Diandra dalam perjalanan pulang setelah menghabiskan akhir pekan bersama dengan Antoni, suaminya. Saat ada sebuah pesan masuk dalam ponselnya.
Diandra hanya melihat sekilas ke arah ponselnya, karena memang Diandra dan Antoni sudah sepakat tidak akan bermain ponsel saat keduanya sedang bersama.
"Kita sudah sampai, tuan putri," goda Antoni saat mereka sudah sampai di rumah.
Diandra tersenyum kemudian melepas belt nya, sebelum bersiap turun.
Cup.
Sebuah kecupan mesra mendarat di kening, pipi dan juga bibir manis Diandra.
"Sayang, masuklah lebih dulu. Aku baru ingat jika aku tertinggal sesuatu," ucap Antoni saat Diandra sudah siap untuk turun.
"Baiklah. Ingat, jangan terlalu lama. Kamu tahu kan betapa aku tidak suka jika akhir pekan kita berantakan?" ucap Diandra yang seolah-olah mengingatkan adalah waktu bersama dengannya.
"Siap, tunggu, aku akan kembali cepat mungkin."
Diandra tersenyum kemudian melambaikan tangan ke arah mobil Antoni yang mulai pergi dari hadapannya.
Diandra dan Antoni sudah menikah selama 3 tahun. Mereka yang belum memiliki keturunan membuat Diandra dan Antoni selalu terlihat mesra. Terutama saat weekend.
"Tumben pulang cepat?" tanya Papa saat melihat Diandra masuk ke dalam rumah.
"Diandra sangat lelah, Pa. Jadi Diandra ingin menghabiskan waktu akhir pekan di rumah saja." Ucap Diandra sambil menjatuhkan tubuhnya di sebelah Hendri Gautama.
"Jadi, kapan kamu akan pergi ke Singapura untuk mulai program kehamilan? ingat, ini sudah 3 tahun. Bukankah dulu kamu berjanji kepada Papa, setelah 2 tahun pernikahan kamu akan memberikan Papa seorang cucu?" tanya Hendri.
"Hehehe,"
"Hehehe itu jawaban apa?" ketus Hendri.
Cup.
"Aku ke atas dulu ya. Diandra sayang Papa." Ucap Diandra setelah dia mencium pipi Hendri.
Diandra segera lari menaiki tangga dan masuk ke dalam kamar nya, sementara Hendri hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Lihat, Ma. Kelakuan putri semata wayang kita. Papa minta cucu, malah dikasih kiss pipi."
Hendri kemudian memilih masuk ke dalam kamar, entah kenapa tiba-tiba dia rindu dengan almarhum istrinya yang meninggal 3 tahun lalu. Tepatnya, beberapa hari setelah Diandra dan Antoni menikah.
Di kamar, Diandra meletakkan tasnya dan langsung menuju kamar mandi. Rasa lengket di tubuhnya membuat Diandra merasa risih.
Setelah mandi...
"Sebaiknya aku mulai membicarakan tentang program kehamilan dengan Antoni, bagaimanapun juga usia pernikahanku sudah memasuki usia 3 tahun. Jelas saja Papa begitu mengharapkan kehadiran bayi yang akan membuat rumah ini kembali ramai setelah kepergian Mama."
Diandra kemudian memilih untuk memakai pakaian seksi dan juga berhias. Hari ini, Diandra akan menggoda Antoni. Dan berdoa agar gol yang akan tercipta langsung menjadi bayi.
Seketika, pikiran menggoda dan tentang kehamilan lenyap dari pikiran Diandra saat membaca pesan yang dikirimkan seseorang kepada nya.
Pesan yang berisi ajakan bertemu karena seseorang itu mengaku sebagai istri suaminya, Antoni.
Awalnya Diandra tidak menanggapi pesan itu, dan menganggap bahwa itu cuma keisengan orang.
Ya, siapa juga yang akan tergoda dengan wanita lain sementara dia memiliki seorang istri yang cantik dan juga seksi. Setidaknya itu yang ada dalam pikiran Diandra. Diandra sendiri adalah salah satu finalis Puteri Indonesia yang masuk 5 besar, jadi dia tidak terlalu menanggapi pesan yang baru saja dia baca.
Akan tetapi, saat Diandra meletakkan kembali ponselnya, bunyi pesan tanda masuk kembali terdengar. Kali ini pesan bukan lagi pesan tertulis. Melainkan pesan gambar.
Diandra mengambil kembali ponselnya dan dia terkejut. Sangat terkejut saat melihat pesan bergambar dari nomor tidak dikenal itu. Foto mobil milik Antoni.
[Apa kamu tidak percaya saat aku mengatakan bahwa aku adalah wanita istri suami kamu?]
Pesan yang kemudian dikirim saat Diandra membuka foto yang memperlihatkan plat mobil milik Antoni.
[Dimana kamu ingin bertemu denganku?] tanya Diandra kemudian.
[Kafe Nikcled jam 13:00]
----------------
"Hai sayang, aku punya kejutan untuk kamu," ucap Antoni.
Diandra tersenyum dan meletakkan ponselnya dengan hati-hati agar Antoni tidak mengetahui tentang pesan dari seorang wanita yang mengaku sebagai istrinya.
Antoni berjalan mendekati Diandra kemudian memberikan sebuah kota kecil yang berisi kalung berlian.
"Apa kamu suka?" tanya Antoni. Diandra hanya tersenyum dan menganggukkan kepala.
Entah kenapa tiba-tiba Diandra sudah tidak lagi berselera untuk mengajak Anthony berbicara mengenai program kehamilan.
"Apa tadi kamu pergi untuk membeli ini?" tanya Diandra.
"Tidak, sebenarnya aku sudah membelinya beberapa hari yang lalu, hanya saja ini ketinggalan di mobil temanku. Jadi aku datang ke rumahnya untuk mengambil ini."
"Kamu terlihat cantik," bisik Antoni.
Malam itu, Diandra tidak bisa tidur dengan tenang karena terus memikirkan pesan yang mengaku sebagai wanita istri suaminya.
Keesokan harinya..
Diandra lebih dulu berada di cafe itu karena memang cafe itu milik salah satu sahabatnya.
"Hai, Di. Tumben sekali aku melihatmu datang ke sini sendirian?" tanya Bobi.
"Emm ya, aku sudah membuat kamu janji bersama dengan temanku."
"Baiklah, kalau begitu nikmati menu yang ada. Aku harus pergi untuk memantau cabang kafe ku yang baru."
"Oke.."
Lima belas menit berlalu, Diandra melihat seorang wanita berjalan ke arahnya dan langsung duduk di depannya.
"Diandra, kan?" tanya wanita yang berpakaian rapi namun tetap terlihat seksi dengan rambut lurus yang di biarkan begitu saja.
"Ya, anda?" tanya Diandra.
"Aku Maria. Istri suami kamu, sekaligus madu kamu" senyum manis bagi orang lain, tapi bagi Diandra, senyum itu senyum menjijikan.
Diandra melihat wanita itu dari atas hingga bawah. Diandra tidak menyangka jika wanita itu dengan bangganya memperkenalkan diri sebagai wanita istri suaminya.
Obrolan di mulai, Diandra terkejut saat mengetahui bahwa perempuan ini sudah menjalani hubungan selama 4 tahun dengan suaminya.
"Aku dan Antoni sudah menikah dan sebentar lagi adalah anniversary pertama kami," ucap Maria tanpa rasa bersalah.
"Jadi, maksud dan tujuan kamu mengajak aku bertemu di sini untuk apa?"
"Aku ingin kamu dan Antoni bercerai," ucap Maria yang membuat Diandra tersenyum kecut.
"Aku serius, aku iri melihat kamu yang selalu diutamakan oleh Antoni. Kamu selalu memiliki waktu untuk bersama dengan nya dibandingkan dengan aku yang lebih dulu menjalani hubungan dengan Antoni."
"Jika kamu tahu bawa Anthony sudah menikah Kenapa kamu tetap menjalin hubungan dengannya?"
"Namanya juga cinta, apapun akan dilakukan walaupun itu harus menjadi yang kedua. Tapi sekarang aku ingin menjadi yang pertama dan satu-satunya yang memiliki Anthony. Aku harap kamu mengerti dan kamu mau bercerai dengan Antoni."
"Apa kamu sadar dengan apa yang baru saja kamu katakan? kamu baru saja meminta seorang istri untuk bercerai dengan suaminya."
"Diandra, jangan lupa bahwa aku sekarang juga berstatus sebagai istri Antoni."
"Memiliki suami dari hasil pelakor saja bangga," sindir Diandra.
"Kamu salah jika menganggap bahwa aku adalah pelakor, karena sebenarnya akulah yang rela melihat Antoni menikah dengan wanita lain."
Deg !!
Wanita ini benar-benar menguji kemampuan bersabar ku. Apa yang harus aku lakukan? baru saja aku ingin berbicara tentang bayi dengan Antoni. Sekarang ada wanita yang mengaku sebagai istri sirinya dan dengan tingkat kepedean yang tinggi meminta agar aku dan Antoni bercerai?
...Gak bahaya ta????...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
Percakapan dengan Maria yang mengaku dan menunjukkan bukti bahwa dia benar-benar menjadi istri siri dari Antoni, membuat Diandra tidak bisa fokus menyetir.
Diandra kemudian memutuskan untuk datang ke kantor, menemui Papa nya.
"Diandra, tumben sekali kamu datang ke sini? apa ada sesuatu hal yang penting yang ingin kamu bicarakan dengan papa?" tanya Hendri.
Diandra terdiam, haruskah dia memberitahu papanya mengenai pertemuannya dengan wanita yang mengaku sebagai wanita istri dari Antoni?
"Diandra?"
"Ah, iya. Maaf papa."
Diandra tersenyum kemudian duduk di kursi yang ada di hadapan Hendri.
"Tidak ada, Diandra hanya kebetulan lewat dan karena Diandra tidak mempunyai tujuan mau pergi ke mana jadi Diandra memutuskan untuk menemui Papa saja. Sudah lama juga kan Diandra tidak pernah ke kantor sejak Papa memutuskan agar Diandra tetap di rumah saja setelah menikah."
Hendri tersenyum kemudian menutup laptopnya dan menelpon bagian dapur untuk membawakan minuman hangat ke ruangannya.
"Papa.."
"Ya?"
"Bagaimana kinerja Antoni?" tanya Diandra.
"Bagus, sejauh pengamatan papa. Antoni merupakan karyawan paling teladan di perusahaan ini sejak pertama kali dia bekerja. Dia jujur, ulet dan tekun. Papa menyukainya."
"Apa karena alasan itu papa kan menyerahkan semua tanggung jawab perusahaan kepada Anthoni?"
"Ya, setelah kamu memberikan Papa cucu. Papa akan pensiun dari jabatan papa dan menyerahkan tanggung jawab perusahaan kepada Antoni."
"Kenapa Papa tidak menyerahkan tanggung jawab itu kepada aku? aku kan putri papa?"
"Diandra, kamu itu putri kami satu-satunya. Bagaimana bisa papa akan memberimu beban tanggung jawab yang begitu besar."
Diandra terdiam, rasanya sangat tidak mungkin bagi Diandra untuk membicarakan perihal pertemuannya dengan wanita itu kepada Papanya.
Haruskah aku berbicara dengan Antoni dan menanyakan perihal kebenaran nya?
Tak lama setelah berselang, Diandra melihat Antoni dari balik ruangan Hendri. Ruangan yang tidak terlihat dari luar.
Memang Antoni terlihat cukup ramah dan sangat tekun, memang cocok untuk menjadi penerus Natawijaya Grup.
"Jika kamu ingin melihat Antoni memimpin perusahaan kita, cepat beri papa cucu. Papa sudah sangat ingin menghabiskan waktu bersama dengan cucu papa," ucap Hendri yang membuat Diandra tersenyum.
"Diandra?" Antoni terkejut saat melihat Diandra ada di kantor.
"Hai, Antoni."
Antoni tersenyum kemudian melewati Diandra untuk menyerahkan berkas kepada Hendri.
Diandra duduk di kursi yang tidak jauh dari sana, melihat Antoni, pikiran nya kembali mengingat tentang percakapan dengan wanita yang mengaku sebagai istri suaminya.
Semoga saja wanita itu hanya wanita yang berusaha merusak rumah tangga ku dengan Antoni. Semoga saja Antoni tidak benar-benar memiliki wanita simpanan. Aku berharap tidak akan pernah berpisah.
Malam harinya....
"Diandra, apa kamu baik-baik saja?" tanya Antoni saat mereka sudah berada di rumah dan sedang berbaring untuk bersiap tidur.
"Ya, aku baik-baik saja." Diandra tersenyum kemudian Antoni memeluknya. Tak lama berselang, ponsel Antoni berdering.
"Aku angkat telpon dulu ya," ucap Antoni.
"Kenapa tidak mengangkat nya disini saja?" tanya Diandra.
"Ini adikku, dia pasti akan membicarakan sesuatu yang tidak ingin diketahui oleh orang lain."
Diandra tersenyum kemudian menganggukkan kepala. Antoni mencium kening Diandra sebelum kemudian pergi keluar dari kamar.
Dengan diam-diam, Diandra mengikuti Antoni. Jika biasanya Diandra akan memilih untuk tidur lebih dulu. Tapi sejak pikiran nya di penuhi oleh wanita yang mengaku sebagai istri suaminya, Diandra tergerak untuk mengetahui dengan siapa Antoni berbicara.
Diandra menemukan Antoni di taman belakang.
"Cih, pintar sekali mencari tempat untuk menelpon agar tidak ada orang yang mendengarnya," lirih Diandra.
Dengan hati-hati dan berusaha agar tidak menimbulkan suara, Diandra berjalan mendekat dan mencari tempat yang aman agar Antoni tidak melihatnya juga Diandra dapat mendengar dengan jelas apa yang Antoni bicarakan.
"Tidak bisa begitu, Apa kamu ingin menghancurkan citraku yang sudah dikenal sebagai karyawan paling teladan di Natawijaya Grup?" suara Antoni.
"Kamu harus menunggu sayang, kamu tahu bahwa aku menikahinya hanya karena aku ingin mendapatkan jabatan yang tinggi. Lagipula pernikahan ini membuat aku bisa hidup banyak harta."
Deg !!
Diandra memejamkan mata, sepertinya sekarang dia tahu apa yang harus dia lakukan.
Bukan berbicara kepada papanya atau berbicara langsung dengan Antoni, tapi Diandra akan mencari tahu kebenarannya sebelum membongkar rahasia Antoni.
"Awas kamu Antoni, tunggu dan lihat saja."
----------------
"Sayang, minggu depan aku akan pergi ke luar kota. Apa kamu ikut?" tanya Antoni.
"Ikut."
Antoni yang sedang memasang kancing baju kemejanya tiba-tiba berhenti saat Diandra mengatakan ikut.
"Kenapa terkejut? Bukankah selama ini kamu selalu memaksa aku saat aku tidak ingin ikut dalam perjalanan bisnis kamu ke luar kota? kenapa sekarang kamu begitu terkejut saat mengetahui bahwa aku akan ikut bersama dengan kamu?" tanya Diandra yang bisa menangkap ekspresi terkejut dari wajah Antoni.
"Tidak, Aku diam bukan karena terkejut tapi aku merasa sangat bahagia. Karena setelah sekian lama akhirnya kamu akan ikut menemani aku dalam perjalanan bisnis keluar kota." Ucap Antoni sambil tersenyum.
"Ya sudah, siapkan dirimu untuk perjalanan yang menyenangkan. Aku harus segera pergi ke kantor karena aku tidak ingin papamu memecat aku."
"Tidak akan, jika papa memecat kamu, katakan saja padaku aku akan mengurusnya," ucap Diandra sambil tersenyum.
"Sayang, Bukankah dari awal aku sudah mengatakan kepada kamu bahwa sekalipun kamu anak dari direktur utama di perusahaan tempat aku bekerja. Aku tetap akan menjadi karyawan biasa."
Diandra tersenyum, Antoni kemudian ijin pergi ke kantor setelah melakukan ciuman wajib di pagi hari .
Antoni memang pergi dari rumah dan mengatakan bahwa dia akan pergi ke kantor. Tapi yang sebenarnya terjadi adalah Antoni pergi ke rumah Maria.
"Apa? Kenapa secara tiba-tiba Diandra ingin ikut kamu? Bukankah seharusnya dia tidak pernah ikut dan akulah yang menemani kamu, sehingga akulah yang dikenal sebagai istri kamu oleh rekan-rekan bisnis kamu yang lain?"
"Tenang, Maria. Tenang. Aku juga tidak tahu kenapa tiba-tiba dia ingin ikut padahal sebelumnya dia tidak pernah ikut saat aku berbasa-basi ingin mengajaknya."
Apa ini karena aku yang sudah mengatakan kepada Diandra bahwa aku adalah wanita istri dari Antoni? dan memintanya untuk bercerai darinya?
"Maria, kenapa kamu diam?" tanya Antoni.
"Aku tidak mau tahu, pokoknya harus tetap aku yang menjadi pendamping kamu saat kamu melakukan bisnis ke luar kota."
"Maria, aku...."
"Antoni, aku sudah mengalah dengan membiarkan kamu menikahi Diandra, Aku bahkan menunggu kamu sampai 3 tahun lamanya sebelum kamu benar-benar menikahi aku. Aku hanya meminta hal kecil dari kamu, agar aku diakui sebagai istri oleh rekan bisnis kamu yang tidak berada di kota ini. Apa aku salah?"
Antoni menghela nafas panjang, dia sebenarnya sangat mencintai Maria. Keadaan membuat Antoni terpaksa menikahi Diandra demi bisa mendapatkan kehidupan yang jauh lebih baik dari sebelumnya.
"Jika memang kamu tidak bisa menangani hal sekecil ini. Lebih baik kita bercerai saja," ancam Maria.
Cerai? Telinga Antoni terasa meledak mendengar kata itu.
"Tidak, tidak. Jangan bercerai. Aku mencintai kamu. Bersabarlah, aku akan mengurus Diandra." Ucap Antoni sambil memeluk Maria.
Bagus, inilah yang aku inginkan. Perlahan namun pasti, aku akan menciptakan keretakan hubungan antara kamu dan Diandra.
Aku harus menemukan cara agar Diandra membatalkan niatnya untuk ikut bersama ku. Semoga aku bisa segera menemukan caranya.
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
"Mas...."
"Diandra, kamu disini?" Antoni yang sedang berpikir bagaimana cara membujuk Diandra agar tidak ikut dalam perjalanan bisnis. Terkejut melihat Diandra memasuki ruangannya.
"Kenapa kamu terlihat begitu terkejut dengan kedatanganku, mas?" Diandra tersenyum sambil berjalan dan duduk di depan Antoni.
"Wajar aku terkejut, bukankah kamu tidak pernah datang ke kantor walau hanya sekedar menyapa?"
"Aku akan datang sesering mungkin setelah ini,"
Uhuk !!
Antoni hampir saja tersedak jelly yang ada dalam minuman. Matanya langsung menatap Diandra yang tengah sibuk menatap makanan di atas meja.
"Diandra, ini kamu, kan?" Antoni bangkit dari tempat duduknya dan berjalan mendekati Diandra.
"Mas, pernikahan kita sudah 3 tahun. Papa menuntut kita untuk segera memberikan momongan."
"Diandra, ini bukan waktu yang tepat untuk membahas itu."
"Tepat dong, Mas. Kita kan akan pergi berbisnis. Siang kamu bekerja, malam kita bikin cucu untuk papa." Diandra tersenyum walaupun sebenarnya dalam hati dia jijik mengatakannya.
"Apa kamu yakin ingin ikut? perjalanan ini memakan waktu."
"Kenapa aku merasa kamu tidak suka dengan keikutsertaan aku, mas?"
"Bukan begitu, hanya...."
"Jangan khawatirkan soal papa. Jika aku mengatakan alasan aku ikut, beliau pasti akan senang."
Antoni tersenyum dan menganggukkan kepalanya tanda dia setuju dengan apa yang dikatakan Diandra. Walaupun dalam hatinya begitu pusing karena Diandra bersikeras untuk ikut dan bisa di pastikan jika usaha membujuk Diandra akan sia-sia.
Setelah menemani makan siang, Diandra meminta ijin ke ruangan Ayahnya. Sepeninggalan Diandra, Antoni langsung menelpon Maria dan mengatakan agar Maria mengalah untuk sementara waktu.
"Kamu sudah gila ya, Mas. Tidak, aku tidak akan membiarkan kamu pergi bersama dengan Diandra."
"Maria, mengertilah. Perjalanan ini juga penting untukku."
"Sepenting apa?"
"Aku dan Diandra akan honeymoon.."
"Mas..."
"Maria, tolong. Kehadiran buah hati sangat penting untukku. Dengan begitu aku akan mendapatkan kepercayaan untuk mengurus perusahaan ini. Dan, impian kita akan menjadi kenyataan..."
Antoni terus berusaha meredam amarah Maria. Tanpa Antoni sadari, Diandra masih ada di balik pintu ruangannya dan mendengar semua yang Antoni katakan.
"Kita lihat, seberapa sering kamu bertemu dengannya.." lirih Diandra sebelum benar-benar pergi meninggalkan ruangan Antoni.
Tak butuh waktu lama bagi Diandra untuk mengetahui seberapa sering Antoni menemui Maria. Bahkan, hal yang membuat Diandra begitu marah adalah Antoni pernah mengajak Maria ke rumahnya.
"Kamu menggunakan kesempatan saat papa dan aku pergi ke luar kota, mas. Betapa bodohnya aku selama ini."
Malam harinya...
Diandra terlihat menatap jam yang menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Sesekali dia menajamkan telinga untuk mengenali setiap mobil yang melintas.
Hingga tak lama berselang, suara mobil yang ditunggu Diandra terlihat memasuki halaman rumah.
Diandra segera menata posisi dan berpura pura sudah terlelap saat Antoni masuk dan mencium kening nya.
Diandra membuka mata saat Antoni memasuki kamar mandi. Terdengar suara gemericik air dari dalam sana. Setelahnya, Diandra kembali mendengar Antoni berbicara dengan nada mesra melalui sambungan telepon.
"Iya, untuk itu kamu harus bersabar. Kita akan memiliki anak setelah Diandra hamil. Aku pasti akan membuat kamu menjadi ibu juga.."
Deg!!
Ingin rasanya Diandra segera menangkap basah Antoni saat itu juga. Tapi, Diandra tidak memiliki bukti yang cukup kuat.
Tenang, Diandra. Kamu harus sabar dan menunggu. Siapa tahu ini hanya prank.
Keesokan harinya menjadi hari yang menegangkan bagi Antoni. Bagaimana tidak, secara tiba-tiba rumah itu dipasang CCTV dan beberapa bodyguard berjaga di pintu masuk.
"Diandra, kenapa tiba tiba ada bodyguard yang menjaga rumah ini?" tanya Antoni.
"Oh, itu karena papa. Katanya jaman sekarang banyak musuh dalam selimut, jadi harus berhati-hati."
"Apa ini tidak berlebihan?"
"Tidak, lagipula sebentar lagi kita akan pergi meninggalkan Papa. Jadi aku bisa mengawasi papa takut jika tiba-tiba papa membawa masuk seorang wanita."
Diandra tersenyum saat dirinya dapat melihat ekspresi tegang yang ditunjukkan Antoni.
"Mas, kenapa kamu terlihat begitu tegang?"
"Tidak, aku hanya berpikir jika memang kamu sangat mengkhawatirkan papa kenapa tidak tinggal menjaga papa? bukankah kita bisa ber-honeymoon di mana saja?"
"Jadi kamu tidak suka jika aku ikut kamu? Apa kamu berencana menghabiskan waktu bersama dengan wanita lain di kota itu?" selidik Diandra..
"Bagaimana mungkin ada wanita yang mampu meluluhkan hati selain wanita yang ada di hadapanku saat ini?" Antoni memeluk Diandra.
Jika Diandra berpikir jika Antoni adalah raja bohong. Lain dengan Antoni yang pusing karena dirinya tidak bisa membujuk Diandra.
Tidak ada cara lain, aku harus membujuk Maria. Ya, Maria harus mengalah untuk saat ini. Semoga dia akan mengerti.
Antoni menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat agar bisa menemui Maria.
Sayangnya usaha Antoni untuk membujuk Maria tidak membuahkan hasil yang diinginkan Antoni.
"Aku sudah mengalah dan bersembunyi dari orang-orang di kota ini. Tidak akan aku biarkan Diandra merusak momen perjalanan ku dengan kamu, mas."
"Tenanglah, Maria. Kamu harus paham situasinya."
"Situasi apa?"
"Akhir-akhir ini aku merasa sikap Diandra berbeda. Itu membuatku tidak bisa berpikir jernih.
Apa jangan-jangan perubahan sikap Diandra imbas dari aku yang memintanya untuk bercerai dengan Antoni?
"Aku mohon, mengertilah. Jika sampai Diandra tahu tentang kita. Impian kamu tidak akan pernah menjadi kenyataan..,"
Bukan Maria namanya jika dia diam dan menuruti permintaan Antoni.
Maria melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sayang, banyaknya bodyguard membuat nyali Maria yang berniat mendatangi Diandra dirumahnya menciut.
"Sial, kenapa rumah ini tiba-tiba banyak bodyguard. Arghhh....."
Maria berpikir sejenak, dia kemudian tersenyum dan kembali melajukan mobilnya.
"Itu dia.." Maria berhasil menemukan dimana Diandra berada. Menemukan Diandra tidaklah sulit, setelah pernikahannya dengan Antoni, Maria mulai memantau aktivitas yang dilakukan Diandra.
"Wah, wah, wah. Wanita dengan tingkat kesombongan tinggi datang lagi." ketus Diandra saat melihat Maria berada di butiknya.
"Apa maksud kamu dengan ikut serta dalam perjalanan bisnis Antoni?"
"Suka suka aku. Bukankah aku istrinya?"
"Diandra, aku mendatangi kamu baik-baik. Jangan sampai kamu terkena dampak dari amarahku. Apa kamu lupa, aku juga istri Antoni."
"Istri settingan maksudnya??"
"Tidak akan aku biarkan kamu menghabiskan waktu berdua dengan Antoni, Diandra."
"Really? Jika bukan denganku, lantas dengan siapa Antoni akan menghabiskan waktu? Dengan kamu? Ckckckck...."
Maria melihat notifikasi ponselnya, pesan yang dikirim Antoni membuat Maria memutuskan untuk meninggalkan Diandra tanpa berkata apapun.
Diandra menghela nafas panjang, dia tidak menyangka jika wanita yang mengaku sebagai istri Antoni datang lagi.
"Tenang, Diandra. Kamu harus tenang.."
Tring !!!
Sebuah pesan singkat sukses membuat Diandra mengerutkan dahinya.
"Zay? Apa benar dia kembali ke kota ini?"
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!