NovelToon NovelToon

Game of Pantheons

Chp. 1 - Indra : A Desperate Man

Dunia baru saja merasakan perdamaian yang ke-10 tahun sejak perang dunia ke-4 berakhir. Perang yang lebih merusak sebab manusia tidak terlibat langsung di lapangan, ternyata lebih memberikan improvisasi kepada peradaban manusia setelahnya.

Kapsul yang awalnya digunakan untuk memiloti robot dari jarak jauh, dengan menghubungkan kesadaran manusia dengan robot, kini telah dijadikan sebagai alat hiburan.

Tepat 2 tahun setelah pakta perdamaian ditandatangani, di saat luka belum juga kering dan para yatim belum mendapatkan hak mereka, perusahan teknologi justru berlomba-lomba membeli paten alat tersebut. Memberikan para penyintas sipil maupun militer, ilusi baru, sebuah dunia baru yang berupa ilusi.

Hanya butuh satu tahun sejak pembelian paten besar-besaran, konsol VR pun diluncurkan.

Sebuah kapsul VR yang diperuntukan untuk "hiburan" ternyata tidak hanya dibatasi pada video game, ataupun seperti fantasi para escapist yang gemar menulis 3rd rate novel pernah bayangkan. Justru berbagai jenis hiburan masuk di dalamnya. Chat world adalah mainframe-nya.

Di dalam, berbagai adisi ditambahkan setelahnya. Dan semua itu adalah tentang emosi dan nafsu terdalam manusia. Klab malam virtual, narkotik virtual dan rumah bordil virtual adalah hidangan utamanya.

Dan 10 tahun berlalu sejak negara-negara menandatangani pakta perdamaian, orang-orang pun sudah menganggap bahwa VR adalah waktu bangun mereka dan dunia nyata adalah waktu mimpi mereka. Distopia pun tercipta setelahnya.

Meskipun begitu, diantara milyaran manusia yang terjebak pada waktu bangun mereka, beberapa tetap bertahan pada prinsip tradisional yang seharusnya adalah hal normal.

Seorang Pria berumur 40an, veteran perang yang berkontribusi sebagai pilot robot, terus melanjutkan hidup tradisional nya dengan tetap bangun di dunia nyata. Ia bekerja, berbisnis dan berkeluarga. Memiliki seorang istri cantik dan dua orang anak yang imut-imut, ia adalah pria yang paling bersyukur di dunia distopia ini.

Indra memiliki kehidupan yang penuh, indah, bersahaja dan lancar. Tidak ada robot berisik yang datang menawarkan suplemen kalori untuknya maupun keluarganya. Tidak ada tagihan listrik yang melonjak dan AI yang memintanya untuk berhenti bangun di dunia ilusi. Intinya, bangun di dunia nyata, memanglah sesunyi itu.

Namun semua mulai runtuh saat istrinya selama ini telah berselingkuh di belakangnya … dan kedua anaknya yang ia sayangi dan sudah menjadi seluruh jiwanya, ternyata bukanlah hasil dari benihnya. Dunia macam apa yang sebenarnya ditinggalinya?

Tak sampai disitu, hakim bahkan memutuskan bahwa dirinya lah yang selama ini telah lalai terhadap istri dan anaknya. Akhir dari putusan pun membuat sang mantan istri berakhir mendapatkan hak asuh … dan juga harta kekayaan yang bernilai satu perusahaan miliknya yang sudah ia bangun dari nol.

"Ternyata ada alasan kenapa orang-orang memilih untuk terbangun di dunia ilusi," gumamnya dengan segelas anggur virtual di tangannya. Di dalam bar virtual, dengan wajah virtualnya yang mabuk menggambarkan betapa depresinya dia. "Daripada harus terbangun di dunia nyata yang penuh dengan ilusi." Ia kemudian tertidur dan bermimpi di dunia nyata.

***********.

Ia terbangun seketika saat sistem mematikan konsol VR sesaat mendeteksi gelombang otaknya yang tertidur. Rasa mabuk yang ia rasakan di dalam chat world benar-benar tidak terasa di dunia nyata. Tubuhnya terasa segar bugar seakan hal yang ia lakukan sebelumnya hanyalah lucid dream belaka. Ia pun semakin menyadari, bahwa dunia ilusi adalah utopia yang ia butuhkan.

Di sofa putih panjang, Indra duduk sambil memegang secangkir teh dan mulai menyalakan TV yang ada di depannya. Matanya yang sayu memperlihatkan gairah hidupnya yang hanya berupa angin.

"Sera, nyalakan TV." Sebuah AI kooperatif yang ia install, memberikannya kemampuan untuk menyalakan apapun yang ada di dalam rumahnya dengan perintah suara.

Tv pun menyala, dan mulai memberikan acara berita yang disiarkan dari VR oleh tubuh sempurna avatar milik sang presenter. Suara sang presenter juga terdengar sangat bagus dan halus, namun itu semua palsu. Mereka menggunakan suara yang sudah diatur oleh AI.

"Sera, buka email." Layar hologram kemudian muncul di hadapannya. Ia kemudian memilah-milah pesan mana yang lebih penting. "Ah … ini dia." Ia menyentuh salah satu kolom pesan pada layar hologram tersebut, dan membuat layar membuka tab baru.

Let us send you to your lord, adalah pengirim pesannya. Sebuah perusahaan yang secara buka-bukaan “mengirim” pelanggan mereka menuju Tuhan dengan cara yang tidak menyakitkan, adalah satu-satunya email yang menggapai dirinya.

"Huh? Dia membenciku. Asal kau tahu saja," ucapnya sesaat melihat nama dari pengirim pesan seraya mengangkat cangkir teh seakan bersulang dengan layar hologram. "Aku telah melayani negaraku. Pensiun, kemudian berkontribusi besar pada masyarakat dan ekonomi. Memberikan santunan pada korban perang. Semua sudah aku lakukan. Lalu sekarang, apa yang aku dapat?"

Indra bersandar lebih dalam ke sofanya, menyandarkan kepalanya, mendongak, lalu menghel nafas. "Kenapa Dia tidak ikut campur? Apa yang sedang Ia lakukan di atas sana?" Nada yang menekan dan tertahan terdengar di akhir kalimat, seakan merekam jelas seluruh perasaannya saat ini. Kini ia hanya bisa menyalahkan Tuhan.

Tv yang sedari tadi menyala pun mulai menampilkan tayangan iklan. Seperti halnya trend lainnya yang pernah membuming, kini tayangan iklan didominasi oleh aplikasi-aplikasi VR, dan robot-robot tak berawak yang bisa digunakan oleh para kaum pekerja untuk menggantikan tubuh mereka di dunia nyata.

Indra terus menonton iklan-iklan yang tidak banyak berdampak pada dirinya itu dengan tatapan bosan. Ekspresinya benar-benar menunjukkan bahwa, sudah tidak ada lagi di dunia ini yang membuatnya tertarik untuk mencoba. Kecuali rumah bordil dan bar virtual di chat world.

Iklan pun terus bergulir, mengantri untuk ditayangkan. Iklan berjalan begitu lama, mungkin pemilik channel berita saat ini sedang mengeruk uang sebanyak-banyaknya. Iklan terus bergulir dari yang sedang trend sampai iklan layanan masyarakat, semua tayang di tv nya. Orang-orang yang sedang menggunakan VR saat ini, mungkin juga sedang banyak yang menonton di chat world. Sehingga jeda iklannya begitu lama.

Sampai akhirnya, iklan pun menayangkan sebuah tayangan trailer tentang game. Sebuah game VR pertama yang diisi dengan jutaan AI unik dan beragam. Sebuah game yang menawarkan kebebasan dan kepuasan untuk mengalami rasanya memiliki kekuatan super bagaikan dewa. Latar belakang dunia nya juga dibuat berbeda dengan dunia nyata tidak seperti chat world.

Game ini memiliki latar belakang dunia fantasi yang dipenuhi dengan intrik politik feodal abad pertengahan dan sihir. Pemain dijanjikan akan memiliki kepuasan tersendiri sebagai yang berkuasa dan dipuja-puja. Tidak ada kompetisi antar player. Lagipula orang gila macam apa yang membuat game kompetisi di dalam VR? nerd penulis 3rd rate novel?

Tetapi bukan itu yang dicari Indra. Bukan kekuatan dewa ataupun menjadi seorang self-centered di dalam dunia ilusi. Ia hanya menginginkan sesuatu yang bisa melampiaskan amarahnya yang penuh kehampaan itu sendirian. Hanya itu. Dan game tersebut, menjanjikan hal yang sama kepadanya.

Game itu bernama Land of Transcendent. Sebuah game RPG offline yang bisa dimainkan secara co-op online. Ini adalah game yang cocok untuk mereka yang menginginkan kesendirian dan menjadi satu-satunya yang spesial.

Indra terbenam pada apa yang ditawarkan di trailer tersebut. Matanya hanya menatap fokus, dan membuat kerutan jidatnya muncul sebagai respon rasa ketertarikannya.

"Sera, cepat beli dan install game land of transcendent ke dalam kapsul VR."

**********.

Waktu berlalu begitu saja dengan Indra yang masih terus memainkan game tersebut tanpa bosan. Ia bahkan terus mengulang cerita dari game tersebut pada mode new game plus hanya demi melampiaskan amarahnya yang tak kunjung surut itu.

Rasa ego yang ditimbulkan karena adiksi pada game tersebut, juga menambah bumbu pada dirinya untuk tidak bosan. Uang pensiun yang dia siapkan untuk 10 tahun kedepan pun juga mulai menipis, karena dirinya terus membeli cash item dan in-game contents lainnya.

Sampai tiga tahun kemudian, dengan mengulang game selama 1250 kali pada mode new game plus, kekuatan karakternya membuat sistem tidak bisa lagi membaca poin stats dan attributes-nya. Hanya ada sembilan digit berangka 9 dengan simbol plus di belakangnya.

Levelnya pun hanya tinggal terbaca strip tiga saja (---). Tanpa sadar, ia telah menjadi ketergantungan dengan game tersebut.

Kapsul VR pun terbuka, dan Indra keluar dari dalam.

Kepala botak dengan tengkorak yang mulai membesar, mulut mengecil karena hanya mengkonsumsi suplemen kalori, tubuh mengurus karena tidak menerima asupan normal, dan mata dan telinganya sudah menjadi sama-sama tumpul, ia keluar dari kapsulnya dengan tertatih-tatih.

Selama tiga tahun, hanya gelombang otaknya lah yang menggerakkan tubuhnya di dunia virtual, sementara hampir tidak ada aktivitas sama sekali di dunia nyata. Akibatnya, volume otak bertambah besar dan memaksa tengkoraknya mengembang, dan sebagian reseptor dan saraf nya juga telah mati ; salah satunya adalah alat kejantanannya.

Indra berjalan pelan dan membungkuk, seperti undead, menuju meja dan mulai bercermin. “Inikah … Alien … yang … diprediksi … oleh para ilmuwan?” Kata-katanya tersusun, namun patah-patah. Ini adalah efek samping lain karena tidak pernah bersosialisasi di dunia nyata. “Sepertinya … mati setelah … menghajar para dewa itu ….”

Indra batuk-batuk. Nafasnya berat. Dan tubuhnya … tampak sudah tidak bisa menahan berat kepalanya. Itu sudah terlalu berat untuk tubuh kurusnya yang bagaikan alien.

Perlahan, Indra pun kembali ke kapsul VR-nya. Namun kini, ia membawa sebotol suplemen yang ia ambil dari laci di bawah meja, dan langsung meminumnya sembari jalan. Ia menelannya tanpa minum. Bibirnya yang pecah-pecah menunjukkan bahwa dia juga tak hanya malnutrisi, tapi juga dehidrasi.

Kapsul tertutup saat dirinya berbaring. Asap yang tercipta dari hasil kimia listrik, membuatnya tertidur sementara gogle VR sudah terpasang di matanya.

Ia pun kembali bangun ke dalam dunia ilusi nya.

************.

Bersambung …

kunjungi Twitter (X) Author di @alfrf_ untuk melihat ilustrasi dan bonus ilustrasi lebih banyak lagi!

Chp. 2 - Indra : Traveling Through Dimensions

Indra.

Gemuruh petir dan lari golem centaur yang terbuat dari logam adamantite, menyatu dan saling menimpa. Tidak jelas mana suara jeritan mereka yang terinjak dan mana mereka yang berlari karena ketakutan. Suara yang unik dan beragam yang dijanjikan oleh developer, kini di hadapannya tidak berarti apa-apa. Semua terdengar sama.

Rambut merah panjang dan jenggot panjang yang sama merahnya. Tubuh berotot dengan tinggi badan 2,5 meter, tampak sangat jelas di level mana otoritas yang ia genggam. Ia hanya memandang rendah mereka yang ada dibawahnya sedang ia terbang dan tidak bergeming dengan darah virtual yang membanjiri tanah. Itu adalah darah para dewa virtual yang sudah mati ke-1251 kalinya.

Seorang Dewa berlutut, menatap ke langit seakan berdoa dan memohon. “Kumohon … hentikan! Kami tidak tahu itu akan—” tak ada kata lain yang keluar dari mulutnya. Sebab kepalanya sudah terpisah oleh pedang sang mighty centaur.

Para golem centaur berhenti dan berbaris dengan rapi. Mereka bergerak dan bertindak seperti yang sudah diprogramkan oleh Indra. Begitu musuh dikalahkan, mereka akan langsung bersikap tegak dan berbaris. Menyarungkan kembali pedang mereka sambil menunggu perintah selanjutnya dari sang Tuan.

Indra mengulurkan tangannya ke depan, kemudian mengembalikan 100.000 pasukannya kembali ke dalam dimensi kantung-nya. “Kembali-lah." Bala tentaranya pun menghilang dari sana.

[100.000 Pasukan golem centaur telah kembali ke dimensi kantung.]

Sebuah pesan muncul di hadapannya. Pesan di dalam kotak biru adalah sebuah fitur di dalam game yang memberikan pesan konfirmasi dari setiap kejadian yang cukup signifikan untuk diinformasikan. Seperti untuk mengkonfirmasi rasa sakit dan perasaan fisik lainnya karena game ini tidak mengaktifkan reseptor. Jadi, pesan-pesan itu diperlukan.

[14 Miliar exp berhasil dikumpulkan.]

[Gelar “The Omnipotence!” Diberikan karena sudah menamatkan game lebih dari 1250 kali dan tak pernah terkalahkan.]

[Beberapa pasif pun diberikan kepada pemain karena mendapatkan gelar “The Omnipotence”]

[Gelar “The Ruler of Time!” Diberikan karena sudah mengulang new game plus lebih dari 1250 kali.]

[Beberapa skill divinity pun diberikan kepada pemain karena mendapatkan gelar “The Ruler of Time”.]

[Gelar “The True Dominator of The Law of Causality!” Diberikan karena telah membuat sistem gagal mengukur kekuatan pemain.]

“Sudah?” Ucap Indra, seakan menunggu pesan selanjutnya. Ia kemudian menghela nafas, merasakan perasaan puas setiap kali ia menginjak-nginjak musuh virtualnya itu. “Hanya sebuah game, huh? Tidak pernah terpikirkan olehku, bahwa saat-saat seperti ini terjadi. Siapa sangka, bahwa seorang veteran dan pebisnis bangkrut sepertiku, dengan umur yang sudah tidak lagi muda, akan terjebak di fantasi ini. Apa yang sudah aku lakukan pada hidupku ini? sungguh menyedihkan.”

Dari pria putus asa yang hampir mengakhiri hidupnya melalui agen bunuh diri, sampai akhirnya kini menjadi "hikikomori" ekstrim yang membuat tubuh nya bermutasi, Indra merasa menyesal dan menjadi hilang arah.

"Kematian lebih baik daripada harus hidup di dunia fantasi, sementara tubuh asli ku sudah rusak." Kata-katanya terdengar lancar, tidak seperti di dunia nyata, karena frekuensi otaknya sudah terbiasa mengirimkan sinyal ke mulut virtualnya. "Sudah tidak ada apa-apa di dunia nyata untukku nikmati. Haa, aku harap, aku bisa tinggal dengan tubuh ini selamanya."

Ia kemudian membuka kembali menu game untuk memulai kembali new game plus. Tetapi sesaat ia menekan tombol tersebut, sebuah pesan error pun muncul.

[Error!!!]

“Lah kok error?” Ucapnya. Tak lama, pesan lain pun muncul, namun kotak pesan yang awalnya berwarna biru, kini berubah menjadi warna merah.

[Hukum kausalitas mendeteksi entitas yang tidak bisa ia bendung.]

[Hukum kausalitas meminta alam semesta untuk membuang entitas itu ke semesta lain.]

[Alam semesta meminta bayaran yang sangat mahal.]

[4000 dewa dari berbagai dunia dipilih secara acak sebagai pengorbanan.]

Pesan berantai yang muncul di hadapannya benar-benar terlihat aneh. Tidak hanya warna kotaknya yang berwarna merah, tulisannya juga aneh. Pesan-pesan itu tidak seharusnya ada di game. Karena pesan-pesan itu tidak menyediakan informasi apa-apa untuk pemain.

Indra merasa janggal dengan pesan itu. Tetapi benaknya mengatakan bahwa itu hanyalah sebuah bug dari game. Sebuah bug pada mesin yang memiliki AI yang super cerdas, benar-benar terdengar janggal meskipun begitu. Tetapi memang tidak ada lagi penjelasan yang cukup masuk akal di benaknya.

[4000 dewa kehilangan nyawanya secara tiba-tiba.]

[Alam semesta mengeluarkan kekuatannya yang menyalahi kodratnya untuk pertama dan terakhir kalinya.]

[Memproses pengusiran Entitas ….]

"Entitas? Entitas apa? Siapa yang kalian maksud dengan Entitas?"

Setelah pesan muncul, glitching pada dunia di dalam game pun mulai terjadi. Diawali dengan dunia yang mulai berhamburan, terlihat gunung-gunung dan hutan pun mulai menjadi pixel-pixel hitam yang beterbangan dan mulai mengisi ruang. Perlahan, seluruh dunia pun mulai gelap.

Saat ini, tidak banyak yang bisa dilakukan oleh Indra. Dia hanya melamun sambil terbang, sementara ia saat ini sudah berada di ruang hampa yang gelap. Lalu secara tiba-tiba, dirinya berpindah ke luar angkasa. Ruang yang tadinya gelap, kini menunjukkan gemerlap cahaya dari bintang-bintang dan galaksi.

“Dimana ini? Apakah ini update?” Ucapnya kemudian melihat ke sekelilingnya dan menemukan sebuah planet yang mirip dengan bumi berada 500.000 kilometer darinya.

Dengan dirinya yang masih melamun, tiba-tiba ia merasa sangat sehat, tubuhnya ringan dan kelima indranya menjadi sangat tajam. Ia bahkan bisa bernafas di ruang hampa dan mendengar suara-suara dari planet yang jaraknya sangat jauh itu. Selain itu, ia juga bisa merasakan seluruh anggota tubuh dan reseptor-nya berfungsi layaknya di dunia nyata, sementara hal seperti ini bukanlah sesuatu yang ada di dalam fitur game.

"Apa yang terjadi?" ucapnya. “apakah ini fitur yang baru ditambahkan? atau … aku lah yang sedang berada di dunia nyata dengan tubuh ini?”

Setelah seluruh anggota tubuhnya mendapatkan fungsi secara nyata, seluruh informasi tentang kemampuannya pun mulai terekam pada memori ototnya. Sekarang, ia jadi bisa merasa bisa mengendalikan seluruh kemampuannya bagaikan membalik telapak tangan.

Perasaan powerful pada tubuhnya pun mulai ikut melengkapi. Ia bisa merasakan seberapa kuat otot dan tulangnya, dan seberapa cepat ia berpikir seakan otaknya berfungsi berkali-kali lipat lebih tajam. Bisa bernafas di luar angkasa saja sudah cukup mengejutkan, kini ia bisa merasakan bahwa dirinya tak terkalahkan bahkan jika ia berdiri di tengah-tengah ledakan bigbang, mungkin bingbang lah yang akan padam.

[Hukum kausalitas di semesta ini tidak mampu membendung kekuatan sang Entitas.]

[Sang Entitas secara otomatis membuat sistemnya sendiri dari otoritasnya sebagai “sang Dominator Sejati Atas Hukum Kausalitas.”]

[Pembuatan sistem sedang diproses ….]

“Oh, ini masih di game, toh.” ia menganggap bahwa pesan yang muncul di hadapannya adalah sebuah indikasi jika dia masih berada di dalam game. “Fuhh~ syukurlah. Tapi kenapa dipanggilnya jadi Entitas dan bukan pemain?”

[Pembuatan sistem selesai.]

Pesan terakhir pun muncul.

Indra yang masih mengambang di luar angkasa dan mendengar suara tanda-tanda kehidupan dari planet itu pun mulai menghela nafas. “Apakah ini benar-benar sebuah update? Kenapa tidak ada pemberitahuan?” Sebelumnya, di dalam game, dunianya tidak sebesar yang dia lihat saat ini pada planet tersebut, apalagi dengan adanya luar angkasa.

“Jika dilihat-lihat dengan adanya luar angkasa sekaligus planet, update kali ini sangat lah besar, dan seharusnya ada pemberitahuan terlebih dulu,” ucapnya mengingat bahwa setiap kali game ini memiliki update besar, developer selalu memberitahu terlebih dulu seminggu sebelum update. “… Apakah ini masih di dalam game yang sama?” Lanjutnya mulai ragu, namun masih menebak ini masih di dalam game.

Untuk menguji bahwa ini masihlah game yang sama, ia pun mulai membuka jendela statusnya.

[Jendela status tidak bisa mengukur kekuatan sang Entitas.]

Jendela pun terbuka dan memperlihatkan seluruh informasinya dari nama sampai gelar-gelarnya, bahkan warna biru pada tampilan jendela pun tetap memberikan identitas khasnya. Semua tampak sama, kecuali seluruh stats dan attributes nya yang bertuliskan “tak terukur” sebagai ganti jumlah digit angka sembilan dan simbol plus.

Indra pun mulai mengelus dagunya. “Ini cukup aneh … padahal mereka hanya tinggal menambahkan digit saja ke parameter,” ucapnya pelan. “Apakah menambahkan digit memakan banyak memori? Ah, terserah lah … yang terpenting ini masih game yang sama.”

Indra pun merasa tenang untuk pertama kalinya. Tidak pernah di dunia nyata maupun di dunia virtual ia merasa seperti ini. Hatinya kini merasa ringan seakan semua beban dunia telah diangkat darinya. Mungkin itu disebabkan karena dirinya dapat merasakan kekuatan dan seluruh kemampuannya.

Dengan hati yang ringan, pikiran pun menjadi semakin jelas dan tajam. Dengan pikiran yang tajam, maka semakin mudah baginya untuk merasakan dan mengendalikan kekuatannya itu. Meskipun baginya kini, ini hanyalah sebuah game di dalam dunia ilusi, tapi untuk pertama kalinya ia merasa hidup dan terlahir kembali. Dan seluruh perasaannya itu, sangat nyata dia rasakan.

************.

bersambung ….

//

Name : Indra

Level : ---

Unallocated Exp : Immeasurable.

Title : The Omnipotence, The Ruler of Time, The True Dominator of The Law of Causality, The God of Death, The God of Life, The Absorber Etc.

Stats : Health = Immeasurable, Stamina = Immeasurable, Mana = Immeasurable, Divinity = Immeasurable.

Attributes : Strength = Immeasurable, Agility = Immeasurable, Dexterity = Immeasurable, Intelligence = Immeasurable.

********.

kunjungi Twitter (X) Author di @alfrf_ untuk melihat ilustrasi dan bonus ilustrasi lebih banyak lagi!

Chp. 3 - Indra : Arrival

Indra masih mengapung di ruang angkasa yang hampa. Rasa dingin dari ruang angkasa dapat dia rasakan, tetapi karena kekuatan fisiknya ia dapat mentoleransi suhu yang sangat ekstrim sekalipun. Pikirannya yang entah bagaimana juga sudah jernih dan tajam, dan perasaan lepas dari amarah masa lalu, ia bisa mampu dengan mudah mengontrol segala kemampuannya.

Indra dapat merasakan segalanya. Bahkan ruang hampa yang seharusnya tidak memiliki medium untuk mentransmisikan suara pun dengan kekuatan dan kemampuannya, ia bisa mendengar suara kepakan sayap lalat di planet yang ada di depannya itu. Tak sampai disitu, matanya juga mampu menerawang jauh ke permukaan planet. Dan disana, ia melihat sebuah kota peradaban manusia yang padat populasi.

“Jumlah Populasinya banyak sekali! Bagaimana Bisa? Bahkan grafiknya … ini serius grafiknya seperti ini?” Ucapnya. “Perasaan Ini … aku tidak pernah menyangka fitur sehebat ini akan ada di dalam game.” Dia merasa kagum sesaat mencoba kemampuan barunya itu.

Mampu menerawang jauh bagaikan teleskop, dan mendengar suara di kejauhan bukanlah kemampuan dari game, sehingga ia merasa sangat kagum dengan percobaannya itu.

“Hmm, Tapi … apa yang harus aku lakukan?” Ucapnya Tiba-tiba bingung.

Rasa amarah dan pelampiasannya yang selama ini telah membuatnya terus memainkan game, sekarang sudah hilang. Dan karena hal itu, rasa bingung pun muncul di benaknya. Ia tidak pernah merasa sebingung ini sebelumnya. Itu adalah perasaan yang asing baginya.

“Apakah Ini di titik dimana aku sudah bosan seperti para pemain lain? Atau Karena aku memang sudah terlalu tua saja untuk memainkan game? Haa, apa yang harus aku lakukan?” ucapnya dengan tatapan malas, dan ia telah kehilangan minat.

Ekspresinya yang bosan saat menatap planet biru yang ada di depannya memberikan gambaran yang malah terlihat majestik. Dengan tubuhnya yang mengapung bebas dan berdiri secara maskulin, itu menggambarkan segalanya tentang kemajestikan. Dia benar-benar terlihat seperti dewa yang sedang mengawasi dunia yang ada di bawahnya.

“Merasa Bosan di dunia virtual … sedangkan tubuhku sudah sangat jelek di dunia nyata, apakah tidak ada pilihan lain? Kalau Bisa, aku ingin tinggal di sini selama-lamanya. Aku tidak peduli dengan rasa bosan, selama aku tidak perlu kembali ke dunia distopia itu.”

Untuk sesaat, rasa kehilangan minatnya berubah menjadi motivasi baru. Motivasi untuk tidak mau hidup di tubuhnya yang sudah tidak layak itu ditambah dengan kehilangan minat memainkan game VR, dan menghasilkan motivasi baru untuk ada alasan tinggal di dunia ini. Perasaan itu, seakan seperti halnya negatif ditambah dengan negatif, yang mana menghasilkan positif.

Indra kemudian terbang mengelilingi planet dan mulai memetakan topografinya.

Setelah mengelilingi dan memetakan planet dengan kemampuan divinity-nya [divine observation] lalu menggambarnya secara otomatis menggunakan sistem map, Indra pun langsung mendarat di sebuah padang rumput yang luas secara acak, dengan menggunakan kemampuan teleportasinya.

Sesaat mendarat, udara sejuk dengan aroma rumput yang khas pun menyambutnya. Indra bisa merasakan sensasi angin yang menyentuh kulitnya. Serta sensasi sejuk pada kulitnya, benar-benar terasa sangat nyata, bahkan lebih nyata dari rumah bordil di chat world.

Indra merentangkan tangannya, mendongak, memejamkan mata lalu menghirup udara dengan satu tarikan nafas yang panjang. "Haa, Ini … ini sangat luar biasa. Sebuah kesejukan tiada tara. Kalau begini jadinya, aku akan berada di dunia ini bermalas-malasan selama yang aku mau."

"Aku Tidak peduli dengan kepalaku yang membesar atau tubuhku yang mengurus … aku sudah tidak peduli lagi. Ini adalah duniaku." Indra terus mengelu-elukan nikmatnya udara di dunia ini. Meskipun sampai saat ini, ia masih mengira bahwa dunia ini masihlah sebuah game.

"Jika Orang-orang mengatakan kepadaku ini adalah dunia nyata, haa~ aku pasti akan mempercayainya." Ia kemudian perlahan berdiri dengan normal.

Indra mulai melihat telapak tangannya, dan merasakan kulitnya seakan bernafas. Ia bisa merasakan kedutan yang sangat jelas di pori-porinya, meskipun itu tidak nampak. Dengan tatapan yang berfokus, perlahan sebuah gambaran seperti asap nampak keluar masuk di pori-porinya. Ia kini bisa melihat jelas asap biru memanjang itu, dan itu adalah Mana.

“Apakah Ini Mana? Entah Bagaimana aku bisa tahu ini adalah Mana seakan aku sudah familiar dengan sensasi ini.” Seakan alam bawah sadarnya memberitahunya begitu saja.

Rumput yang cukup tinggi dan tertiup angin pun terus menyentuh betisnya. Indra bisa merasakan rumput-rumput itu dan langsung menoleh ke bawah. "Wow … Bahkan rumputnya bisa senyata ini!"

Indra merasa terpukau dengan wujud rumput yang begitu nyata. Sampai-sampai ia pun langsung duduk bersila dan mulai menyentuh rerumputan itu.

"Ini … Ini tidak hanya dunianya saja yang luas, tapi segala yang ada disini dapat disentuh dan dirasakan. Apakah ini mungkin dilakukan tanpa harus meningkatkan spesifikasi mesin kapsul?"

Di dalam dunia VR, alokasi memori adalah hal yang sangat krusial. Setiap ada fitur dari dunia VR yang ingin ditingkatkan, maka ada fitur lain yang harus dikorbankan. Semua dilakukan karena teknologi pikobyte hanya berupa kompresan memori, sementara alokasi memori mengandalkan prosesor dan RAM.

Sebagai contoh adalah chat world. Di dalam chat world, dunia dibagi dan dikotak-kotakan secara terpisah, dan dipisah menjadi dua bagian. Ruangan indoor dan outdoor.

Ruangan indoor adalah berupa konten tambahan seperti bar, diskotik dan rumah bordil. Sementara bagian outdoor adalah dunia luar dari chat world itu sendiri sebagai dunia terbuka yang bisa dieksplorasi.

Para pengguna hanya bisa mendapatkan sensasi-sensasi yang diinginkan jika mereka berada di dalam indoor. Sedangkan alokasi memorinya berupa, sensasi ditingkatkan sementara luas ruang dibatasi. Sementara outdoor adalah kebalikannya.

Hal itu dilakukan untuk membuat mesin bisa berjalan lancar dan tidak terlalu membebani otak.

Sementara untuk game Land of Transcendent, semuanya dibuat seperti bagian outdoor dari chat world. Dan oleh karena itu pula, game tersebut membutuhkan sistem pesan konfirmasi. Jika player disakiti, maka akan muncul pesan berupa "anda terkena serangan" karena mereka tidak mungkin merasakannya.

Selain itu, untuk bisa mengimplementasikan kekuatan dan kemampuan pada pemain, game tersebut juga harus mengorbankan tampilan pada game dari segi grafik maupun tata objek. Karena jika dipaksakan memiliki tampilan yang realistis, sementara terdapat fitur-fitur game RPG, maka saraf otak akan sangat terbebani.

"Apakah Akhirnya mereka menggunakan otak para pengguna sebagai prosesor dan RAM? Heh, Semoga saja aku salah," Ucapnya sambil mengelus dagu, mengingat ia pernah membaca sebuah artikel konspirasi tentang hal tersebut.

Indra kemudian mencoba mencabut rumput yang ada di sekitarnya. "Oh, Bisa! Ini Bisa dicabut!" Ia Kemudian mencoba melihat rumput itu lebih dekat. "Aku Tidak melihat adanya pixel pecah-pecah. Resolusinya berapa, ya, kira-kira? Apakah Ini tidak membahayakan saraf otak?"

Ditengah dirinya yang sedang memperhatikan rumput yang ada di genggamannya, tiba-tiba ia merasakan kehadiran seseorang.

[??? The Omniscience Menggunakan kekuatan -nya kepada sang Entitas.]

[Mengaktifkan .]

[ Berhasil dibatalkan.]

“Belum apa-apa sudah disambut saja,” ucap Indra, berdiri lalu mendongak ke atas dan mulai mengelus dagunya. “Hm … NPC yang belum pernah kulihat. Ternyata tidak hanya dunianya saja yang baru, tapi NPC-nya juga baru.”

Egni - God Emperor.

Sesaat ia mendongak ke atas, ada seorang sosok mulai turun dari langit. Sosok itu berpakaian oriental putih dan bercorak emas. Ia terlihat tua dengan ekspresi yang tenang. Tampak kewibawaan pada ekspresinya itu.

Mata sosok itu putih bercahaya sepenuhnya. Rambutnya yang putih panjang, serta kumis dan janggut yang panjang dengan warna yang sama juga. Sosok ini terlihat seperti dewa-dewa pada budaya timur. Hanya saja tampak telinganya yang caplang seperti elf.

“Siapa gerangan? Dari mana anda datang?” Tanya sosok itu dengan tenangnya. “Saya tidak pernah melihat dewa seperti anda. Dewa yang mampu membatalkan kekuatan sejati milik saya.” Nadanya berubah menjadi lebih menekan, dan menjadi ia terdengar tidak sabaran.

Indra perlahan terbang dan melayang sejajar dengan sosok itu. “Wow! Bukankah Anda Yang mendatangi saya terlebih dulu? Bukankah ada bagusnya jika anda yang memperkenalkan diri duluan?”

“Baiklah Jika tidak ingin menjawab, maka Dewa Ini akan menghukum anda!”

Sang sosok mengangkat tangan kanannya, yang mana kemudian bentuk pentagram berwarna emas terbentuk di atasnya. Diikuti dengan sambaran petir yang menggelegar dan juga langit yang mulai menjadi gelap, sebuah pedang raksasa berwarna putih pun muncul.

Indra - God Mode.

Indra tersenyum sesaat melihat itu, dengan matanya yang mulai menyala biru yang disertai dengan kilatan listrik. Dan untuk pertama kalinya, ia bisa merasakan adrenalinnya memacu. Ia merasa bersemangat. “Haa, perasaan ini ….” Indra mulai merentangkan tangannya, mendongak dan menghela nafas panjang. Itu bukan tanda pasrah, melainkan sebuah gestur tantangan.

Sang sosok mengerutkan keningnya, selagi pedangnya mulai mengarah ke arah Indra. Ujung pedang putih raksasa yang runcing itu, seakan memandang dan menantangnya. Dibarengi dengan suara gemuruh petir, pedang itu pun dengan sekejap meluncur dan menabrak tubuhnya. Dan pedang itu … hancur berkeping-keping.

Mata sang sosok terbelalak, ia merasa tidak percaya. “Tidak mungkin!”

“Pak tua … bukankah anda terlalu bersemangat untuk orang setua anda?!” Ucap Indra menatap sang sosok. Senyumannya yang lebar dengan mata menajam, memberikan aura jahat dari ekspresinya itu. “NPC Saja yang berbeda, tetapi AI mereka masih bodoh.”

Keringat mulai mengucur dari kening sang sosok. Perasaan untuk lari muncul dari dirinya, tetapi kebanggannya mengalahkan itu semua. Sang sosok pun mulai kembali mengangkat tangannya, dan mulai memunculkan kembali pentagram emas.

Namun Indra, langsung mendekat dengan sekejap sebelum sang sosok sempat menyelesaikan mantranya. “Yo … pak tua!”

Duaaar! Gedebuk!

Indra meninju sang sosok ke tanah, dan memaksanya mendarat dengan sangat keras dan telak. Punggungnya yang menyentuh tanah duluan, membuatnya tidak bisa bernafas dan memuntahkan darah Dewanya yang berwarna emas. Dada sang sosok juga terlihat bolong, karena tinjuan dari Indra.

Indra berteleportasi, dan berdiri di atas sang sosok sembari menginjak lehernya. Tanpa rasa sopan, tanpa memperdulikan apapun dan tanpa rasa simpati, Indra menatap rendah sang sosok yang wajahnya sudah memelas karena menahan rasa sakit itu.

Sang sosok hanya bisa menatap lemah ke atas, melihat lawannya menginjak lehernya. Ia sudah tidak bisa lagi berbicara, dan sudah tidak bisa lagi berpikir jernih. Ia sebenarnya ingin memohon ampun, sampai-sampai air matanya mulai mengalir. Tetapi suaranya tidak mampu keluar, karena lawannya menginjak lehernya dengan begitu kuat.

“Kau terlalu banyak omong,” ucap Indra sambil mengeluarkan sebuah palu yang merupakan cash item. Palu itu membuat gemuruh petir dan gelapnya langit menjadi semakin ganas. “Jika ingin bertarung! Lakukanlah seperti ini!”

Blaaaar!

Indra memukul sang sosok dengan palunya dengan sangat keras. Sampai-sampai ledakan yang menggelegar yang membentuk kubah biru berpetir raksasa pun tercipta. Bersamaan dengan itu, langit seakan retak dan tanah menjadi berkawah. Kawah yang sangat lebar tercipta setelahnya dengan statik listrik yang masih terus menyambar-nyambar.

Dan tidak ada yang tersisa dari sang sosok setelah pukulan itu.

[Sang Entitas berhasil membunuh Kaisar Dewa Egni dari pantheon Naga Putih.]

[150 Triliun exp berhasil didapat.]

[Supreme God Soul Essence 10x berhasil didapat.]

[ Berhasil aktif dan mencuri gelar dan seluruh kemampuan dari Kaisar Dewa Egni.]

[Gelar “The Omniscience” berhasil didapat.]

[Seluruh skill, spell dan divinity berhasil didapat dari “The Omniscience”.]

[Gelar “God Emperor” berhasil didapat.]

[Seluruh skill, spell dan divinity berhasil didapat dari “God Emperor”.]

“Hm, jadi namanya adalah Egni,” ucap Indra sambil mengelus dagunya. “Sepertinya aku akan lebih sering memainkan game ini, hehehe. Apa itu chat world?! Aku tidak butuh!” Lanjutnya terkekeh-kekeh.

[Divine Presence : Tidak aktif.]

Ia kemudian berjalan keluar dari kawah sambil menonaktifkan Divine Presence-nya. "Haa ... mungkin dia bisa tahu keberadaanku karena selama ini Divine Presence-ku masih aktif."

Dengan pikiran jernih dan hati yang tenang, serta rasa puas yang ia lalui tanpa klimaks barusan, membuat dirinya kembali memandang jauh sambil merasakan suasana sejuk. Tak lama, ia pun mulai kembali berjalan meninggalkan kawah yang ia ciptakan menuju jalanan dengan ekspresi bosan.

***************.

Bersambung ….

********.

kunjungi Twitter (X) Author di @alfrf_ untuk melihat ilustrasi dan bonus ilustrasi lebih banyak lagi!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!