❁Happy Reading❁
Pagi yang selalu datang seperti biasa, gadis bernama Dai Xinyue masih meringkuk dibalik selimut, masih enggan bangun dari kasur nya yang nyaman, setelah 10 menit berdiam di kasur tanpa berbuat apapun, perlahan dirinya bangkit beranjak dan berjalan gontai dengan rambutnya acak-acakan menuju ke kamar mandi.
"Kapan hidup gua berubah?" ucapan singkat penuh harapan yang selalu Xinyue katakan setiap mandi di pagi hari.
Selesai mandi Xinyue langsung bergegas memakai seragam sekolahnya lalu lanjut merapikan buku-buku pelajaran. Selesai itu dia pun turun ke bawah dan menemui kakak laki-laki nya di meja makan.
"Tumben awal lu siap-siap ke sekolah?" Xuxi, Gege Xinyue (Brother) terheran melihat ke arah adiknya yang turun dari tangga, dalam benaknya berpikir tumben adiknya itu bangun awal untuk ke sekolah.
"Gua ada piket kelas makanya gua siapnya awal, kamar gua tolong rapihin ya gua buru-buru soalnya." dengan cepat tangan Xinyue mengambil sepotong roti di piring Gegenya dan sekotak susu lalu bersiap menuju sekolah.
Xinyue berjalan santai sambil memakan roti yang dibawanya tadi menuju ke kelas melewati koridor panjang yang masih lumayan sepi, lalu langkah kakinya berbelok menuju ke tangga.
Cuaca pagi ini lumayan hangat, matahari sudah naik sejak tadi tapi panas yang dihasilkan tidak terlalu menyengat, sesekali Xinyue menyapa beberapa murid-murid lain, tersenyum hangat melihat ramahnya warga sekolah yang ditemuinya.
Sesampainya di kelas Xinyue lalu meletakkan tas di bangkunya dan mulai membereskan kelas, karena dirinya datang awal kelas masih kosong dan dirinya dengan leluasa beberes, beberapa menit kemudian 2 sahabat dekatnya datang, Hao Lexin dan Huang Fanglin.
"Morning Xin!" sapa Lexin saat masuk ke kelas dengan bersemangat langsung melempar tas dan meletakkan beberapa buku paket nya di atas meja sembarangan.
"Morning," Xinyue tidak berniat menyambung pembicaraan, hanya menjawab singkat tetap fokus dengan menyapu.
"Eh lu tau nggak sih katanya Hu Wanhui anak kelas sebelah ngecrushin lu?" dengan wajah julid sedikit cuek khasnya, Fanglin memecah keheningan membuka acara pergibahan yang pasti dilakukan saat mereka berkumpul.
"Lah? Nggak mungkin cowok seganteng dia suka ama gua, seleranya pasti tinggi bukan sembarang cewek kek gua yang dia mau," mendengar hal itu tentu saja dirinya berusaha mengelak mendengar ucapan sahabatnya yang dia anggap sebagai omong kosong.
Sebenarnya Xinyue sudah tau rumor itu dari beberapa hari yang lalu saat seorang gadis yang tidak di kenalinya menghampiri sewaktu dirinya di parkiran ingin pulang, gadis itu mengatakan kalau Hu Wanhui meminta Id Line nya karena berniat untuk mendekati.
Xinyue mengatakan ke gadis itu untuk menyampaikan pesannya ke Hu Wanhui kalau dirinya sedang ingin sendiri dan menyuruhnya mencari gadis lain yang lebih baik. Gadis itu mengangguk dan setuju untuk menyampaikan pesannya.
"Tapi kan bisa aja, kita nggak tau pikiran dan isi hati orang lain menurut lu dia nggak mungkin suka sama lu, tapi bisa aja emang kenyataan dia suka," argumen Fanglin semakin menyakinkan diikuti dengan anggukan kepala dari Lexin.
"This, gua setuju pendapat Fanglin bisa saja kalau Wanhui emang suka sama lu, kan lu cantik," Lexin menyahuti dengan senyum sumringah.
"Pfftt ... haha gua cantik? Kalau gua cantik gua pasti udah lama bisa dapetin tu crush gua," tawa Xinyue tertahan diikuti menggelengkan kepalanya sambil berjalan keluar kelas membuang sampah yang tadi dia bersihkan.
"Yaa lu mah Yuan kan kagak tau kalau lu suka ama dia, kalau dia tau mungkin dia juga suka balik ama lu," Fanglin memutar bola matanya malas dengan respon sahabatnya itu lalu mengambil ponselnya didalam tas.
"Mungkin kalau suka kalau kagak," Xinyue selalu saja berusaha mengelak dengan semua ucapan sahabatnya itu, langkah kakinya berjalan dengan malas meletakkan sapu dan kembali ke bangkunya.
"Bener juga kata lu, Lin. Kan Yuan kagak tau kalau Xinyue ngecrushin dia," Lexin diam sejenak berpikir lalu menoleh ke arah Fanglin, "Kita cepuin aja apa ya ke orangnya?"
"Lu berdua cepuin gua, gua kagak bakalan kasi kalian contekan," Ancaman singkat yang hanya candaan itu sukses membuat kedua sahabatnya kelabakan, dirinya sudah seperti google pribadi bagi kedua sahabatnya itu makanya mendengar ucapannya barusan Lexin Fanglin langsung terdiam tidak berkutik.
"Wth, kagak diberi contekan, iya dah kagak bakalan dicepuin," Helaan nafas pasrah terdengar dari Fanglin saat mendengar ancaman yang dilemparkan Xinyue. Tapi sebenernya dirinya juga setuju dengan ide Lexin tadi
"Good." Xinyue berjalan duduk ke bangkunya setelah membersihkan papan tulis dengan tersenyum mengejek, "Eh btw Gege gua bakalan pindah ke Korea, gimana kalau kalian sesekali nemenin gua di rumah?"
"What? Gege lu mau ke Korea? Ngapain?" Lexin yang gampang terpancing dengan obrolan ringan langsung berjalan duduk di sebelah Xinyue.
"Ya mana gua tau, dia cuma bilang gitu doang," Xinyue mengedikkan bahunya sambil memiringkan bibirnya singkat.
"Kita sih mau-mau aja nginep di rumah lu," Lexin ikutan berjalan mendekat dan ikut bergabung dan duduk dengan santainya di atas meja Xinyue.
"Tapi harus ada makanannya sih," sahut si Fanglin sembari melempar pandangan ke arah lain. Anak ini tergolong cuek tapi kalau soal makanan dia adalah yang paling cepat.
"Njir, pikiran lu yang ada cuma makanan doang, Lin?" Lexin terkejut sekaligus heran mendengar ucapan sahabatnya itu, ingin di buang tapi sayang ama Fanglin.
"Bukan gitu, kalau gua nginep di rumah orang gua cepet lapar makanya gua nanya ada makanan kagak," Fanglin berusaha mengelak memberi penjelasan agar pikiran kedua sahabatnya tidak kemana-mana.
"Ya pasti ada lah bego, Gegenya aja hobi belanja kagak mungkin kagak ada makanan di rumahnya," Lexin geram ingin menoyor kepala Fanglin tapi di tahannya takut kualat sama yang lebih tua.
Jam menujukkan pukul 7.30AM, beberapa murid kelasnya sudah mulai berdatangan dan duduk di bangku masing-masing, melihat murid-murid yang masuk ke kelas mereka bertiga berpencar berjalan kembali ke bangkunya.
Dengan santainya Xinyue meletakkan kepalanya berbaring di atas meja beralaskan tangan sebelah kirinya sementara tangan kanannya memegang ponsel sambil men-scroll sosial media.
Beberapa saat setelah bel masuk berbunyi salah seorang murid sekelasnya datang menghampiri, awalnya tidak di hiraukannya tapi setelah beberapa saat anak itu berdiri di sebelahnya akhirnya dengan malas Xinyue mengangkat tubuhnya membenarkan posisi duduk.
"Xin, Yuan ngajak lu pulang bareng," Ucap gadis itu dengan santainya. Mendengar ucapan teman sekelasnya barusan dia gelagapan hingga melepaskan ponsel di tangannya begitu saja.
"Ha? A-apa nggak salah denger nih?" Xinyue dengan suara sedikit lantang membuat Fanglin dan Lexin yang duduk di meja belakang datang menghampiri nya.
"Napa, Xin?" Lexin mengedarkan pandangannya ke gadis di depan Xinyue dengan penuh tanda tanya.
"Yuan anak kelas sebelah ngajak Xinyue pulang bareng," gadis itu mengulangi ucapannya. Lexin Fanglin menganga tidak percaya dengan ucapan murid pendiam sekelasnya ini, alias Gyuri.
"WHAT?!" Dengan suara teriakan yang tertahan mereka berdua tersenyum tidak percaya dengan ucapan Gyuri.
"Seriously?" Xinyue bertanya lagi menyakinkan apa yang barusan gadis itu ucapkan. Gyuri ikutan tersenyum melihat respon ketiga manusia di hadapannya.
"Yes, buat apa gua asal ngomong," Gyuri temannya itu hanya bersikap tenang, sedangkan mereka bertiga gelagapan tidak jelas.
"Ee, nanti gua bakalan bilang gua mau apa kagak, lu balik aja dulu ke bangku lu,"
"Ok." Gyuri berjalan kembali ke bangkunya. Fanglin dan Lexin langsung duduk di sebelah gadis itu menunggu responnya. Bisa dipastikan kalau wajah Xinyue pasti sedang memerah semu.
"Beneran ini Yuan?" Tanya Xinyue yang berusaha menahan agar tidak salah tingkah dan berusaha biasa saja. Tangannya berusaha mencapai ponsel di meja tapi terasa berat.
"Yaiyalah anjir siapa lagi, mending lu langsung mau aja pulang bareng, gila sih pulang sama crush apa kagak seneng lu?" tangan Lexin terulur mengusap kepala Xinyue pelan melihat wajah sahabatnya yang masih memerah.
"Ya seneng lah, tapi ini beneran Yuan yg ngajak gua pulang, kan?" lipi Xinyue semakin memanas mendengar hal itu, ada perasaan senang dan terasa seperti ada hal aneh di perutnya.
"Bukan Xin, yang ngajak lu pulang Hu Wanhui," Fanglin melemparkan ucapan asal malas menanggapi sahabatnya yang sibuk salah tingkah lalu dirinya beranjak pergi kembali ke bangkunya.
"Apaan dah," Xinyue memutar matanya mendengar nama itu, Lexin hanya terkekeh pelan melihat kebiasaan kedua sahabatnya yang kadang seperti Tom and Jerry.
Sembari menunggu guru mata pelajaran datang sesekali Xinyue melihat seisi kelasnya lalu teralihkan ke luar melihat beberapa orang murid lewat di depan kelasnya dia tidak terlalu memperhatikan mereka, tapi arah pandangan mata Xinyue jatuh pada seseorang yang dengan mudah dia kenali.
"Lah njir Yuan masuk," Lexin yang baru duduk di bangku belakang ternyata juga menyadari hal itu dan langsung mencolet bahu Xinyue.
Yuan masuk ke kelasnya dan menghampiri salah satu murid yang duduk di bangku dekat pintu. Melihat hal itu Xinyue jadi salah tingkah sendiri dan langsung mencari kesibukan dengan bermain ponselnya.
"Eh, Xinyue itu ...." Fanglin mencoba menarik tangan Xinyue agar melihat ke arah pintu, dan ternyata hal itu dinotice oleh Yuan.
Dengan santainya pria itu berjalan menuju ke bangku Xinyue dan berdiri di depan bangkunya, disaat seperti ini Xinyue tidak tau apa yang harus dia lakukan sehingga dia tetap diam dan berusaha fokus pada ponselnya.
"Pulang sekolah lu mau kan bareng gua?" Deep voice milik Yuan membuat Xinyue gelagapan setengah mati, dia sedikit gugup untuk menjawabnya agar tidak terlihat salah tingkah dia langsung menjawab dengan santai.
"Emm .... Yaa boleh aja sih gua pulang bareng lu tapi lu kagak keberatan kan?" lidah Xinyue seakan-akan berbelit menjawab ucapan Yuan. Terdengar tawa singkat dari anak itu.
"Enggak lah kan gua yang ngajak. Ok nanti pulang sekolah gua tunggu di parkiran," Yuan tersenyum singkat dan sebelum keluar kelas tangan Yuan terulur mengusap kepala Xinyue pelan.
Sorot mata Xinyue tidak berhenti menatap bahu lebar milik Yuan yang pergi, murid-murid di kelasnya melihatnya heran, dan ada beberapa yang melihat dengan tatapan tidak suka.
Saat Yuan sudah benar-benar keluar Lexin dan Fanglin langsung teriak histeris melihat kejadian barusan di depan mata mereka. Xinyue memegang kepalanya pasrah, dalam benaknya dia berpikir padahal yang diajak pulang dirinya tapi yang salah tingkah malah kedua sahabatnya.
"Anjir itu beneran Yuan, kan?" bukan Xinyue yang salah tingkah, tapi malah Lexin. Gadis itu mengguncang tubuh kurus Xinyue hingga rambutnya sedikit berantakan.
"Gila gua baru tau dia cowok sesoft itu," Fanglin menggenggam tangan Xinyue yang terasa dingin. Ekspresi gadis itu hanya datar tapi wajah dan tangannya tidak bisa berbohong kalau dia sedang menahan salah tingkah.
"Apa kagak tremor lu, Xin? Diajak pulang secara langsung trus kepala lu diusap barusan," Lexin terus mengguncang lengan baju Xinyue hingga meninggalkan kusut di seragam gadis itu.
"Kagak tau, gua masih memproses semuanya," Xinyue diam terpaku seakan-akan dihipnotis, otaknya memproses semua kejadian barusan.
"Beh .... Langsung lemot dah tu otak," Fanglin menepuk pelan pundak Xinyue sebelum kembali ke bangkunya.
Mendengar keluhan dari kedua sahabatnya dia hanya tersenyum sebenarnya dia hanya berpura-pura untuk melihat respon keluhan dari kedua sahabatnya, keluhan sahabatnya adalah hal simpel yang sangat menghiburnya. Keadaan kelas lengan hingga seorang guru wanita berjalan masuk dengan senyum yang santai sambil membawa beberapa buku di tangannya.
Sejenak Xinyue diam sesaat berpikir sebelum memutar tubuhnya menoleh ke belakang tepatnya ke bangku Fanglin yang duduk sendirian, Lexin ikutan menoleh melihat Xinyue. Si Fanglin yang memegang buku novel di tangannya mengerutkan dahi melihat kedua sahabatnya.
"What?" Asing dimata Fanglin melihat pemandangan wajah kedua sahabatnya yang dirasanya sedikit gila.
Tangan Xinyue meraih sesuatu di dalam saku lalu membuka kepalan tangannya di atas meja, melihat apa yang ada di tangan Xinyue, Lexin menganga tidak percaya dengan apa yang ada di hadapannya sekarang.
"Kok sama lu? Bukannya sama kak Zishu?" Lexin menopang kepalanya menggunakan tangan melirik ke arah tangan Xinyue.
"Lu kok tolol bet sih, Lex? Kan Xinyue leader makanya sama dia," Fanglin memicingkan matanya menatap sadis ke arah Lexin yang terkadang otaknya memiliki jaringan 3G.
"Iya juga sih, kok berani sih lu bawa ke sekolah? Nggak khawatir diambil?" Lexin bertanya sambil memasang wajah yang menggemaskan saat berpikir.
"Malah gua bawa makanya biar lebih aman, gua denger-denger berita angin dari Jingyi katanya Black Aoudra udah tau Diamond ini sama gua," Xinyue menyimpan kembali Diamond berwarna biru tersebut kedalam saku bajunya.
"Wadoh udah lama juga nih nggak bentrok sama Black Aoudra, terakhir kali keknya pas balapan 3 bulan yang lalu, ya gak sih?" Lexin mengerutkan dahinya sedikit berusaha mengingat memastikan kalau dirinya tidak salah omong.
"Iya keknya balapan di dekat alun-alun 3 bulan yang lalu itu terakhir kali kita bentrok dikit ama mereka," Xinyue mengangguk setuju dengan ekspresi sedikit julid.
"Ingat kan kalian kalau Black Aoudra punya anggota 00L yang rame beut tuh?" Fanglin melihat ke depan sebentar memastikan guru tidak menyadari kalau mereka mengobrol, dirasanya guru sedikit fokus dengan laptopnya perlahan tangannya mengeluarkan cemilan ringan dari dalam tas.
"Heum. Kebanyakan anggota Seoul kan?pertanyaan gua cuma satu, gimana cara Jinkyung bisa ngambil anggota sampai ke Seoul sana?" Xinyue membenarkan duduknya sambil menoleh ke arah guru, tangannya perlahan meraba cemilan yang terbuka di meja Fanglin.
"I don't know, keknya dia punya banyak kenalan? Tapi kalau 00L mereka rame anak Seoul berarti Black Aoudra udah lumayan famous di China dan KorSel?" Pertanyaan Fanglin mendapat jentikan tangan dari Lexin dan anggukan setuju dari Xinyue.
"Kita nggak berniat merekrut anggota Seoul, Xin?" Lexin melemparkan pertanyaan begitu saja.
"Liat dulu kedepannya kek gimana, gua nggak janji bakalan nambahin anggota luar China," Fanglin Lexin mengangguk mengiyakan dengan ucapan Xinyue.
Melihat respon dari keduanya Xinyue hanya tersenyum tipis dan memutar tubuhnya ke arah depan lagi saat menyadari kalau guru tadi keluar dari kelasnya. Kelasnya yang tadi anteng kembali sedikit riuh dari anak deretan bangku sebelah yang melanjutkan permainan kartu.
❁ See u in the next part ❁
❁ Happy Reading ❁
Bel pulang sekolah berbunyi menggema dengan indahnya di seluruh sekolah, murid-murid merasa senang mendengar bel tersebut akhirnya berbunyi, dengan bersemangat mereka segera keluar dari kelas.
Tanpa terkecuali kelas XI-5, murid-murid mulai memasukkan buku paket dan peralatan sekolah lainnya ke tas, Xinyue terlihat sedikit terburu-buru setelah guru mapel terakhir keluar dari kelasnya.
"Ciee buru-buru mau pulang dianter ama crush ya," Fanglin mengejek Xinyue dengan senyum andalannya yang selalu banyak arti.
"Bukan karena itu, Gege bilang kalau gua cepet pulang dia bakalan nunjukkin sesuatu buat gua," Padahal Xinyue selalu menjawab ucapan mereka apa adanya tapi kedua sahabatnya itu selalu menganggap itu hanyalah sebuah omong kosong.
"Yang bener atau cuma alasan biar cepet ketemu Yuan?" Fanglin semakin mengejek Xinyue sambil menaik turunkan alisnya saat melihat anak itu sibuk mencari kotak pensilnya.
"Serah kalian. Gua duluan yaa." Xinyue segera berlari keluar kelasnya membawa tas dan buku acak-acakan langsung menuju ke parkiran tanpa menghiraukan panggilan dari Lexin, sampai di sana dia melihat Yuan yang bersandar di mobil sambil bermain gitar.
"Gimana pulang bareng nggak?" Yuan terlihat mengulum senyum melihat gadis didepannya yang terdiam mematung.
"Emm terserah lu sih," Jantungnya langsung berdebar kencang tidak karuan, sudah lama rasanya tidak mengalami hal ini, mulutnya berusaha menjawab cepat karena dia terlalu gugup.
Yuan memasukkan gitarnya di bagian kursi penumpang, setelah itu dia berjalan mendekat menarik pergelangan tangan Xinyue dan mempersilahkan gadis itu untuk duduk di kursi sebelahnya.
Hal itu ternyata menjadi tontonan oleh Lexin dan Fanglin yang berada tak jauh dari tempat Yuan memarkirkan mobilnya. Mereka berdua teriak histeris melihat perlakuan manis crush sahabatnya, hingga mobil Yuan berlalu mereka berdua masih diam di tempat.
Di jalan mereka berdua hanya saling mendiamkan, Xinyue tidak berani mengatakan apapun duluan. Dalam hatinya saat ini ada rasa senang bercampur dengan perasaan tidak nyaman berada di dekat Yuan terlalu lama.
"Eh gua mau nanyain sesuatu ke lu," Yuan berusaha mencairkan suasana yang hening dan canggung.
"Paan?" Xinyue bertanya tanpa menoleh ke arah pria disampingnya itu.
"Gua denger-denger dari anak kelas lu, katanya lu ngecrushin gua ya?" dengan santainya Yuan bertanya dan tetap fokus menyetir mobil.
Xinyue kaget setengah mati mendengar perkataan Yuan, dia benar-benar tidak menyangka kalau berita itu telah menyebar hingga terdengar di telinga Yuan. Gadis itu diam sejenak untuk memperbaiki perasaannya berpikir matang-matang agar dia tidak salah menjawab pertanyaan Yuan.
"Enggak kok gua nggak ngecrushin lu, gua nggak ngecrushin siapapun di sekolah kita,"
Xinyue menjawab dengan kata-kata yang sudah dipersiapkannya, walau mulutnya sedikit gelagapan menjawab pertanyaan itu.
"Oh .... Berarti itu cuma candaan mungkin," Yuan diam sejenak seolah berpikir, "Tapi apa lu udah denger katanya Hu Wanhui si pangeran sekolah itu ngecrushin lu ya?" Yuan kembali bertanya sambil sesekali melirik ke Xinyue.
"Iya gua udah tau hal itu tadi pagi, gua males nanggepinnya," mendengar nama 'Hu Wanhui' mood Xinyue sedikit turun menjawab pertanyaan Yuan.
"Tapi napa lu kagak suka balik? Dia ganteng, baik, pintar udah bisa dibilang perfect tu anak," Yuan memuji Wanhui dengan santainya dihadapan Xinyue, sedangkan gadis itu mulai merasa tidak mood.
"Yaa gimana yaa, gua aja sukanya sama lu." Xinyue hanya bisa membatin.
"Hah napa lu kagak suka balik aja ama Hu Wanhui?" Yuan kembali melontarkan pertanyaan tersebut ke Xinyue membuat lamunannya buyar.
"Yaa kalau gua kagak mau emang napa?"
Xinyue sedikit menaikkan nada suaranya karena sudah merasa mendengar pertanyaan Yuan.
"Kagak napa-napa sih, jadi lu nggak ada ngecrushin siapapun di sekolah kita?" pria itu bertanya lagi dengan perlahan setelah melihat raut wajah Xinyue yang berubah.
"Kagak kan gua udah bilang tadi," Xinyue berbicara sedikit lantang tapi dengan ekspresi yang berusaha santai.
"Kalau Hu Wanhui ngecrushin lu, lu kagak terima. Kalau gua yang ngecrushin lu gimana, lu terima kagak?" pria bermarga Xiao tersebut bertanya sembari sesekali menoleh ke arah Xinyue yang fokus melihat kedepan.
Dalam diamnya Xinyue ingin memekik kencang di depan wajah Yuan bahwa dirinya mencintai pria yang bertanya di sebelahnya.
"Yakali lu terima pria kek gua yang segalanya di bawah Hu Wanhui, Hu Wanhui aja yang sempurna idaman gadis-gadis sekolah kita lu kagak terima apa lagi pria kek gua," Yuan mendengus pelan karena Xinyue tidak menjawab pertanyaannya dan ekspresi gadis itu hanya datar.
"Lah? Yang bilang gua kagak bakalan nerima lu siapa?" bisik Xinyue sepelan mungkin berharap semoga omongannya tidak didengar pria di sebelahnya ini.
"Hah?! Apa?" Yuan ingin mendengar sekali lagi ucapan Xinyue barusan, memastikan kalau dia tidak salah dengar atau mungkin memang salah dengar.
"Kagak itu rumah gua depan sana," Dengan pintar dirinya dengan cepat mengalihkan pembicaraan.
"Oh itu rumah lu," Yuan memperlambat mobilnya dan berhenti tepat di depan pagar rumah Xinyue, gadis itu segera mengambil tas dan keluar dari mobil.
"Thanks ya udah nganter gua pulang," Xinyue mengukir senyumannya yang tulus.
"Iyaa sama-sama, kapan-kapan lagi kalau gua ngajak lu pulang bareng gimana?" Yuan memunculkan kepalanya keluar jendela mobil bertanya sambil melemparkan senyuman manisnya ke Xinyue.
"Em .... Terserah sih gua mau-mau aja ikut pulang bareng lu," jawaban santai dari Xinyue membuat Yuan terlihat menahan tawanya, pria itu berusaha menahan diri untuk menahan salah tingkahnya.
"Ok lah, gua pulang dulu yaa," Yuan menaikkan kaca mobil dan bersiap untuk kembali menyetir, Xinyue mengangguk dan memberikan lambaian.
"Iyaa hati-hati di jalan,"
Mobil Yuan berlalu pergi keluar dari area perumahan, gadis itu tetap di tempatnya melihat mobil Yuan yang semakin menjauh, tanpa disadarinya senyum terus menerus merekah di wajahnya.
Hening beberapa waktu saat mobil Yuan telah hilang dari pandangan, Xinyue menghembus nafas pelan melihat keadaan sekitarnya yang sedikit berangin dan daun-daun banyak yang berterbangan. Lamunannya buyar seketika saat tiba-tiba saja dia dikagetkan dengan sebuah tangan yang memegang bahunya.
"Woi ngelamunin apaan lu di depan pagar?" Gege yang entah sejak kapan ada dibelakangnya memegang pundaknya perlahan membuat dirinya sedikit kaget.
"Eh? Gege .... Kagak gua kagak ngelamunin apa-apa," Xinyue hanya menjawab asal semoga Gege tidak curiga, tapi bukan Gege kalau tidak penasaran dengan tingkah laku adiknya yang sedikit aneh.
"Lu pulang pake apa cepet amat?" Gege menoleh ke sekitaran penasaran karena dia sama sekali tidak melihat taxi atau semacamnya di sekitar area perumahan mereka.
"E-ee tadi gua dianter ama Yuan dia ngajak pulang bareng," Xinyue berkata ala kadarnya.
"Ha? Yuan? Xiao Yuan?" Gege mengerutkan dahinya menyelidiki apa dirinya tidak salah mendengar nama yang disebutkan adiknya tersebut. Xinyue kaget mendengar respon dari Gegenya, tidak biasanya anak itu langsung bertanya dengan nada bicara yang sedikit kaget tersebut.
"Iya, emang napa?" Xinyue malah berbalik bertanya ke pada saudara yang berusia lebih tua 3 tahun diatasnya ini.
"Chaopard Diamond ada sama lu kan?" wajah gege berkerut dengan tatapan khawatir.
"Iya ada di gua, napa sih?" dengan cepat Xinyue mengambil Diamond itu yang berada di dalam saku lengan seragamnya dan menunjukkan kepada Gege.
"Nah ini, inget jangan sampai Yuan berhasil dapetin ini!" Tatapan mata gege menatap lekat-lekat berlian berwarna biru di tangannya, dari balik tatapannya tampak dengan jelas ada kekhawatiran yang seakan disembunyikan.
"Ha napa emangnya?" Dahi Xinyue langsung mengerut penuh pertanyaan dengan maksud ucapan saudaranya.
"Setahu gua dia anggota Huang Jinkyung, gua yakin lu nggak percaya tapi ntar kalau ada waktu gua bakalan ceritain lebih detail," Mendengar ucapan gege membuatnya sedikit kaget, jika Yuan memang anggota Black Aoudra mungkin itu penyebabnya dia merasa sedikit tidak nyaman berada disebelahnya.
Sesaat kemudian Xinyue mengangguk mengerti ternyata ada sebuah informasi terbaru yang harus dirinya cari tahu tentang geng motor musuhnya tersebut, pikirnya sudah lama juga tidak berurusan dengan mereka jadi kali ini mungkin dirinya akan menganggap serius tentang Black Aoudra.
"Yaudah buruan masuk dulu, ada hal lain yang lebih penting buat gua tunjukin ke lu," Mendengar hal itu hanya direspon helaan nafas pasrah dan dengan entengnya tangan Gege menariknya masuk ke dalam rumah setelah menutup pagar.
"Lu mau nunjukin apaan dah?" Xinyue melempar tas sekolahnya asal ke atas sofa di ruang tamu lalu merebahkan tubuhnya yang lelah beraktivitas seharian.
"Nih." gege memberikan ponsel berwarna hitam miliknya lalu duduk merangkul adiknya.
Xinyue sedikit mengerutkan dahi saat mengambil ponsel Gegenya, segera dia melihat apa yang ingin saudaranya tunjukkan. Ternyata itu adalah sebuah percakapan di laman Weibo tapi siapa yang dihubungi Gege?
♡ See u in the next part ♡
❀ Happy Reading ❀
"Ck .... Apaan dah tu orang tua dipikir gua mau tinggal ama mereka," gadis berusia 17 tahun tersebut mendengus kesal saat mengembalikan ponsel Gegenya.
"Gua udah tau kalau lu bakalan bilang kek gini," Gege tersenyum, sangat hafal dengan semua tingkah adiknya hingga dia dengan mudahnya menebak respon Xinyue.
"Mereka udah ninggalin kita, mereka pikir gua mau tinggal sama salah satu dari mereka,"
Xinyue menyandarkan tubuhnya lagi di atas sofa lalu beralih mengambil ponsel di sakunya.
"Mereka kan udah pisah ninggalin kita berdua di sini, trus mereka minta kita milih buat tinggal ama siapa di antara mereka .... Yaa gua sih jujur lebih milih buat tinggal berdua aja ama lu dari pada ama mereka," Jelas Gege pasti memilih jalan aman agar mereka tidak kembali disia-siakan orang tua mereka.
"Gua juga maunya cuma kek gini, tinggal berdua sama lu hidup kita yang baik-baik aja. Lagian gua juga terbiasa kek gini, jadi kalau tinggal lagi dengan orang tua keknya gua nggak bakalan terbiasa. Gua juga mikir kenapa tu bapak-bapak tiba-tiba pengen ngambil kita lagi? Apa alasannya? Eggak jelas!" Xinyue meletakkan ponsel di atas sofa terus berbincang dengan fokus dan memikirkan matang-matang sebelum dia berbicara.
"Bener .... Tiba-tiba aja Papa kek gitu pengen ngambil kita kembali tanpa alasan yang jelas, padahal semenjak mereka berdua pisah mereka nggak nafkahin kita lagi, kita berdua hidup dengan bantuan Paman Ren, juga sedikit di bantu dengan pekerjaan gua sebagai pegawai cafe," Gege bingung tidak mengerti dengan keadaan sekarang dia hanya menghembuskan nafas gusar.
"Mending menurut gua block aja tu nomor bapak-bapak gua pusing bacanya, terlalu banyak kiasan jijik yang bisa buat gua mual bacanya gua lebih baik hidup kek gini, lagian nggak ngerugiin siapapun juga," Xinyue mengambil ponsel dan tasnya berjalan santai menuju ke kamarnya yang berada di lantai 2.
Gege tertawa senang dengan tingkah adiknya yang selalu teguh dengan pendirian, cepat membuat keputusan, dan selalu memikirkan baik-baik semua yang akan diucapkannya.
Sampai di kamar Xinyue menutup pintu lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur, sesekali melihat ke arah jendela yang berada di sebelah kirinya, melihat matahari di sore hari yang mulai terbenam menampilkan sinar orange.
Tenang dan damai, melihat suasana yang sedikit mendung Xinyue bangkit dan duduk di dekat jendela menghirup udara segar, cuaca tidak ingin hujan, hanya mendung karena matahari sedikit tertutup awan.
Beberapa saat hening. Ponsel Xinyue yang ada di dekatnya berdering, sepertinya ada pesan masuk gadis itu berpikir kalau itu dari Lexin atau Fanglin, dia tidak menghiraukannya dia bisa membalas pesan mereka nanti. Saat ini dia hanya fokus untuk melihat suasana di luar jendela.
Ponselnya semakin berdering pesan masuk, Xinyue masih diam di jendela, kicauan burung yang terbang di sekitaran menghangatkan hatinya, lamunannya buyar saat suara ponselnya tersebut berubah menjadi sebuah panggilan telfon.
Xinyue yang merasa terganggu langsung mencapai ponselnya yang tergeletak di atas kasur, melihat siapa yang mengirimkan dirinya pesan berkali-kali hingga menelfon.
Pesan yang banyak dan telfon tersebut berasal dari sebuah nomor yang tidak terdaftar di ponselnya, Xinyue melihat ada sekitar 13an pesan yang belum terbaca, gadis itu melihat pesan terakhir yang dikirim orang tersebut
Nanti malam Papa bakalan ke rumah jemput kamu sama Gege, siapkan pakaian kalian yaa
"Dih .... Lu siapa? Penting juga nggak," Xinyue menghapus nomor tersebut lalu kembali duduk di dekat jendela sambil melihat room chat grup kelasnya.
"Bakalan kangen mereka sih ...."
Gadis itu tersenyum hangat melihat candaan teman sekelasnya di grup, Xinyue memang tidak terlalu akrab dengan teman sekelasnya, tapi mereka semua sangat baik kepada dirinya, yaa walau kadang ada beberapa yang kadang membuat dirinya jengkel.
Mood Xinyue tiba-tiba berubah drastis saat ada seseorang yang menghubungi dirinya, panggilan dari nomor yang baru saja dihapusnya kembali menelfon.
Telunjuk Xinyue tergerak untuk menyentuh lambang hijau untuk menjawab panggilan itu, dia menyalakan speaker panggilan lalu melempar ponselnya ke atas tumpukan bantal.
"Halo Xinyue, Putri cantik Papa. Gimana kabarnya sayang?" suara panggilan dari seberang sana membuat Xinyue kaget sekaligus merasa cringe mendengarnya, dia bangkit dan mengambil ponselnya.
"Heh bapak-bapak lu jangan banyak bacot yaa! gua muak dengan semua omongan lu," ucapan ketus Xinyue yang dengan santainya langsung mematikan telfon sepihak dan melempar ponselnya ke sembarang arah.
Masih merasa kesal gadis itu meraih handuk yang berada di gantungan dekat jendela dan pergi melenggang ke arah kamar mandi.
"Sayang sayang otak mu gua udah lu tinggalin sekarang gua udah hidup enak lu mau ngambil gua lagi, gimanapun gua kagak bakalan mau,"
Xinyue menghidupkan keran air hangat di bathup dan mulai memasukkan beberapa macam sabun yang wangi bunga dan yang wangi permen karet, aroma sabun-sabun tersebut membuatnya relax dan ingin cepat-cepat merendam seluruh tubuhnya.
Sambil menunggu bathup nya penuh, Xinyue mengambil speaker Bluetooth yang ada di kamarnya setelah itu kembali lagi ke kamar mandi, dia ingin memutar lagu-lagu The Weeknd dan Ariana Grande favoritnya untuk menemani waktunya berendam.
Sekitar setengah jam lebih dirinya berendam, sebuah ketukan pintu tiba-tiba membuyarkan pikirannya, dia sangat tidak suka di ganggu saat dirinya sedang merefresh pikirannya.
TOK... TOK... TOK
"Buset ... siapa sih ganggu gua saat kek gini?!" Xinyue mematikan speaker bluetooth yang tidak jauh darinya dan menajamkan pendengarannya menunggu respon dari balik pintu di sana.
"Xinyue lu ngapain di dalam?" suara teriakan Gegenya terdengar dari luar, Xinyue ingin melempar pria itu dengan sebuah barang.
"Napa? Gua lagi berendam,"
"Gua mau bilang 25 menit lagi tu orang tua berdua bakalan ke sini, kagak tau mau apaan, jdi selesai berendam lu kagak usah keluar kamar aja," ucapan Gege diluar membuat Xinyue berdecak kesal, bagus. Rencana Xinyue ingin merefresh pikirannya berantakan, sekarang dia berpikir apa yang akan di lakukannya kalau orang tua mereka datang secara mendadak seperti ini.
"What? Jadi gua di kamar trus gitu sampe tu 2 orang pergi?" Xinyue ingin segera pindah negara atau pindah rumah, dia risih di ganggu orang tua yang sudah membuangnya.
Sebenarnya dia tidak sebenci itu dengan orang tuanya, tapi setelah mengetahui alasan orang tuanya berpisah karena Papa yang tidak menginginkan dirinya, membuat rasa kesal dan kebencian itu muncul memenuhi hatinya setiap Papa berusaha menghubunginya.
"Yes mungkin agak lama sih," gegenya berusaha merapikan kata-kata agar tidak salah omong, dirinya takut nanti kalau salah omong akan menjadi sasaran tendangan adiknya tersebut.
"Mending gua pergi ke rumah Lexin aman dah gua," Xinyue langsung menyelesaikan mandinya lalu keluar dari bathup mencari handuk.
"Yaa serah lu dah," suara langkah Gege terdengar menjauh dan ada suara pintu yang ditutup
Kepala Xinyue terasa sedikit pusing dengan kejadian tidak terduga hari ini, kesal. 1 kata yang memenuhi perasaannya sekarang andai tidak ada Gegenya di bawah dirinya ingin memaki sambil berteriak sekarang.
Setelah siap dengan semua perlengkapan yang ingin dibawanya saat ke rumah Lexin, dengan segera Xinyue berjalan santai keluar kamar sambil membuka beberapa pesan yang masuk ke aplikasi Line miliknya.
Tak lama perhatiannya tertuju pada salah satu id line yang sepertinya baru kali ini mengubunginya, jarinya dengan enteng langsung membuka pesan tersebut.
Yuan? dia dapetin id gua dari siapa? oh, Lexin pasti. Xinyue hanya diam membatin memikirkan hal tersebut dan langsung membaca pesan dari Yuan.
● Yuan Xiao
Hallo Xin, gua Yuan. Gua dapetin id lu dari Lexin. Malam ini gua berencana mau ngajakin lu keluar, bisa nggak?
"Kampret emang si Lexin, tapi gak papa lah keluar sama Yuan mungkin aja ada sesuatu yang bisa gua dapetin jika gua berada dekat dia," Xinyue meneruskan langkahnya menuruni tangga sambil membalas pesan dari Yuan, baru saja kakinya menapaki tangga paling bawah tiba-tiba saja dirinya menabrak sesuatu.
"Jalan itu pakai mata wahai Leader Randzion," Gege berdiri dihadapannya dengan santai berkacak pinggang, sementara Xinyue merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.
"Udah tau badan kek gapura, jangan berdiri di depan gua napa sih!" Xinyue dengan entengnya mendorong sedikit gegenya yang menghalangi.
"Lu mau kemana rapi amat? Jadi ke rumah Lexin?" wajah gege menelusuri dari kepala sampai kaki melihat pakaian yang di kenakan adiknya.
"Gua keluar sama Yuan, gua harus cari tau lebih lanjut tentang rencana Jinkyung. Walau saat ini dia udah out dan melepaskan jabatan, kita nggak tau apa yang sebenarnya terjadi,"
"Lu ada benernya juga sih, lu keluar tapi Chaopard sama gua." Gege mengadahkan tangan sebelah kanannya meminta barang yang dimaksudnya, Xinyue tersenyum singkat sebelum mengeluarkan Diamond tersebut dari dalam sakunya.
"Jaga tuh baik-baik, gua nggak mau benda ini kenapa-napa inget, Lao-Zhu nggak bakalan maafin lu kalau sampai ...."
"Udah sana gih pergi buruan, lu nggak denger suara klakson mobil di depan?" Belum sempat menyelesaikan ucapan gege langsung memotongnya dan menarik tangan Xinyue berjalan keluar. Benar saja sudah ada sebuah mobil berwarna hitam di depan pagar.
"Tuh pria yang lu sukai sudah menunggu di depan, buruan pergi sana," Xinyue tidak bisa melakukan apapun untuk melampiaskan rasa kesalnya dengan ejekan gege, terlebih lagi Yuan terlihat keluar dari mobil dan berjalan masuk ke pekarangan rumahnya.
"Itu gege lu?" Yuan tersenyum ramah kearah depan pintu yang dimana ada gege yang bersandar sambil tersenyum melihat gelagat Xinyue.
"Nggak usah dihiraukan, dia emang agak aneh dikit," mendengar hal itu Yuan tertawa kecil lalu memberikan hormat berupa sedikit membungkuk kearah gege, dan detik berikutnya tangannya menarik pergelangan tangan Xinyue mengajaknya ke mobil.
Gege yang melihat tingkah adiknya dan Yuan perlahan mengukir senyum diwajahnya, bukan perasaan senang karena adiknya sudah berani buka hati tapi perasaan yakin kalau musuhnya tersebut akan jatuh dalam waktu dekat.
Hingga saat mobil berlalu pergi gege stay berdiri didepan pintu lalu mengeluarkan Diamond yang tadi di pintanya dari Xinyue, ditatapnya lekat-lekat Diamond berwarna kebiruan tersebut.
"Entah seperti apa isi dari otak Professor Papanya Lao-Zhu sampai-sampai bisa menciptakan Diamond ini, tapi malah jadi malapetaka penyebab kematian putra sulungnya," dirasanya cukup lama dirinya berdiri didepan pintu akhirnya gege melangkahkan kakinya masuk ke dalam dan menutup pintu.
Xinyue dan Yuan berbincang ringan diperjalanan sesekali mereka berdua melempar lelucon ringan sambil mengisi waktu, hingga saat mendekati perempatan jalan mendadak Xinyue diam membuat Yuan yang disebelahnya terheran.
I-itu .... Jinkyung? jangan bilang mereka sengaja ngerencanain ini dan Yuan menjalankan dengan ngebawa gua ke sini?
Xinyue menggumam dalam hati saat melihat pria menggunakan setelan jas panjang berwarna coklat berjalan masuk ke tempat tujuannya dan Yuan, Happy Valley Beijing.
"Lu ngeliatin apaan, Xin? Kok ngelamun gitu?" tangan Yuan melambai beberapa kali didepan wajah Xinyue hingga akhirnya gadis itu menoleh kearahnya.
"Nggak, gua cuma ngeliatin orang tadi kek nggak asing eh rupanya salah orang," dengan cepat memutar otak Xinyue menjawab bohong pertanyaan Yuan, untung saja pria itu hanya mengangguk.
Sampai di parkiran Xinyue dengan cepat keluar dari mobil lalu melihat ke sekeliling mencari orang yang tadi ditemuinya di gerbang depan tempat masuk, tapi nihil mungkin saja orang tersebut menyadari kehadirannya.
"Xin, lu masuk aja duluan tunggu gua di dalem gua bakalan pergi beliin tiket," mendengar ucapan tersebut Xinyue hanya mengangguk dan langsung berjalan masuk.
❁ See You In The Next Part ❁
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!