NovelToon NovelToon

Terlahir Kembali Di Dunia Lain Dengan Sistem Belanja Online

Chapter 01 : Sistem Belanja Online

Adi Yudistira hanya diam termenung saat dia dihadapkan oleh sebuah pilihan di depannya, ini adalah dunia dengan hanya diisi dengan warna putih jika pun ada warna cerah itu hanya dikenakan oleh seorang gadis dengan pakaian cerah berupa gaun panjang yang sedang duduk di kursi selagi menyilangkan kakinya.

ia memiliki rambut biru sepinggul yang selaras dengan matanya, pembawaan sosoknya sendiri lebih ke tipikal kakak perempuan lembut yang menenangkan hati pria manapun. Paling tidak itulah yang dipikirkan Adi.

Jika ada sosok bernama dewi maka dialah orangnya. Dewi Mesna.

"Lalu apa kamu sudah memutuskan?"

"Apa aku harus memilih salah satu dari kekuatan cheat ini?"

"Benar sekali, di dunia yang akan kamu tinggali sangatlah kejam, bahkan jika kamu memiliki kekuatan cheat, bukan berarti kamu akan hidup tenang... harus diingat bahwa menggunakan cheat juga masih bisa terbunuh jika kamu lengah, jadi mohon untuk berhati-hati."

Jelas sekali sang dewi menunjukan kekhawatirannya memaksa Adi bertanya.

"Berapa orang yang sudah dikirim ke sana?"

"Sepuluh ribu orang."

"Dan yang masih hidup?" pertanyaan Adi tertahan di sana sedangkan dewi walau ragu ia mengutarakan jawabannya dengan pasti.

"Tidak ada sama sekali, sosok yang aku kirim ke sana akan langsung disebut sebagai pahlawan oleh orang-orang, karenanya semua raja iblis langsung mengincarnya."

Semua raja iblis? Dengan satu perkataan itu, Adi yakin bukan hanya satu lawannya.

Dewi Mesna tersenyum tipis lalu melanjutkan.

"Kamu bisa berubah pikiran, kamu bisa tinggal di surga jika mau."

"Tidak, sebelumnya aku hanya berbaring di rumah sakit, aku ingin sekali saja merasakan apa itu petualangan."

"Begitu."

Setelah menimbang-nimbang keputusan Adi telah bulat, dari sekian banyak ia akhirnya memilih sebuah sistem belanja online. Itu tidak memberikan kekuatan luar biasa pada penggunanya namun sebagai gantinya ia bisa mendapatkan apapun yang dia inginkan dari dunianya sebelumnya.

"Aku pilih yang ini."

"Ini pertama kalinya seseorang memilih kemampuan seperti itu."

"Apa buruk?"

"Tentu saja tidak, kebanyakan orang ingin langsung kuat dengan instan, tapi kamu memilih hal yang membuatmu harus banyak berlatih."

"Begini juga sudah cukup."

Dewi Mesna terlihat menimbang-nimbang.

"Apa ada yang salah?"

"Bukan apa-apa, aku berniat untuk memberikanmu sebuah bonus."

"Bonus?" tanya Ado ragu.

Dewi Mesna menutup sebelah matanya lalu tersenyum jahil.

"Aku sendiri yang akan menjadi sistemnya dengan begitu kamu bisa mengobrol denganku kapan saja."

"Bukannya itu?"

"Jangan khawatir, aku juga cukup bosan tinggal di sini.. akan kuberikan pekerjaan ini sementara waktu ke dewi yang lain."

Dia tipe orang yang membebankan pekerjaan pada juniornya, pikir Adi dalam hati.

"Kalau begitu aku tidak sabar melihat petualangan kita selanjutnya."

Sulit untuk menolak terlebih bagaimana orang memberikan bonusnya tampak sangat senang.

Adi hanya membalas dengan senyuman masam, saat dia sadari ia telah muncul di sebuah area padang rumput luas yang menghadap sebuah kota yang dikelilingi tembok tinggi.

"Jadi ini dunia lain."

Adi mengibaskan tangannya di udara dan itu secara otomatis memunculkan sebuah jendela di depannya, hampir mirip sebuah game hanya saja di sana tidak ada angka-angka untuk menilai kemampuannya kecuali sebuah tampilan dari keranjang belanjaan.

Benar, ini adalah kekuatan barunya, sistem belanja online.

Seperti namanya barang apapun bisa dibeli dengan berbagai pilihan sesuai kebutuhan. Ketika dia merasa kagum dengan hal itu sosok gadis menyerupai Dewi Mesna muncul dengan bentuk animasi chibi.

Dia membungkuk dengan sopan.

"Selamat datang di toko belanja online, namaku Mesna, apa ada barang yang anda butuhkan?"

"Jadi ini maksudnya dewi bilang ingin menjadi sebuah sistem."

"Ssssssh.... jangan memanggilku dewi, panggil saja Mesna, di sini aku sebuah sistem yang akan membantumu.. biar aku jelaskan bagaimana cara kerja dari toko ini."

Adi mengangguk mengiyakan.

"Di sini kamu bisa membeli keperluan apapun seperti pakaian, makanan, peralatan bahkan juga senjata."

"Senjata?"

"Benar, lihat ini."

Tampilan jendela mulai berubah dimana isinya kini menampilkan deretan senjata api dengan banyak variasi yang memukau.

"Bukannya ini?"

"Hebat bukan, kamu hanya perlu memasukan uang berupa koin ke dalam layar ini sesuai yang tertera di bawah nama semua barang, walau cukup mahal bukannya semua ini sangat menarik."

Adi tidak bisa menyangkalnya, apapun yang dibutuhkan olehnya akan selalu tersedia, hanya satu hal yang kini dia butuhkan hanyalah sebuah pekerjaan, pertama dia ingin masuk dulu ke dalam kota lalu melihat apa ada sesuatu yang bisa dia lakukan.

Dua penjaga di gerbang kota langsung menghentikannya dengan blokade.

"Siapa kau? Kenapa pakaianmu aneh?"

Kurang tepat jika disebut aneh juga, pada dasarnya yang dikenakan oleh Adi hanyalah sebuah Jersey biru yang kebanyakan usianya kenakan.

Pakaian ini nyaman untuk bergerak serta cukup baik menahan hawa dingin.

"Namaku Adi dari Indonesia, aku baru tiba ke sini.. apa boleh aku masuk?"

"Aku baru mendengar nama negara seperti itu, apa kau tidak memiliki tanda pengenal?"

"Iya."

Suara Mesna muncul di kepala Adi.

(Itu wajar kenapa mereka sangat waspada, ancaman iblis sangatlah besar, jika para penjaga bersantai maka akan banyak orang terbunuh nantinya, sebaiknya gunakan alasan bahwa kamu ingin jadi petualang)

(Sejak kapan sistem dapat memberikan saran?)

(Sistem ini menggunakan dewi sebagai Ai, harus lebih unggul dong)

Adi bisa membayangkan bagaimana dewi ini sedang tersenyum jahil padanya.

Dengan pernyataan tersebut Adi diizinkan masuk ke dalam kota, ia bahkan diberi arahan untuk sampai ke sebuah bangunan bertuliskan guild. Ketika memasukinya paling tidak di ruangan ini terdapat 30 orang dengan masing-masing memiliki penampilan bervariasi.

Ada yang menyerupai setengah hewan, peri, Dwarf dan bahkan beberapa terlihat seperti manusia kadal dan serigala.

Loket-loket berjajar di sekitarnya menampilkan deretan wanita berseragam dengan topi kecil di atas kepalanya. Jika melihat ke samping guild ini juga menjalankan bar yang bisa dipakai untuk memesan makanan dan beristirahat sembari memikirkan rencana selanjutnya.

Adi dengan ragu ikut mengantri dibarisan loket sampai akhirnya gilirannya tiba, seorang di depannya wanita di usia 30an, dengan rambut hitam di kepang ke depan serta tahi lalat di bibirnya.

(Jadi begitu, Adi lebih suka dilayani oleh wanita lebih tua darinya, ini pengetahuan baru)

(Apanya yang pengetahuan baru?)

"Namaku Riho, apa ada yang bisa aku bantu?"

"Aku ingin mendaftar sebagai petualang."

"Apa kamu sudah tahu bagaimana pekerjaan di tempat ini?"

"Aku baru tiba di kota ini."

"Jadi begitu, silahkan isi formulirnya dan setelahnya nanti akan aku jelaskan."

"Terima kasih, apa aku harus membayar uang pendaftaran?"

"Soal itu tidak usah, semenjak aktivitas iblis dan monster meningkat, kami menghilangkan administrasi untuk menarik banyak petualang agar bergabung."

Adi sedikit merasa lega soal tersebut.

Chapter 02 : Rencana Masa Depan

Adi menyerahkan formulir miliknya pada Riho yang dengan senang menjelaskan apapun yang perlu dia ketahui, singkatnya petualang dibagi menjadi beberapa tingkatan dari tingkat 8 sampai tingkat satu. Tergantung tingkatan mereka, mereka bisa mengambil pekerjaan yang tertera di papan pekerjaan guild.

Mengambil satu tingkat di atasnya diperbolehkan hanya saja jika gagal, akan diberikan denda yang cukup tinggi.

Untuk pekerjaan tidak terbatas, entah itu perburuan monster, pengawal dan hal lainnya semua petualang bebas mengambilnya mau berkelompok atau tidak. Berhubung Adi hanya akan menjadi petualang solo maka dia mendaftarkan dirinya seperti itu.

Dia mendapatkan sebuah kartu guild yang bertuliskan nama serta foto dirinya di dalamnya, jika diputar ke arah belakang di sana tertera status miliknya yang semuanya bertulisan F dari pertahanan, serangan bahkan kecepatannya.

Mungkin karena masih berlevel satu hal itu cukup jelas.

Setelah memilih pekerjaan ringan Adi keluar dari guild. Mesna cukup banyak bicara ketika ia melihat apa saja yang mereka lewati di kota ini.

"Apa itu permen kapas, kelihatanya enak... tolong belikan aku satu."

"Kau sebuah sistem, mana mungkin bisa makan."

"Tentu saja bisa, sama seperti memasukan koin kamu juga bisa melakukan hal sama dengan permen kapasnya."

"Banyak minta."

"Biarin."

Adi ingin membelikannya hanya saja uangnya tidak berlaku di sini. Ia terlebih dulu harus menyelesaikan pekerjaannya.

Pertama ia telah sampai di padang rumput landai yang kebanyakan diisi oleh slime biru yang melompat-lompat ke sana kemari, satu slime mendekat padanya dan dengan cepat dia pukul dengan batang kayu.

"Apa yang kamu lakukan? Bagaimana kamu bisa tidur setelah membunuh slime yang imut barusan," teriak Mesna.

"Kalau tidak seperti ini bagaimana kita akan dapat uang."

"Tapi mereka imut, kyaaaa... mereka pasti lembut dan enak dipegang, seperti memegang oppai, hey Adi kamu pernah menyentuh oppai."

"Berhenti mengatakan hal aneh-aneh, aku sedang sibuk inih."

"Dasar pembunuh slime."

Adi pikir memiliki sistem di dalam kepalanya tidak selamanya hal bagus. Setelah membunuh sepuluh dari mereka ia kembali ke guild dan mendapatkan 10 koin perunggu.

Adi terduduk lemas.

"Ini sama sekali tidak akan cukup untuk sewa penginapan."

Riho tampak sedikit prihatin jadi ia tanpa ragu meminjamkan uang untuk Adi, paling tidak itu sekitar 3 koin perak, satu hari di penginapan seharga satu koin perak di kota Arbelon maka itu sudah cukup untuk tiga hari.

"Terima kasih, aku pasti akan menggantinya nanti."

"Tidak usah dipikirkan, kamu bisa membayarnya kapan-kapan."

"Kamu pasti malaikat."

Untuk sementara ini Adi bisa menarik nafas lega, dia mengunjungi penginapan yang direkomendasikan, memesan kamar sebelum membaringkan dirinya di tempat tidur.

Ia memunculkan jendela menu dan di sana sosok Mesna cemberut.

"Dimana permen kapasku?"

"Kau ini benar-benar."

Adi mengambil permen yang dimaksud lalu memasukannya ke jendela layarnya, tentu saja permen itu terhisap dan selanjutnya berakhir di perut Mesna yang tampak bahagia.

"Enak sekali."

Selanjutnya Adi mulai menggeser tampilan layarnya ke arah barang penjualan, dia memilih roti dan susu sebagai makan malam.

Setelah memasukan tiga koin perunggu sebuah lingkaran sihir muncul lalu menjatuhkan pesanannya.

"Jadi seperti ini sistem belanja online."

"Kelihatanya enak, aku juga mau."

"Kau sudah punya permen kapas, ini jatahku."

"Tidak adil."

Adi hanya mendesah pelan sembari memakan makanannya, dia melirik ke luar jendela dan melihat bagaimana orang-orang di jalanan masih melakukan aktivitas pada umumnya.

"Lalu sebagai petualang tingkat 8, apa yang akan kamu lakukan?"

"Aku hanya ingin mencoba menaikan level ku dan menabung."

"Begitu."

"Aku tidak akan melakukan kesalahan yang sama dengan orang-orang yang lebih dulu datang kemari."

"Aku tidak sabar untuk melihatnya."

Selama seminggu Adi bekerja keras mengambil pekerjaan mengumpulkan herbal, setelah membayar hutangnya pada Riho selama enam bulan berikutnya ia terus menabung hingga akhirnya apa yang dia inginkan tercapai.

Ia membeli sebuah senjata api revolver dengan delapan peluru yang cocok untuknya. Ukurannya lebih besar dari biasanya namun ini cukup akurat saat digunakan menembak.

Selama enam bulan juga ia tidak hanya menabung melainkan melatih beberapa sihir yang bisa dia kuasai. Mengarahkan tangannya Adi menciptakan lingkaran sihir.

"Water Canon."

Disusul tanah, api, udara serta petir.

"Lightning Saber."

Itu menghancurkan setiap pepohonan di depannya.

"Kamu yakin mempelajari semuanya, bukannya kata Riho terlalu banyak mempelajari sihir itu akan membebani tubuhmu saat penggunaannya."

"Kurasa tidak masalah untukku, akan sangat bagus jika aku bisa memanfaatkan semuanya dengan baik."

Adi mengepalkan tangannya dengan sebuah tekad. Berkat mengalahkan slime ia telah mencapai level 10, walau terkesan lambat untuk petualang pemula mencapai tingkat tersebut setelah enam bulan. Adi sama sekali tidak mempermasalahkannya.

Akan lebih bagus jika sesekali beranggapan bahwa dia orang yang lemah, itu memungkinkan pasukan raja iblis tidak akan memburunya lebih awal.

Setelah memburu beberapa slime, Adi telah kembali untuk menukarnya dengan uang, ia hanya menunjukkan kartu petualangnya dan di sana akan tertera berapa slime yang dia bunuh.

Awalnya hanya sepuluh sekarang dia bisa membantai slime sebanyak 100 slime dengan mudah.

"Silahkan bayaranmu."

"Terima kasih."

Beberapa orang yang duduk dibelakangnya segera menertawainya.

"Apa kau tidak bosan berburu slime, haha makhluk seperti itu sangatlah lemah untuk dihadapi, kau tidak akan kuat sampai kapanpun."

"Benar sekali."

Riho menggebrak meja dengan marah.

"Kalian semua jangan mengganggu Adi, dia itu sangat kuat bahkan lebih dari kalian."

"Hanya level sepuluh mana mungkin lebih kuat dari kami, terlebih dia hanya tingkat delapan sementara kami tingkat 5, jika kau tidak percaya akan aku tunjukkan besar kekuatan kami."

Salah seorang pria besar menerjang ke depan dengan tinjunya, ia terkejut saat pukulan itu hanya ditahan satu tangan Adi.

Semua orang terdiam.

"Apa-apaan barusan? Pukulan penghancurku di tahan dengan santai."

Adi tidak memperdulikannya dan memilih untuk melihat lantai di bawah kakinya.

"Owhh... aku menemukan satu koin tembaga, benar-benar beruntung, kurasa sudah waktunya pergi.. sampai nanti Riho."

"Tunggu sebentar."

Adi lebih suka untuk menghindari perkelahian tidak perlu dan segera pergi secepat yang dia bisa.

"Kau akan pergi kemana?"

"Ke penjual budak."

"Heh? Yah... kau pria pasti ingin melakukan itu juga dengan para budak."

Adi meringis setelah mendengarnya.

"Apa yang kau katakan aku tidak datang untuk melakukan itu."

"Eh benarkah? Lalu untuk apa?"

"Aku perlu kaki tangan."

"Kaki tangan? Jangan bilang kamu berniat melawan raja iblis. Aku pikir kamu bilang tidak ingin mati seperti pahlawan lainnya."

"Aku memang mengatakan itu, tapi bukan berarti aku akan membiarkan raja iblis bertindak seenaknya... aku akan menghentikan mereka juga."

Mesna tidak ragu untuk menunjukan perasaan senangnya. Ia sudah banyak mengirim pahlawan dan sempat menyerah namun mungkin Adi adalah kesempatan terakhirnya.

Chapter 03 : Para Budak Dan Dungeon

Di sudut kota ada sebuah bangunan megah dengan banyak barang-barang antik dijual di depan tokonya yang mana memberikan nuansa dari penjualan yang ramai. Tempat ini juga digunakan sebagai penjualan budak yang legal.

Ketika Adi sampai, dia diarahkan ke pemilik tempat ini yaitu seorang pria gemuk dengan kumis melingkar

Penampilannya terlihat seperti penjahat pada umumnya walaupun sebenarnya dia tidak seperti itu

"Selamat datang tuan, apa yang bisa saya bantu di hari cerah ini? Sepertinya Anda memiliki keinginan untuk membeli budak bukan."

"Begitulah, aku ingin membeli budak yang murah, pastikan mereka semua gadis dengan dada besar."

"Sesuai yang diinginkan tuan."

Tidak ada niat buruk dari apa yang dikatakan Adi, bukan karena ia ingin membuat Harem atau semacamnya hanya saja jika dia memilih seorang gadis, mereka akan dengan cepat diajari dalam hal apapun, terlebih mereka akan sangat pandai dalam penyamaran.

Untuk syarat kedua, ia hanya mengatakannya secara iseng, bagaimanapun pria lemah akan hal itu.

Walau demikian.

(Sudah aku duga, akhirnya kamu hanya ingin bersenang-senang dengannya)

Reaksi Mesna terlalu berlebihan.

(Padahal kamu sudah punya aku, apa dadaku tidak cukup untukmu, dasar fetish dada gede)

Mengabaikan perkataan Mesna di belakang, kini sekitar 5 budak telah berdiri menghadap Adi. Masing-masing dari mereka mengenakan kain seadanya dan terlihat sedikit gelisah.

Pada dasarnya mereka dibeli hanya akan digunakan di atas ranjang, seperti itulah derita dari menjadi seorang budak. Di situasi buruk mereka mungkin akan diperlakukan kasar.

Si penjual mulai memberitahukan harga mereka dari 40 perak, 50 perak, 70 perak, 90 perak dan juga satu koin emas.

"Apa Anda sudah memutuskannya, mereka sangat baru dan semuanya seperti yang anda ingin berada di G cup."

"Aku bisa melihatnya."

Kelima gadis tersebut mulai semakin gelisah, masing-masing dari mereka hanya memikirkan bagaimana mereka akan kelelahan setiap malamnya dengan nafsu orang di depan mereka.

Setelah memberikan waktu pada Adi untuk memikirkannya dia akhirnya memutuskan.

"Sulit untuk memilih mereka, jadi aku akan membeli mereka semua."

Semua orang serempak berkata "Apa?" dari sudut mereka Adi dituduh sebagai maniak **** yang tidak ada ampun.

"Anda serius?"

"Tentu saja aku serius, untuk membuktikannya ambilah uang ini."

Adi menarik uang dari tempat yang tidak bisa mereka duga, sihir penyimpanan bukan hal yanga asing namun tetap saja kemampuan seperti itu sangatlah jarang.

"Aku akan mempersiapkan kontraknya tolong tunggu sebentar."

Para budak hanya berfikir mungkin sudah waktunya bagi mereka kehilangan keperawanan mereka. Jika dipikirkan mungkin itu lebih baik menghabiskan malam dengan pria muda dibandingkan pria tua yang serakah.

Ritual kontrak kini telah dimulai. Adi perlu memberi mereka nama untuk menjadikan ritual ini sempurna. Dia memikirkan semuanya dengan keras dan akhirnya satu persatu dari mereka mulai mendapatkan nama mereka.

Seorang elf dengan rambut perak yang memiliki harga paling tinggi bernama Mebel.

Seorang demi-human rubah dengan rambut pirang bernama Elsa.

Seorang gadis biasa berambut biru sebahu Yorin.

Gadis dengan rambut coklat ekor kuda, Kamui.

Dan terakhir seorang gadis dari ras kucing berambut ungu, Misa.

Tidak ada alasan khusus dari nama tersebut, Adi hanya mengatakan apa yang dia pikirkan pertama kali saat melihat mereka.

Sebuah lambang budak mulai muncul di bagian samping leher mereka, dengan itu apa yang diinginkan Adi tidak akan bisa mereka tolak bahkan jika semua perintah itu merupakan hal-hal cabul.

"Kalau begitu Anda bisa membawa mereka."

"Aku benar-benar mendapatkan hal bagus di sini hahaha."

Dia tertawa seperti orang jahat sementara semua orang hanya bisa tersenyum masam.

Adi berbalik untuk melihat kelima gadis yang dibelinya.

"Kenapa kalian terlihat tidak senang, oh mungkinkah kalian tidak suka namanya."

Elf berambut perak melangkah maju.

"Apa kami akan melayani Anda sebagai budak ****?" Elsa datang sebagai perwakilan.

"Bukannya kalian terlalu pesimis, aku tidak akan menjadikan kalian semacam itu, walaupun aku rasa kalian tetap harus bekerja keras."

Kelimanya hanya memiringkan kepalanya, bahkan saat mereka dibelikan pakaian dan makanan mereka jadi semakin bingung.

Elsa melangkah maju, dia yang terlihat seperti wanita dewasa pada umumnya.

"Mungkinkan kami hanya diberi makanan agar lebih memanjakanmu nanti di atas ranjang."

"Pikiran kalian terlalu ekstrim, aku serius."

Tidak ingin membuat semuanya jadi salah paham, Adi menjelaskan apa yang diinginkannya. Itu membuat mereka terbelalak bahkan sulit untuk diterima oleh akal sehat mereka.

"Aku ingin menyelamatkan dunia, dan aku rasa aku perlu tangan kanan yang bisa dilatih untuk mencapai tujuan tersebut."

"Menyelamatkan dunia? Maksudmu seperti Pahlawan."

"Mungkin seperti itu, aku tidak ada alasan untuk menyembunyikannya, tapi aku adalah orang yang berasal dari dunia lain."

Itu membuat semua keinginannya masuk akal, semua orang yang berasal dari dunia lain akan berakhir jadi seorang pahlawan namun Adi tidak ingin mengumbarnya walaupun pada dasarnya setiap pahlawan akan diberikan fasiltas apapun dari kerajaan.

Meski begitu.

Singkatnya yang Adi inginkan adalah membuat sebuah organisasi bawah tanah yang melindungi dunia ini.

Dia belum tahu siapa saja lawan yang harus dia hadapi, yang jelas di dunia ini bukan hanya satu raja iblis melainkan itu cukup banyak.

"Lalu apa jawaban kalian?"

"Kami hanyalah budak, apa yang diinginkan tuan kami maka itu menjadi perintah mutlak."

"Aku memberikan kalian kebebasan untuk memilih, bukan berarti aku akan membuang kalian jika tidak mau melakukannya."

Kelima gadis tersebut saling memandang satu sama lain, dan pada akhirnya memutuskan untuk ikut.

(Benar-benar, kamu membuat sesuatu yang berbeda dengan pahlawan yang aku kirim sebelumnya?)

(Bukannya itu membuatku orang yang kreatif)

(Awalnya aku bingung kenapa kamu tiba-tiba membeli salah toko di pinggir jalan, jika membeli mereka aku yakin kamu berniat mempekerjakan mereka di sana sebagai penyamaran)

(Tepat sekali, semuanya akan dilakukan secara bertahap)

Adi hanya menatap matahari yang bersinar menerpa dirinya. Dia sudah menghabiskan seluruh tabungannya paling tidak dia harus kembali menabung lagi.

Adi memasukkan mereka ke sebuah pelatihan untuk para petualang agar mereka bisa bertarung, selama mereka melakukannya Adi telah menyelam ke sebuah dungeon seorang diri.

Ini adalah dungeon lantai 5 gua goblin, seperti namanya semuanya hanya diisi oleh goblin. Untuk kedalaman sendiri mencapai 10 lantai dengan banyak cabang di setiap jalannya, tidak aneh jika beberapa goblin menyelinap untuk memberikan serangan kejutan.

Walau goblin disebut makhluk lemah yang bisa diatasi pemula namun mereka memiliki kepintaran dalam bertarung, mereka bisa membuat siasat serta menghabisi semuanya tanpa belas kasih.

Mesna tampak meringis.

"Dari yang aku tahu, goblin suka bermain-main dengan wanita sebelum mereka memakannya."

"Itu hanya ada di novel, sesungguhnya mereka tidak memiliki nafsu apapun kecuali makan dan minum."

"Benarkah begitu?"

"Begitulah adanya, dungeon masih merupakan hal misterius namun cara kerjanya mudah dimengerti. Bukannya kamu dewi pasti sudah tahu bukan?"

"Tidak juga, aku hanya bertugas untuk mengawasi dunia, menuntun jiwa-jiwa yang tersesat selain itu aku tidak akan tahu sebelum mencari tahu sendiri."

"Begitu."

Adi turun ke lantai enam dan di sana para goblin telah mengepungnya. Dia mengarahkan ujung revolver dan secara bergantian menjatuhkan selongsong peluru.

Bagi dirinya sekarang mungkin mirip seperti sebuah game tembak-tembakan yang sederhana.

"Lalu seperti apa dungeon itu?"

"Dungeon bekerja karena mereka memiliki inti core, inti core itu menyerap mana dari luar yang kemudian menciptakan mereka secara terus menerus."

"Dengan kata lain dungeon memiliki kesadarannya sendiri."

"Benar, di guild sendiri dilarang untuk menghancurkan inti core, bagaimana pun monster memang ancaman tapi di sisi lain mereka juga merupakan mata pencarian untuk mendapatkan uang."

"Bagaimana kalau mereka keluar? Bukannya itu jauh lebih berbahaya."

"Setiap monster yang dibuat dari dungeon akan hancur sebelum mereka mencapai kota, tubuh mereka tidak bisa bebas jika tidak memiliki asupan dari dungeon itu sendiri, jika pun ada monster di luar sana mereka dipastikan berada di sana sejak awal."

"Itu jadi masuk akal kenapa inti core dungeon tidak perlu dihancurkan."

Adi menembakan satu timah panasnya pada goblin terakhir hingga ia tersungkur dan jatuh dengan wajah lebih dulu. Sejauh ini dia telah menghabiskan seribu butir peluru untuk sampai kemari.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!