CUP
Sebuah ciuman ringan mendarat di bibirku
Tak lama sorakan dan tepukan meriah terdengar, tawa hangat serta ekspresi bahagia terpancar dari arah dua keluarga besar ini. Acara pertunangan yang sudah ditunggu-tunggu.
Melihat sekeliling, senyum tipis terulas di bibirku, namun saat melihat ke samping, ekspresi ku berubah.
Cowok ini, Aqua-kun tunangaku dengan wajah datar tanpa ekspresi ia mengalihkan pandangannya dariku, tak ada raut bahagia dari wajahnya. Aku tahu la Membenciku.
Ai-san-ibu Aqua Menyambut Aku.
"Akane-chan cantik sekali, gadis ini akan segera menjadi menantuku,kamu tidak usah sungkan untuk panggil aku Mama yah!" katanya hangat, sembari tersenyum.
"Iya,Ma...ma" kataku dengan gugup, aku pemalu apalagi di depan calon mertuaku.
"Mama tidak sabar menunggu acara pernikahan kalian nanti, setelah lulus sekolah, tidak apa-apa yah, sekarang tunangan dulu."
Aku hanya Mengangguk pelan, pasalnya Aqua-kun tidak ada di sebelahku.
Setelah bercengkrama bersama keluarga beberapa saat, Aqua menggenggam tanganku Menyeretku ke halaman belakang, cengkeramannya agak kuat membuat tanganku sedikit sakit.
"Jangan tersenyum,jangan bahagia!" titahnya sembari membelakangi aku.
"Kenapa acara ini harus berlangsung?! aku tahu kamu senangkan? keinginanmu terwujud." lanjutnya.
"Aqua-kun, apa kamu masih membenciku?" Tanyaku dengan agak gemetar, karena tiba tiba suaraku tercekat, tenggorokan ku sakit, kumpulan cairan bening berkumpul di mata ku.
"SELAMANYA" sahutnya pendek.
"Apa yang harus aku lakukan? supaya Aqua-kun tidak membenciku, sejujurnya aku tidak mengerti kenapa Aqua-kun begini?" tak bisa ditahan air mata ini ternyata mengalir juga.
"Seberapa besar kamu menyukaiku?"tanyanya, ia berbalik sambil menatapku tajam, memegang bahuku. "Kamu mau tahu? apa yang harus kamu lakukan Akane?".
Aku menatapnya nanar, lalu mengangguk. sejujurnya aku menahan tangis yang mendesak ingin segera dikeluarkan, sehingga mulutku tak bisa mengeluarkan suara dan hanya menggigit bibir bawah.
"Jadi gimana kalau kamu menghilang dari dunia ini??!"
Tanpa Memperdulikan ku la pergi begitu saja, dengan Mudahnya la mengatakan hal itu, Aqua-kun ternyata ingin aku mati, dengan begitu apa la bisa mencintaiku?
kakiku lemas, aku tersungkur dadaku terasa sakit "Kenapa aku masih menyukaimu?" desahku pelan. Aku mengusap air mata yang mengucur deras sebisa mungkin tak bersuara, supaya keluarga yang berada di dalam yang tengah bahagia tak mengetahui ini.
Ternyata orang yang menyelamatkan nyawakudulu, sekarang menginginkan kematianku.
Aku menarik nafas berusaha menghentikan tangisan ini mengusap air mataku dan mulai berdiri tegak, aku harus berusaha terlihat baik-baik saja di depan keluargaku.
Aku masuk ke ruangan bersikap biasa dan memancarkan senyum bahagia seperti tidak terjadi apa-apa, Tak lama Mama memanggil aku, Ia Tengah bercengkrama dengan Ai-san.
Ternyata ia menyadari mataku yang sembab.
"Aka-chan, matamu sembab, apa kamu menangis?" tanyanya khawatir.
Aku hanya menggeleng pelan," Ini air mata bahagia" jawabku. "Aku sangat bahagia". Tambahku.
.
.
Keesokan harinya, semuanya berjalan seperti biasa, disekolah aku masih melihat Aqua bersama gadis itu. Aku tahu ia ingin aku terluka dan membatalkan perjodohan ini.
Sebelum pulang aku memasukan barang tak berhargaku kedalam loker lalu menguncinya.
...*****AQUA:POV*****...
Ting tong....
.
.
Dari kamar aku bisa mendengar seseorang yang terus membunyikan bel sampai seseorang membukakan pintu.
Tak lama Mama menggedor kamarku.
"Aqua, bisa keluar sebentar?".
Yang benar saja ada perlu apa mama memanggilku malam malam begini. Dengan malas aku berusaha meraih gagang pintu, jujur saja rasa kantuk menyerang mataku.
"Ada apa?" tanyaku sambil menguap.
Melihat tampang mama yang cemas seketika mataku terbelalak.
"Aqua, apa kamu tau akane ada dimana? Apa hari ini kamu bertemu dengan akane?".
Aku hanya menggeleng, karena kenapa mama tiba tiba menanyakan Akane. Harusnya kan ada di rumahnya.
"Sohara-san datang kesini, katanya Akane belum pulang dan tidak bisa di hubungi, ia pikir Akane bersama mu..?".
Aku terdiam sejenak, ibu Akane ada disini? Kemana anak itu pergi? Kenapa dia membebaniku sih, ya pasti ibunya mencari kesini karena aku tunangannya.
"Mungkin dirumah temannya, ya mana aku tahu mah." jawabku tanpa rasa khawatir.
"bisa turun sebentar, untuk mengobrol dengan ibu Akane? Mama rasa dia sangat khawatir, karena Akane anak satu satunya."
Sebenarnya aku malas, tapi karena mama yang minta akhirnya aku turun.
Dan benar saja Sohara-san langsung menghampiri aku, tangannya yang dingin menggenggam kedua tanganku, wajahnya dipenuhi kekhawatiran.
"Aqua-kun tahu dimana Akane kan? Ia pasti menghubungi mu kan? Kenapa ia belum pulang? Tidak biasanya akane seperti ini" katanya menyemburkan beberapa pertanyaan padaku.
Sebenarnya aku merasa tidak enak melihatnya seperti ini.
"Sebenarnya aku tak..ta.." sebelum kalimat itu selesai, aku menyadari satu hal.
DEG
Jantungku berhenti sedetik.
"kamu mau tau? apa yang harus kamu lakukan Akane?"
"Jadi gimana kalau kamu menghilang dari dunia ini??!"
"Jadi gimana kalau kamu menghilang dari dunia ini??!"
"Jadi gimana kalau kamu menghilang dari dunia ini??!"
"Jadi gimana kalau kamu menghilang dari dunia ini??!"
Kalimat itu bergeming di kepalaku. Aku panik. Keringat dingin langsung keluar dari tubuhku.
Tidak mungkin. Tidak mungkin.Tidak mungkin, tidak mungkin dia nekat melakukannya kan?.
Apa yang harus aku lakukan? Tanpa disuruh pun kakiku langsung berjalan keluar, otakku seakan memerintahkan untuk mencarinya..
Mama dan Sohara-san tampak kebingungan, tapi aku tak memperdulikannya, menancap gas motorku.
Sepanjang jalan pikiranku tak karuan, ini gila, aku tak percaya jika Akane melakukan apa yang aku suruh. Ditengah malam ini, kemana aku harus mencari Akane?.
Jujur hatiku berdegup kencang, takut terjadi apa-apa pada gadis itu. Apa aku memang orang sekejam itu? Apa aku akan menjadi pembunuh? Apakah Oniisan akan membenciku?
Ditengah keputusasaan ini terlintas di pikiranku apa yang pernah Akane katakan..
"Aqua-kun, mau gak pergi ke danau Aishi?"
"Aqua-kun, ayo jalan-jalan ke danau Aishi!"
"Aqua-kun apa kamu ingat dulu pernah pergi ke danau Aishi.."
Yah Akane beberapa kali mengajakku kesana, saat kita harus dihadapkan di situasi seakan berpacaran di depan keluarga.
Namun aku tidak pernah menanggapinya. Dan memilih menghiraukan Akane walaupun dia membuka pembicaraan.
Saat itu juga Aku memutuskan pergi kesana, selama lebih dari 1 jam jarak yang di tempuh dari rumah.
Akhirnya aku sampai ketempat yang cukup terkenal di prefektur Kanagawa ini.
Setelah sampai disana, sebentar aku berkeliling memakai penerangan dari ponsel, lagian siapa sih yang mau kesini malam malam, dan aku berdoa semoga aku bisa menemukan gadis itu.
Dan benar saja dari kejauhan aku melihat sosok orang yang berdiri ditengah Tori yang hanya di sinari remang cahaya bulan. Kebetulan malam ini bulan bersinar terang.
Dari posturnya Aku tahu itu adalah Akane, ia hanya diam mematung sambil memandangi bulan itu.
Terdiam sejenak aku suka kombinasi ini.. Terlihat sakral dan ajaib, seperti akane sedang diberi Anugerah oleh dewa, siluet hitam itu ditengah Tori sendirian dibawah sinar bulan yang terang, mungkin dewa akan muncul dari danau itu pikirku.
Saat aku akan melangkah mendekatinya, aku menghentikan langkahku. Untuk apa aku mendekatinya? Sejujurnya aku merasa lega sekarang, melihat ia baik baik saja, beban tadi yang tiba-tiba menimpaku serasa hilang diterpa angin. Aku memilih membuntutinya.
Tak lama setelah itu ia beranjak berjalan sebentar menuju dermaga kecil disana, disana ia juga berdiri memperhatikan air dan bulan, berjalan bolak balik, seakan menenangkan pikirannya??
Karena dari tadi aku hanya memperhatikannya, sekarang aku memutuskan untuk menelepon mama, supaya orang dirumah tidak khawatir, aku berjalan mundur menjauh supaya tidak ketahuan, takut nanti Akane curiga.
Sejenak aku mengotak ngatik ponsel tapi ternyata mamah agak sulit dihubungi, mungkin ia tidak memegang ponsel? aku putuskan untuk menelpon bibi Sohara-san masih dalam panggilan,
Tut...
Tut...
Tut....
Saat mataku melihat Akane kembali, sedetik kemudian gadis itu tiba-tiba melompat ke danau.
Mataku membulat seakan tak percaya.
"Bodohhh..." ponselku langsung Terjatuh, kakiku spontan berlari karena sekarang jarakku agak jauh, terlihat tidak ada riakkan air dimana biasanya orang tenggelam akan minta tolong.
Akane apa kamu gila? Danau itu terlihat tenang kembali, menelan akane seakan tak terjadi apapun,
.
.
.
10 tahun yang lalu..
"Akane, apa kamu sudah siap?" Teriak Ibuku dari lantai bawah.
Aku yang sedang menyisir rambut panjangku menghiraukannya, setelah merasa sudah rapi,aku mengambil tas selempang berwarna pink yang serasi dengan bajuku lantas pergi menuruni anak tangga menghampiri orang tuaku yang sudah bersiap siap.
Yah, Hari ini kami akan bertamasya ke Danau Aishi menikmati pemandangan alam yang bisa membuat dirimu damai, bagi orang dewasa mereka akan memilih tempat tempat seperti itu untuk menghilangkan stress dari pekerjaannya. Tapi bagi aku sebagai seorang anak berusia 8 tahun aku ingin pergi ke taman bermain, Disneyland atau sebagainya, namun apa daya aku hanya bisa menuruti kemauan orang tuaku.
"Kapan kapan kita ke Disneyland yah," ucapku sembari cemberut karena sebenarnya tidak setuju pergi kesana.
Orangtuaku hanya terkekeh melihat kelakuanku."Eh? Bukankah kita udah 3 kali kesana?".
Aku menggulirkan mataku." Iya...tapi..aku.." sebelum sempat menyelesaikan kalimatku mereka mengacak acak rambutku gemas.
"Iya,iya papa nanti akan mengajakmu kesana lagi.." Selanya lalu pergi menuju mobilnya.
Aku hanya mendengus kesal. Bukan apa-apa walaupun sering pergi kesana itu tidak cukup untukku,karena masih banyak tempat tempat yang belum aku coba. Pada akhirnya kami berangkat dan sepanjang perjalanan mama dan papa berusaha menghiburku.
...----------------...
Setelah hampir 1 jam berada disini akhirnya aku merasa bosan, memang awalnya aku takjub dengan indahnya pemandangan alam ini, namun karena mama dan papa hanya bersantai ria seraya mengobrolkan hal- hal orang dewasa dan bernostalgia bersama tentu saja itu tidak cocok untuk anak-anak.
Pada akhirnya aku memutuskan untuk diam diam menyusuri tempat ini sendiri, aku tidak bisa terus disitu berdiam diri, jiwa detektif ku seakan menyeruak setelah melihat sesuatu muncul dari air, tidak seperti ikan biasa, aku harap bisa menemukan putri duyung disini, tiba tiba pikiran konyol itu muncul dalam otakku.
Karena penasaran aku berjalan ke dermaga kecil di sana, berjongkok di tepi dermaga menatap air danau ini yang berkilauan karena sinar matahari, namun ikan tadi tidak menampakkan dirinya lagi.
"Kawaii.." Gumamku pada diri sendiri setelah melihat pantulanku di air itu, Pita yang aku sematkan di rambut ini membuat aku makin cantik pikirku narsis.
Setelah aku pikir cukup lama disini takut orang tua ku cemas mencari diriku, aku beranjak berdiri dan berbalik namun kakiku keseleo entah karena terlalu lama berjongkok atau kesemutan itu membuat aku kehilangan keseimbangan dan..
"Aaaaaaaa.." aku berteriak saat diriku tercebur ke danau itu apalagi aku tidak bisa berenang. Air ini melahapku.
Dengan sekuat tenaga aku menggerakkan tubuhku supaya tidak tenggelam berteriak minta tolong pun susah karena air terus masuk ke dalam mulutku, karena rasa panik orang cenderung tak akan berpikir panjang, setelah tubuku lemah aku mulai tenggelam.
Ah inilah akhir hidupku, maafkan aku mah pah, pikirku dalam hati, semakin dalam cahaya matahari itu juga semakin samar samar terlihat,
Dalam kondisi tenggelam, air masuk ke saluran pernapasan dan mengisi paru paruku sehingga tak bisa bernafas dan pasokan oksigen keseluruh tubuh terhenti. Sudah tak bisa bernafas dan berpikir jernih sebelum menutup mata yang terakhir ku lihat adalah sosok seseorang berenang kearahku.
...----------------...
Uhuk, uhuk, uhuk.
Aku terbatuk-batuk karena air keluar dari mulutku, nafasku berburu cepat, kesadaranku belum keluar sepenuhnya, melihat sekeliling aku sadar bahwa aku telah selamat,
Orang asing di depanku tampak cemas, ia menepuk-nepuk pipiku pelan.
"Kamu tidak apa-apa? Syukurlah aku tepat waktu menyelamatkan mu ." ucapnya penuh rasa syukur.
Sedangkan aku masih bengong mencerna kejadian ini dan entah datang dari mana aku tiba-tiba menangis dengan keras.
"Aku takut..."isakku.
Namun anak yang sepertinya seumuran denganku itu memelukku, menepuk-nepuk pelan punggungku, ya orang ini mencoba menenangkanku
"Tidak apa-apa, sekarang kamu baik-baik saja." ia melepaskan pelukannya."Dimana orang tuamu? Aku akan mengantarmu pulang".
Aku hanya terisak tak mampu menjawab anak itu, dan hanya menunjukkan tempat dengan tanganku. Aku menggigit bibir bawahku untuk menghentikan tangisan ini. Siapa coba yang tak takut dan trauma jika dihadapkan akan kematian.
Anak itu tanpa di suruh langsung menggendongku di punggungnya, tahu bahwa kondisi mentalku sedang buruk. Dibelakang aku hanya termenung karena kejadian datang dan pergi begitu saja.
Sosok ini dengan rambut khasnya berwarna pirang, mempunyai mata yang bersinar seperti bintang adalah malaikat yang dikirim untukku, Yah setidaknya itu yang terpikir olehku. Aku tidak akan melupakannya.
Sampai disana aku langsung turun berhambur menangis memeluk orang tuaku, aku tahu mereka kebingungan sekaligus khawatir pada diriku apalagi aku basah kuyup begini,
"Akane ada apa denganmu? Kamu tahu dari tadi kami mencari mu!" Mama memegang bahuku menelisik wajahku," Kamu tidak apa-apa kan?" tanyanya cemas.
Dengan gelagapan aku mencoba mengeluarkan suara."Aku takut ,, tadi aku tenggelam."
Tentu saja mendengar itu membuat mereka kaget, dan langsung memeriksa kondisiku memastikan putrinya baik baik saja.
Setelah kondisiku cukup baik, aku melirik anak itu yang sedang mengobrol dengan papa. Ia lantas membungkuk untuk pergi. Tanpa disuruhpun aku yang masih lemah langsung mengejarnya.
"Tunggu..." pintaku,
Anak itu lantas berbalik menghadapku. Menunggu aku bicara,Nafasku terengah-engah.
"Namamu? Siapa namamu?"
Berpikir sejenak ia tak langsung menjawab. Setelah menatapku beberapa detik ia mengatakan.
"Kamu bisa panggil aku Marine." katanya seraya memberikan senyuman tipis lantas berbalik lagi dan pergi.
Aku akan mengingat nama itu, tekadku. Sosoknya akhirnya menghilang di ujung jalan.
.
.
Setelah hari itu, aku menjalani hari seperti biasa dan tak pernah melupakan anak itu,berharap suatu hari nanti bisa bertemu dengannya lagi, untuk mengucapkan terima kasih dengan tulus berkatnya aku bisa hidup sampai sekarang, coba saja waktu itu tak ada yang menolongku mungkin sekarang aku tak akan melihat matahari bersinar lagi.
Saat ini aku sudah beranjak remaja, Akan memasuki sekolah menengah atas, tahun ajaran baru sudah di mulai dan masa orientasi siswa sudah dilakukan . Kau tahukan saat masa orientasi dimana kita mengenal lingkungan sekolah, para senior akan sedikit menjahili kita, terkadang disuruh melakukan hal yang tidak masuk akal.
Hari ini aku senang karena masa masa itu sudah berlalu,hembusan angin sepoi meniup rambutku, musim semi sudah datang, bunga sakura yang cantik berjejer sepanjang jalan apalagi kelopaknya yang berjatuhan, hanya memandangi bunga ini membuat hatiku tenang.
"Akane, selamat pagi." ucap seseorang menepuk pundakku, membuat ku kaget.
Saat aku berbalik menghadapnya, ia tersenyum lebar dengan wajah yang ceria.
"Frill, kamu membuatku kaget, aku pikir tadi siapa." kataku seraya menggembungkan pipi.
Ini frill shiranui sahabatku, sedari SMP kami selalu bersama sampai sekarang di SMA. Gadis bermata hijau kekuningan ini adalah tempat dimana aku bersandar.
Dia hanya tertawa." Abisnya kamu malah bengong di tengah jalan gini sih." dia langsung mendekap lenganku menyeretku untuk berjalan." Cepetan kita bakal terlambat loh,"
Aku hanya menuruti kemana gadis itu membawaku pergi, saat kami berjalan aku mendengar langkah kaki cepat, seorang gadis berlari dengan wajah yang ceria. Gadis dengan rambut panjang berwarna pirang dengan mata yang bersinar, sejenak itu mengingatkan ku pada seseorang.
Gadis itu lalu berhenti membalikan badannya lalu berteriak. " Oniichan kaya siput lambat banget."
Tentu saja melihat itu membuat pandanganku juga beralih menoleh kebelakang. Dan ya seketika mataku membulat sosok yang tidak asing itu membuat langkahku terhenti.
"Marine?" Gumamku pelan.
Frill malah kebingungan dengan tingkahku yang tiba-tiba ini. "Kamu kenapa?"tanyanya penasaran. Namun aku tak menanggapinya dan malah fokus pada sosok itu.
Walaupun sekarang tampilannya tidak jauh berbeda dengan dulu seingatku waktu kecil. Cowok berambut pirang itu menenteng tas terseyum dengan tingkah gadis itu, matanya masih bersinar seperti bintang, Sosoknya yang kini keren dan tampan ini akan jadi dambaan setiap wanita.
"Tidak mungkin.." gumamku lagi, sekarang aku di takdirkan bertemu pahlawanku lagi, apakah kali ini aku akan bisa dekat dengannya untuk mengucapkan terima kasih.
Frill mengguncang bahuku membuyarkan lamunanku." Kamu kenapa sih Akane?" tanyanya lagi dengan sedikit emosi.
Tersadar aku hanya menggelengkan kepalaku pelan." Aku gak papa." menggaruk kepalaku yang tak gatal, jujur aku tak bisa menahan senyumanku setelah melihatnya, apakah dia mengingatku? Pertanyaan itu muncul dalam otakku.
Frill menatap ku lekat lekat," Bohong, pipimu kenapa menjadi merah?"
Mataku membulat, tanganku mengecek kondisi wajahku." Eh? Masa sih?" ucapku gelagapan memang wajahku terasa panas, apa ini efek aku bertemu dengan cowok itu.
Sebelum frill bertanya lebih lanjut aku langsung menyeret dia menuju gerbang sekolah, selama ini aku hanya memendam perasaan ini sendiri, karena kejadian itu adalah salah satu traumaku sehingga aku tak terlalu suka mengungkitnya. Walaupun ada sosok special disana. Senang rasanya tahu bahawa kami satu sekolah, mungkin aku akan punya kesempatan untuk mendekatinya.
...----------------...
Bel berdering menandakan jam istirahat dimulai, saat dikelas aku tak bisa berhenti memikirkan sosok itu, sayangnya kami tidak sekelas,itu membuatku sedikit kecewa.
"Mau makan apa?" Tanya frill saat kami menuju ke kantin, berfikir sejenak sejujurnya aku tak lapar ada hal yang mengangguku. Jadi aku memutuskan untuk menghilangkan rasa penasaran ini.
"Frill kamu duluan aja, aku mau ke toilet sebentar."
Sebenarnya aku tak mau berbohong pada frill namun aku akan memastikan ini terlebih dahulu.
Frill mengerucutkan bibirnya." Yaudah deh, jangan lama lama yah.."
"Oke".
Aku bergegas pergi, karena rasa penasaran menghantuiku, aku mencoba mengintip setiap kelas 10, berharap bisa menemukan sosok itu, 5 kelas sudah ku lalui namun hasilnya nihil apa dia sedang keluar kelas? Pikirku, karena sepertinya percuma mencarinya di jam istirahat.
Aku menghembuskan nafas panjang, di kelas berikutnya aku mengintip di jendela,aku melihat rambut pirang itu mencuat senyum merekah tertoreh di bibirku.
"Akhirnya .." Gumamku, Ya sosok itu sedang berdiri menghadap jendela luar, dengan headphone di kepalanya, dikelas ini cuma ada 3 orang yang lainnya mungkin sedang menikmati jam istirahatnya jadi aku agak sedikit leluasa untuk mengintip.
Perasaan berbunga muncul dalam diriku, sesenang ini aku bertemu dengannya lagi, kira kira lagu apa yang sedang ia dengarkan? Aku ingin mengetahui lebih banyak lagi tentangnya.
Setelah memastikan ini, aku kembali ke kantin untuk menemui frill yang sedang menungguku, sepanjang jalan aku tak bisa menyembunyikan rasa bahagiaku , dengan melompat lompat kecil sembari bersenandung.
Frill sudah duduk di kursi kantin bersama teman lainnya, ia melambaikan tangannya saat melihatku muncul di ruangan ini. Setelah sampai ia langsung berkata.
"Wajahmu merah lagi Akane!" Ucap frill seraya berdiri memeriksa kondisiku.
Tak menyangka akan cepat kentara seperti ini,"Eh gitu ya? Sepertinya aku demam." aku mengggulirkann mataku mencari cari alasan yang masuk akal.
Frill langsung menempelkan tangannya di dahiku.
"Mana ada jidat kamu ngga panas tuh, apa perlu ke UKS untuk mengukur suhu badan mu." katanya meragukanku.
Aku hanya terkekeh pelan melambaikan tangan menolak ajakan frill." tidak usah, aku baik baik aja kok, hehe lanjut makan aja yuk.." berusaha mengalihkan perhatiannya.
Dalam hati aku bertekad akan mengambil langkah terlebih dahulu untuk mendekati Marine, yah nama itu aku masih mengingatnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!