Winnipeg, Manitoba, Canada 09.45 PM
Di sebuah rumah sakit, ruang bersalin terdengar suara jeritan seorang ibu yang berusaha untuk melahirkan anaknya. Terlihat beberapa orang yang menunggu di luar ruangan sedang cemas, berdoa supaya ibu dan anak itu baik - baik saja.
Di dalam ruang bersalin terdapat enam orang, empat perawat, satu dokter dan suami dari ibu yang melahirkan itu.
"Ikuti instruksi saya! Tarik napas, buang perlahan lalu dorong"
"Huh... Arrghh" ibu itu terlihat berusaha keras untuk mengeluarkan anak - anaknya. Sang suami yang melihat istrinya berjuang merasa sangat tidak berdaya.
"Bertahanlah sayang, demi anak - anak kita" ujar sang suami dengan mencium dahi istrinya.
"Kepalanya sudah terlihat, dorong lagi" dokter berusaha untuk mengeluarkan bayi yang di lahirkan ibu itu.
Terdengar tangisan bayi di ruangan membuat mereka lega. Tak berlangsung lama perasaan lega itu, karena sang ibu masih merasakan kontraksi di perutnya. Menandakan adanya bayi yang masih di dalam perut.
Tiga jam terlewati usai persalinan, sekarang wanita yang sudah berganti status menjadi ibu, terlihat berbaring Hospital Bed tak sadarkan diri usai melahirkan anak - anaknya.
Ruangan VIP yang di tempatinya terlihat ramai, karena keluarga yang ingin mengunjungi ataupun melihat keadaan dia serta cucu atau keponakan mereka yang baru lahir.
"Sayang, bagaimana perasaanmu? Apakah ada yang sakit" tanya sang suami yang bernama Nikolas Abraham, melihat istrinya membuka mata.
"Air..." ucapnya lirih. Nikolas pun segera mengambilkan air untuk istrinya itu minum.
Sang istri pun meminum air yang telah di ambilkan oleh Nikolas. Melihat sekeliling yang terdapat keluarganya di sana sedang menatapnya. Tiba - tiba dia tersadar dan segera menanyakan keadaan bayinya.
"Bagaimana keadaan bayinya kita Nik?" tanya sang istri saat melihat tidak adanya bayi di ruangannya.
"Tenanglah Kanaya. Bayi kita baik - baik saja, sekarang mereka masih harus di inkubator, perawatan akan mengantarkannya kemari nanti" Nikolas menenangkan istrinya, Kanaya Yola, bahwa anak mereka semua dalam keadaan sehat.
"Bagaimana keadaanmu, Nay?" tanya Mila Amelia, ibu dari Kanaya.
"Baik ma" balas Kanaya menatap wajah Mila yang berada di samping kirinya.
Di ruangannya terdapat Mila sang mama, David Beckham sang papa, adiknya Alina Beckham, dan Emily Rose, ibu dari Nikolas. Ayah Nikolas telah tiada saat dia berumur dua puluh tahun, karena sakit.
Hari ini perawatan membawa bayi Kanaya ke ruangannya di rawat. Satu bulan Kanaya menahan untuk bisa melihat anaknya itu. Karena Nikolas yang tidak memperbolehkan dia untuk mengunjungi mereka dengan alasan dia masih sakit dan lemas yang membuatnya kesal.
Nikolas yang melihat istrinya tersenyum pun ikut tersenyum, karena beberapa hari ini Kanaya selalu cemberut saat melihat. Dia pun mengerti kenapa istrinya selalu cemberut karena dia tidak memperbolehkannya melihat anak mereka.
Kanaya terlihat menggendong bayi perempuan, Mila yang menggendong cucunya yang perempuan, dan Emily yang menggendong cucunya laki - laki.
Ya, Kanaya melahirkan tiga bayi kembar yang biasanya disebut triplets. Anak pertama yang berjenis kelamin laki laki, anak ke dua dan ke tiga yang berjenis kelamin perempuan. Mereka terlihat menggemaskan.
"Lihatlah! Dia terlihat mirip dengan Nikolas!" seru Emily yang memperhatikan wajah cucunya itu.
Mila yang mendengar pun segera mendekat ke besannya itu. Nikolas, David dan Alina pun ikut bergabung bersama. Mila pun berkata "Iya, dia mirip sekali dengan Ayahnya". Mereka pun mengangguk menyetujui ucapan Mila.
Kanaya pun penasaran untuk melihat putranya, tapi tak bisa karena kondisinya yang masih lemas untuk berdiri membuatnya mengurungkan niatnya itu. Emily yang mengerti kondisi menantunya pun mendekatkan dirinya supaya Kanaya dapat melihat putranya.
"Ya ampun, dia sangat mirip denganmu Nik!" seru Kanaya kagum melihat wajah sang anak yang seperti pinang di belah dua dengan Daddy-nya.
"Bayi perempuan ini juga sangat cantik, mereka seperti perpaduan dari kalian berdua" ucap Mila dengan menatap cucu bungsu yang berada di gendongannya.
Kanaya menganggukkan kepalanya tanda setuju setelah melihat putri bungsunya, benar dia merupakan perpaduan dari dirinya dan Nikolas.
Menundukkan kepalanya, Kanaya terkejut saat melihat putri ke duanya yang mirip seperti dirinya. "Mom, lihat dia sangat mirip denganku!?" serunya.
Mendengar itu mereka semua segera mendekat ke arah Hospital Bed yang Kanaya tempati.
"Ya ampun, dia benar benar sangat mirip denganmu kak!?" seru Alina kagum melihat bayi bayi itu.
"Ya benar cantik sekali" ucap Emily menganggukkan kepalanya dan di setujui semua orang yang berada di ruangan itu.
"Apakah kakak sudah mempunyai nama untuk mereka?" tanya Alina pada kakaknya yang berjarak dua tahun dari dia.
Mendengar itu Kanaya tersenyum dan berkata "Sudah, kami sudah menyiapkan nama untuk mereka"
"Siapa namanya?" tanya David penasaran dengan nama ke tiga cucunya.
"Anak pertama kami bernama Aiden Abraham, anak ke dua kami bernama Aulia Abraham, dan terakhir anak bungsu kami bernama Aqila Abraham" ucap Nikolas dengan menatap ke tiga anaknya.
Yang lain pun mengangguk menyetujui. "Nama yang bagus" balas Alina.
Sudah dua hari Kanaya pulang ke mansion bersama keluarganya yang lain. Keluarga pun baru pulang kemarin sore. Mereka tidak bisa menetap, karena adanya pekerjaan yang harus mereka lakukan.
Kepulangan keluarganya membuat Nikolas dan Kanaya kerepotan mengurus ke tiga bayi kembar mereka. Karena biasanya yang merawat ke tiganya Emily dan Mila apa lagi saat ke tiganya menangis pada malam hari.
Walaupun bisa mempekerjakan baby sitter namun Kanaya ingin mengurus dan merawat anaknya dengan tangannya sendiri. Supaya tidak melewatkan tumbuh kembang anak- anaknya. Nikolas pun menyetujui ucapan istrinya.
Lima tahun kemudian
Tak terasa sudah lima tahun terlewati. Kanaya dan Nikolas pun sudah terbiasa merawat anaknya sendiri, ke duanya berubah menjadi orang tua yang baik.
Mereka sadar bahwa mereka bukan remaja yang bisa melakukan semuanya tanpa memikirkan hal lainnya, tapi sekarang mereka sudah memiliki anak dan berpikir jika mereka melakukan apa yang mereka lakukan saat remaja mungkin anaknya akan meniru kelakuannya, gak papa kalau itu baik tapi kalau buruk, itu akan berpengaruh dalam kehidupan anak - anaknya.
Sekarang anak - anak sudah berumur lima tahun, baru kemarin mereka merayakan ulang tahun untuk ketiga anak mereka.
Mereka menjadi anak yang tampan dan cantik. Anak - anak mereka pun tumbuh dengan sehat, aman, dan ceria. Membuat mansion menjadi menjadi ramai karena keributan yang mereka bertiga lakukan.
"Bi, tolong panggil anak - anak untu sarapan ya" ucap Kanaya pada Bi Nanik, maid yang bekerja padanya selama lima tahun ini.
"Baik, nyonya" Bi Nanik segera melaksanakan tugas yang di berikan oleh Kanaya.
Kanaya yang fokus menata sarapan di meja makan tidak menyadari seseorang yang datang dari belakangnya. Tiba - tiba ada yang memeluknya dari belakang membuat Kanaya terperanjat dan refleks memalingkan pandangan ke samping.
"Jangan gitu lagi ih. Aku kaget loh tadi" kesal Kanaya pada Nikolas, sang suami yang memeluknya dari belakang.
Nikolas pun hanya terkekeh kecil melihat tingkah istrinya, sambil menumpukan dagunya di bahu Kanaya.
Dia pun berkata "Kamu aja yang terlalu fokus" balas Nikolas dengan nada tak bersalah. Mereka pun bertatapan dengan jarak dua senti sebelum bibir mereka bertemu.
"Mommy, Daddy lagi ngapain?" Kanaya pun refleks mendorong Nikolas pergi. Nikolas dan Kanaya pun mengalihkan pandangannya pada suara yang mereka dengar.
Di sana terlihat ke tiga anaknya yang baru turun dari tangga melihat mereka dengan memiringkan kepalanya tanda bingung dengan yang dilakukan ke dua orang tuanya itu. Sungguh menggemaskan.
"Tidak papa, ayo segera sarapan" ucap Kanaya cepat dengan pipi yang merona merah.
Terdengar Nikolas menghela napas kesal, merasa terganggu dengan kehadiran anaknya di waktu yang tidak tepat. Kanaya yang mendengar pun tak memperdulikan membuat Nikolas segera duduk di tempatnya untuk memulai sarapan pagi.
Segera sarapan berjalan dengan damai tanpa adanya keributan, hanya suara dentingan alat makan yang terdengar di ruang makan itu.
"Aiden! Cepatlah!?" teriak Aulia dari ruang keluarga. Mereka berencana untuk menonton film Harry Potter yang sedang populer.
"Ya, sabarlah sedikit" balas Aiden dengan menuruni tangga sambil menggerutu.
Dari arah dapur datang Kanaya yang di ikuti oleh beberapa pelayan yang sedang membawakan cemilan untuk mereka.
"Kalian ingin menonton film apa?" Kanaya bertanya sambil mendudukkan dirinya di sofa sebelah Aiden. Para pelayan pun segera meletakkan camilan itu ke atas meja, lalu membungkukkan badan dan pergi ke dapur.
"Harry Potter, Mom. Kata Justin film-nya bagus" ucap Aqila yang di setujui kembarannya. Justin adalah anak dari sahabat Kanaya dan Nikolas, dia beberapa bulan lebih tua dari triplets.
Beberapa menit mereka hanya mengganti ganti channel televisi, tapi tak kunjung mendapatkan channel yang menayangkan film Harry Potter itu.
"Channel tadi loh!" seru Aqila yang kesal dengan Aulia.
"Yang tadi gak ada. Kata Justin channel ini bukan yang itu" Aulia membalas ucapan kembarannya itu.
"Huh, bukan ini, tadi itu masih iklan. Sini aku aja!" Aqila pun merebut remote televisi dari tangan Aulia.
"Tuh kan, apa ku bilang, gak ada" ujar Aulia saat Aqila mengganti channel yang menurutnya menayangkan film Harry Potter.
Akhirnya Aqila mengganti ke channel yang menurut Aulia benar, tapi di channel itu juga tidak menayangkan film Harry Potter.
"Channel mu juga gak ada tuh" ucap Aqila saat mengganti channel sebelumnya. Aqila dan Aulia pun bertatapan dengan mata yang memancarkan permusuhan, lalu membuang muka dengan mendengus dan melipat kedua tangan di depan dada.
Aiden yang melihat pertengkaran mereka pun memutar matanya malas. Sedangkan Kanaya hanya tersenyum tipis melihatnya. Menggemaskan sekali anak anaknya ini.
"Kalian salah semua, siniin remote-nya!" Aqila segera memberikan remote itu kepada Aiden. Dia pun mencari aplikasi Netflix untuk menonton film Harry Potter Dia tidak mau mencari channel seperti kembarannya itu. Kalau ada yang mudah kenapa cari yang sulit pikirnya. Walaupun nonton di Netflix berbayar, tapi tenang saja uang Daddy-nya tidak akan habis hanya karena itu.
Mereka menonton film itu dengan sesekali mengomentari adegan yang tidak mereka sukai. Posisi duduk mereka pun sudah berantakan Aulia yang sudah tiduran di karpet, Aqila yang tiduran di sofa dengan kaki di atas sandaran sofa, dan Aiden yang masih duduk tegak dengan camilan yang ada di pangkuannya. Sedangkan Kanaya sedang berada di dapur menyiapkan makan siang dibantu koki yang dipekerjakan Nikolas.
Walaupun ada koki, Kanaya ingin memasak sendiri untuk keluarganya. Kadang kalau dia sedang sakit, koki itu yang akan memasak untuk mereka.
Tak lama ada adegan ciuman membuat Aiden melonjak dari duduknya dan segera berlari ke depan untuk menghalangi pandangan kembarannya itu saat mereka berdua tidak memperhatikannya.
"Huh?! Kenapa kamu menghalanginya? Minggir!, gak kelihatan." perintah Aulia supaya Aiden menyingkirkan dari depan televisi itu. Tapi Aiden tak mengindahkannya. Membuat Aqila dan Aulia duduk dengan pandangan penasaran ke arah televisi.
"Gak." balas Aiden. Aulia dan Aqila pun cemberut mendengar jawabannya. Jadi posisi Aiden menghadap televisi dengan punggung yang menghadap dua saudaranya.
"Kenapa sih?" Aqila yang ingin tau pun mendekat ke arah televisi di ikuti Aulia. Aiden pun segera membalikkan badannya menghadap mereka, sekaligus membalikkan badan keduanya. Tapi kepala Aiden masih menengok kebelakang melihat adegan itu.
"Ini tuh gak baik untuk anak kecil" balasan Aiden membuat mereka kesal.
"Kamu kan juga masih anak kecil!" seru Aulia menjawab dengan nada kesal. Mereka pun ingin menengok kebelakang, tapi adegannya sudah berganti. Membiarkan kembarannya itu melihat.
"Tapi kan aku kakaknya" Aiden segera berjalan ke sofa tempatnya duduk tadi. Lia dan Qila yang sedang menonton dengan berdiri pun segera membalikkan badannya secara bersamaan setelah mendengar balasan Aiden.
"Kakak apanya?! Orang kita kembar" Aqila membalas dengan mengikuti Aulia yang sudah berjalan terlebih dahulu ke arah sofa.
Aiden diam sejenak, menelan makanan di mulutnya, lalu berkata "Walaupun kita kembar, aku lahir lebih dulu dari kalian" Aiden tersenyum dengan lebar dan mengarahkannya tatapannya pada Lia dan Qila yang sudah duduk di sampingnya.
Lia dan Qila mendengus mendengar itu. "Kamu hanya lahir lima menit lebih dulu dariku dan sepuluh menit lebih awal dari Qila" balas Lia dengan menatap Aiden tak suka.
Meletakkan camilannya. Aiden membalas Lia dengan kaki kanan yang bertumpu di kaki kiri. "Itu artinya aku menghirup oksigen lebih banyak dari kalian, jadi menurutlah padaku, kakakmu" ucap Aiden dengan tersenyum di sudut bibirnya.
Aqila hanya melihat perdebatan kembarannya itu dengan sepiring camilan di tangannya yang hanya tersisa setengah.
"Iya iya yang tua" ucap Aulia dengan tangan yang mengambil camilan dari pangkuan Aqila. Melihat itu Aqila segera menepuk tangan Lia, menolak untuk membagi camilan itu. Aulia hanya acuh dan tetap mengambilnya.
"Apa?! Kamu!?" Aiden kesal mendengar kata tua dari adiknya itu, melihat itu Aulia hanya menjulurkan lidahnya, mengejek Aiden.
"Ada apa, nih?" ucap Kanaya yang baru datang, ingin mengajak anaknya makan siang bersama. Aiden dan Aulia terlihat bertatapan marah saat dia menghampiri mereka.
"Gak papa, Mom. Tadi Lia sama Aiden hanya berdebat sedikit" Aqila menjawab ketika melihat keduanya memalingkan muka dan tidak berniat menjawab Mommy-nya.
"Udah. Ayo makan siang dulu" ucap Kanaya untuk mengalihkan perhatian mereka ketika melihat keduanya membuka mulut ingin berbicara. Agar tidak ada perdebatan yang lain antara ke duanya.
Mendengar itu mereka segera berdiri dari duduknya menuju ruang makan. Kanaya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan anak - anaknya itu. Mematikan televisi sebelum menyusul anaknya ke ruang makan.
Paris, Île-de-France, Prancis 10.45 AM.
Terlihat banyaknya bangunan bertingkat di ibu kota Perancis ini. Di salah satu ruangan, di bangunan yang terlihat megah dan mewah. Seorang pria sedang menatap banyaknya orang yang berlalu lalang di bawahnya dari kaca ruangannya itu dengan pandangan datar, acuh tak acuh.
Terdengar ketukan pintu dari luar ruangan.
"Masuk" ucapnya mengizinkan orang yang ada di luar untuk memasuki ruangan kantornya itu.
Seorang pria masuk dengan membawa berkas - berkas yang akan di tanda tangani bos-nya itu, dia adalah tangan kanannya. Berdiri di belakang pria itu yang belum juga mengalihkan pandangannya.
"Tuan, ada berkas yang harus segera anda tanda tangani" pria itu hanya melirik dari sudut matanya dan berkata dengan intonasi datar, "Taruh di mejaku!" Berkas itu pun langsung ditumpuk, di berkas berkas lainnya yang membutuhkan tanda tangan pria itu.
"Bagaimana keadaan mereka?" tanya pria itu. Asisten itu diam sejenak, lalu berkata "Mereka baik - baik saja, seperti keluarga pada umumnya".
"Huh! Segera kirim dia, aku ingin rencananya segera berjalan" ucap pria itu dengan membalikkan badannya menghadap sang asisten.
"Baik tuan, akan segera saya laksanakan" mendengar balasan asisten membuat pria itu mengangguk. "Kalau tidak ada yang lain, kau boleh pergi!" perintahnya dengan berjalan menuju meja kerjanya. Sang asisten membungkukkan badannya, lalu segera pergi dari ruang kantor bos-nya untuk melaksanakan tugas yang di berikan padanya tadi.
"Tidak akan lama lagi, tunggu saja kehancuran kalian!" ucap pria itu yang telah duduk di kursinya dengan seringai yang terukir di bibir tipisnya.
Kanaya terlihat sedang melihat dirinya sendiri di cermin. Hari ini mereka akan pergi ke pantai. Kanaya mengenakan dress putih polos di bawah lutut dengan lengan panjang. Dengan rambut yang dia kuncir setengah, menggunakan kalung mutiara, dan make up yang tipis membuatnya tampil lebih percaya diri, anggun dan elegan.
Terlihat Nikolas yang sedang berjalan menghampirinya dengan menggunakan kaos putih berlengan pendek dan celana pendek biru tua di atas lutut. Di tangannya, dia menggunakan jam tangan bermerek serta kaca mata yang bertengger di hidungnya yang mancung, membuatnya terlihat muda dan keren. Seperti Sugar Daddy.
Memeluk Kanaya dari belakang yang masih memperhatikannya dari cermin. Menumpu dagunya di bahu Kanaya, lalu berkata, "Cantiknya istriku ini, aku jadi ingin membatalkan liburan kita untuk pergi ke pantai" dengan mencium pipi Kanaya.
Ya, karena hari ini weekend, membuat Nikolas dapat meluangkan waktu untuk keluarganya itu.
Kanaya berbalik mendongakkan kepala untuk menatap suaminya itu, lalu tersenyum padanya, memegang ke dua sisi wajah suaminya. "Aku juga tidak rela memperlihatkan kamu pada orang lain." ucapnya dengan cemberut melihat penampilan Nikolas yang sangat tampan hari ini.
Menunduk untuk melihat ekspresi wajah Kanaya yang cemberut, membuatnya terkekeh tipis. Memajukan wajahnya pada wajah istrinya hingga tersisa jarak dua senti, tanpa sadar bibir mereka sudah bersatu. Nikolas pun segera ******* bibir istrinya dengan satu tangan yang sudah berpindah di belakang kepala Kanaya, untuk memperdalam ciuman mereka.
Kanaya segera menepuk bahu suaminya ketika dia merasa akan kehabisan napas. Nikolas yang mengerti pun melepaskan ciuman mereka dengan tak rela.
Ketika Kanaya sedang mengatur napasnya, dia terkejut dengan suara yang terdengar dari luar kamarnya.
"Mommy, Daddy!. Ayo cepatlah" teriak Aulia yang sekarang berada di luar pintu kamar orang tuanya bersama Aiden dan Aqila.
Kanaya yang mendengar teriakan anaknya segera merapikan penampilan, Nikolas hanya tersenyum melihatnya tingkah istrinya.
"Masih cantik, sayang" ucap Nikolas meyakinkan Kanaya, mencium sudut bibirnya sebelum berjalan ke arah pintu untuk membuka pintu kamarnya yang terkunci.
Kanaya yang di kecup tiba - tiba oleh Nikolas terkejut, membuat pipinya merona mengingat ciuman yang mereka lakukan beberapa saat lalu. Menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan pikiran kotor di otaknya itu. Dia mengambil tasnya yang berada di kasur sebelum berjalan menyusul suaminya yang sudah membuka pintu kamar mereka.
"Mommy mana? Kenapa Daddy aja yang keluar?!" Aulia bertanya setelah melihat Nikolas membuka pintu.
Di sana terlihat Aulia mengenakan baju atasan berwarna putih hitam tanpa lengan dan celana selutut berwarna hitam dengan motif bunga yang berwarna putih. Rambut di gerai dengan tambahan topi di kepalanya, di tangan kanannya dia mengenakan gelang berwarna hitam putih. Aqila mengenakan dress putih selutut bermotif daun tanpa lengan, rambut tergerai di pundaknya dan tangan kanan yang mengenakan yang sama dengan Aulia. Dan terakhir Aiden terlihat mengenakan atasan berwarna putih berlengan pendek, celana warna biru selutut yang bermotif pantai dengan menggunakan jam tangan bermerek di tangan kirinya. Mereka terlihat sangat tampan dan cantik sekaligus menggemaskan.
Aiden dan Aqila memusatkan perhatian mereka pada Nikolas, menanti jawaban Daddy-nya atas pertanyaan Aulia.
"Kenapa?" tanya Kanaya yang mendengar pembicaraan mereka. "Gak papa. Ayo Mom, Dad kita berangkat sekarang" ucap Aqila antusias dengan menggenggam tangan Kanaya.
"Ayo" Kanaya dan Nikolas segera berjalan turun. Di ikuti Aulia yang menggenggam tangan Kanaya yang satunya dan Nikolas yang menggenggam tangan Aiden
Taman Provinsi Grand Beach, Manitoba, Canada.
"Wow, bagus sekali" takjub triplets melihat pantai yang mereka datangi. Di pantai terlihat banyaknya orang berlalu lalang, ada juga yang bermain voli dan perenang. Sungguh menyenangkan.
Mereka melihat itu dengan mata berbinar, Kanaya dan Nikolas hanya tersenyum melihat anaknya senang.
Taman Provinsi Grand Beach yang berlokasi di sepanjang pantai timur Danau Winnipeg merupakan salah satu danau terbesar di Kanada. Pantai ini meliputi pantai pasir putih sepanjang 1,5 mil dan bukit pasir di atas rumput.
Tempat ini cocok digunakan bagi perenang, pejalan kaki, peselancar angin, dan pemain voli pantai. Terdapat pula jalan setapak kayu yang indah yang ada sejak tahun 1930-an yang membentang di sepanjang pantai.
"Mom, ayo kesana," ucap Aulia dengan menarik tangan Kanaya menuju pantai.
"Iya bentar, pelan pelan nanti jatuh" ucap Kanaya memperingati Aulia. Aiden dan Nikolas hanya melihat dan berjalan mengikuti mereka.
Seharian ini mereka menghabiskan waktu bersama di pantai. Bersantai di pantai, berfoto keluarga, memakan seafood, dan melihat pemandangan dari pinggir pantai dengan meminum air kelapa. Sungguh menyenangkan sekali hari ini.
Memikirkan apa yang mereka lakukan hari ini membuat Kanaya tersenyum. Merasa gembira. Sangat jarang mereka dapat menghabiskan waktu bersama seperti ini. Biasanya Nikolas akan sibuk dengan pekerjaan kantornya sehingga sulit untuk menghabiskan waktu keluarga bersamaan seperti yang mereka lakukan hari ini.
Melihat Nikolas yang menatapnya dengan tersenyum, lalu melihat anaknya yang menikmati pemandangan pantai di depan mereka dengan senang, membuatnya bahagia. Ia berharap, semoga keluarganya selalu bahagia dan selalu bersama.
Nikolas berdiri dengan mengulurkan tangannya pada Kanaya, melihat itu Kanaya segera menggenggam tangan suaminya. Nikolas menarik Kanaya berdiri saat istrinya telah menggenggam tangannya.
"Sudah, ayo pulang. Ke buru malam nanti" ucap Nikolas, Aiden, Aulia dan Aqila menghela napas kecewa mendengar perkataan Daddy-nya. Melihat orang tuanya yang telah berdiri membuat mereka segera beranjak dari duduknya.
Kanaya yang melihat anaknya kecewa pun menghiburnya "Kapan - kapan kita kesini lagi. Jadi sekarang kita pulang" mendengar itu triplets mengangguk, lalu tersenyum senang mendengar ucapan Mommy-nya.
"Apa kamu senang?" tanya Nikolas pada Kanaya saat perjalanan pulang menuju mansion mereka. Kanaya tersenyum dan menjawab "Senang, bisa berlibur bersama seperti ini, aku merasa senang, apa lagi anak anak banyak tersenyum hari ini"
Kanaya berucap dengan melihat ke belakang mobil, melihat anak - anaknya tertidur, karena ini sudah lewat jam tidur mereka saat perjalanan pulang. Dia tersenyum melihat kedua putrinya yang tertidur dengan menjadikan bahu Aiden sebagai sandaran dan Aiden menumpukan kepalanya pada kepala Aqila, apa lagi mereka tertidur dengan mulut sedikit terbuka. Imut sekali.
"Kamu juga" Kanaya menatap Nikolas bingung karena tidak melanjutkan kalimatnya. "Juga apa?" tanya Kanaya. Menatap istrinya sebentar sebelum fokus kembali menatap jalan, Nikolas berkata "Juga banyak tersenyum, aku senang melihatmu sesenang ini."
Kanaya hanya tersenyum mendengar ucapan Nikolas itu. Setelah percakapan itu, perjalanan menuju mansion hanya terdengar suara musik yang di putar.
Tak berapa lama mereka sudah sampai di depan gerbang mansion mereka. Penjaga gerbang yang melihat mobil majikannya segera membukakan gerbang supaya mobil Nikolas dapat masuk ke halaman mansion nya.
Keluar dari mobil Nikolas dan Kanaya segera membuka pintu belakang untuk menggendong ketiga anaknya yang tertidur. Aiden yang di gendong Nikolas, Aulia yang di gendong Kanaya dan Aqila di gendong Bi Nanik. Karena Nikolas ataupun Kanaya tidak bisa menggendong dua anak sekaligus jadi mereka memerintahkan bodyguard untuk memanggil Bi Nanik yang kebetulan belum tidur untuk menggendong Aqila.
Sebelum memasuki mansion Nikolas memberikan kunci mobil pada bodyguard-nya untuk memarkirkan mobilnya di garasi.
Setelah membawa anak - anaknya ke kamar mereka sendiri. Nikolas dan Kanaya segera menuju kamar mereka untuk tidur, mengistirahatkan tubuh mereka setelah puas seharian ini bermain di pantai.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!