memburuk.”

Pertemuan Tak Sengaja

Bintang yang mendapatkan telepon dari Hana bahwa saat ini kondisi ibu mereka memburuk pun tentu saja menjadi panik, ia langsung pergi dari kamar Zulfa ketika wanita itu sudah tidur, ketika sudah sampai di lantai bawah dirinya bertemu dengan Usman yang masih duduk di sofa dan langsung memicingkan matanya menatap Bintang yang tergesa-gesa menuruni anak tangga.

“Mau ke mana kamu malam-malam begini?”

“Anu Tuan, ibu saya sedang ada di rumah sakit dan kondisinya memburuk.”

“Ibumu sakit?”

“Iya Tuan, ibu saya sedang sakit, saya harus segera ke sana sekarang.”

Setelah mengatakan itu Bintang pamit pada Usman dan kemudian ia langsung menuju rumah sakit untuk menemui sang ibu yang kata adiknya tengah sakit, ia datang tidak sendirian karena Vicko juga dikabari oleh Hana tadi.

“Bagaimana keadaan ibu?” tanya Bintang saat mereka tiba di rumah sakit.

“Kondisi ibu semakin memburuk sejak beberapa hari yang lalu, dokter bilang harus segera dilakukan tindakan supaya nyawa ibu bisa tertolong,” jawab Hana.

“Berapa banyak uang yang diperlukan untuk dilakukan tindakan oleh rumah sakit?” tanya Vicko.

“Kalau tidak salah perawat itu bilang estimasinya sekitar 20 hingga 30 juta,” jawab Hana.

“Uang sebanyak itu bagaimana kita bisa mendapatkannya?” tanya Vicko frustasi.

Ketika mereka semua tengah frustasi, tiba-tiba perawat datang menghampiri mereka dan mengatakan bahwa ibu mereka sudah dapat ditangani oleh dokter sekarang karena seseorang sudah membayar biaya tindakan juga biaya rawat inap di rumah sakit ini hingga ibu mereka sembuh. Sontak saja ketiganya terheran-heran siapa yang melakukan hal tersebut, ketika mereka bertanya pada perawat siapa orang dermawan itu, perawat mengatakan bahwa ia tidak boleh mengatakan siapa orang itu pada mereka semua.

“Terima kasih.”

Perawat itu kemudian pergi meninggalkan mereka dan tidak lama kemudian nampaklah Usman yang muncul di hadapan mereka, sontak saja Vicko dan Bintang terkejut melihat keberadaan Usman di sini.

“Tuan?”

“Aku yang melakukan semua itu,” jawab Usman datar.

“Terima kasih banyak Tuan,” ujar Bintang.

“Tapi ini semua tidak gratis, Bintang.”

“Saya tahu, saya akan melakukan apa pun agar dapat mengembalikan uang anda.”

“Saya memiliki tugas khusus untukmu, ikuti saya.”

Usman berbalik badan dan kemudian pergi, Bintang pun mengekor dari belakang ke tempat di mana Usman ingin bicara dengannya. Rupanya Usman membawanya ke taman rumah sakit dan di sana pria itu pun mengatakan apa

yang harus Bintang lakukan.

“Kalau kamu bisa membantuku maka kamu tidak perlu mengembalikan semua uang yang aku berikan dalam rangka pengobatan dan penyembuhan penyakit ibumu.”

“Apa yang harus saya lakukan, Tuan?”

“Istriku diduga bermain gila dengan seorang pria di belakangku selama ini, tugasmu adalah menjadi mataku ketika saya tidak di rumah, kamu harus melaporkan padaku siapa yang ia temui dan apa aktivitasnya selama saya bekerja, mudah bukan?”

“Iya Tuan, saya mengerti.”

“Kamu bisa membawa mobil?”

“Tidak Tuan.”

“Kalau begitu besok saya akan menyuruh Vicko mengajarimu bagaimana cara mengendarai mobil karena saya ingin kamu menjadi sopir pribadi istriku supaya kamu bisa lebih mudah memantau gerak-geriknya.”

“Baik Tuan.”

Setelah mengatakan itu, Usman langsung berbalik badan dan meninggalkan Bintang yang masih berdiri di tempatnya.

****

Bintang kembali ke tempat di mana Hana dan Vicko berada tadi, sesaat setelah Bintang kembali maka keduanya pun bertanya apa yang dibicarakan oleh Usman tadi padanya.

“Aku tidak dapat mengatakannya pada kalian sekarang, maaf.”

“Tidak masalah, tapi dia tidak menyuruhmu melakukan hal yang aneh-aneh kan?” tanya Vicko.

“Sama sekali tidak, kok.”

Setelah mengetahui tindakan yang dilakukan oleh dokter berjalan dengan baik dan kondisi ibu mereka bisa berangsur membaik membuat mereka semua tenang, Vicko dan Bintang pun memutuskan untuk pulang ke rumah dan ketika sampai di rumah, Zulfa menatap tajam suaminya itu.

“Dari mana saja kamu semalaman?”

“Anu… aku semalam di rumah sakit karena ibuku perlu mendapatkan tindakan lebih lanjut dari dokter, Nona.”

“Bersama dia?” tanya Zulfa mengarahkan matanya pada Vicko.

“Iya, dia kan adikku,” jawab Bintang.

Zulfa memerhatikan Bintang dari ujung rambut hingga sepatu yang ia kenakan, ia tidak suka penampilan Bintang yang seperti ini dan akhirnya ia meminta Bintang untuk segera masuk ke dalam dan mandi karena ia akan mengajak Bintang ke suatu tempat.

“Kita akan ke mana, Nona?”

“Jangan banyak bertanya, lakukan saja apa yang aku perintahkan!”

“Baik.”

****

Bintang melakukan seperti apa yang diperintahkan oleh Zulfa barusan, mereka pun kemudian pergi menuju sebuah mall untuk mencari sesuatu, Bintang sendiri nampak bingung kenapa Zulfa membawanya ke sini.

“Nona, kenapa kita ke sini?”

“Kamu jangan banyak tanya, bisa kan?”

Bintang pun diam dan tak lagi bertanya hingga mereka tiba di sebuah tempat untuk mencukur rambut, Zulfa berbicara pada pegawai tempat ini supaya penampilan Bintang bisa berubah dan pegawai itu nampak

mengerti seraya mulai menjalankan tugasnya. Zulfa duduk menantikan hasil acara cukur rambut Bintang saat ini dan tidak lama kemudian akhirnya acara cukur rambut pun selesai, Zulfa agak terpesona dengan penampilan Bintang yang sudah cukup tampan dengan gaya rambutnya yang seperti itu.

“Sempurna, sekarang kita mencari pakaian untukmu.”

Kini Zulfa mengajak Bintang untuk mencari pakaian untuk pria itu di sebuah toko pakaian, Zulfa tidak melihat harga yang tertera di pakaian itu dan langsung mengambil asal saja pakaian yang menurutnya menarik dan cocok untuk digunakan oleh Bintang.

****

Zulfa meminta Bintang mencoba satu persatu pakaian yang sudah ia pilihkan untuk pria itu dan Bintang menuruti apa yang diinginkan oleh Zulfa, ketika Bintang mencoba satu persatu pakaian yang dipilihkannya maka Zulfa merasa puas karena memang Bintang sudah cukup tampan dan tidak membuatnya malu ketika dibutuhkan.

“Terima kasih banyak, Nona,” ujar Bintang setelah mereka selesai berbelanja dan makan siang.

“Kamu jangan berterima kasih padaku karena aku memiliki misi khusus untukmu,” ujar Zulfa.

“Misi khusus?”

“Iya, tidak lama lagi pria kurang ajar itu akan menikah dan aku ingin kamu memanas-manasinya supaya dia menyesal telah mencampakanku di hari pernikahan kita.”

“Aku mengerti, Nona.”

Ketika mereka baru saja keluar dari mall, rupanya Zulfa secara tidak sengaja bertemu dengan Hamish dan membuat mereka berdua terkejut karena pertemuan ini sama sekali tidak dirancang.

“Zulfa?”

“Hamish?”

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!