...🕊 Di Taman ~...
"Ara kamu kenapa nangis?"
Tanya anak laki-laki kepada sosok gadis kecil di hadapannya.
Kemudian Clara yang tadinya menunduk langsung menghadap ke arah anak laki-laki tadi dengan senyuman yang dihiasi oleh air matanya yang sudah mulai mengering.
"Naka, badan ala cakit tadi di pukul papa" Ucap gadis kecil itu sambil menunjuk area badannya yang terasa sakit.
"Tapi gapapa kok, cakitnya udah ilang kalna Ala udah ketemu sama Naka" Lanjutnya dengan senyuman yang menghiasi wajah cantiknya.
Anak laki-laki itu hanya diam memperhatikan Clara dengan tatapan yang menunjukkan kesedihan yang sangat mendalam.
"Ara, Naka mau ngomong sama ara" Ucapnya sambil beralih posisi duduk di samping Clara.
"Naka mau bilang kalo Naka mau nikahin ala ya? Kemalen naka katanya janji mau nikahin ala telus bawa ala pelgi jauh dali papa. Ala takut sama papa".
Dengan sangat antusias Clara bicara kepada Naka yang diakhiri dengan tatapan sendu, namun Naka hanya diam melihat Clara. Jauh di dalam lubuk hatinya dia merasa sangat sedih karena ia akan pergi jauh dari Clara.
Dia tidak bisa bertemu dan menemani Clara lagi, dia tidak bisa menghibur Clara saat dia sedih, dia merasa tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
Kemudian anak laki-laki yang mempunyai nama lengkap Naka Alterio Megantara yang masih berumur 7 tahun tersebut langsung memeluk gadis kecil bernama Clara Arelia Wijaya yang masih berumur 6 tahun tersebut.
Kemudian dia melepas pelukan dan memegang kedua bahu Clara sambil menatap wajah cantik sang gadis kecil.
"Ara, Naka mau pergi sama keluarga ke luar kota, kita gak bisa ketemu lagi, Naka gak bisa jagain Ara lagi".
Seketika tangis Clara pecah saat itu juga
"Jadi Naka mau tinggalin Ala ya, telus yang jagain Ala siapa? Nanti kalo Ala di pukul lagi sama papa Ala ngadunya sama siapa?" Ucapnya sambil menangis terisak.
Naka yang merasa tidak tega melihat gadis kecilnya menangis langsung memeluk Clara dengan erat, dan mencoba menenangkan Clara.
"Ara, sini liat Naka", namun Clara tetap menunduk sambil memainkan jari-jari mungilnya dan tidak mau melihat wajah Naka.
"Ara, Naka janji nanti kalo kita udah besar, Naka akan cari Ara dan nanti Naka akan nikahin Ara dan bawa Ara pergi jauh dari papa Ara. Jadi Ara jangan takut lagi, jangan sedih lagi".
Clara melihat wajah Naka dan kembali berucap "Janji?" Sambil menunjukkan jari kelingkingnya.
"Janji" Ucap Naka dengan senyuman dan mengaitkan kedua jari kelingking mereka tanda perjanjian tersebut disetujui.
"Naka nanti kalo udah besal nikahnya sama Ala aja ya, gk boleh cama yang lain. Kalo Naka nikah cama yang lain nanti Ala marah sama Naka"
"Emang Ara bisa marah sama Naka?" Godanya pada Clara.
"Bisalah, Nanti Ala marahin Naka kalo Naka tinggalin Ala. Kan tadi Naka udah janji sama Ala", Clara berbicara dengan wajah yang dibuat dengan ekspresi marah.
Naka hanya tersenyum melihat Clara. Menggemaskan sekali gadis kecilnya ini.
Tidak lama kemudian, bi Imah datang menjemput Clara ke taman dan mengajaknya pulang. Keluarga Naka yang dari tadi menunggu Naka di dalam mobil juga keluar untuk mengajak Naka masuk ke dalam mobil.
Dan Naka menunggu Clara sampai benar-benar hilang dari pandangannya. Saat sudah berjalan beberapa langkah, Clara berbalik badan dan berlari ke arah Naka dan langsung memeluk tubuh Naka, Clara menangis sejadi-jadinya.
"Naka janji ya nanti kalo sudah besal cali Ala telus bawa Ala pelgi jauh dali papa, badan Ala sakit, Ala takut sama papa".
Kedua orang tua Naka yang melihat hal tersebut langsung menangis dan memeluk Clara untuk menenangkan gadis kecil tersebut. Mereka sangat menyayangi Clara, Clara sudah seperti anaknya sendiri.
Mereka juga tau bagaimana Clara diperlakukan di keluarganya, tapi merka tidak bisa berbuat apa-apa.
" Ara, sini dengerin mami. Udah jangan nangis lagi".
Tante Kiara mencoba untuk menenangkan gadis kecil ini dan menghapus air mata Clara.
"Ara jangan nangis, nanti kalo Ara sama Naka udah besar nanti mami pasti nikahin kalian berdua, Naka cuma boleh nikah sama Ara, gak boleh sama yang lain. Ara juga gitu gk boleh nikah sama yang lain, Ara mau kan tungguin Naka?".
Clara mengangguk " Iya, Ala pasti nungguin Naka campe Naka jemput Ala lagi" Ucapnya diikuti dengan senyuman manisnya.
Kemudian Clara berpamitan untuk pulang karna dia takut dimarahi sang papa.
"Mami, Ala pulang dulu ya, kalo Ala telat pulang nanti papa malah"
Kemudian dia memeluk dan mencium tante Kiara dan om Hadi dan tidak lupa dia juga memeluk Naka. Naka membalas pelukan tersebut, dia tidak bisa berucap apapun lagi. Rasanya separuh jiwanya hilang saat jauh dari gadis kecilnya ini. Dia tidak mau menunjukkan rasa sedihnya di depan Clara.
Bi Imah berpamitan kepada keluarga Naka dan menggandeng tangan Clara berjalan menuju ke mobil.
Walaupun tangannya di gandeng bi Imah tapi dia selalu melihat ke belakang sambil melambaikan tangannya ke arah Naka sambil tersenyum. Senyuman yang pastinya akan sangat dirindukan oleh Naka setelah dia pergi jauh dari Clara.
Selama di perjalanan, Naka hanya diam memikirkan bagaimana nasib Clara setelah hari ini. Naka takut Clara disiksa lagi oleh papanya. Membayangkannya saja sudah membuat Naka sakit, apalagi kalau itu benar-benar terjadi.
Dia merasa tidak becus dalam menjaga Clara, apalagi sampai meninggalkan Clara di rumah tersebut. Tante Kiara melihat anaknya yang tiba-tiba hanya diam setelah kejadian tadi, seolah tau apa yang dipikirkan oleh putranya.
Tante Kiara langsung meyakinkan Naka bahwa Clara akan baik-baik saja. Clara gadis yang kuat
Jam menunjukkan pukul 05:00, Clara selalu bangun lebih awal karena ia harus menyiapkan sarapan untuk orang tua dan ketiga saudaranya. Setelah mandi Clara langsung menuju ke dapur untuk menyiapkan makanan.
Setelah berjibaku di dapur, Clara kembali ke kamar untuk menyiapkan bukunya yang nantinya akan ia bawa ke kampus.
Ya, Clara Arelia Wijaya yang saat ini sudah berusia 22 tahun itu sekarang sedang mengenyam pendidikan di salah satu kampus ternama. Ia salah satu anak berprestasi di kampus dan juga sangat aktif di setiap kegiatan kampus.
Sehingga banyak orang yang mengenalnya dan juga mengagumi dirinya karena kecantikan dan sifap ramahnya kepada semua orang.
Ia satu kampus dengan abang nya Bara Orlando Wijaya yang biasa di panggil Bara dan kakak nya Alia Herlina Wijaya yang sering dipanggil Lia. Mereka bertiga sangat famous di kampus tersebut, semua orang mengenal mereka.
Bagaimana tidak, orang tua mereka sangat kaya raya dan memiliki koneksi yang sangat luas. Bara terkenal karan ketampanannya dan sifat dinginnya.
Sedangkan Lia ia dikenal karna kecantikannya dan juga kebiasaannya yang selalu membully adiknya sendiri yaitu Clara.
Ia merasa tersaingi karna banyak cowok yang berusaha mendekati Clara padahal ia merasa bahwa Clara kalah jauh dibandingkan dengan dirinya. Tapi kenapa begitu banyak cowok yang mencoba mendekati adiknya itu.
Jam sudah menunjukkan pukul 07:00, semua orang sudah berkumpul di meja makan. Mereka makan dengan begitu lahap, tidak jarang mereka bercerita tentang berbagai hal dan tertawa jika hal itu dianggap lucu.
Namun Clara tidak ikut andil dalam obrolan tersebut. Karena dari kecil Clara tidak pernah diperbolehkan ikut makan di meja makan oleh orang tuanya.
Dan Clara tidak pernah diperbolehkan memakan makanan baru, ia hanya boleh makan makanan sisa dari orang tua dan saudaranya tersebut. Itu pun jika ada sisa, jika tidak ada ia tidak akan mendapatkan jatah makan.
Kalaupun ada ia hanya boleh makan di dapur, tidak boleh di meja makan.
Hal itu sudah ia rasakan sejak ia kecil.
Ia merasa terasingkan di keluarganya. Sejak kecil ia sangat di benci oleh keluarganya. Hanya ada dua orang yang sangat baik padanya dan memperlakukan dirinya dengan baik.
Yang pertama adalah bi Imah pembantu yang sudah bekerja bertahun-tahun di kediaman Wijaya, bahkan semenjak Clara kecil.
Dan yang kedua adalah abang Clara yang bernama Abia Devan Wijaya, ia biasa dipanggil Bian.
Ia meruapakan anak pertama di keluarga Wijaya, dan merupakan anak emas di keluarga ini karna ia sangat disayang oleh orang tuanya. Bian sangat menyayangi Clara.
Ia melihat betapa tersiksa nya Clara selama ini, semenjak kecil bahkan sampai sekarang. Ia tidak bisa berbuat banyak untuk menyelamatkan adiknya itu.
Karna setiap kali ia mencoba untuk membantu Clara dari amukan papanya, Clara akan semakin di siksa oleh papanya.
Maka dari itu ia selalu diam jika Clara mendapat perlakuan kasar dari papanya. Namun di lubuk hatinya terdalam ia merasa sangat sakit melihat adik kecilnya itu, ia merasa tidak berguna, ia merasa tidak becus dalam menjaga adik kecilnya.
Pernah Clara hampir kehilangan nyawa saat ia mencoba menolong Clara dari amukan papanya. Melihat Bian yang mencoba menolong Clara, papanya menjadi sangat marah dan memukul Clara sejadi-jadinya. Mencekik Clara sampai ia susah bernafas dan hampir kehilangan nyawanya.
Papa mencoba memperingati Bian agar tidak ikut campur dengan urusan papa jika ingin Clara tetap hidup. Semenjak saat itulah Bian memilih diam jika Clara di hukum, ia memilih pergi ke kamar agar tidak melihat wajah kesakitan adiknya.
"Aku berangkat kerja dulu pa, ma" Ucap Bian sambil salim kepada orang tuanya.
"Tapi itu makanan kamu belum habis nak, habisin dulu ya baru ke kantor. Mama gak mau kamu sakit".
" Nggak mah, aku udah kenyang, suruh aja clara habisin". Sebelum pergi Bian melihat ke arah Clara dengan tatapan sendu.
"Hati-hati di jalan ya nak" Ucap mama sambil tersenyum kepada Bian.
"Mah, aku sama bg Bara juga mau berangkat dulu"
"Hati-hati ya sayang ya" Tersenyum kepada anak perempuan kesayangannya itu dan mencium kening Lia.
"Kamu mau pake mobil yg mana?"
"Dia bareng sama aku aja ma" Sahut Bara.
"Yaudah kalo gitu, jaga adik kamu ya" Ucap mama sedikit berteriak karna mereka sudah berada di dalam mobil.
Di dalam rumah, Clara mulai membersihkan meja makan dan membawa piring kotor ke dapur. Lalu ia memakan makanan yang disisakan oleh abangnya. Bian selalu menyisakan makanannya untuknya, ia tau kalau abangnya itu sangat menyayangi dirinya namun tidak bisa berbuat apa-apa.
Setelah selesai makan, Clara berpamitan pada orang tuanya yang sedang duduk di ruang tamu.
"Mah, pah aku berangkat kuliah dulu" Ucapnya dengan gugup karna takut.
Namun orang tuanya hanya diam, tidak menghiraukan kehadirannya. Walaupun begitu Clara tetap tersenyum kepada orang tuanya.
Hal itu sudah menjadi makanan sehari-harinya dari dulu. Tidak dianggap dan selalu diacuhkan. Kemudian Clara berjalan ke luar rumah dan menghidupkan mesin mobilnya.
Walaupun ia sangat di benci oleh orang tua nya, namun fasilitas yang diberikan untuk Clara sama seperti saudaranya yg lain.
Ia diberikan mobil yang bisa ia gunakan untuk pergi ke kampus. Bukan karna sayang, tapi itu dilakukan karna orang tuanya tidak mau Clara menyusahkan mereka dengan meminjam mobil orang tua atau saudaranya, makanya ia dibelikan satu mobil yang tidak lebih bagus dari saudaranya yang lain. Namun Clara tetap bersyukur dengan hal itu.
Kemudian Clara menjalankan mobilnya ke kampus. Sesampainya di kampus, ia langsung memarkirkan mobilnya kemudian langsung menuju ke kelas.
"Beb ayo bareng ke kelas" Panggil seorang cewek sambil melambaikan tangannya ke arah Clara sambil tersenyum.
Ia adalah Natali Brianna, ia merupakan sahabat Clara sejak pertama kali ia masuk ke kampus ini.
Natali berasal dari keluarga kaya dan sangat baik kepada Clara. Orang tua natali sangat menyayangi Clara sama seperti sayangnya kepada natali. Ia bersyukur di kelilingi oleh orang-orang baik. Natali tau bagaimana kehidupan Clara.
Maka dari itu ia mencoba untuk selalu ada bagi Clara kapan pun ia butuh. Jika sempat dan ada waktu tidak jarang Clara sering main ke rumah Natali. Mereka sudah sangat dengan seperti saudara kandung.
"Ayok natt" Sambil menggandeng tangan Natali dan tersenyum.
"Woi anj, lo tinggalin gue ya bngst"
"Tinggalin aja gue gpp anj, berdua aja kalian sana. Gk usah pikirin gue. Gue apaan? Cuma seonggok taik, gk usah deket-deket gue lagi"
Setiap hari selalu saja ada drama seperti ini sebelum masuk ke kelas. Ia adalah Megan Hanum, sahabat Clara yang agak aneh. Sifat nya sangat beda jauh dengan Clara dan Natali.
Ia sangat aneh dan selalu melakukan hal random yang membuat kedua sahabatnya merasa malu. Kalo bisa dibilang si gak tau malu ya, gak tau deh urat malunya kemana 🤣
Tapi ia sangat baik dan menyayangi kedua sahabatnya itu, ia tidak akan biarkan ada orang yang menyakiti Natali dan Clara.
Jika ada yang menyakiti kedua sahabatnya itu, ia yang akan menjadi garda terdepan bagi sahabatnya itu. Karna ia tau kedua sahabatnya lemah, terlebih Clara. Ia sangat menyayangi kedua sahabatnya ini.
Kemudia Natali dan Clara berbalik badan dan melihat ke arah Megan.
"sini" Bujuk Clara. Namun ia hanya diam bersender ke tembok.
"Ogah, kalo gak di jemput gue gak mau" Ia sudah seperti anak kecil yang lagi ngambek.
"Udah si mek, lu tinggal jalan doang loh susah bgt, punya kaki gk lu" Natali tersulut emosi.
"Kaki gue lagi males jalan anj, capek gue" Balasnya dengan bibir yang dibuat manyun sambil menendang-nendang angin.
Akhirnya Clara berjalan ke arah Megan dan menggandeng tangan sahabatnya itu. Barulah ia mau berjalan, dan Clara juga menggandeng tangan Natali dan mereka bertiga melanjutkan perjalanannya ke kelas.
Setelah perkuliahan selesai, saat Clara baru saja ingin jalan ke parkiran. Tiba-tiba ia dicegat oleh seseorang.
"Ra, ini buat lo" Sambil menyerahkan nasi kotak kepada Clara.
"Gua tau lu belum makan kan. Tadi gua juga gk liat lo di kantin, dimakan ya jangan sampe lo sakit" Ucapnya sambil tersenyum.
Dia adalah Alvin, sosok laki-laki yang selalu mencoba mendekati Clara, ia juga tau bagaimana kehidupan Clara.
Yang tau kehidupan Clara di rumah hanya beberapa orang saja. Selebihnya hanya mengetahui bahwa hidup Clara sangat enak. Banyak juga yang ingin menjadi Clara.
Begitu pintarnya Clara menutupi rasa sakitnya sampai-sampai orang lain pun merasa Clara begitu beruntung dilahirkan di keluarga yang kaya.
"Mksih ya vin, makasih banyak. Gue pasti makan makanan yang lo kasih" Ucapnya sambil tersenyum.
Tiba-tiba ia ditampar oleh Lia sampai sudut bibirnya robek dan mengeluarkan darah. Begitu kuatnya tamparan yang ia terima. Kejadian itu mengundang perhatian orang-orang yang berada di area parkir kampus.
Banyak yang merasa kasihan melihat Clara dan ada juga yang senang melihat Clara di bully oleh Lia, tentunya mereka yang juga merasa iri pada Clara.
"Berani bgt lo ya deketin Alvin, dia itu gebetan gue. Sekali lagi gue liat lo deketin dia bakal gue bilangin sama papa, biar lo di hukum sama papa".
Lia mengambil nasi kotak yang ada di tangan Clara dan membuangnya begitu saja.
Clara yang melihat itu hanya diam, sedih karna dia tidak bisa makan. Dia tidak ingin melawan kakaknya ini.
"Maaf ya kak, kalo gitu aku pulang dulu" Pamitnya kepada Lia. Lalu Clara melihat ke arah Alvin
"gue balik dulu vin, jagain kakak gue ya"
Clara langsung pergi dari hadapan Alvin dan Lia.
"Lo ngapain si nampar Clara kayak tadi? Dia salah apa?"
"Aku gk suka dia deketin kamu" Rengeknya manja kepada Alvin.
"Asal lo tau, gue yg nyamperin dia gue yg ngasih nasi kotak itu ke dia jadi bukan dia yang deketin gue"
"Tadi aku ngiranya dia yg deketin kamu, maafin aku ya"
"Terserah" Lalu Alvin pergi meninggalkan Lia.
"Alvin tungguin, aku minta maaf"
Alvin menghiraukan panggilan Lia, saat ia ingin menjalankan mobilnya tiba-tiba Aron datang mengetuk kaca pintu mobil Alvin.
"Apa?" Tanya nya ketus.
"Kita semua ngumpul di rumah Bara, ada yang mau di bahas"
"Ya"
"Yaudah, tungguin anak-anak dulu biar bareng aja kesana"
"Oke"
...🦕🤍...
Di perjalanan menuju rumahnya, Clara bisa lebih santai di perjalanan karna ia pulang lebih awal dan tentunya ia tidak akan terlambat sampai di rumah.
Namun di tengah-tengah perjalanan, saat berhenti di lampu merah terjadi kecelakaan kecil. Dimana ada sebuah motor yang tidak sengaja menyenggol nenek-nenek yang sedang menyebrang dengan cucunya. Namun pengendara motor tersebut bukannya berhenti tapi malah pergi begitu saja.
Clara langsung turun dari mobil dan membantu nenek tersebut, pengendara lain membantu mengemasi belanjaan nenek itu yang berserakan di tengah jalan.
"Nenek gpp kan? Ada yg luka gk nek? Sini aku liat dulu" Clara memeriksa tubuh sang nenek ingin memastikan apakah ada luka atau tidak.
Karna kesal, Clara langsung menyuruh pemilik motor yang berada di samping mobilnya untuk turun.
"Gue pinjem bntr" Kemudian ia langsung melaju dengan kencang mengejar pengendara motor tadi.
Dengan gesit Clara langsung menghadang jalan si cowok tersebut, dan menyuruhnya turun.
"Turun gk lo!!"
"Apasi cewek gajelas"
"Cepet minta maaf sama nenek tdi"
"Ogah". Clara langsung mengambil kunci motor si cowok tadi.
" Eh balikin kunci motor gue, lo apa apaan si"
"Kunci motor lo gak akan balik sebelum lo mau minta maaf sama nenek tadi"
"Iya udh iya cepet ah, ribet bgt lu"
Kemudian Clara dan si cowok tadi langsung berbalik arah ke tempat kejadian tadi.
"Cepet minta maaf" Ucapnya sambil bertolak pinggang.
"Nek saya minta maaf soalnya saya lagi buru-buru" Ucapnya sambil mencium tangan si nenek.
"Iya gpp nak, lain kali kamu hati-hati ya, perhatiin juga pejalan kaki. Jangan sampe kejadian tadi terulang lagi"
"Iya nek, saya boleh pergi kan nek"
"Iya nak silhkan"
Sebelum pergi si cowok tadi memberikan si nenek beberapa lembar uang sebagai permintaan maaf. Kemudian dia menghampiri Clara yang sedari tadi mengawasi dirinya agar tidak kabur.
"Udah tuh gue udh minta maaf, gue buru-buru. Gue pamit dulu"
"Yaudh"
Kemudian Clara berbalik badan dan melihat cowok dengan tatapan dingin yang dari tadi memperhatikan gerak geriknya. Dia adalah cowok pemilik motor yang di pinjam Clara tadi.
"Oh iya, maaf ya tdi gue tiba-tiba pake motor lo" Ia merasa canggung melihat si cowok yang tidak memberikan respon.
"Apa dia marah ya gara-gara gue pake motornya tadi? Tapi kan motornya gue balikin lagi, gak gue bawa kabur kok" Batinnya.
"Maaf ya" kemudian ia melihat jam tangannya, ia sangat kaget karna kejadian ini ia terlambat sampai rumah.
Jam sudah menujukkan pukul 14.04 yang artinya ia terlambat empat menit dan pastinya saat sampai di rumah ia akan mendapatkan hukuman itu lagi.
Tanpa ia sadari ternyata cowok tadi sudah pergi begitu saja tanpa bicara sepatah katapun. Ia sudah sangat ketakutan dan langsung melajukan mobilnya menuju rumah. Selama di perjalanan ia memikirkan bagaimana nasibnya saat sampai di rumah nanti.
Lima menit kemudian ia sampai di rumah dan langsung berlari ke pintu utama dan mengetuk pintu rumah. Dan masuk ke dalam rumah. Ia hanya bisa menunduk, ia tau bahwa papanya sudah menunggu kedatangannya.
Di ruang tamu sudah dipenuhi oleh teman-teman Bara dan Abian. Abian merupakan ketua geng motor "Black Moon" Dan Bara adalah wakilnya. Dan ruang tamu sudah dipenuhi oleh anggota dari geng motor tersebut.
Clara tidak menghiraukan orang-orang di dalam ruangan itu. Badannya sudah gemetar, ia sudah merasa sangat ketakutan. Beberapa dari anggota geng motor itu dulu pernah melihat Clara di hukum oleh papanya. Dan yang lainnya belum pernah.
Papa nya yang sangat tidak peduli dengan sekelilingnya jika sudah marah tidak mengambil pusing jika tindakannya nanti akan di lihat oleh teman-teman Bara dan Bian.
Clara terus menunduk, bi Imah yang sudah tau apa yang akan terjadi hanya bisa diam melihat dari arah dapur, begitu juga dengan Bian. Ia memilih untuk main handphone agar ia tidak melihat adiknya disiksa.
"Sudah berapa kali saya bilang, jangan pernah telat pulang ke rumah. Punya kuping gk?" Ucap sang papa dengan nada tinggi.
"Ma- maaf pah, tadi ada kecelakaan kecil di jalan jadinya aku telat sampai rumah"
"Kamu kira saya peduli dengan hal itu".
Mencengkram pipi Clara dengan kuat lalu menghempaskan nya begitu saja.
" Letakkan tas kamu"
Dengan berat hati Clara berjalan ke dekat sofa dan meletakkan tasnya.
"Pah, apa boleh hukumannya besok aja? Luka Clara yg kemarin belum sembuh" Mohon ara kepada papanya.
"Kamu berani atur-atur saya? Kalo mau hukumannya besok, kamu bisa mati di tangan saya" Ancam nya.
Teman-teman Bara sontak kaget mendengar ucapan papa tadi. Sedangkan Bian mengepalkan tangannya sekuat mungkin. Ia merasa sakit dan juga marah mendengar ucapan papanya. Ia tidak akan membiarkan adiknya mati di tangan papanya.
"Bara, cepat ambil cambuk di laci meja itu" Perintah papa.
Kemudian Bara berjalan dan mengambil cambuk yang biasanya memang digunakan untuk menghukum Clara lalu menyerahkannya kepada papa.
Kejadian ini seolah menjadi tontonan gratis bagi orang-orang yang berada di rumah tersebut. Karna saat sekarang ini baik Bara dan teman-temannya fokus melihat apa yang akan terjadi pada Clara setelah ini. Mereka tidak fokus dengan apa yang akan mereka bahas tadi.
"Balik badan". Clara berbalik badan dan tetap menunduk.
Kemudian papa mulai melancarkan aksinya, ia mulai melayangkan cambukan ke tubuh Clara. Ia mengepalkan tangannya sekuat mungkin untuk menahan rasa sakitnya agar ia tidak mengeluarkan suara.
Karna jika Clara menangis atau mengeluarkan suara, papa akan semakin menjadi-jadi. Ia menangis tanpa mengeluarkan suara. Air matanya mengalir begitu saja setelah dipukul berulang-ulang. Ia mendapatkan cambukan sebanyak lima puluh kali. Bayangkan bagaimana rasa sakitnya.
Tapi itu sudah menjadi hal biasa bagi Clara dari kecil, ia sudah biasa menerima pukulan, tendangan, cambukan dan hinaan dari keluarganya. Namun kenapa sekarang ini rasanya begitu sakit.
Bian menangis mendengar suata cambuk yang mengenai tubuh adiknya walaupun Clara tidak mengeluarkan suara tangisan sedikitpun. Alvin juga memilih diam dan mencari kegiatan lain agar ia tidak melihat Clara yang sedang disiksa tersebut.
Dan ada satu cowok yang tanpa ia sadari ia mengepalkan tangannya sampai urat-urat tangannya terlihat jelas saat ia menyaksikan kejadian di depannya ini.
Ia juga tidak sadar kenapa ia begitu sakit hati melihat Clara di siksa seperti ini. Ia teringat pada gadis kecilnya dulu yang juga sering di siksa oleh orang tuanya. Namun sekarang entah dimana keberadaan gadis kecilnya tersebut.
Setelah cambukan terkahir, tubuh Clara langsung terjatuh ke lantai dan mengeluarkan suara tangisan yang sangat menyayat hati orang-orang di ruang tamu tersebut, terlebih lagi Bian yang juga ikut menangis karna tidak bisa menolong adik kecilnya itu.
Untuk beberapa saat Clara membiarkan tubuhnya tergeletak di lantai untuk mengembalikan sedikit tenaganya agar bisa berjalan ke kamar nanti. Clara terus menangis.
Dan ternyata belum sampai di situ, karna muak mendengar suara tangisan Clara, papa langsung menarik rambut Clara agar ia berdiri, dan kemudian papa membenturkan kepala Clara ke sudut meja makan. Hal itu membuat kening Clara robek dan mengeluarkan banyak darah.
Setelah puas melihat Clara tersiksa, kemudian papa langsung pergi ke kamar. Dan di ruang tamu cuma tersiksa teman-teman Bara dan juga bi Imah yang langsung menghampiri Clara setelah papa ke kamar.
Bi Imah menangis melihat kondisi Clara dan ia meletakkan kepala Clara di paha nya.
"Non tunggu disini ya, bibi obatin dulu. Nonton Clara belum bisa jalan kan, tunggu sebentar ya non" Ucap bibi sambil menangis dan pergi mencari kotak obat.
"Bibi obatin dulu non, sabar ya" Tak henti-hentinya bi Imah menangis melihat kondisi Clara yang sangat berantakan ini.
"Bii, biarin Ara disini dulu. Ara belum ada tenaga untuk jalan ke kamar" Suaranya sudah tak terdengar lagi, ia berbicara seolah sedang berbisik.
"Iya non, bibi temenin non disini"
"Bii, badan Ara sakit" Lalu ia kembali menangis mengingat seluruh tubuhnya yang luar biasa sakit.
Saat Bagas temannya Bara ingin menolong Clara. Ia langsung dihentikan olahraga Bian.
"Jangan tolongin adek gue"
"What the ****? Lo gak liat kondisi dia kayak gimana?"
"Jangan, jangan tolong dia. Kalo sampe bokap gue tau ada yang bantuin dia, dia akan makin di siksa. Gue gak mau adik gue mati karna terus-terusan di siksa" Bian kembali meneteskan air mata melihat kondisi adiknya dan dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Clara yang melihat Bian menangis, ia juga ikut menangis. Mereka saling tatap dalam diam.
"Bibi, bilang sama abang jangan nangis, Ara gak papa. Ara masih kuat" Ia berbicara dengan sangat pelan yang hanya bisa di dengar oleh bi Imah.
"Baik non".
" Den Bian, non Clara bilang jangan nangis, dia sedih liat den Bian nangis. Non Clara bilang dia gpp, dia masih kuat".
Bian menunduk dan kembali terisak.
Kurang lebih 10 menit Clara hanya diam tergeletak di lantai, badannya begitu sakit. Walaupun hanya bergerak sedikit saja itu membuat seluruh badannya terasa sangat nyeri.
Setelah dirasa tenaganya sudah sedikit terkumpul, ia meminta tolong kepada bi Imah untuk membantunya berdiri dan berjalan menuju kamar. Ia merasa kesulitan karna kamarnya yang terletak di lantai dua.
Bi Imah bingung bagaimana cara membantu Clara. Karna seluruh badan Clara penuh dengan luka. Akhirnya bi Imah memegang Clara denga hati-hati agar Clara tidak kesakitan.
Ia berjalan dengan tertatih, badannya sangat lemas. Saat akan berjalan ke kamar, mata Clara tidak sengaja melihat ke arah cowok yang juga menatapnya dari tadi. Kemudian langsung jalan menuju kamar.
Setelah sampai di kamar, bi Imah langsung mengobati Clara. Dan memberikan obat untuk Clara.
"Kalau ada apa-apa, non Clara bisa bilang bibi ya. Sekarang non tidur dulu, non istirahat biar cepat sembuh".
Clara hanya mengangguk tanpa berbicara sedikitpun. Lalu ia memejamkan matanya dan beristirahat.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!