Seorang pria berwajah tampan namun terkesan dingin turun dari mobil dengan kaca mata hitam yang bertengger di atas kepalanya. Rambutnya yang klimis dan terkesan rapi langsung tertiup angin laut yang berhembus kencang sore itu.
Tidak ada ekspresi berlebih dari wajah tampan yang dia dapatkan dari sang ayah. Dingin, datar dan terkesan angkuh. Siapapun jelas tidak akan berani untuk menyapa atau bahkan mengganggu pria ini.
Pria dengan kepribadian yang penuh dengan kesempurnaan. Pria ini adalah Albidzar Zevandra Dewantara. Pria tampan berusia 30 tahun, seorang pebisnis muda yang mewarisi perusahaan Dewantara dari sang ayah yang kini sudah memilih untuk di rumah dan menyerahkan seluruh urusan bisnis dan perusahaan padanya.
Zev, panggilan pria ini. Dia memandang wilayah pantai yang masih dalam tahap pembersihan untuk dia membangun beberapa resort disana. Resort yang akan dia persembahkan untuk sang mommy sebagai hadiah ulang tahunnya nanti.
Dalam beberapa minggu ini, Zev akan sering berada di kota ini untuk menyelesaikan semua yang di perlukan, terutama wilayah lahan yang masih bermasalah.
Lombok, Nusa Tenggara Barat. Cukup jauh dari ibukota Jakarta dan pastinya akan semakin membuat dia sibuk dengan jarak tempuh ini. Tapi itu bukan masalah untuk Zev. Demi untuk membahagiakan mommy nya, apapun akan dia lakukan.
"Zev, sepertinya ini akan sedikit rumit." Suara Issa membuat Zev menoleh kearahnya. Sepupu Zevandra sekaligus tangan kanannya selama mengurus tentang proyek mereka di sini.
"Apa info terbaru?" Tanya Zev. Dia mulai melangkahkan kakinya menuju sebuah bangunan kecil dimana terdapat tulisan panti asuhan di sana.
"Pihak panti sama sekali tidak ingin menjual lahan mereka. Mereka berkata jika tempat itu merupakan tanah wakaf dari pemilik sebelumnya." Jawab Issa.
"Bukankah kau sudah menemui pemilik sebelumnya?" Tanya Zev.
Issa mengangguk pelan.
"Hmm... tua bangka itu berkata jika tanah itu memang di berikan oleh kakeknya zaman dulu kala. Namun tanpa surat. Maka dari itu dia mau menjualnya pada kita." Ucap Issa sembari dia memperhatikan area di sekitar sana, yang masih ditumbuhi pepohonan bakau dan juga sedikit kotor. Sepertinya tidak ada yang melirik area ini untuk di jadikan tempat wisata, padahal cukup bagus jika dirawat.
"Terserah, yang terpenting bagaimanapun caranya aku mau tempat ini di jadikan resort." Kata Zev, tidak bisa di bantah. Dia menghentikan langkahnya dan memandang jijik pada tumpukan sampah yang menggunung di sekitar tepian pantai itu.
Apa mereka tidak tahu cara membersihkan tempat ini?
"Heh, kenapa berhenti. Ayo, kita harus membicarakan hal ini langsung pada pemilik panti," ajak Issa.
"Kau tidak lihat, disana sangat jorok." Sahut Zev terdengar ketus.
Issa menghela nafas jengah dan langsung memandang para pengawal mereka yang berbaris rapi di belakang.
"Kalian, lakukan sesuatu!" Ujar Issa pada mereka.
"Sudah aku bilang, biar aku saja yang mengurus. Kau lihat, kau hanya membuat aku susah disini." Gerutu Issa.
"Ck... ini rencanaku, aku ingin semua berjalan dengan sempurna." Sahut Zev tidak terima.
"Terserah padamu wahai tuan aneh, yang terpenting kau harus membantuku setelah ini. " Ucap Issa.
Zev hanya mendengus kesal dan langsung menoleh kearah pengawal pengawalnya yang dengan sigap menunduk dan menyemprotkan cairan anti kuman di sepatu dan celananya.
Issa menggeleng pelan memandang sepupunya ini. Setiap pergi bersama Zev, dia dan para pengawalnya memang harus menyiapkan mental. Karena Zev adalah tipe orang yang mencintai kebersihan dan tidak suka tempat yang kotor. Sejak kecil dia memang menggilai kebersihan karena Zev memang memiliki penyakit OCD atau gangguan obsesif kompulsif yang menjadi salah satu penyakit mental yang banyak dikenal orang.
Oleh sebab itu, Zev adalah orang yang sangat terorganisir dan teliti. Benar benar merepotkan semua orang.
Namun Issa tidak heran lagi dari mana Zev bisa mendapatkan penyakit ini, yang jelas ayah Zev juga seperti ini dulunya, bahkan lebih parah.
...
Sementara di Jakarta,
Di sebuah rumah mewah keluarga Adiputra, mereka benar benar pusing dengan kelakuan putri semata wayang mereka yang sedang menangis seperti anak kecil. Padahal usianya sudah menginjak 25 tahun saat ini, namun kelakuannya benar benar manja sekali.
"Zeze, jika kamu tidak berhenti menangis juga, daddy akan mengurung mu di villa!" Ancam Reynand, ayah Zeze.
Zevanya Adiputra, atau yang biasa di panggil Zeze itu langsung terdiam dan masih saja menyisakan isak tangis. Hidungnya memerah, namun bukan membuat dia terlihat jelek, tapi malah sebaliknya. Mewarisi gen dari orang tua yang tampan dan cantik, membuat Zeze tumbuh menjadi seorang gadis dengan perawakan yang cantik jelita bahkan nyaris sempurna di pandangan mata.
"Daddy, kenapa daddy jahat sekali? Zeze cuma ingin berlibur, dad. Zeze pusing bekerja terus." Sahut Zeze dengan wajah cemberutnya.
"Kamu itu baru bekerja lima bulan ini Zeze, kenapa sudah seperti bekerja lima tahun saja. Astaga." Reynand langsung memijat kepalanya yang terasa berat. Zeze, anak perempuannya ini selalu saja membuat dia naik darah. Tingkah Zeze yang manja, dan tidak pernah memikirkan masa depan membuat Reynand khawatir. Zeze hanya tahu bermain dan liburan ke luar negeri tanpa ingin bekerja. Bukan sayang uang, tapi Reynand ingin putrinya ini bisa mandiri dan sedikit berfikir kedepan. Selama ini dia selalu fokus pada putra nya saja, dan sekarang ternyata anak perempuannya yang selalu membuat ulah.
"Kamu mau berlibur kemana lagi, nak? Kasihan kakak bekerja sendiri di perusahaan." Ucap Nara, ibu Zeze. Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dan elegan itu duduk di samping Zeze dan memandangi putrinya dengan helaan nafas yang cukup panjang.
"Cuma ke Lombok, mommy. Dekat kok. Lagian Zeze cuma cuti aja. Nantikan Zeze kerja lagi. Masak iya seumur hidup harus bekerja terus. Capek dong." Sahut Zeze.
"Jika kamu tidak ingin lagi bekerja, lebih baik kamu menikah." Ujar Reynand yang sudah mulai lelah.
"No, daddy. Zeze masih muda, dan Zeze belum ingin menikah. Lagipula belum ada yang bisa membuat Zeze jatuh cinta." Kata Zeze dengan kesal.
"Tidak perlu cinta, jika kamu masih tidak bisa mengikuti perkataan daddy, maka daddy akan meminta Shaka untuk menikahi mu." Tegas Reynand.
Zeze langsung melebarkan matanya mendengar itu. Shaka, lelaki menyebalkan itu? Oh tidak.
"Mommy..." Zeze langsung merengek pada mommy nya.
"Maka itu turuti perintah daddy nak. Jangan lagi asik bermain." Ujar Nara
Zeze berdecak kesal, dia tertunduk menahan tangis. Namun tiba tiba suara seseorang membuat mereka semua menoleh ke arah pintu.
"Zeze... pasti kamu buat masalah lagi." Ucap Arya, uncle Zeze.
"Uncle... help me." Rengek Zeze yang langsung berlari dan memeluk Arya dengan manja. Membuat mata Reynand langsung mendelik tajam melihat itu.
"Ini semua gara gara kau yang selalu memanjakan dia. Lihat ulahnya yang hanya tahu bermain dan terus bermain." Gerutu Reynand. Wajahnya terlihat begitu kesal, apalagi sejak kecil Zeze memang lebih dekat dengan Arya dari pada dengannya.
Arya terkekeh kecil sembari mengusap pucuk kepala Zeze dengan lembut.
"Apa lagi yang kamu mau, bukannya sudah berjanji akan membantu kakakmu di perusahaan?" Tanya Arya yang membawa Zeze untuk duduk di sofa bersama kedua orang tuanya.
"Zeze cuma mau liburan sebentar. Zeze capek uncle. Cuma dua minggu doang." Rayu Zeze. mata nya memandang Arya dengan begitu mengiba membuat Arya menjadi tidak tega melihatnya.
Dia langsung menoleh pada Reynand yang wajahnya sudah sangat masam.
"Apa??? Tidak ada lagi berlibur. Kau jangan merayuku!" Sahut Reynand dengan cepat.
Nara benar benar pusing jika sudah seperti ini.
"Begini, kita buat kesepakatan saja." Tawar Arya.
"Kesepakatan apa lagi? Kau selalu saja berpihak dan membelanya. Kau lihat anak perempuan ini benar benar menjengkelkan." Gerutu Reynand.
Zeze langsung mengerucutkan bibirnya dengan kesal. Daddy nya ini memang pemarah sekali.
"Ini yang terakhir Zeze berlibur. Setelah pulang dari berlibur, dia bisa memilih. Terus bekerja, atau menikah. Bukankah Tuan Bima sudah membicarakan hal ini." Ujar Arya.
"Uncle, kenapa jadi membela daddy." Protes Zeze.
"Bukan membela sayang, tapi ini demi kebaikanmu. Tidak baik anak gadis terus berkeliaran tidak jelas." Sahut Arya.
"Benar nak, kamu anak perempuan kami satu satunya. Mommy tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padamu." Ucap Nara pula.
Zeze langsung menghela nafas kesal mendengar itu.
"Oke, ini yang terakhir. Tidak ada lagi waktu bermain. Kamu hanya tinggal memilih. Kamu tahu Shaka sudah menyukai mu sejak dulu." Kata Reynand.
"Bekerja atau menikah!"
Benar benar pilihan yang menjengkelkan.
Bandara Internasional Lombok Praya, waktu setempat.
Zevanya Adiputra,berjalan keluar menuju lobi bandara dengan wajah yang terus menyunggingkan senyum manisnya. Sebuah kaca mata hitam bertengger di hidungnya yang mancung, juga jaket denim yang melapisi kaus putih yang dia kenakan membuat penampilan gadis itu terlihat kece dan cukup keren. Apalagi dengan rambut yang dia ikat keatas membuat dia terlihat begitu segar dan energik.
Akhirnya setelah lima bulan berkutat di perusahaan menjadi sekretaris kakaknya sendiri, dia bisa keluar dan menikmati lagi udara segar serta kebebasan ini.
Ya, meskipun setelah pulang dari sini dia harus menentukan sebuah pilihan besar. Tapi tidak masalah, masih cukup lama, dan Zeze harus menikmati liburannya terlebih dahulu. Masalah pilihan itu akan dia fikirkan nanti.
"Hei, kak Ze! Kamu ini cepat sekali jalannya!"
"Kami sudah seperti bodyguard saja sekarang."
Seruan Daffa dan Daffi membuat langkah Zeze terhenti. Dia langsung berbalik dan memandang kedua pemuda kembar itu yang menyeret kopernya, wajah mereka sedikit kesal namun terlihat lucu di mata Zeze.
Anak anak uncle Arya yang sudah seperti adik sendiri baginya. Masih berusia 20 tahun, namun mereka tumbuh menjadi pemuda yang tampan dan gagah. Mirip sekali dengan uncle Arya. Wajah mereka kembar identik dan nyaris mirip sempurna. Dan yang membedakan adalah, Daffa berambut cepak sedangkan Daffi berambut gondrong seperti ayahnya.
"Hanya dua koper, kenapa kalian jadi manja sekali. Salah sendiri ikut aku pergi." Ucap Zeze dengan wajah menyebalkan seperti biasa.
"Ini karena ayah, jika dia tidak memaksa, kami tidak akan ikut. Lebih baik liburan kerumah kakek di Bandung." Sahut Daffa.
Daffi langsung mengangguk cepat. Kompak sekali mereka.
"Yah, para orang tua itu memang menyebalkan. Aku ingin liburan bersama teman temanku, nyatanya malah kalian yang diminta untuk pergi." Gerutu Zeze.
"Itu karena kakak yang nakal. Coba kalau diam saja dan bekerja dengan baik. Tidak akan begini jadinya." Sahut Daffa. Dia yang terlihat lebih tegas dari pada Daffi.
"Aku tidak nakal, aku hanya sedang menikmati masa mudaku sebelum aku menikah. Kamu ini," sahut Zeze tidak terima.
Daffi langsung berjalan dengan cepat ke arah Zeze.
"Jadi kamu sudah memutuskan untuk menikah, kak?" Tanya Daffi begitu antusias.
Zeze mengerucutkan bibirnya dengan kesal, dia kembali melangkahkan kakinya dan berjalan menuju keluar gedung.
"Yes, mungkin dengan menikah aku bisa sedikit bebas dari aturan daddy yang menyebalkan itu. Bukankah Shaka selalu menuruti apa yang aku mau." Ungkap Zeze, senyumnya benar benar terlihat licik.
Daffi berlari mengejar langkah Zeze.
"Hei, kamu tidak boleh memanfaatkan kak Shaka. Dia itu lelaki yang baik." Sahut Daffi.
Zeze mengendikkan bahunya dan terlihat acuh.
"Salah sendiri dia mau menikah denganku. Padahal aku sudah selalu menolaknya." Jawab Zeze.
"Dasar play girl." Sindir Daffa.
Zeze langsung melengos kesal, sedangkan Daffi malah terbahak lucu. Zeze dan Daffa memang sedikit kurang cocok. Selalu saja berdebat, namun itulah yang terlihat membuat mereka dekat karena sikap Daffa yang lebih dewasa.
"Sudahlah, aku mau membeli donat dan minuman di sana. Kalian tunggu orang yang akan menjemput kita disini." Ujar Zeze sembari menunjuk sebuah toko donat tidak jauh dari tempat itu.
"Ya, belilah yang banyak. Aku lapar." Pinta Daffi.
"Iya iya. Aku tahu kalian sudah lapar," sahut Zeze
"Kami? padahal dia sendiri yang sudah lapar dan memang doyan makan. Lihat saja pipimu itu, kak." Ucap Daffa meledek Zeze.
buk
Zeze langsung meninju lengan kekar pemuda itu.
"Jangan selalu mengungkit tentang pipiku," sahut Zeze terlihat kesal. Dia langsung menghentakkan kakinya dan berjalan menjauh dari Daffa dan Daffi yang tertawa lucu melihat kelakuan Zeze, yang meski sudah dewasa namun masih saja terlihat kekanakan.
Yah, mereka tahu jika sifat Zeze didapatkan karena ayah mereka yang selalu membela dan memanjakan gadis itu.
...
Zeze membeli dua box besar donat dengan berbagai varian rasa, juga tidak lupa tiga gelas minuman dingin untuk mereka nikmati bertiga.
Tangannya sudah penuh sekarang, bahkan Zeze terlihat kepayahan membawa makanan dan minuman itu.
Namun di saat dia sedang kepayahan, ponselnya malah berbunyi nyaring. Itu pasti mommy nya yang menghubungi Zeze.
Zeze menghisab minuman rasa cokelat miliknya dengan sedikit kepayahan, tangan nya yang memegang plastik donat juga terlihat merogoh tas kecil miliknya hingga membuat Zeze tidak lagi memandang jalanan di depan.
Sedangkan dari arah berlawanan terlihat dua orang pria berjalan kearahnya. Keduanya nampak begitu serius membicarakan sesuatu.
Tidak ada satupun dari mereka yang memandang kedepan, hingga akhirnya...
bruk... Zeze dan salah satu pria langsung bertabrakan tanpa sadar.
"Auh!" Zeze berteriak kaget, apalagi ketika tubuhnya hampir terhempas kebelakang dan barang bawaannya yang semua jatuh keatas lantai.
"Oh, ya ampun. Maaf maaf." Ucap Zeze seraya membuka kaca matanya, dia langsung melihat kearah seorang pria tampan yang kini sudah melotot kearahnya, sedangkan pria lainnya nampak meringis memandang pria tampan itu.
"Tu..tuan, maaf. Saya tidak sengaja." Ucap Zeze dengan senyumnya yang terasa getir. Apalagi ketika melihat minuman cokelat dan juga air jeruk yang tumpah dan membasahi jas mahal pria itu.
"Apa kau tidak punya mata ha!" Teriak pria itu begitu marah.
"Maaf, aku benar benar tidak sengaja, tuan." Zeze langsung mencari sapu tangan di dalam tasnya, dia benar benar merasa bersalah karena sudah membuat pakaian pria ini kotor.
Pria yang tidak sengaja ditabrak oleh Zeze adalah Zevandra, si pria pembersih dan tidak suka hal hal kotor. Tentu saja minuman dingin dan lengket yang tumpah mengenai kemeja dan jasnya ini membuat Zev merasa sangat jijik dan ingin segera mandi sekarang.
"Tuan, biar aku bersihkan." Ucap Zeze, dia ingin mengarahkan sapu tangannya dan membersihkan minuman itu ditubuh Zevandra, namun Zev langsung mundur ke belakang. Dia sama sekali tidak ingin di sentuh oleh wanita ini.
"Nona, tidak perlu dan jangan menyentuhnya." Ujar Issa dengan cepat.
Zeze mematung, dia kembali menoleh kearah Zev. Dan matanya sedikit melebar saat tiba tiba Zev membuka jas yang dia kenakan dengan cepat dan dengan raut wajah jijik. Namun tidak sampai disitu, Zeze terkesiap saat jas itu malah mendarat di wajahnya.
Zev melemparkan jasnya kearah Zeze dengan kesal.
"Kau!!" Teriak Zeze tidak terima. Dia menyingkirkan jas Zev dari wajahnya dengan kesal. Namun ketika dia akan marah, mulutnya langsung terbungkam saat melihat Zev yang malah melepaskan kemeja yang dia kenakan. Tentu saja itu membuat otot otot tubuhnya yang keren terpampang nyata.
Issa langsung menepuk dahinya melihat kelakuan Zevandra.
Sementara Zeze masih terpana dengan pemandangan yang cukup menyilaukan mata ini. Ini pemandangan yang indah untuk seorang gadis yang menggilai pria pria tampan seperti Zeze.
"Tuan... apa anda sedang memamerkan tubuh seksi anda itu?" Tanya Zeze terdengar menggoda. Dia menggelengkan kepala dan menahan senyum melihat kelakuan Zevandra.
Zev tidak menjawab, dia kembali melemparkan kemejanya kearah Zeze, tentu saja Zeze langsung menangkap kemeja itu dengan cepat.
"Oke, tubuhmu memang keren." Puji Zeze dengan mengangkat kedua jempolnya.
Zev memandang Zeze dengan kesal, dia tidak punya banyak waktu untuk melayani gadis gila ini. Zev sudah ingin mandi sekarang.
"Zev, kau benar benar akan pergi dengan bertelanjang dada seperti ini?" Tanya Issa.
"Berisik, apa kau fikir aku tahan dengan kotoran itu." Sahut Zev, tanpa memperdulikan Issa dan Zeze, Zev langsung melanjutkan langkahnya menuju mobil.
"Hei, tuan! Apa kau tidak mau membuka celanamu sekalian?" Seru Zeze
Langkah Zev langsung terhenti mendengar seruan Zeze. Dia berbalik arah dengan pandangan mata yang menatap Zeze dengan tajam dan kesal.
"Kau lebih cocok menjadi model celana dal*m, tuan!" Teriak Zeze dengan wajah meledeknya. Bahkan dia tertawa melihat wajah Zev yang sudah memerah sekarang, apalagi banyak orang orang yang memperhatikan mereka di sana.
Issa langsung mendengus tawa mendengar itu.
"Kau!" Zev benar benar meradang. Apa gadis itu memang sedang mencari gara gara dengannya? Awas saja.
Dengan kemarahan yang sudah memuncak, Zev kembali berjalan ke arah Zeze, bahkan sedikit berlari.
Zeze terbelalak, dia langsung melemparkan jas dan kemeja Zev ke arah Issa, dan setelah itu langsung mengambil langkah seribu untuk berlari dari kejaran Zev.
"Hei, jangan lari kau!!!!"
Nafas Zeze tersengal, bahkan detak jantungnya juga bergemuruh hebat saat ini. Dia menoleh kebelakang dan memandang pria tidak berbaju itu sudah masuk ke dalam mobilnya. Hingga Zeze bisa bernafas dengan lega sekarang. Jangan sampai dia tertangkap oleh pria aneh itu, jika tidak, sudah Zeze pastikan jika dia tidak akan selamat.
Lagipula pria itu memang aneh, bisa bisanya dia membuka pakaiannya di tempat umum seperti itu dan akhirnya menjadi tontonan semua orang.
Astaga, memang pria aneh. Dan Zeze baru kali ini menemukan pria seperti itu. Hanya karena tertumpah minuman yang sedikit lengket dia rela memampangkan tubuh seksinya yang berotot itu.
"Hei, kak. Apa yang sudah kau lakukan pada pria itu?" Tanya Daffi.
"Bisa bisanya dia sampai membuka baju seperti itu." Sahut Daffa pula. Mereka sudah berada di dalam mobil sekarang. Sudah pergi meninggalkan bandara itu.
Daffa dan Daffi benar benar heran melihat Zeze yang berlari dan langsung masuk ke dalam mobil setelah membuat seorang pria membuka pakaiannya sendiri.
"Kalian tidak tahu kan, dia benar benar pria aneh. Bisa bisanya dia membuka pakaian di tempat umum hanya karena aku tidak sengaja menumpahkan minuman ke pakaiannya." Ungkap Zeze.
Daffi langsung terbahak mendengar itu, bahkan dia sedikit menoleh kebelakang untuk memastikan jika pria itu tidak akan mengejar mereka karena ulah Zeze barusan.
"Kamu bukannya meminta maaf, malah menertawainya kak. Astaga, jangan sampai dia dendam dan mencari mu setelah ini." Daffa menggeleng pelan memandang Zeze yang duduk di sebelahnya.
"Ck... tidak akan. Lagipula aku rasa dia cuma turis atau sedang melakukan perjalanan bisnis disini." Sahut Zeze.
"Tapi sepertinya dia bukan orang biasa, kak. Dari penampilan dan juga mobil yang dia gunakan sepertinya dia orang besar." Ucap Daffi dari kursi depan.
"Biar saja, apa peduliku. Tadi itu aku jamin adalah pertemuan pertama dan terakhir kami. Lagi pula, hitung hitung untuk cuci mata setelah melihat tubuh seksinya." Zeze kembali tertawa geli ketika membayangkan kembali ulah pria aneh itu yang memamerkan dada telanjangnya.
"Otakmu memang sudah tidak berfungsi lagi, kak." Sahut Daffa yang langsung meraup wajah Zeze dengan gemas.
"Aaahh.... asin tahu!" Seru Zeze dengan kesal.
...
Beberapa saat kemudian di tempat lain..
Zevandra turun dari mobil dengan wajah yang terlihat kesal. Sepertinya moodnya sedang tidak bagus saat ini. Kejadian di bandara tadi membuat dia benar benar menahan emosi. Gadis gila yang bisa merusak hari Zevandra menjadi berantakan. Apalagi karena gadis itu dia menjadi tontonan semua orang.
Benar benar menjengkelkan!
"Zev, bisakah kau datar kan sedikit wajahmu itu? Anak anak panti pasti akan takut melihat mu nanti." Ujar Issa yang juga sudah turun dari mobil. Mereka berjalan kembali menuju gedung panti yang terlihat sepi di siang hari ini.
"Apa peduliku," sahut Zev dengan begitu tega.
Issa langsung menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia tahu jika Zev pasti masih kesal dengan masalah tadi.
"Sudahlah, kau selalu begitu. Masalah yang lalu selalu saja kau ingat sampai mati." Ungkap Issa.
Zev mendengus kesal.
"Aku tidak akan melupakannya, jika bertemu lagi, aku tidak akan mengampuni gadis itu." Sahut Zev. Wajahnya benar benar dingin dan kelam.
Issa tertawa kecil dan menggeleng pelan, dia menoleh kebelakang dimana para pengawal masih dengan setia mengikuti mereka.
"Dia tidak sengaja, Zev. Lagi pula kau juga aneh, kenapa membuka pakaian mu disana. Tidak bisa menunggu di dalam mobil?" Tanya Issa.
"Kenapa kau jadi menyalahkan aku, aku tidak ingin kulitku yang bersih ini ternodai dengan minuman menjijikkan itu." Zev kembali kesal sekarang.
"Ok .. ok.. baiklah. Jangan marah, sebaiknya kita masuk dan selesaikan semua hari ini." Ujar issa yang lebih memilih mengalah dan mengalihkan kemarahan Zev. Pria dingin ini benar benar membuat kepalanya pusing.
Mereka berjalan dengan aura Zev yang datar dan dingin, di tambah dengan para pengawal yang berwajah datar, membuat pengurus panti yang melihat kedatangan mereka langsung tertegun dan mulai takut. Mereka sudah tahu apa yang akan di lakukan oleh para tuan muda ini datang kesini.
"Bu, apa mereka memang benar benar ingin membeli panti ini?" Tanya seorang gadis belia. Mungkin masih sekitar 13 atau 14 tahun.
"Iya nak, sudah biar ibu yang menemui mereka. Kamu masuk dan jaga adik adik." Ujar bu Ratna, wanita paruh baya dengan jilbab yang menutupi kepala dan sebagian tubuhnya.
Dia langsung berjalan kedepan pintu dan menunduk sedikit pada Zev yang terlihat acuh dan serius.
"Tuan, mari silahkan masuk." Ajak bu Ratna sembari menjulurkan tangannya mengajak Zev dan Issa masuk. Wajahnya memucat, mungkin dia takut melihat Zev datang.
"Terimakasih, bu." Ucap Issa, sedangkan Zev hanya diam dan langsung melengos masuk ke ruang tamu panti itu. Ruangan yang kecil dan sedikit usang karena cat yang sudah mengelupas.
"Tuan, tunggu sebentar, saya akan membuatkan minuman untuk tuan tuan." Bu Ratna mencoba bersikap ramah pada kedua tamunya ini. Namun Zev langsung menyahut dengan cepat.
"Tidak perlu berbasa basi bu, kami ingin cepat. Dan sebaiknya kita selesaikan ini sekarang." Ujar Zev. Bahkan dia berdiri dengan tangan yang dia masukkan kedalam saku celananya. Memandang bu Ratna dengan pandangan mengintimidasi membuat wanita tua itu semakin merasa takut. Dan bukan hanya bu Ratna, melainkan beberapa anak panti yang mengintip dari sebalik pintu.
Zev dan para pengawal itu begitu seram di mata mereka.
"Bu, kami kesini untuk memberi tahu pada ibu jika kami sudah membeli tanah ini dari tuan Budi." Ungkap Issa.
"Apa? Lalu... bagaimana dengan kami tuan? Bagaimana dengan nasib anak anak panti ini?" Tanya bu Ratna, matanya sudah berkaca kaca sekarang.
Ada sekitar 20 anak anak yang harus dia jaga, dan jika mereka kehilangan tempat ini, dimana lagi mereka akan tinggal?
"Saya memberi waktu kalian satu minggu untuk mengosongkan panti ini. Tapi tenang saja,"
"Tunggu dulu," sahut bu Ratna.
"Tuan, meski panti ini kecil tapi anak anak sudah betah tinggal di sini. Pasti berat untuk mereka pindah ke tempat lain. Lagi pula, kemana akan saya bawa mereka tuan?" Bu Ratna mulai mengiba memandang Zev.
"Bu," panggil Issa. Bu Ratna langsung menoleh pada Issa dengan wajah yang sangat cemas. Dia sudah takut dan bingung sekarang.
"Kami meminta ibu mengosongkan tempat ini bukan karena kami jahat. Kami juga tidak akan tega untuk menelantarkan anak anak panti. Lagi pula kami pasti akan bertanggung jawab untuk mencari rumah baru bagi mereka." Ungkap Issa.
"Tapi tidak semudah itu tuan, anak anak pasti keberatan." Sahut bu Ratna.
"Panti ini sudah kumuh, donasi yang masuk juga sudah berkurang karena berada di tempat terpencil. Anak anak panti juga tidak banyak lagi. Jadi sudah sepantasnya kalian mencari tempat baru. Kami akan bertanggung jawab untuk itu." Kata Issa lagi.
"Tapi tuan," bu Ratna benar benar bingung harus bagaimana sekarang.
"Satu minggu dan kalian sudah harus pergi. Pengawal ku akan membantu mu untuk mengurus keperluan kalian." Ucap Zev. Bahkan setelah mengatakan itu, dia langsung berbalik dan keluar dari ruangan itu.
"Permisi, bu." Pamit Issa yang juga langsung keluar mengikuti Zevandra. Meninggalkan ibu Ratna yang jatuh terduduk dengan lemas di kursi kayunya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!