Australia waktu setempat.
Disebuah panti asuhan yang ada dikota itu, tampak seorang pria dengan tatapan dinginnya turun dari mobil sport miliknya dan merapikan jas mahal yang dikenakannya.
Pria itu adalah Abraham Achilles, dia baru berusia 30 tahun dan dia adalah seorang pembisnis yang ada di Australia. Abraham terkenal dengan sikap kejamnya, jika dia sudah menginginkan sesuatu maka tidak ada yang tidak bisa dia dapatkan.
Siapa yang tidak mengenalnya dikota itu? Bahkan para pengusaha enggan mencari perkara dengannya karena mereka tahu, jika Abraham sudah tidak suka dengan seseorang maka akan dia hancurkan tanpa ampun.
Sebelum masuk kedalam Abraham berdiri didepan panti asuhan, dia menatap bangunan yang berada dihadapannya dengan tatapan dinginnya.
Beberapa waktu lalu entah kenapa tiba-tiba dia ingin membangun real estate dilahan miliknya dan diatas lahan itu terdapat sebuah panti asuhan yang berdiri cukup lama.
Panti asuhan itu memang sudah ada sejak jaman kakeknya dan memang kakeknyalah yang membangun panti asuhan itu tapi sekarang, dia ingin lahan itu dibangun sebuah real estate dan menghancurkan panti asuhan yang sudah lama berdiri diatas lahan miliknya.
Demi keinginannya Abraham tidak perduli dengan anak-anak yang ada disana, lagi pula itu hanya panti asuhan kecil paling anak-anak yang berada disana kurang lebih seratus orang.
Abraham melepaskan kaca mata hitamnya dan menyimpannya didalam saku jas mahalnya, setelah itu dia melangkah memasuki panti asuhan itu bersama dengan asisten peribadinya.
Tujuannya datang kesana ingin menemui kepala panti asuhan yang selama ini mengelola tempat itu.
Saat Abraham memasuki tempat itu anak-anak yang melihat kearahnya tampak ketakutan karena tampang dingin dan kakunya, bahkan tidak terlihat sedikitpun senyuman dari wajahnya saat melihat anak-anak yang berada disana.
Wajahnya memang seperti itu dan lagi pula dia tidak suka dengan anak-anak.
Saat melihat kedatangannya, kepala panti langsung menyambut kedatangan Abraham.
"Tuan Achilles, kenapa anda datang tidak mengabari kami?" tanya kepala panti asuhan yang adalah seorang biara wati yang bernama Maria.
Abraham tidak juga menjawab, dia langsung duduk disebuah kursi yang telah disediakan oleh asisten pribadinya.
Ya Abraham tipe orang yang mencintai kebersihan dan tidak suka tempat yang kotor, sejak dulu dia memang orang yang menggilai kebersihan sampai dia disebut mempunyai penyakit OCD atau bisa juga disebut Misofobia.
Obsessive Compulsive Disorder (OCD) atau gangguan obsesif kompulsif menjadi salah penyakit mental yang banyak dikenal orang.
Beberapa mungkin sering menyebut orang yang terlalu terorganisir dan teliti, atau orang yang bolak-balik cuci tangan atau terobsesi dengan kebersihan.
Begitulah Abraham, sejak dulu jika dia pergi kemana-mana pasti asistennya selalu membersihkan apapun yang akan dia gunakan.
Maria duduk didepan Abraham sambil tersenyum, dia masih belum tahu ada tujuan apa yang membawa si pemilik tanah datang kesana.
Anak-anak yang ada disana mengintip dari balik pintu untuk melihat siapa yang datang, mereka sudah terbiasa kedatangan tamu dan tamu yang datang adalah para donatur yang ramah dan menyukai mereka tapi pria yang datang kali ini?
Melihat wajahnya saja mereka sudah tidak berani apalagi mendekatinya, bisa dilihat dari wajah pria yang mengunjungi panti asuhan mereka, pria itu terlihat menakutkan.
"Tuan Achilles, apa yang ingin anda minum? Kami akan membuatkan untuk anda."bMaria bersikap sesopan mungkin, bagaimanapun dia seorang biarawati dan dia adalah kepala dipanti asuhan itu.
"Tidak perlu karena aku tidak mau meminumnya." tolak Abraham dengan dinginnya.
"Oh baiklah, jadi apa ada hal penting sehingga tuan Achilles datang mengunjungi panti asuhan ini?"
"Tentu ada dan aku bukan orang yang suka basa basi!"
Abraham mengangkat tangannya dan pada saat itu asisten pribadinya membuka sebuah map yang dia bawa sedari tadi, tentu disana berisi sebuah catatan yang akan dia bacakan didepan kepala panti sesuai dengan perintah bosnya.
Maria melihat kedua pria itu secara bergantian, sepertinya ini bukan hal baik dan firasatnya sedikit buruk tentang ini.
"Hm, begini suster Maria." asisten pribadi Abraham hendak mulai membacakan isi catatan yang ada didalam map yang dibawanya tapi sebelum itu dia melirik anak-anak yang ada didekat pintu, anak-anak itu belum juga beranjak sedari tadi.
Dia jadi ragu dan iba tapi dia tidak bisa apa-apa, dengan terpaksa asisten pribadi Abraham membacakan catatan yang ada didalam map itu.
"Setelah diamati beberapa tahun belakangan panti asuhan ini tidak berkembang sama sekali, donatur yang datang sangat sedikit dan anak-anak yang berada disini juga sangat sedikit jadi aku Abraham Achilles selaku pemilik tanah panti asuhan yang sedang berdiri diatas lahanku ini memutuskan untuk membongkar bangunan ini. Semua ini aku lakukan semata-mata untuk membangun sebuah real estate dan membeli semua lahan yang berada didekat panti asuhan."
"Tapi kalian tidak perlu khawatir?"
"Tunggu dulu." Sela suster Maria.
Membongkar panti asuhan itu? Lalu para anak yatim mau dikemanakan? Mereka hanya anak yatim piatu yang tidak punya tempat naungan selain panti asuhan ini.
Jika tempat untuk mereka berteduh selama ini dibongkar lalu kemana anak-anak itu akan pergi? Bukankah dengan membongkar tempat itu secara tidak langsung Abraham Achilles mengusir anak-anak panti.
Jika demikian kemana mereka harus pergi? Ini benar-benar keputusan yang kejam dan dia akan membela hak anak yatim yang ada disana.
"Tuan Achilles, tolong berpikir dengan baik dan ambil keputusan yang bijak, jika tuan Achilles membongkar tempat ini lalu bagaimana dengan anak-anak yang ada disini?"
"Keputusanku sudah bulat dan tidak bisa diganggu gugat jadi aku memberi waktu pada kalian satu bulan untuk pergi dari sini dan kalian tidak perlu khawatir aku akan mencari panti asuhan yang bersedia menampung kalian semua." ujar Abraham dengan dingin.
"Tapi tuan Achilles, anak-anak disini pasti berat meninggalkan tempat ini dan bukankah tanah ini diberikan oleh kakek tuan Achilles untuk panti asuhan ini?"
Abraham bangkit berdiri, apa yang dia inginkan tidak boleh ada yang membantahnya.
"Dengarkan suster Maria, memang kakekku mengijinkan panti asuhan ini berdiri diatas tanah ini dulu dan asal kau tahu kakekku sudah lama mati, jadi aku sebagai cucunya sudah sepantasnya mengambil tanah yang sudah lama terabaikan dengan sebuah panti asuhan kecil diatasnya. Maka dari itu aku akan memberi kalian waktu sampai satu bulan setelah itu aku akan meratakan tempat ini."
"Tapi tuan Achilles?"
Suster Maria ingin membujuk si empunya tanah tapi Abraham mengambil kaca mata hitamnya dan memakainya, dia bukan orang yang suka bernegosiasi lama jadi dia melangkah pergi dari tempat itu tanpa mau mendengarkan perkataan suster Maria.
Apapun yang terjadi dia akan meratakan tempat itu dan membangun Sebuah real estate dilahan ribuan hektar miliknya dimana sebuah bangunan panti asuhan berdiri diatasnya.
#Abraham#
Setelah kepergian Abraham dari panti asuhan itu, suster Maria hanya bisa menghela nafasnya dengan berat.
Beberapa orang anak yang berada didekat pintu langsung menghampiri suster Maria dan memberikan pertanyaan yang bertubi-tubi padanya.
Mereka mendengar semua pembicaraan suster Maria dan Abraham Achilles tadi, sebagian dari mereka mengerti karena usia mereka tapi sebagian dari mereka ada yang belum mengerti.
Seorang anak perempuan bernama Candy berusia empat tahun memegangi tangan kakaknya yang sudah berusia sepuluh tahun, mereka berdua masih berdiri didepan pintu menatap teman-teman mereka yang sedang mengelilingi suster Maria.
Candy dan kakaknya yang bernama Kely bisa berada dipanti asuhan itu karena kedua orang tua mereka telah meninggal akibat kecelakaan pesawat sewaktu orang tuanya berkunjung kenegara lain.
Karena semasa hidup orang tua Candy dan Kely adalah donatur tetap dipanti asuhan itu jadi mereka dititipkan disana karena tidak ada yang mau merawat kedua gadis cilik itu.
Begitulah nasib anak-anak yang ada disana, mereka bisa berada disana dengan banyak kejadian yang menimpa mereka.
Ada anak yang ditinggalkan begitu saja, ada anak yang tidak memiliki keluarga lagi seperti Candy dan Kely dan ada pula yang ditinggalkan oleh orang tua mereka didepan panti asuhan sewaktu masih bayi karena mereka tidak diinginkan oleh orang tua mereka.
Bukan keinginan mereka berada disana tapi nasiblah yang telah membawa mereka kesana, mereka juga bergantung hidup dari para dermawan yang berbaik hati memberikan sumbangan untuk kebutuhan mereka sehari-hari.
"Kak Kely, siapa uncle tadi?" Candy bertanya kepada kakaknya.
"Kakak dengar uncle tadi yang punya tanah disini."
"Oh ya, lalu? Apa uncle tadi ingin menjadi penyumbang untuk panti asuhan ini?"
"Tidak, bukan!"
"Jadi?"
Candy mengangkat kepalanya menatap kakaknya dengan wajah yang dipenuhi dengan rasa penasaran.
Kely melihat adiknya sambil tersenyum, dia mengerti apa yang dibicarakan oleh uncle yang terlihat menakutkan tadi dengan suster Maria.
Uncle jahat tadi bilang akan meratakan tempat itu dan meminta suster Maria beserta para anak-anak yang ada disana untuk pindah dalam satu bulan.
Jika dia mengatakannya kepada Candy apakah Candy akan mengerti dengan ucapannya?
"Candy." Kely berjongkok didepan adiknya dan mengusap wajah adiknya dengan lembut, dia harap Candy dapat mengerti dengan ucapannya.
"Uncle tadi meminta suster Maria dan kita semua untuk pindah dari sini." jelasnya.
"Kenapa kita harus pindah kak?" Candy semakin penasaran.
"Karena uncle tadi ingin membongkar tempat ini dan membangun sebuah bangunan yang tinggi sekali." jelas Kely lagi.
"Uncle tadi jahat, kenapa harus membangun gedung tunggi disini."
Candy langsung berlari menghampiri suster Maria dan memeluki kakinya, gadis manis itu juga menangis dibawah kaki suster Maria.
Suster Maria sangat heran, dia menggangkat tubuh kecil Candy dan menggendongnya.
"Candy, kenapa kau menangis?"
"Suster Maria, apa benar panti asuhan ini akan dihancurkan?" tanya Candy sambil menangis.
"Candy dengar dari siapa?" suster Maria menghapus air mata Candy yang masih terus mengalir dari kedua matanya.
"Kak Kely yang mengatakannya padaku, apa itu benar suster Maria?"
Suster Maria melihat kearah Kely, semua yang dikatakan Kely kepada adiknya memang tidak ada yang salah, tapi Candy masih terlalu kecil untuk mengerti dengan situasi yang ada saat ini.
"Candy jangan khawatir, suster Maria akan menemui tuan Achilles dan memintanya untuk membatalkan niatnya untuk membangun real estate disini jadi Candy cukup berdoa kepada Tuhan. Candy cukup meminta Tuhan untuk mengutus seorang malaikat supaya tuan Achilles membatalkan niatnya mengusir kita semua dari sini." jelas suster Maria panjang lebar.
"Apa Tuhan akan mengirimkan seorang malaikat untuk menolong kita suster Maria?"
"Benar, Candy harus ingat Tuhan itu maha baik dan penyayang, Dia akan mendengarkan doa setiap orang yang memintanya dengan penuh Iman. Apalagi doa anak-anak seperti Candy, Tuhan pasti akan mengabulkannya."
"Benarkah itu suster Maria?"
"Benar, jadi Candy berdoalah kepada Tuhan dan minta Tuhan mengutus seorang malaikat untuk menyelamatkan panti asuhan ini supaya tuan Achilles membatalkan niatnya sehingga tempat ini tidak diruntuhkan sehingga kita masih tetap bisa ada disini."
"Baiklah suster Maria, aku akan berdoa sekarang, aku akan meminta Tuhan segera mengirimkan Malaikatnya untuk kita semua."
"Itu sangat bagus." suster Maria menurunkan Candy dari gendongannya, dia tersenyum melihat Candy berlari keluar dari ruangan itu dengan penuh semangat.
Dia juga berharap Tuhan mengabulkan doa Candy supaya niat Abraham Achilles untuk meratakan tempat itu dibatalkan.
Dia tahu siapa Abraham Achilles dan dia berharap ada seseorang yang dapat membujuk Abraham Achilles sehingga pria itu membatalkan keinginannya untuk meratakan tempat itu. Tapi walau begitu dia akan berusaha untuk menemui Abraham Achilles untuk membicarakan masalah ini lagi, siapa tahu Abraham Achilles mau mendengar permintaannya dan membatalkan niatnya.
Didalam kamarnya tampak Candy sedang berdoa dengan serius,dia berlutut disisi ranjang, menggenggam kedua tangannya dan memejamkan matanya sambil berkata:
"Tuhan yang maha baik, suster Maria bilang Tuhan akan mengabulkan doa Candy jadi Candy meminta kepada Tuhan untuk mengutus seorang malaikat untuk membantu suster Maria supaya uncel jahat tadi tidak jadi mengusir kami semua dari sini karena hanya disinilah tempat tinggal kami.Candy percaya Tuhan akan mengabulkan doa Candy karena Candy tahu Tuhan menyayangi Candy dan teman-teman yang ada disini. Amin."
Setelah berdoa Candy bangkit berdiri, dia berlari keluar dari kamarnya untuk menemui suster Maria. Dia ingin mengatakan jika dia sudah berdoa dan memohon kepada Tuhan supaya mengirimkan seorang malaikat untuk menolong mereka semua.
Sementara itu Abraham, dia sudah tiba dikantornya untuk menemui seorang Arsitek terkenal yang ada dikota itu.
Tentu untuk membicarakan bangunan-bangunan yang akan dia bangun diatas lahannya nanti.
Dia ingin semuanya berjalan dengan lancar dan dia ingin lahan ribuan hektar miliknya tidak menjadi sia-sia dan terabaikan begitu saja.
Apa dia memikirkan nasib anak-anak panti asuhan yang ada disana? Tentu dia memikirkannya jadi dia telah memerintahkan asisten pribadinya untuk mencari sebuah panti asuhan yang mau menampung semua anak-anak yang berada disana.
Dia ingin sebelum satu bulan anak-anak yang ada disana sudah pindah sehingga proyek yang dia inginkan dapat segera berjalan.
Tapi yang menjadi masalahnya apakah mudah memindahkan anak-anak panti yang jumlahnya kurang lebih seratus orang kepanti asuhan lain?
Tentu tidak! Panti asuhan lain tidak sembarang menerima anak yatim lain begitu saja, harus melalui proses yang panjang barulah mereka bisa menerimanya tapi mana mau Abraham Achilles perduli?
Sesuai dengan keinginannya dia ingin satu bulan lagi tempat itu sudah rata dan bangunan panti asuhan yang ada disana tidak terlihat lagi. Mengenai anak-anak yang ada disana, jika tidak ada panti asuhan yang mau menerima maka dia akan lihat nanti.
Bandar Udara Sydney (Kingsford Smith) Australia.
Sebuah pesawat pribadi mendarat dibandar udara Sydney siang itu, setelah pesawat pribadi itu berhenti dan tangga sudah diturunkan tampak seorang wanita cantik memakai kaca mata hitam dan berwajah oriental turun keluar dari dalam pesawat.
Ya wanita cantik itu adalah Silvia Smith, dia sering berkunjung ke Australia disaat dia bosan. Kali ini kedatangannya kesana untuk mengunjungi makam neneknya Ellen Smith yang mati ditembak oleh pamannya Alex Smith.
Neneknya tertembak saat menghalangi peluru yang melesat kearah ibunya saat ibunya sedang disekap oleh pamannya dalam kondisi sedang hamil.
Disana rumah neneknya masih ada dan tidak dijual oleh ayahnya, alasannya mereka masih senang pulang pergi antara Autralia dan California.
Cuaca panas yang begitu Exstrem di Australia membuat Silvia meraih topinya dan memakainya, dia berjalan kearah bandara dan masuk kedalamnya.
Di luar sana seorang pelayan pribadi sudah menunggunya, pelayan itu adalah pelayan yang bekerja pada neneknya cukup lama. Walaupun sudah ada umur tapi pelayan itu sangat setia.
Ayahnya memang berasal dari sana tapi mereka lebih memilih menetap di Amerika dari pada Australia, mereka juga tidak menetap di China dan lebih memilih Amerika menjadi tempat tinggal mereka.
Sebab itu Silvia selalu pulang pergi antara California dan Australia, dia juga sering berkunjung ke China karena rumah ayahnya juga ada disana tidak hanya itu, ibunya memang berasal dari sana.
Sebelum keluar dari bandara Sydney, Silvia Smith melihat sesuatu disebuah toko yang ada didalam bandara. Dia juga melihat sebuah toko donat, mungkin membeli beberapa donut dan minuman dingin untuk dinikmati selama diperjalan akan lebih baik, apalagi dengan cuaca Australia yang begitu Ekstrem.
Begitu mendapatkan apa yang dia inginkan Silvia mulai berjalan kearah pintu keluar sambil menarik kopernya yang tidak terlalu besar.
Dia begitu sibuk membawa barang-barangnya, selain membawa koper dia juga harus membawa donat dan minuman dinginnya.
Saat dia sedang menikmati minuman dinginnya suara ponselnya berbunyi, mungkin itu ibunya yang menghubunginya.
Silvia tidak bisa mengambil ponselnya karena tangannya yang penuh, satu tangannya harus menarik kopernya sedangkan tangan satunya lagi harus memegangi minuman dingin dan donatnya.
Oke baiklah, mungkin dia harus berhenti sebentar kalau tidak ibunya akan memarahinya jika dia tidak segera menjawab panggilan dari ibunya dengan cepat.
Sedangkan dari arah yang berlawanan tampak dua orang pria berjalan kearahnya, kedua pria itu tampak begitu serius membicarakan sesuatu
Silvia menghentikan langkahnya tiba-tiba dan pada saat itu?
"Bruuhg!" seseorang menabraknya dari depan.
"Oh my God!" Silvia berteriak kaget, bukan hanya itu minuman dingin yang dia bawa tumpah dan kantung donatnya jatuh keatas lantai.
"I'm sorry." Silvia membuka kacamata dan topinya, dia langsung melihat kearah seorang pria tampan yang sedang melototinya sedangkan pria lainnya tampak begitu panik.
"Tuan apa anda baik-baik saja?" tanya pria yang sedang berada disamping pria yang ditabrak oleh Silvia.
"Apa kau buta?" teriak pria itu marah.
Ya pria yang tidak sengaja ditabrak oleh Silvia adalah Abraham Achilles, pria yang menggilai kebersihan dan lihatlah, minuman dingin dan lengket tumpah mengenai baju dan jasnya. Tentu hal itu membuatnya jijik dan rasanya dia ingin segera mandi.
"Tuan aku benar-benar tidak sengaja dan aku minta maaf." Silvia mencari sapu tangan didalam tasnya, dia benar-benar merasa sangat bersalah karena telah menumpahkan minumannya dibaju orang lain.
Abraham hanya melototi Silvia, dia sudah tidak punya banyak waktu dan sudah harus pergi.
Tanpa ragu Abraham melonggarkan dasinya dan melepaskannya, dia juga melepaskan jasnya tidak hanya itu Abraham melemparkan jasnya yang basah kearah Silvia tanpa berkata apa-apa.
Jas Abraham mendarat kewajah Silvia dan hal itu membuat Silvia sangat kaget saat Jas Abraham menutupi wajahnya.
"Hei you!!" Silvia menyingkirkan jas Abraham dari wajahnya.
Mata Silvia melotot saat melihat Abraham sedang melepaskan kemeja yang dipakainya dan memperlihatkan otot-otot tubuhnya yang, wow!
Ini pemandangan bagus dan dia suka jadi Silvia diam saja melihat tontonan bagus untuk matanya dan ini gratis.
"Tuan tidak takut masuk angin?" godanya.
Abraham tidak menjawab dan kembali melemparkan kemejanya kearah Silvia, tentu Silvia langsung menangkap kemeja yang terbang kewajahnya dengan cepat.
"Wow, 100 poin." Silvia memuji bentuk tubuh Abraham yang seksi.
Abraham kembali melotot pada Silvia, wanita paling aneh yang pernah dia temui. Silvia hanya tersenyum sambil memegangi kemeja dan jas Abraham yang dilemparkan kearahnya.
Abraham kembali melangkahkan kakinya, dia sudah harus pergi, dia tidak perduli sedang bertelanjang dada menuju pesawat pribadinya dan cuek saja.
Silvia semakin tersenyum lebar, pria aneh, kenapa harus membuka bajunya disana?
"Hei tuan, apa kau tidak mau membuka celanamu sekalian?" teriaknya saat Abraham sudah berjalan lumayan jauh darinya.
Abraham menghentikan langkahnya dan memutar tubuhnya, dia kembali melotot kearah Silvia yang sedang memutar kemejanya keatas dengan senyum diwajahnya.
"Ayolah aku menunggu, kau sangat cocok menjadi model c*lana d*lam!" teriak Silvia lagi.
"Apa?" Abraham jadi kesal mendengarnya, beraninya wanita itu membandingkan dirinya dengan model cel*na d*lam!!
Apa wanita itu tidak tahu siapa dia? Sepertinya wanita itu sedang cari gara-gara dengannya, awas saja!
Dengan api kemarahan Abraham memutar langkahnya dan kembali berjalan kearah Silvia sedangkan Silvia sudah meraih gagang kopernya.
"Hei jangan lari kau!!"
Abraham mulai berlari untuk mengejar Silvia saat dia melihat Silvia mulai melarikan diri kearah pintu keluar.
"Bye tuan, kita tidak akan bertemu lagi." teriak Silvia, dia sudah mengambil langkah seribu untuk keluar dari sana.
Oh damn! Siapa wanita yang berani menghinanya tadi? Tidak akan bertemu lagi? Awas saja jika bertemu akan dia balas wanita itu!
Dengan kemarahan dihatinya Abraham kembali berjalan menuju pesawat pribadinya sedangkan Silvia mengambil ponselnya didalam tas, pasti ibuanya sangat khawatir karena dia tidak menjawab panggilannya dan benar saja, begitu dia mendapatkan ponselnya pada saat itu juga ponselnya berbunyi.
Silvia langsung menjawabnya karena dia tidak mau membuat ibunya semakin khawatir.
"Hallo mom."
"Silvia apa kau sudah sampai?" tanya ibunya khawatir.
"Yes, aku baru saja tiba mom."
"Baiklah, berhati-hatilah selama disana sayang."
"Tentu saja mom, bye."
Setelah mematikan ponselnya, Silvia segera menarik kopernya dan kembali melangkah dengan senyum diwajahnya.
Baru tiba dia sudah bisa menggoda seorang pria tampan, mereka tidak akan bertemu lagi karena dia tidak akan lama berada disana.
Karena setelah bosan dia akan kembali ke Amerika, Silvia keluar dari bandara Sydney dan berjalan menuju kearah seorang pria paruh baya yang telah menunggu kedatangnya sedari tadi.
Australia, dia akan menikmati waktunya di sana yang pastinya tidak akan lama.
#Silvia#
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!