Aisyah adalah gadis cantik yang berusia 17 tahun yang tinggal di sebuah pesantren. Sejak kecil Aisyah sudah ditinggal uminya.
Uminya meninggal dunia satu hari setelah melahirkan dirinya.
Sejak kecil dia hanya tinggal bersama abahnya yang merupakan pemilik pesantren tersebut.
" Abah , nanti kalau Aisyah sudah lulus Madrasah Aliyah Aisyah tidak mau kuliah di kota , Aisyah gak mau ninggalin Abah sendirian di sini , nanti siapa yang akan jaga abah kalau abah sakit " ucap Aisyah yang sangat menyayangi abahnya.
Abahnya hanya tersenyum dan mengelus kepala putrinya .
" nak, kuliah untuk masa depanmu , abah tidak apa apa di sini sendiri kan ada banyak santri di sini yang menemani abah, para ustadz dan ustadzah juga banyak , Aisyah tidak perlu khawatir dengan abah " jawab abahnya .
"Tapi bah , Aisyah mau tetap di sini , Aisyah mau berbakti kepada Abah, Aisyah juga mau memperdalam ilmu agama dan memperbanyak hafalan Al-Qur'an Aisyah bah" ucap Aisyah dengan sedikit memanyunkan bibirnya.
Abah Abdullah hanya tersenyum dan mengangguk .
" terserah Aisyah saja , di manapun Aisyah belajar yang penting tetap di jalan yang benar, dan jangan pernah bosan untuk menuntut ilmu " ucap Abah .
" iya abah, Aisyah akan selalu ingat pesan abah" jawab Aisyah sambil tersenyum.
Namun tiba tiba ada seseorang di luar rumah yang mengetuk pintu dan mengucapkan salam .
Tok tok tok.
"Assalamualaikum" ucap seseorang dari luar pintu.
"Waalaikumsalam " jawab Aisyah dan Abah bersamaan.
" siapa ya bah pagi pagi kok bertamu " ketus Aisyah kemudian mengambil dan mengenakan jilbabnya yang tergeletak di kursi .
" ehhh, tidak boleh begitu Aisyah, setiap tamu yang datang membawa keberkahan bagi pemilik rumah " ucap Abah sambil tersenyum dan berjalan menuju pintu untuk membukakannya.
ceklekkk
" Bu , Sari ada perlu apa bu, ayo bu silahkan masuk , nduk Aisyah buatkan teh manis untuk Bu Sari" ucap Abah dengan senyumnya yang berkharisma.
" iya bah " jawab Aisyah.
" begini pak kyai, mohon maaf sebelumnya hari ini saya mohon ijin untuk pulang ke kampung halaman saya karena baru saja saya mendapatkan kabar kalau anak saya sakit pak kyai, dan untuk itu hari ini tidak ada yang membantu bu Nilam dan bu Ani untuk menyiapkan makanan untuk para santri pak kyai " ucap bu Sari sambil menunduk penuh hormat.
Abah Abdullah hanya tersenyum dan mengangguk
" o , begitu masalahnya , tidak apa apa bu Sari, Bu Sari bisa pulang secepatnya untuk mendampingi putranya yang sedang sakit , urusan pesantren nanti ada Aisyah yang bisa membantu ibu ibu di dapur setelah pulang sekolah" ucap Abah .
Bu Sari pun mengangguk .
Dan Aisyah datang dengan nampan berisi secangkir teh untuk bu Sari.
" ini Bu tehnya silahkan diminum " ucap Aisyah dengan santun.
Bu Sari pun mengangguk dan segera meneguk teh manis buatan Aisyah.
" Aisyah, nanti kamu bantu bantu di dapur ya karena bu Sari hari ini mau pulang kampung untuk menjenguk anaknya yang sedang sakit" pinta abah yang dijawab anggukan oleh putri tercintanya.
Dan setelah itu bu Sari pamit pulang , sedangkan Aisyah harus pergi ke sekolah ,dan abah harus mengajar di beberapa kelas .
***
Siang menjelang sore .
Aisha sudah pulang dari sekolah madrasahnya , dia langsung berganti pakaian untuk membantu ibu ibu di dapur menyiapkan makanan untuk sekitar 600 orang anak didiknya .
Dan saat Aisyah sedang sibuk mempersiapkan sayur dan beberapa kantong yang berisi buah buahan tanpa sengaja seseorang menabraknya.
burks
"astaghfirullah alladzim " Aisyah reflek beristighfar dan mengelus dadanya.
" maaf maaf maaf Ning , sungguh saya tidak sengaja , karena saya terburu-buru masuk kelas , hari ini ada setoran hafalan dan saya terlambat masuk " ucap pemuda itu dengan senyum manis dan mata yang menunduk dengan santun.
Aisyah sebenarnya kesal dan marah , tapi dia coba untuk bersabar serta ingat pesan abahnya untuk mendahulukan akalnya daripada nafsu amarahnya.
Aisyah pun menunduk dan tersenyum sambil mengangguk .
" Baiklah tidak apa apa , kamu pergilah jangan sampai karena kejadian ini setoran hafalanmu tertunda " ucap Aisyah.
Pemuda itu pun menangkupkan tangannya dan mengangguk .
" terimakasih kasih ning Aisyah" ucap pemuda itu .
" eh tunggu , kamu anak baru ya , kok aku sepertinya belum pernah lihat kamu di sini " tanya Aisyah.
Pemuda itu pun tersenyum dan saat menegakkan pandangannya .
Jleg
"masyaalloh cantiknya gadis ini " batin pemuda itu dan seketika menunduk kembali sambil beristighfar.
Aisyah hanya tersenyum.
" iya Ning Aisyah, saya sebenarnya sudah satu tahun di sini tapi memang kita tidak pernah bertemu karena memang santri wanita dan laki laki tidak bisa saling bertemu , o iya ning nama saya Hasan Amirullah, biasa dipanggil Hasan, senang berkenalan dengan ning Aisyah , assalamualaikum " ucap Hasan kemudian melangkah meninggalkan Aisyah menuju ke kelasnya .
" waalaikumsalam" jawab Aisyah sambil tersenyum.
ya memang tidak ada yang tidak mengenalnya di sini, selain seorang putri kyai pemilik pesantren dia juga terkenal karena kecantikan, kelembutan dan akhlaknya.
Aisyah kemudian memunguti buah buahan yang jatuh dan mencucinya kembali sebelum menghidangkan kepada para santri.
" Ning Aisyah, kenapa buahnya dicuci lagi , bukannya baru saja ning Aisyah cuci tadi" tanya bu Nilam sambil tersenyum.
" oh iya bu, baru saja buahnya terjatuh kotor lagi kan jadinya " jawab Aisyah dengan kalem.
" Ning , tadi ibu lihat Ning Aisyah ngobrol sebentar ya sama nak Hasan " ucap bu Nilam yang membuat Aisyah tersentak kaget .
" hahhhhh, itu itu itu tadi bu tidak sengaja kok bu Nilam, tadi itu ya "
" sudahlah ning, ya ibu cuma memperingatkan saja hati hati sama laki laki , nak Hasan memang tampan rupawan berakhlak baik , hafiz Qur'an lagi , siapa sih yang bisa menolak pesonanya, tapi Ning kita ini adalah wanita muslimah kita akan ikuti apa yang sudah Abah kita pilihkan buat kita "ucap bu Nilam.
Aisyah menunduk dan tersenyum" iya bu, Aisyah masih ingat kalau kita harus nurut dengan abah,tapi apakah tidak boleh seorang wanita memilih sendiri calon suaminya , bukankah kita yang akan menjalani rumah tangga"
" iya memang Ning, tapi seorang ayah bertanggung jawab dunia dan akhirat kepada putrinya, karena itu seorang ayah atau Abah akan memilihkan calon suami yang paling baik yang akan mampu membimbing putrinya hingga ke surganya Alloh SWT " jawab Bu Nilam.
Aisyah hanya mengangguk sembari tersenyum.
" ya udah bu, Aisyah bawa dulu buahnya ke ruang makan ya , sebentar lagi kan mereka semua istirahat" ucap Aisyah.
Aisyah pun berjalan menuju ruang makan para santri dan menata hidangan untuk makan siang mereka.
Dan tak sengaja lagi dia bertemu dengan Hasan , santri tampan yang juga seorang hafiz Qur'an.
Mata mereka tak sengaja saling bertemu dan sejenak saling bertatapan sebelum mereka saling menunduk dan beristighfar.
" astaghfirullah alladzim, ya Alloh ada apa ini kenapa jantungku berdetak kencang sekali, aduhhh kenapa ya " gumam Aisyah sambil berjalan meninggalkan ruang makan dan memegangi dadanya yang berdetak seperti genderang.
Hal yang sama pun dirasakan oleh Hasan, dia sangat gugup dan bahkan sampai down seperti orang bodoh.
" Hasan"
" Hasan"
"Hasan, astaghfirullah..apa yang sedang kamu pikirkan Hasan, kenapa pak kyai panggil dari tadi tidak menyahut " ucap Abah .
" ma ma maaf pak kyai , Hasan Hasan tadi kurang fokus , sekali lagi maaf pak kyai " jawab Hasan sambil menunduk .
Abah hanya tersenyum dan menggeleng pelan.
" Hasan , ustadz Imron bilang kamu sudah lumayan hafalannya , kamu harus terus berlatih jangan sampai tiap hari kamu tidak mengasah hafalanmu , sebentar lagi akan ada kompetisi hafiz muda berbakat , kamu harus bisa ikut kompetisi ya " ucap Abah sambil menepuk pundak Hasan.
Hasan pun mengangguk dan tersenyum.
6 bulan telah berlalu akhirnya Aisyah lulus dari madrasah Aliyah dengan nilai yang lumayan bagus.
Dan seiring waktu nilai keimanan Aisyah pun semakin bertambah .
Dia memutuskan memakai cadar untuk menutupi hatinya yang terkadang masih saja memiliki cinta yang berlebih terhadap dunia dan isinya.
Contohnya rasa sukanya kepada Hasan yang semakin hari semakin subur , apalagi Hasan yang semakin hari juga semakin dewasa semakin gagah rupawan, rasanya sulit bagi wanita untuk menundukkan pandangan darinya , termasuk Aisyah walaupun sudah berusaha keras tapi tetap saja ,dia hanya manusia biasa .
" Ning Aisyah, sekarang memakai cadar Ning" tanya bu Nilam yang hendak masak di dapur dan tak sengaja bertemu dengan Aisyah yang baru saja pulang dari belanja sambil membawa barang belanjaannya.
"Alhamdulillah bu, aku ingat pesan Bu Nilam aku harus menjaga hatiku dan juga pandanganku aku tidak boleh menaruh hati kepada seseorang yang tak seharusnya" jawab Aisyah.
Bu Nilam hanya tersenyum.
" o iya ning Aisyah tidak melanjutkan sekolah, maksud ibu kuliah " tanya Bu Nilam.
Aisyah menggeleng
" kenapa Ning"
" kalau Aisyah pergi ke kota Abah sendirian Bu, Aisyah takut Abah kenapa kenapa, karena itu Aisyah memutuskan untuk menunda kuliah dan fokus dengan kelas Hafidzah Aisyah di sini, apalagi akhir akhir ini Abah sering mengalami pusing mendadak , Aisyah takut Bu , karena hanya Abah satu satunya yang Aisyah punya saat ini" jawab Aisyah.
Bu Nilam hanya tersenyum dan mengangguk.
Setelah selesai menurunkan semua belanjaannya Aisyah kembali dan tiba tiba seseorang muncul di hadapannya.
Deg deg deg
" Hasan, ngapain kamu ke sini ? ini tempat untuk santri wanita kamu gak boleh ke sini " ucap Aisyah.
" eh, Ning Aisyah sekarang mengenakan cadar , begini Ning aku mau bilang sama Bu Nilam kalau di kelas ada beberapa santri yang keracunan makanan, dia muntah muntah dan lemas " jawab Hasan sambil ngos ngosan .
"hahhhh apa , kamu sudah beritahu Abah " tanya Aisyah.
" belum Ning , aku pikir minta bantuan Bu Nilam karena keadaan darurat dan dia harus segera di bawa ke rumah sakit " jawab Hasan.
" ya udah kalau begitu aku beritahu Abah dan kamu segera bawa mereka yang keracunan ke rumah sakit " ucap Aisyah.
Hasan menatap kedua mata Aisyah dan tak menyahut apa apa .
Deg deg
" kenapa Ning Aisyah tiap kali aku melihatmu dadaku selalu bergetar, meskipun kamu memakai cadar tapi bayangan cantik wajahmu tak pernah hilang dari ingatanku " batin Hasan.
" Hasan , Hasan kok malah bengong sih , cepetan jangan sampai semua terlambat " gertak Aisyah.
" i i i iya Ning " jawab Hasan kemudian berlari meninggalkan Aisyah yang gantian bengong menatap kepergian Hasan.
" kenapa sih bayangan wajahmu tak pernah bisa aku lupakan Hasan , ah sudah lah " gumam Aisyah kemudian berjalan menuju kediamannya untuk memberitahu abahnya.
Begitu tiba di rumahnya Aisyah duduk di samping abahnya dan membuka cadarnya sambil berbisik pelan .
" Abah , di pesantren ada sedikit masalah , tapi Abah tidak perlu khawatir semua masih bisa diatasi bah "
Abahnya pun seketika mengangguk dan menoleh ke arah putrinya itu .
" masalah apa nak" tanya Abah.
" ehm, ada beberapa santri yang keracunan makanan, tapi aku yakin semua itu fitnah bah, setiap hari Aisyah dan Bu Nilam sendiri yang menyiapkan makanan untuk mereka dan saat belanja aku sendiri yang pilih bahan makanan yang berkualitas " ucap Aisyah.
Abah Abdullah hanya menggeleng dan beristighfar serta mengusap dadanya sambil tersenyum.
" Alloh akan menaikkan derajat bagi orang orang yang kuat dan sabar menerima dengan ikhlas ujian dariNya" ucap Abah Abdullah.
" baiklah nak ayo kita lihat ke lokasi , tapi harus kamu ingat jangan pernah berzuuzon sama orang lain bahaya bisa mencemari hati kita , kita selidiki dulu dan kita akan tegas menindak lanjuti jika semua sudah terbukti " ucap Abah Abdullah dengan bijaksana.
" baiklah abah " jawab Aisyah dengan kembali memakai cadarnya dan berjalan mengikuti abahnya di sampingnya sambil menggandeng tangan abahnya.
Mereka pun segera meminta pak Mahdi untuk menyiapkan mobil dan menuju rumah sakit tempat para santri di rawat.
Setelah beberapa jam perjalanan akhirnya mereka pun sampai di sebuah rumah sakit besar di daerah tersebut.
" dokter , kita kira apa penyebab para santri bisa sampai seperti ini " tanya Aisyah.
Deg
Dokter muda yang tampan itu pun mendengar suara Aisyah yang seperti tidak asing.
Saat dokter itu menoleh Aisyah yang mengenakan cadar seketika terkejut dan tak menyangka kalau dia adalah Raihan Juan Lee
Seorang dokter muda beretnis Tionghoa yang pernah mondok di pesantren milik Abah Abdullah.
" kak Raihan" ucap Aisyah.
Raihan tersenyum dan menangkupkan kedua tangannya.
" oke , mungkin kakak tidak mengenaliku karena sekarang aku bercadar tapi apa kakak tidak ingat dengan suaraku " ucap Aisyah.
Raihan tampak menggaruk garuk kepalanya, dan saat Abah masuk dalam ruangan barulah dia sadar kalau gadis bercadar tersebut adalah Aisyah.
Aisyah yang dulu sangat dia kagumi , gadis cantik tapi saat itu usianya masih sangat muda sekitar 15 tahun , tapi bayangan wajah Aisyah sampai saat inipun masih subur dalam ingatan Raihan Juan Lee seorang dokter muslim keturunan Tionghoa .
" Aisyah, kakak ingat sekarang Alhamdulillah sekarang kamu sudah lebih menutup aurat dan semoga kamu bisa Istiqomah" ucap Raihan dengan senyumnya yang memikat.
Raihan dan Aisyah saling berbincang dan terlihat begitu akrab tanpa sengaja ada hati yang terluka .
Hasan yang melihatnya pun hanya bisa menunduk menahan gejolak dalam hatinya.
" kalau dipikir kenapa juga aku sakit hati melihat Ning Aisyah berbicara dengan dokter muda itu " batin Hasan kemudian berbalik dan tidak jadi berjalan ke arah Aisyah.
Aisyah yang masih terus berbicara dengan dokter Raihan pun tak menyadarinya.
Raihan dari dulu sangat mengagumi Aisyah sayangnya dulu dia masih terlalu belia dan tak mungkin menyatakan cintanya selain itu tidak mungkin bagi Aisyah berpacaran.
" o iya Ais , sekarang masih sekolah atau sudah kuliah " tanya dokter Raihan.
" aku sudah lulus kak baru tahun ini, tapi aku tidak meneruskan kuliah karena gak tega meninggalkan Abah sendirian di pesantren , jadi ya aku memutuskan untuk menunda dulu kuliahnya sambil bantu bantu ibu ibu pesantren menyiapkan segala kebutuhan pesantren " jawab Aisyah.
tiba tiba saja seorang suster datang membawa hasil laporan laboratorium.
" dokter Raihan ini hasil laporan dari laboratorium para santri " ucap suster tersebut.
Raihan pun segera membuka dan betapa kagetnya dengan hasil laporan itu.
" kenapa kak Raihan" tanya Aisyah.
" ternyata memang keracunan Ais, dan sepertinya tidak masuk akal masak di dalam masakan kalian mengandung xxx , untungnya mereka segera mendapatkan pertolongan" ucap Raihan yang membuat Aisyah syok dan seketika lemas kemudian duduk di kursi yang ada di sebelahnya.
" kok bisa ada xxx " gumam Aisyah bingung.
" ya untungnya takaran takarannya tidaklah banyak jadi tidak sampai mematikan tapi meskipun demikian masih tetap berbahaya" ucap Raihan.
Aisyah terlihat syok berat dan bingung harus bagaimana, dan terus bertanya tanya kenapa bisa ada xxx di dalam masakannya padahal saat memasak pun sudah sangat higienis dan berhati hati.
Aisyah terlihat memijit keningnya yang membuat Hasan khawatir dan berlari ke arahnya.
" Ning Aisyah kenapa?" tanya Hasan.
Aisyah semakin gugup di hadapan Hasan.
" me me mereka keracunan Hasan "
" mak maksud Ning Aisyah?" ucap Hasan dengan gugup.
Kemudian Raihan pamit pergi dan menangkupkan kedua tangannya sambil mengucap salam .
" saya permisi dulu , assalamualaikum"
" waalaikumsalam" jawab Hasan.
" mereka keracunan xxx , tapi untungnya dalam takaran sedikit namun tetap berbahaya , aduh aku pusing Hasan , kenapa ini bisa terjadi " ucap Aisyah yang membuat Hasan juga kaget .
Aisyah tampak duduk di teras rumah sakit untuk menunggu para santri yang butuh perawatan.
Hasan yang tadi diminta Abah untuk membeli makanan di warung pun seketika menghentikan langkahnya karena terpana dengan sosok bidadari surga yang sedang duduk sendirian di teras .
" wah Ning Aisyah meskipun sekarang memakai cadar tapi kenapa pesonanya semakin membuatku jatuh cinta kepadanya " gumam Hasan sambil mengelus dadanya kemudian beristighfar.
" astaghfirullah alladzim, ya Alloh ampuni aku ya Alloh , tak seharusnya aku memikirkan yang tidak semestinya" ucap Hasan sambil menunduk kemudian kembali berjalan dan menghampiri Aisyah untuk mengajaknya makan di taman belakang bersama Abah dan para santri lainnya yang ikut membantu merawat teman temannya.
"Ning Aisyah ayo kita makan dulu Ning , pak kyai dan yang lain sudah menunggu di taman belakang " ucap Hasan.
Deg deg
" ya Alloh Hasan ganteng banget , kenapa kamu semakin hari semakin membuatku tergila-gila San, astaghfirullah ya Alloh ampuni hamba mu ini " batin Aisyah kemudian menunduk dan mengangguk.
Hasan tersenyum dan terus menatap Aisyah yang salah tingkah .
" Hasan , kenapa ada yang aneh ya dengan diriku " tanya Aisyah yang sangat malu dilihat oleh Hasan.
Hasan pun tersentak dan menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal.
" ma ma maaf Ning , saya tidak , tidak apa apa kok Ning Aisyah, kasihan pak kyai sudah menunggu dari tadi " ucap Hasan mengalihkan pembicaraan.
Aisyah hanya tersenyum kemudian beranjak dan diikuti oleh Hasan di sampingnya berjalan menuju taman belakang rumah sakit.
Sesampainya di sana Abah sudah duduk bersama para santri lainnya.
"assalamualaikum Abah " ucap Aisyah.
" waalaikumsalam nak , ayo sini duduk kita makan dulu ,setelah ini kita pulang karena teman teman kalian sudah bisa dirawat jalan " ucap Abah yang dijawab anggukan oleh para santri lainnya.
" Abah terus kasusnya bagaimana, ini pidana Lo bah berbahaya kalau sampai pelakunya belum tertangkap " tanya Aisyah.
Abah menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan.
" iya nak , semua sudah ada yang menanganinya , sebentar lagi polisinya akan datang dan kamu pasti sudah mengenalnya dengan baik " ucap Abah .
Aisyah bingung apa maksud Abah.
" Abah , apa sih maksudnya bah" tanya Aisyah penasaran.
Dan tiba tiba ada seseorang yang muncul dari pintu masuk .
" assalamualaikum Abah " sapa seorang polisi tampan.
" waalaikumsalam Gerry" jawab Abah
Dan saat Aisyah menoleh pun dia kaget bukan main.
" Hahhhh kak Gerry " ucap Aisyah.
Gerry sang polisi tampan itu pun tersenyum dengan sangat manis membuat aura ketampanannya semakin bertambah.
" Aisyah apa kabarmu , aku turut senang kamu memutuskan untuk memakai cadar, karena kecantikan hatimu akan membuatmu lebih dicintai rabbMu "ucap Gerry sambil tersenyum dan membuat Aisyah tersenyum dan menunduk dengan pipi merah merona.
" terimakasih kak, atas pujiannya " jawab Aisyah.
Gerry pun tersenyum dan ikut duduk di samping Abah.
" Abah , Abah bagaimana kabarnya,sehat Abah, Alhamdulillah, sekarang Gerry sudah bisa meraih cita cita Gerry bah, semua berkat doa doa Abah dan juga Aisyah , iya kan sah" ucap Gerry membuat Aisyah melotot dan pipinya memerah karena malu.
" kak Gerry , kok Aisyah lagi sih " gumam Aisyah.
Gerry adalah putra sahabatnya Abah yang pernah sekolah di pesantren dan pergi ke kota setelah lulus Madrasah Aliyah untuk meraih mimpinya dan akhirnya semua pun terwujud .
Orang tuanya sudah meninggal semua karena kecelakaan jadi hanya di pesantren lah keluarganya sekarang.
Gerry dan Aisyah sangatlah akrab , mereka sudah bersama dari kecil, bahkan Aisyah sudah menganggap Gerry seperti kakak kandungnya sendiri.
Tapi sekarang saat sudah dewasa mereka bisa menjaga batasan dan jarak karena memang mereka bukanlah mahrom jadi harus tetap menjaga agar tidak bersentuhan dan menjaga pandangan.
Abah tersenyum senang melihat Gerry sudah sukses begitu juga dengan Aisyah senang sekali Gerry sudah kembali dengan seragam kebanggaannya.
" kak Gerry kakak keren deh , selamat ya kak sudah sukses meraih cita citamu" ucap Aisyah.
Dan melihat keakraban Gerry dan Aisyah, Hasan hanya bisa terdiam dengan menahan rasa sakit dan gemuruh di hatinya.
" wah , ada saingan lagi nih , mana tampan sukses lagi , satu dokter satunya polisi , hhhh mudah mudahan Ning Aisyah tidak salah memilih pendamping hidup " batin Hasan dengan kegalauan nya sendiri.
Setelah berbicara panjang lebar akhirnya mereka memutuskan untuk pulang karena para santri yang keracunan sudah pulih dan bisa dibawa pulang.
Saat Aisyah melangkah dia pun menghentikan jalannya karena
Dokter Raihan muncul dan menghadang jalan Aisyah.
"Aisyah , kamu mau pulang sekarang juga " tanya dokter Raihan.
" iya kak, kenapa " jawab Aisyah.
" bolehkah saya berkunjung ke pesantren, aku kangen sama kamu "
" hahhhh apa maksud kak Rai "
" ehm , Mak maksudku sudah lama aku tidak ke pesantren dan aku sangat kangen sama semua yang ada di pesantren " jawab Raihan.
Aisyah pun mengangguk .
Dan lagi lagi Hasan hanya bisa memandang dari kejauhan, dengan rasa sakit dan kesedihannya.
Sambil menunduk terdapat balok es di dalam dadanya .
sebuah tangan memegangi bahunya membuatnya tersentak kaget.
Dengan senyum mengembang Gerry menepuk bahu Hasan.
" hai boy , siapa namamu" tanya Gerry dengan senyum ramahnya.
Hasan pun tersenyum " saya Hasan kak " jawab Hasan sambil tersenyum
" oke San, senang berkenalan denganmu, o iya kamu masih sekolah atau sudah kuliah " tanya Gerry.
" aku sudah lulus Aliyah satu tahun lalu kak dan sekarang sedang mendalami ilmu agama untuk menjadi hafidz Qur'an , sesuai cita cita kedua orang tuaku " jawab Hasan.
Gerry menepuk pundak Hasan
" berarti kamu selisih satu tahun dari Aisyah, dia baru saja lulus tahun ini, dia gadis yang baik, cantik , lucu dan menggemaskan " ucap Gerry yang tampak berseri-seri saat menceritakan mengenai Aisyah.
Hasan pun ikut tersenyum sendiri mendengar cerita masa kecil Aisyah.
" oke Hasan kamu hebat mau menjadi hafidz Qur'an , bagus Hasan kamu banggakan orang tuamu , tapi apa kamu tidak ingin kuliah " tanya Gerry .
" ilmu agama memang penting Hasan tapi kesuksesan dunia itu akan membawa kebaikan untuk menunjang kesuksesan di akhirat , keduanya sama sama penting , akan lebih baik kalau kamu bisa menjalani keduanya " ucap Gerry .
" iya kak, aku pertimbangkan saran kakak , sebenarnya tahun ini aku sudah memiliki target untuk lulus 15 juz dan masuk kuliah " jawab Hasan.
" semoga sukses Hasan , ayo kita langsung pulang ke pesantren , aku sudah lama tidak ke sana" ucap Gerry.
" wah kak Gerry bisa nostalgia sambil bekerja dong " ucap Hasan.
Gerry tersenyum dan melangkah menuju mobilnya .
Akhirnya mereka semua pun pulang setelah satu hari di rumah sakit .
Dan sesampainya di pesantren mereka segera beristirahat di tempatnya masing masing.
" baiklah anak anakku semua , karena hari ini sudah malam kalian langsung beristirahat besok pagi kita lanjutkan lagi kegiatan kita " ucap Abah kepada para santrinya.
Dan semua santri pun langsung berjalan menuju tempatnya masing masing kecuali Hasan yang masih di tahan sama Abah untuk menemani Gerry dan malam ini mereka akan menginap di tempat Abah.
Karena malam ini Aisyah tidak berada di rumah jadi Abah meminta Gerry dan Hasan untuk menginap saja di rumahnya .
Sepulang dari rumah sakit Gerry meminta Aisyah untuk keluar dulu dari pesantren selama masa penyelidikan terhadap kasus keracunan.
Dan Aisyah memilih tinggal di rumah budenya yang berada di desa sebelah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!