NovelToon NovelToon

Tujuh CEO Muda

Awal mula

.

Hai guys, apa kabar semuanya? berjumpa lagi dengan author abal abal ini. Kalau suka dengan karyaku beri rating 5 ya, komentar, like, vote dan gift seikhlas kalian.

.

.

.

Tujuh bocah kembar yang baru berusia 10 tahun sedang berjalan memasuki universitas ternama di kota London, mereka mendapat undangan langsung dari profesor Albert. Karena kejeniusan mereka sudah diketahui dunia, jadi profesor Albert mengundang mereka untuk dijadikan mahasiswa khusus yang diajarkan langsung olehnya.

Sikembar berjalan menyusuri lorong di kampus tersebut.

"Mengapa mereka memperhatikan kita seperti itu?" tanya Ren pada saudara saudaranya.

"Apa kamu tidak sadar? lihatlah mereka dan lihatlah kita," Rakha.

"Mereka menganggap kita ini anak kecil," ucap Ram.

"Tapi memang iya kan?" tanya Roy.

"Kamu aja yang anak kecil, aku tidak." Ray.

"Sudah, sudah biarkan mereka mau bilang apa?" Raffa.

Akhirnya mereka pun tiba di depan pintu ruangan profesor Albert. kemudian sikembar pun mengetuk pintu ruangan profesor Albert.

Tok...

Tok...

Tok...

"Masuk," terdengar suara perintah dari dalam. Sikembar pun masuk kedalam ruangan tersebut, dan berjalan menuju kursi yang ada diruangan itu.

(Anggap saja mereka berbicara dengan bahasa asing).

"Kalian sudah datang? silahkan duduk," tanya profesor Albert.

"Terimakasih prof," jawab sikembar serentak, lalu mereka duduk dikursi berseberangan dengan profesor Albert.

"Bagaimana kabar kalian?" tanya profesor Albert.

"Kami baik baik saja prof," jawab sikembar.

"Kalian sudah tau kalian kuliah disini berapa tahun?" tanya profesor Albert.

"Tau prof, 8 tahun." jawab Ray.

"Bagus, tapi setelah itu kalian akan langsung mendapatkan gelar profesor juga," kata profesor Albert, sikembar saling pandang, Lalu bertanya.

"Bukankah dalam perjanjian hanya sampai S3?" tanya Ram.

"Pertama memang begitu, tapi melihat kemampuan dan kejeniusan kalian jadi saya berubah pikiran," jawab profesor Albert.

"Bagaimana dengan perjanjian itu prof?" tanya Ren.

"Perjanjian itu masih berlaku hanya diubah sedikit, tenang kalian dibawah bimbingan saya langsung jadi kalian aman," kata profesor Albert.

"Hmmm, baiklah kalau begitu kami setuju," Ray.

Setelah menemui profesor Albert dan berbincang, mereka pun keluar dari ruangan itu. Mereka berjalan jalan disekitar kampus tersebut.

"Heh, kalian bocah ngapain berkeliaran di kampus ini?" tanya mahasiswa dengan tubuh tegap tinggi.

"Kami mahasiswa disini," jawab Ram.

"Hahaha, bocah seperti kalian mahasiswa? paling kalian baru SD," tanya mahasiswa tersebut.

Sikembar cuek saja dan malas meladeni mahasiswa tersebut. Mereka hendak pergi dari tempat itu tapi dihadang oleh kawanan mahasiswa tersebut.

"Mau kemana kalian? kalian tidak tunduk kepada tuan kami?" tanya yang lain.

"Oya, kenalkan namaku Bryan ketua gangster disini." kata Bryan dengan sombong.

"Kami tidak peduli siapa kalian," kata Ray datar.

"Oh berani ya kalian menentang kami?" tanya Bryan.

"Tidak ada alasan untuk kami takut," jawab Ram.

"Hajar mereka," perintah Bryan.

"Tunggu, apa salah kami sehingga kalian mau menghajar kami?" tanya Ren.

"Kalian tidak mematuhi dan tunduk kepada kami," ucap anak buah Bryan.

"Maafkan kami, kami hanya anak kecil apakah kalian tega menghajar kami," kata Ram penuh drama.

"Hmmm, kalau begitu serahkan uang kalian, maka kalian akan aman," kata Bryan.

"Tapi kami cuma orang miskin," ucap Ram.

"Hahaha, baiklah berarti kalian memilih untuk dihajar," Bryan.

Sikembar mengambil posisi mereka masing-masing dan mereka tetap waspada. Kemudian mereka saling pandang memberi kode lewat tatapan.

"Kalian cuma lima orang, sedangkan kami bertujuh. itu namanya perlawanan tak seimbang," Ram.

"Banyak bacot kalian," teriak Bryan, lalu menendang kearah Ram.

Ram dengan santai menangkap kaki Bryan dan mendorongnya hingga terjungkal kelantai.

Para mahasiswa dan mahasiswi yang menyaksikan semua itu pun tertawa, biasanya mereka tidak berani untuk melawan Bryan dan genk nya.

"Sial," umpat Bryan seraya bangkit lalu pergi dari situ dengan perasaan malu.

"Kalian mahasiswa baru?" tanya seorang gadis sekitar umur 20 tahun.

"Benar kakak cantik," jawab Ram.

"Oh bocah itu bilang aku cantik, selama ini belum ada yang bilang aku cantik," gumam gadis itu dalam hati.

"Kalian tidak tahu siapa mereka? kenapa kalian bisa berani melawan mereka?" tanya gadis itu.

"Memangnya siapa mereka? dan mengapa mereka suka menindas orang lemah?" tanya Ram balik.

"Ah sudahlah, yang penting kalian akan dalam bahaya karena berani melawan mereka," gadis itu.

"Oh ya, kenalkan namaku Rosalinda, panggil Ros bisa panggil Linda juga bisa." kata Rosalinda memperkenalkan diri.

"Panggil Elin gimana?" tanya Ram.

"Hmmm tidak terlalu buruk," ucap Rosalinda.

"Namaku Ramendra, lebih akrab disapa Ram. dan ini saudara saudaraku." Ram.

"Kalian kembar? wow amazing," kata Linda takjub.

"Aku Roy."

"Aku Rendra lebih akrab disapa Ren."

"Aku Raffa, panggil Raffa aja."

"Aku Rakha."

"Aku Rasya."

"Aku Rayden, panggil Ray."

"Nice to meet you," ucap Linda.

"Oke kalau begitu kami permisi dulu," ucap Ram, lalu mereka pun pergi dari situ meninggalkan Linda yang masih tersenyum melihat kepergian sikembar.

"Mereka cute banget sih, sayangnya masih kecil kalau sudah besar pasti mereka akan lebih tampan," gumam Linda sambil tersenyum sendiri.

"Hei, kenapa kamu? senyum sendiri gak jelas gitu?" tanya sahabat Linda.

"Itu tadi ada bocah yang telah berani melawan Bryan." kata Linda.

"Wow berarti orang itu hebat dong, tunggu tunggu tadi kamu bilang bocah?" tanya Nathalie sahabat Linda.

"Hmmm, memang mereka bocah kok," jawab Linda.

"Seperti apa mereka hingga kamu bilang bocah?" tanya Nathalie.

"Mungkin umur mereka baru 10 tahun gitu, tapi aku heran kenapa mereka bisa kuliah disini?" tanya Linda.

"Kamu tanya siapa, dan yang siapa?" tanya Nathalie.

"Ah sudahlah, sebentar lagi kelas dimulai." Linda. Kemudian mereka pun masuk kelas, karena sebentar lagi dosen mereka datang.

Sementara sikembar kembali kerumah yang mereka beli, walaupun tidak terlalu besar tapi cukup untuk mereka, dan Darmendra menyediakan pembantu rumah tangga dari Indonesia. Rumah mereka tidak terlalu jauh dari kampus tempat mereka kuliah.

"Sebenarnya ada apa dengan pria itu? mengapa semua mahasiswa dan mahasiswi tidak ada yang berani?" tanya Ram.

"Sebaiknya kita cari tahu agar kedepannya kita lebih hati-hati," Ren.

"Biar aku yang cari tau," ucap Ray.

Ray pun membuka laptopnya dan dengan lincahnya jarinya berkutak katik di keyboard laptop miliknya.

"Dapat," ucap Ray, tapi pandangannya tidak lepas dari layar laptop tersebut.

Saudara saudaranya pun mendekat dan membaca apa yang Ray dapatkan.

"Ternyata Bryan itu anak dari bos mafia yang ditakuti di negara ini," ucap Ram.

"Pantas saja dia begitu berani, dan semua orang tidak takut untuk melawannya." Roy.

"Jadi bagaimana sekarang, secara tidak langsung kita telah menyinggung mereka," Ren.

"Terlanjur basah mendingan mandi sekalian," Raffa.

"Tidak segampang itu ferguso, yang kita singgung kelompok mafia," ucap Ram.

"Apa kalian lupa, beberapa tahun lalu yang kita lawan itu juga mafia," Rakha.

"Tapi kita tidak tahu kekuatan lawan, hanya saja kita harus berhati-hati." Ray.

.

.

.

Menciptakan senjata baru

.

.

.

"Tapi kita tidak tahu kekuatan lawan, hanya saja kita harus berhati-hati," Ray.

"Kamu benar Ray," kata Rasya.

"Kalau begitu sekarang kita menciptakan alat yang bisa mengalahkan mereka," Ram.

"Ide yang bagus, berarti sekarang kita beli pistol mainan dulu," Raffa.

"Mengapa pistol? kita bisa menciptakan alat lain, seperti pensil atau pulpen tapi sebenarnya adalah senjata. Dan juga itu tidak akan dicurigai." Ram.

Pistol mereka tidak bisa dibawa karena pemeriksaan didalam pesawat sangat ketat. Jadi mereka harus menciptakan alat yang baru yang lebih canggih lagi. sedangkan permen yang mereka ciptakan dapat mereka bawa. Juga jam tangan yang mereka pakai tidak bisa dicurigai. Saat ini juga mereka menciptakan alat tersebut.

Seharian ini mereka tidak kemana mana, karena mereka sibuk dengan alat ciptaan mereka.

"Tuan kecil makanan sudah siap," panggil pelayan tersebut.

Pelayan mereka hanya dua orang, karena rumah mereka tidak terlalu besar, jadi tidak perlu banyak pelayan, sikembar juga tidak perlu diurus. sebenarnya mereka tidak mau kalau membawa pelayan, tapi karena sang Daddy yang bersikeras ingin mereka ditemani pelayan jadi mereka hanya pasrah saja.

"Baik bik, sebentar lagi kami makan." jawab Ram, setelah 15 menit mereka pun selesai dengan alat ciptaan mereka.

"Nanti baru kita bahas lagi, sekarang kita makan dulu nanti bibik mengadu ke Mommy," Ray.

Mereka semua pun menurut saja. sekarang mereka sudah berada dimeja makan, pelayan hanya menghidangkannya saja selebihnya sikembar bisa melakukannya sendiri.

Setelah selesai makan mereka kembali lagi kekamar untuk membahas ciptaan mereka tadi, pungsi alat itu seperti pistol yang bisa menembak, dan kekuatan daya tembaknya bisa melebihi pistol. hanya saja tidak sampai membunuh orang, cuma bisa membuat lumpuh saja.

"Sekarang kita istirahat dulu, besok kita sudah mulai kuliah," Ray.

Ya mereka mengerjakan alat itu sampai malam, sekarang mereka pun terasa sangat letih.

Keesokan harinya...

Sikembar sudah terbangun pukul 5 pagi, mereka akan joging dulu sebelum berangkat ke kampus. Sikembar berlari mengelilingi taman, dan tidak sengaja bertemu dengan Linda.

"Bukankah itu cewek yang kemarin?" tanya Roy, sikembar menoleh kearah tunjuk Roy.

"Benar itu cewek yang kemarin," kata Ren. Linda bersama Nathalie menghampiri mereka.

"Hai apa kabar?" tanya Linda.

"Baik," jawab Ram.

Nathalie menyenggol lengan Linda, seolah olah meminta penjelasan lalu Linda mengatakan bahwa merekalah bocah itu.

"What...!" Nathalie tentu saja terkejut.

"Gak juga segitunya kale kagetnya," kata Linda mengejek.

"Aku hanya tidak percaya aja," jawab Nathalie.

"Kami permisi dulu ya, soalnya takut terlambat ke kampus," Ram.

Lalu sikembar pun pergi meninggalkan tempat itu tanpa menoleh sedikitpun kearah dua gadis tersebut.

"Tuh kan mereka jadi pergi," kata Linda sambil mengerucutkan bibirnya.

"Udahlah, bocah juga masih banyak cowok dewasa yang harus kita pacari," ucap Nathalie.

"Yang mau pacaran dengan mereka siapa? aku cuma mau berteman dengan mereka, hanya mereka yang berani menentang si bayam itu," Linda.

"Ehh bukankah kamu suka ya sama Bryan?" tanya Nathalie.

"Dulu iya sekarang tidak setelah tau sifat aslinya," Linda.

"Kok bisa begitu? berarti kamu tidak benar benar cinta dong sama si Bryan itu?" tanya Nathalie lagi.

"Hati bisa berubah kalau sifat orang yang kita cintai ternyata tidak seperti yang kita harapkan, ah sudahlah lebih baik kita juga pulang, nanti kita ada kelas pagi ini kan?" lalu Linda pun meninggalkan sahabatnya yang masih berdiri ditempat itu.

"Woy tunggu dong, main tinggal aja," teriak Nathalie yang tidak terima ditinggal oleh sahabatnya.

Nathalie berlari mengejar Linda yang berjalan semakin menjauh.

Sementara sikembar sudah tiba dirumah mereka, mereka segera masuk kedalam kamar masing-masing untuk segera mandi.

Setelah selesai mandi dan berpakaian lengkap mereka menuju dapur untuk sarapan.

"Masak apa bik?" tanya Ram dengan suara lembut.

"Hanya masak nasi goreng tuan kecil, maaf," jawab pelayan.

"Gak apa-apa kok bik, gak usah merasa bersalah gitu," Roy.

"Silahkan Tuan kecil, bibik mau kebelakang dulu banyak kerjaan." kata pelayan.

"Bibik sudah sarapan?" tanya Ram.

"Belum tuan kecil, bibik nanti saja deh," jawab pelayan.

Setelah itu tidak ada lagi percakapan diantara mereka, karena sewaktu makan mereka memang tidak banyak bicara. Sejak kecil Diva mengajarkan seperti itu. Setelah selesai makan mereka pun pamit kepada pelayan untuk berangkat ke kampus.

"Kita pakai skuter aja, gimana?" tanya Ren.

"Boleh juga sih, jalan kaki juga dekat," Rakha.

"Aku pakai skuter aja deh," Ram.

Akhirnya mereka pun berangkat ke kampus yang hanya berjarak sekitar 1 kilometer dari rumah mereka.

Seperti kemarin, hari ini mereka menjadi pusat perhatian, karena mereka yang paling mencolok diantara semua mahasiswa dan mahasiswi yang ada disitu.

"Saat seperti inilah yang paling menyebalkan dalam hidupku," gumam Ray.

"Sudahlah cuekin aja mereka, paling mereka cuma iri karena tidak ada yang sejenius kita," ucap Ram santai.

Mereka melewati para mahasiswa dan mahasiswi yang memandang mereka dengan berbagai ekspresi.

"Heh bocah, ngapain lagi kalian berkeliaran disini? disini tempat belajar bukan tempat bermain," tanya Bryan.

Sikembar tidak menggubris perkataan si bayam itu. Sikembar masih meneruskan langkahnya, Bryan yang geram dicuekin mengambil pisau lipat dari saku celananya dan melemparnya kearah sikembar. Tanpa menoleh Ram berhasil menangkap pisau terbang itu, para mahasiswa dan mahasiswi yang tadi melotot melihat sikembar kini semakin melotot melihat aksi Ram menangkap pisau lipat itu dengan mudah.

Ram berjalan mendekati Bryan yang masih melongo melihat Ram dengan mudah menangkap pisau tersebut.

"Aku peringatkan, jangan main main dengan kami kalau tidak ingin klan mafia bloods musnah," ucap Ram lembut tapi mengancam.

"Darimana mereka tahu nama kelompok mafia Daddy ku," batin Bryan.

"Hahaha, kalian hanya bocah bisa apa?" tanya Bryan.

Buugh, Ram menendang tulang kering milik Bryan, Bryan seketika menjerit karena tendangan dari Ram tidak main-main.

"Aakh," teriak Bryan sambil jingkrak jingkrak menahan rasa sakit.

"Heh kenapa kalian diam saja? cepat hajar mereka," perintah Bryan.

Lalu keempat teman Bryan maju menyerang Ram, Ram tidak gentar sedikitpun malah dengan santainya ia melawan keempat pria yang dua kali lebih besar darinya. hanya dalam sekejap keempat pria itu sudah terkapar dilantai.

"Mengapa kalian tidak membantuku? tanya Ram pada saudaranya yang hanya menjadi penonton saja.

"Sepertinya kamu tidak perlu bantuan," jawab Ren santai.

"Yuk cabut, kita sudah ditunggu oleh profesor Albert. ajak Roy.

Mereka pun pergi meninggalkan tempat itu yang masih menyisakan empat orang yang tergeletak pingsan. Bryan mengepalkan tangannya kuat karena saking marahnya, sudah dua kali ia dipermalukan oleh bocah.

"Huh, apa mereka bilang mau menghancurkan klan mafia bloods? kita lihat saja nanti kalian akan mati secara tragis," seringai Bryan penuh dendam.

.

.

.

Ada saja musuh

.

.

.

Bryan pun menghubungi Daddy nya meminta bantuan untuk membunuh bocah kembar tujuh tersebut.

"Halo Daddy, aku dipukuli di kampus," kata Bryan.

Alfredo yang mendengar putra semata wayangnya dipukuli sangat murka hingga ia memerintahkan 20 orang anak buahnya untuk pergi ke kampus putranya.

"Baik Daddy akan mengirim orang untuk menghabisi bocah itu, kamu tunggu saja disana untuk menyaksikan kematian mereka," kata Alfredo.

Bryan menyeringai mendengar Daddy nya mengirim orang untuk menghabisi sikembar. Itulah sebabnya mengapa semua orang yang ada disini tidak berani untuk melawan? karena mereka takut dan mereka tentu masih sayang nyawa mereka.

Hanya sikembar lah yang berani melawan Bryan, walaupun sikembar tau resikonya tapi mereka tidak bisa tinggal diam melihat orang lain atau siapapun ditindas.

Sikembar sudah keluar dari kelas mereka, setelah mengikuti kegiatan yang diberikan oleh profesor Albert, mereka berencana untuk pulang. Karena sikembar undangan khusus di kampus ini jadi semua kegiatan dan tugas mereka hanya profesor Albert yang mengajari mereka. Tidak ada dosen lain dan tidak ada mahasiswa lain. dan mereka pun ditempatkan diruangan khusus.

"Kita mau pulang atau jalan jalan?" tanya Ren.

"Aku mau pulang aja, nanti sore baru jalan jalan," Ram.

"Kita cari makanan dulu bisa gak?" tanya Roy.

"Malas ah, aku mau makan dirumah aja," Rakha.

"Ya udah, kita pulang aja kalau begitu," ucap Roy, tapi perasaannya begitu dongkol karena saudaranya tidak mengikuti keinginannya.

Saat didepan kampus, tiba-tiba sikembar dihampiri oleh sekelompok orang yang mereka tidak kenal. Lalu sikembar menghela nafas kasar.

"Ada apa lagi ini? bisa kah sehari saja biarkan kami hidup tenang?" tanya Ray panjang lebar.

"Pasti ini ulah si bayam itu," jawab Roy.

"Ada saja musuh, tidak di Indonesia tidak disini sama saja," Ram.

Kemudian Bryan muncul ditengah tengah orang tersebut sambil tersenyum mengejek kearah sikembar, sedangkan sikembar santai santai saja.

"Sekarang kalian lihat betapa kuatnya saya, mereka adalah orang-orang terpilih Daddy saya," seringai Bryan.

"Hahaha, kuat darimana nya kalau hanya berlindung dibawah ketiak Daddy," ejek Ram.

Para mahasiswa dan mahasiswi berkumpul menyaksikan semua itu, kejadian ini mengingatkan mereka setahun yang lalu, ada seorang mahasiswi yang berani menampar Bryan karena tidak terima dilec**kan. Dan mahasiswi tersebut harus meregang nyawa karena digil** oleh Bryan dan teman temannya. Sejak saat itulah tidak ada yang berani menentang Bryan, dan ada satuN lagi mahasiswa baru juga berani melawan Bryan dan akhirnya terbunuh oleh anak buah Alfredo. Kejadian demi kejadian hingga membuat mahasiswa dan mahasiswi takut dengan Bryan yang tidak main-main kalau ingin membunuh.

"Berani sekali kamu bocah, tertawalah sepuasnya karena sebentar lagi kalian akan tamat," kata Bryan penuh penekanan.

"Mari kita pulang, malas meladeni si bayam itu," kata Ren.

Sikembar berjalan hendak meninggalkan tempat itu, tapi dihadang oleh anak buah Alfredo, sikembar dikelilingi oleh 20 orang. Tidak ada pilihan lain," ucap Ray.

Sikembar sudah bersiap siap untuk melawan mereka, dan hal itu tentu disaksikan oleh profesor Albert dari jendela ruangannya.

"Benar benar anak pemberani," gumam profesor Albert.

Sedangkan disudut lain Linda dan Nathalie juga menyaksikan hal tersebut, Linda sempat khawatir karena yang sikembar hadapi adalah orang yang mereka takuti di negara ini.

Sikembar saling membelakangi satu sama lain, mereka berbicara pun saling berbisik.

Anak buah Alfredo mengeluarkan senjata tajam milik mereka masing-masing, tapi sikembar tidak gentar sedikitpun. Bagi mereka itu hal biasa.

Diam diam sikembar menembakkan bius ciptaan mereka yang berbentuk seperti pulpen, seketika tujuh orang dari mereka jatuh tidak sadarkan diri.

"Apa yang terjadi?" tanya Bryan heran.

Sedangkan anak buah Alfredo saling pandang karena mereka tidak menyadari kalau teman mereka sudah ditembak dengan bius pelumpuh.

"Sekarang tinggal 13 orang lagi," bisik Ram pada saudaranya.

"Gimana? mau kita buat lumpuh atau dibuat patah tulang?" tanya Ren.

Kalau dibuat lumpuh berarti ditembak bius, kalau dibuat patah tulang berarti melawan secara bertarung.

"Kita lumpuhkan tujuh orang lagi," bisik Ray, mereka pun mengerti dan....

Bruuk... bruuk...bruuk...bruuk... satu persatu jatuh ketanah, kini hanya tinggal 6 orang lagi. Bryan yang menyaksikan hal itupun terkejut, dia juga heran mengapa anak buah Daddy-nya jatuh satu persatu sebelum melawan sikembar.

Sikembar menyimpan senjata rahasia mereka didalam saku celana masing-masing.

"Saatnya kita bertarung," ucap Ray, dan yang lainnya mengangguk.

Ray, Ren, Rakha, Raffa Rasya dan Roy maju melawan keenam yang tersisa, sedangkan Ram maju hendak melawan Bryan.

Ram bersalto memutar tubuhnya sambil mengangkat kakinya menendang Bryan hingga tepat mengenai telinganya, Bryan jatuh tersungkur ke tanah dengan telinganya berdarah.

"Mana kesombonganmu si bayam?" tanya Ram dengan senyum devil, membuat Bryan bergidik melihatnya.

Sedangkan keenam saudaranya masih bertarung melawan anak buah Alfredo yang ternyata cukup tangguh dan kuat.

"Ternyata mereka cukup tangguh," ucap Roy, saat mereka menjeda pertarungan mereka.

"Benar, aku sedikit kualahan menghadapinya," ucap Rakha.

"Kita jangan lengah, kita harus secepatnya menyelesaikan semua ini, agar tenaga kita tidak terkuras banyak," Ren.

Mereka kembali bertarung melawan anak buah Alfredo, yang ternyata tidak bisa untuk diremehkan.

Bryan bangkit lagi hendak melawan Ram, tapi Ram dengan sigap melawan kembali hingga pertarungan pun terjadi antara Bryan dengan Ram.

Dalam sekejap Bryan sudah bisa Ram lumpuhkan, sekarang ia harus membantu saudaranya yang sedang bertarung.

Satu persatu anak buah Alfredo mereka lumpuhkan, hingga tidak ada lagi yang tersisa, semua sudah dipastikan tidak bisa bergerak sama sekali.

"Mereka memang hebat," ucap profesor Albert yang dari tadi menyaksikan pertarungan tersebut.

"Tidak sia sia aku mengambil mereka untuk menjadi penerusku kelak," katanya lagi.

Para mahasiswa dan mahasiswi yang menyaksikan pertarungan tersebut berdecak kagum dengan kehebatan sikembar, selama ini mereka selalu dibayang bayangi rasa ketakutan yang luar biasa, sehingga rela memberikan uang setiap hari kepada Bryan dan teman temannya.

"Kita akan tanggung semua resikonya sama sama," ucap sikembar serentak sambil menggabungkan telapak tangan mereka satu sama lain.

"Satu untuk semua, semua untuk satu, yes," ucap sikembar dengan kompaknya.

Lalu mereka meninggal kampus tersebut untuk kembali kerumah. dan selebihnya profesor Albert yang mengurus orang orang yang sudah tidak bisa bergerak termasuk Bryan. Profesor Albert memanggil Ambulance untuk datang membawa mereka kerumah sakit.

"Gak nyangka ternyata mereka sehebat itu," kata Linda pada Nathalie sahabatnya.

"Benar, pantas saja mereka sangat berani menentang si bayam itu," ucap Nathalie yang juga ikut ikutan menyebut Bryan dengan sebutan si bayam.

Sikembar sudah tiba dirumah mereka, mereka langsung pergi kedapur untuk meminum air.

"Kita tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya, aku yakin Alfredo tidak akan tinggal diam dan pasti akan membalas dendam." Ray.

.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!