NovelToon NovelToon

DOKTER CINTA CEO

Bab 1

"Namaku Reva Amanda usiaku 20 tahun,aku seorang Mahasiswi Kedokteran semester 6,aku piatu Ibuku meninggal saat usiaku sepuluh tahun, Ayahku seorang Meneger keuangan di sebuah Perusahaan ternama.

Kehidupanku terbilang berkecukupan tinggal di sebuah perumahan Elite berlantai dua dengan desain minimalis, memiliki kendaraan pribadi dan uang saku yang terbilang cukup untuk standard ku.

Sejak Ibu meninggal Ayah memilih untuk merawat ku seorang diri, beliau tidak berniat untuk menikah lagi.

Ayah selalu menanamkan sikap jujur,disiplin,dan bertanggung jawab kepadaku beliau adalah sosok Ayah yang baik dan penyayang.

Hari ini adalah hari naas bagi Ayah,entah siapa yang melakukan penggelapan dana di Kantornya, seseorang telah berlaku curang namun ia mengkambing hitamkan Ayahku dan semua bukti mengarah ke pada Ayah.

Menurut kabar yang ku dengar Perusahaan rugi ratusan milyar,bila tidak segera di atasi maka Perusahaan terancam bangkrut.

Pihak Perusahaan sedang berusaha melakukan upaya mencegah hal buruk yang bisa saja terjadi.

Termasuk Ayah yang bekerja keras mengembalikan keadaan perusahaan supaya kembali normal.

Ayah menjual semua harta benda miliknya, bahkan tabungannya pun habis,meskipun tidak bisa menutupi kerugian tersebut tapi setidaknya bisa menghambat terjadinya kebangkrutan.

Sekarang kami tidak memiliki apa-apa Ayah berhutang pada Perusahaan dan kami terpaksa tinggal di sebuah Kontrakan kecil,Kuliahku terbang kalai,sementara sebelum masalah itu selesai Perusahaan membuat keputusan untuk merumahkan Ayah.

Ayah terlihat syok dengan kasus ini hingga beliau jatuh sakit dan harus dirawat di Rumah Sakit.

Pagi ini seorang pria yang di utus oleh Presdir Perusahaan datang dan meminta Ayah segera menyelesaikan hutang-hutang nya karena nasib Perusahaan sudah diujung tanduk.

Aku tak tega melihat Ayah seperti ini aku harus melakukan sesuatu, tapi aku bingung bagaimana caranya membantu Ayah sedangkan aku Kuliah saja belum selesai.

Ayah meminta tenggang waktu bila sampai Ayah melanggar lagi maka kasus ini akan dibawa keranah hukum.

Mereka memberi waktu satu minggu untuk Ayah melunasi segala hutang-hutangnya.

...****************...

Seminggu berlalu namun Ayah tak bisa mendapatkan pinjaman,orang orang yang selama ini Ayah bantu tak mau membalas kebaikan Ayah bahkan Sanak Saudara semuanya menjauh dan mengacuhkan kami.

Terdengar ketukan di pintu aku bergegas keluar dan membuka pintu,laki laki yang Minggu lalu datang kemari sekarang sudah berdiri di depanku.

"Maaf nona saya ingin bertemu dengan Pak Ahmad..apa beliau ada?.''

"Iya Om, Ayah ada di dalam silahkan masuk...''

Pria itu masuk dan duduk di sofa,aku memberi tahu Ayah kedatangan Pria tersebut dan Ayah segera menemuinya.

"Apa kabar Pak Ahmad? saya dengar anda sakit dan sempat dirawat?."

"Ya Pak Arif saya memang sempat di rawat selama tiga hari tapi sekarang saya sudah mendingan...''

"Syukurlah Pak saya turut senang mendengar nya

....maaf ya Pak mungkin saya seperti orang yang tidak memiliki hati, disaat Pak Ahmad terpuruk seperti ini saya justru datang kemari, tapi harus bagaimana lagi ini sudah jadi tanggung saya Pak.''

"Anda tidak perlu sungkan Pak Arip saya tidak apa-apa."

"Mengenai janji Pak Ahmad waktu itu apakah Bapak sudah ada jalan keluarnya?."

Aku menyimak percakapan Ayah dan Om Arif terdengar suara nafas berat dari Ayah.

"Maaf Pak Arif,saya bukan tidak berusaha tapiiii...saya tidak mendapatkan pinjaman Pak,semua orang menolak membantu saya."

"Baiklah Pak Ahmad, Disini saya akan menyampaikan pesan dari Presdir untuk Pak Ahmad."

"Pesan apa Pak Arif???....''

"Beliau meminta saya menyampaikan sebuah penawaran kepada Pak Ahmad,saya harap anda bijak dalam mengambil keputusan sebab ini menyangkut masa depan Nona Reva."

"Maksud Pak Arif?.''

Ayah nampak terkejut begitu pula dengan aku mengapa aku disangkut paut kan dalam masalah ini.

"Begini pak....'' Aku melihat wajah sendu Pak Arif sepertinya beliau enggan menyampaikan ini.

"Saya harap Pak Ahmad tidak tersinggung dengan apa yang akan saya sampaikan ini..." Pak Arip menjeda kalimatnya.

"Presdir memberikan penawaran kepada Pak Ahmad apa bila Pak Ahmad tidak bisa melunasi hutang piutang Pak Ahmad maka Presdir meminta agar Non Reva mau menikah dengan Tuan Tristan."

"Duarrrr."... aku seperti tersengat listrik jutaan volt tubuh ku menegang terlalu terkejut dengan apa yang ku dengar... Presdir ingin aku menikah dengan anaknya aku memang tidak mengenal Tuan Tristan tapi aku tahu apa yang menimpanya selama ini.

Usia nya terpaut cukup jauh dariku bisa dikatakan dia cocok jadi Pamanku aku ingin menolak tapi bila ku ingat Ayah yang akan menghadapi proses hukum membuat ku mengurung kan niat ku.

Aku melihat Ayah terkejut dan bingung...Pak Arif melanjutkan ucapannya.

"Presdir memberikan anda waktu tiga hari untuk berpikir Pak Ahmad...dan bila anda sudah mendapat keputusan maka hubungi saya."

Pak Arif pamit dan Ayah mengantarnya hingga ambang pintu.

Aku Melihat gurat kesedihan di wajah Ayah...pilihan yang sulit baginya... mengikuti penawaran Presdir atau di penjara.

...****************...

Semalaman aku tidak bisa tidur dan memikirkan jalan keluar dari masalah yang tengah Ayah hadapi, sekuat apa aku berpikir tapi tak menemukan jawabannya.

Dan pagi ini aku mengambil satu keputusan..."ya" aku harus membantu Ayah,akan aku korban kan hidup dan kebahagiaan ku untuk menyelamatkan Ayah dari masalah ini aku tidak mau Ayah ku di penjara dia sudah tua dan sakit-sakitan mungkin saatnya aku membalas jasa-jasanya.

Kulihat Ayah tengah duduk termenung di ruang tamu terlihat tubuhnya semakin kurus dan penampilan yang berantakan aku mendekat dan ku usap bahunya ia menoleh dan mengelus tanganku seolah ia ingin mengatakan bahwa beliau baik baik saja.

Aku duduk bersimpuh dilantai dan ku letakkan kepala ku di pangkuan nya dia belai rambut ku penuh sayang.

"Reva kamu jangan khawatir Nak Ayah tidak akan mengorbankan kebahagiaan mu Ayah akan mencari cara agar bisa menyelesaikan masalah ini tampa melibatkan mu."

Aku mendongak dan menggeleng...."Ayah Reva sudah mengambil keputusan dan Reva harap Ayah tidak menentang keputusan Reva."

"Keputusan apa Nak?.''

"Reva mutusin buat menerima penawaran Presdir"....kulihat gurat kecewa di wajah tua itu.

"Jangan Reva biar Ayah yang bertanggung jawab, kamu jangan mengambil keputusan yang akan membuat mu menyesal kemudian Hari Ayah masih bisa menyelesaikan semuanya percaya sama Ayah."

"Enggak yah,Reva ikhlas Reva siap menjadi Istri Tuan muda Tristan" ...aku memberi keyakinan pada Ayah.

"Pikirkan baik-baik Reva sekali kamu melangkah maka akan di pastikan Presdir tidak akan memberi mu kesempatan untuk mundur lagi. Ayah mengenal sifat Presdir dia tidak akan melepas sesuatu yang sudah ada di genggaman nya."

Lagi lagi aku meyakinkan Ayah bahwa aku siap dan aku mampu menghadapi semua risiko nya nanti, akhirnya Ayah ku luluh dan menyetujui keputusan ku.

Tiga hari kemudian Om Arif datang lagi dan Ayah menyampaikan bahwa kami menerima tawarannya.

Malam harinya Presdir dan beberapa orang datang ke Kontrakan kami beliau berniat untuk melamar ku.

Mereka membawa Seserahan bahkan Presdir memberikan Ayah Rumah dan Mobil aku bahagia karena aku bisa mengembalikan senyum Ayah yang sudah hampir dua minggu ini hilang.

Terjadi kesepakatan,pernikahan kami akan dilakukan besok malam dan aku meminta syarat agar pernikahan kami tidak di publikasikan dan presdir menyetujuinya.

"Reva saya mohon kamu bisa bertahan menghadapi sikap Tristan saya harap kamu tidak meninggalkannya walau apapun yang terjadi tetaplah disisinya karena dia membutuhkan perawatan dan perhatian dari seseorang dan saya yakin kamu mampu untuk melakukan ini"

aku mengangguk dan berjanji di dalam hatiku akan memenuhi semua permintaan Presdir.

...****************...

Malam ini adalah malam pernikahanku.Sudah ada mobil jemputan yang akan membawa ku kekediaman Presdir.

Seperti kesepakatan awal Pernikahan ini di adakan tertutup,hanya keluarga besar saja yang hadir sedangkan dari pihak ku hanya aku dan Ayah saja sebab Ayah enggan untuk memberi tahu keluarga yang lain karena mengingat perlakuan buruk mereka sejak Ayah bangkrut.

Mobil yang ku tumpangi sudah bergerak menuju rumah Presdir yang akan dijadikan tempat berlangsungnya acara akad nikah.

Aku merasa gugup berulang kali aku menarik napas panjang dan menghembuskan perlahan, namun masih tak mengurangi kegugupan ku,aku meremas kedua tangan ku yang mulai berkeringat,dalam bayangan ku orang yang akan menjadi suami ku adalah seorang yang sudah keriput,berperut buncit,gendut dan pasti galak, bukankah selama ini dia mengurung dirinya di kamar bahkan tak pernah keluar itu artinya dia menghabiskan waktunya hanya dengan makan dan tidur saja.

Sudah dipastikan dia pria yang seram.... tubuhku merinding bila membayangkan nya

Enam puluh menit perjalanan akhirnya mobil memasuki sebuah pagar tinggi,ada dua penjaga yang sedang berjaga, melihat kedatangan kami mereka bergegas membuka gerbang.

Mobil telah melewati gerbang dan mulai memasuki wilayah kediaman presdir ...kami melewati halaman yang cukup luas dengan banyak macam bunga beraneka warna yang ditanam sepanjang jalan menuju rumah.

Mobil berhenti tepat di depan sebuah istana, ya... Rumah ini laksana istana besar dan megah rumah dengan desain klasik dan memiliki tiga lantai,tembok bercat putih dengan banyak ornamen dan pilar pilar besar.

Aku men sugesti diriku sendiri aku bisa dan aku pasti kuat ku langkah kan kaki dan berjalan menuju pintu utama Ayah meraih tangan ku dan menggenggamnya dengan erat seolah ingin memberi ku kekuatan.

Kulihat Presdir bersama seorang wanita dan Om Arif sudah berdiri di ambang pintu mereka menyambut kedatangan kami,wanita yang sudah tak muda lagi, usianya mungkin sudah di atas lima puluh tahun namun masih terpancar pesona kecantikannya,dia melangkah dan meraih lenganku dan membawaku kedalam pelukannya.

"Halo Reva selamat datang di mansion kami Ibu harap kamu betah disini ya Nak,kamu benar benar cantik beruntung Tristan bisa menikah dengan mu."

Wanita itu adalah Ibu dari calon suamiku itu artinya dia calon mertua ku dia membimbingku masuk ke dalam rumahnya.

Kulihat sudah ada Penghulu dan beberapa orang yang hadir Ibu mengajak ku untuk duduk.

Tak lama terdengar suara hentakan sepatu dari arah tangga mataku tertegun melihat sosok yang menuruni anak tangga seorang pria memakai setelan jas berwarna putih lengkap dengan tuksedo dan dasi,rambut tertata rapi,bahu tegap tinggi kira kira 180 cm hidung mancung,rahang tegas dengan jambang tipis diwajahnya, mata setajam mata elang,sungguh sempurna tuhan menciptakan makhluknya satu ini.

"Aku terpesona pada pandangan pertama.....''

Bersambung......

Hallo guys selamat membaca karya ku yang ke dua semoga kalian puas jangan lupa vote like dan komen nya serta follow akun aku ya umie thay@😘 bay bay

Bab 2

Deg ...Deg..deg...deg jantungku berdetak kencang andai saja dia yang akan menjadi suami ku betapa beruntung nya aku.

Tapi ngomong ngomong di mana calon suamiku seperti apa dia ...aku mengedarkan pandangan dan mata ku tertuju pada seorang pria yang tengah duduk di sudut ruangan kulihat tatapan nya tak lepas dari ku apakah dia orangnya...lalu ia berdiri dan melangkah ke arah ku tubuhku gemetar bukan karena terpesona melainkan karena nyali ku ciut.

Bagai mana tidak seorang pria berperawakan tinggi besar dengan bobot tubuh kira kira seratus kilo gram lebih kulit sawo matang perutnya buncit dan rambut atasnya botak....ya tuhan apakah ini akhir hidup ku menikah dengan laki laki ini rasanya aku mau kabur saja menyesal rasanya aku menerima tawaran perjodohan ini.

"Hai..."Dia menyapaku.

"Selamat malam....gimana udah siap? kalau gitu ayo kita menghadap penghulu."

"Apaa.????..."

..."Iya acara akad sudah mau di mulai ayo kita duduk di sana!."...

Tubuh ku makin gemetar rasanya aku mau pingsang dan benar saja sesaat kemudian tubuhku limbung bugh.... aku jatuh kelantai.

...***************...

Aku menggeliat dan mencoba membuka mata yang terasa berat, ku edarkan pandangan menatap sekelilingku aku merasa asing dengan ruangan ini aku mencoba mengingat apa yang terjadi aku tersentak dari lamunan ku bukan kah hari ini adalah hari pernikahan ku!.

"Ouhh sudah bangun ya non?, seorang wanita setengah baya datang tergopoh-gopoh menghampiri ku.

" Gimana non apa masih pusing?."

"Sedikit" Jawabku.

"Kalau masih pusing baring aja non, ga apa apa."

Aku mengernyit menebak siapa wanita ini.

"Perkenalkan non saya Asih saya pelayan di rumah ini" Wanita itu memperkenalkan diri.

"Ouhh,iya Bik saya Reva" Jawabku.

"Wah... non Reva ini cantik sekali beruntung tuan Tristan bisa menikahi non."

"Ya iyalah beruntung, wanita mana yang mau menikah dengan perjaka tua macam tuan mu itu sudah keriput gendut jelek lagi hanya aku saja yang bodoh mau saja menerima tawaran itu...andai Ayah tak berhutang pasti aku ga rela jadi istrinya" Aku membatin.

"Oh ya non sebentar lagi akad dimulai nyonya berpesan agar non di kamar saja."

"Iya Bik."

"Itu lebih baik dari pada aku pingsan lagi kan? Gumamku.

" Saya terima nikahnya Reva Amanda binti Ahmad Refaldi dengan mas kawin tersebut....Tunai" Aku mendengar suara lantang dengan satu kali tarikan napas menggema di dalam ruangan seketika air mata ku luruh.....meratapi kemalangan hidupku.

Tak lama pintu di ketuk kulihat Ibu mertuaku masuk dan meraih tubuhku kedalam pelukannya.

"Nak, kamu sekarang sudah sah menjadi istri Tristan, Ibu harap kamu bisa bersabar menghadapi sikapnya jangan pernah pergi meninggalkannya tetaplah berada di sampingnya, sekarang kamu sudah jadi putri Ibu jadi bila Tristan menyakitimu katakan pada Ibu biar ibu yang akan menghukumnya sudah Nak jangan menangis anak gadis ibu gak boleh menangis." Ibu menghapus jejak air mata ku dan mengecup ubun-ubun ku.

"Kalau gitu ayo kita keluar temui suami mu dan juga para tamu" Ibu merangkul bahuku dan mengajak ku keluar.

Sebenarnya aku malas untuk keluar karena aku masih takut untuk bertemu dengan pria itu.

Ibu menuntun ku keruang keluarga,aku menunduk karena takut bertemu dengan suami gen***g ku.

"Tristan ayo sini pasangkan cincin nya di jari istrimu" Kudengar ibu memanggilnya membuatku semakin menunduk dan menutup mata, tubuhku kembali bergetar aku benar benar takut.

Kulihat sosok itu melangkah ke arahku dan ibu meraih tanganku dan meletakkan di telapak tangan besar milik Tristan... aku sudah tak bisa menjabarkan seperti apa diriku sekarang.

Tangan besar itu meraih jari ku lalu menyelipkan cincin di jari manis ku kemudian ibu memberikan sebuah cincin padaku mau tak mau aku memasangkan di jari manisnya lalu mencium tangannya.

Suara riuh tepuk tangan menggema didalam ruangan ini menandakan bahwa kami sudah sah menjadi suami istri.

"Reva dari tadi ibu perhatikan kamu selalu menunduk, apa kamu tidak mau melihat wajah tampan suami mu?."

Hoek....aku merasa mual ingin muntah,inginnya aku berteriak di telinga ibu, ganteng dari mana bu,apa dia buta? ahh tapikan dia ibunya ibu mana yang mau menghina anak nya sendiri..iya kaannn?."

Ibu meraih dagu ku mau tak mau membuat ku mendongak dan, lagi lagi tubuh ku limbung beruntung tak sampai jatuh sebab tangan besar itu sudah menangkap ku sedetik kemudian tubuhku sudah berada dalam dekapannya.

"Kamu kenapa nak apa kamu sakit?" Ibu meletakan tangannya di keningku nampak semua orang panik terlebih ayahku dia bergegas mendekat dan ikut memeriksa keadaan ku.

Reva gak apa apa Yah, Reva cuma capek." Jawab ku malu. Aku benar benar malu bagai mana tidak selama proses akad aku sudah dua kali limbung dan yang lebih memalukan ternyata aku salah paham (🤣🤣🤣)pria bongsor yang ku kira suamiku ternyata bukan dia orangnya dan suamiku yang sebenarnya adalah....(🤔🤔).

Perasaan ku campur aduk antara senang malu dan terkejut.

Senang, karena ternyata suami ku bukan si gent**g.

Malu... karena aku sudah salah paham semoga tidak ada yang tau tentang kesalahan pahaman ku ini.

Terkejut... karena suamiku yang sebenar nya adalah..orang yang pertama kulihat tadi menuruni tangga.

Mengetahui bahwa si tampan adalah suami ku membuatku berbunga-bunga.

Ternyata tuhan benar benar baik mengirimkan seorang malaikat untukku.

Aku meliriknya sekilas sepertinya dia tidak bahagia dengan pernikahan ini, sebab yang ku tangkap dari raut wajah nya terpancar kesedihan, dia terlihat gelisah entah apa yang dipikirkan nya aku tak tahu.

Tepat pukul sebelas malam tamu sudah beranjak pulang yang tersisa hanya kami berlima.

Ayah memanggilku dan memintaku duduk di sebelahnya Ayah meraih tangan ku dan menggenggam nya seolah tak rela melepas putri satu satunya pergi.

"Reva.... kamu sudah menikah nak dan mulai hari ini kamu sudah berstatus sebagai seorang istri. Ayah minta berbaktilah pada suami mu, rawatlah dia dan menurut lah apa yang dia katakan, jangan pernah pergi dari rumah tampa izin darinya, berusahalah untuk menjadi istri yang sholeha, belajar untuk saling memahami karena pada dasarnya cinta itu akan datang seiringnya waktu ....Ayah pamit ya nak ingat pesan Ayah ....kemudian Ayah meraih ku kedalam pelukannya dan mencium pipi dan keningku lalu dia pamit pulang.

Melepas kepulangan Ayah membuat dada ku sesak, untuk pertama kalinya aku berpisah dengannya, selama sepuluh tahun ini Ayah lah yang merawat ku sekarang aku sudah menikah dan Ayah pasti akan hidup sendiri lalu siapa yang akan memperhatikan Ayah...aku berlari mengejar Ayah dan kupeluk ia dari belakang aku menangis terisak.

" Ayah jangan pulang....kalau Ayah pulang di rumah tidak ada siapa siapa ..Hiks..Ayah sendirian...siapa yang akan menemani Ayah Hiks..." Ayah mengusap tanganku yang melingkar di pinggang nya lalu Ayah berbalik dan menyeka air mataku.

"Reva jangan seperti ini Nak,Ayah bisa sendiri ...jangan khawatirkan Ayah ingat pesan Ayah sekarang ayo masuk temani suami mu, dia membutuhkan mu.

" Iya Reva sayang, ayo masuk sekarang sudah larut dan udaranya sangat dingin nanti kamu sakit" Ibu membujukku untuk masuk dan Ayah melepaskan tanganku lalu berlalu masuk kedalam mobil yang akan mengantarnya.

Aku berdiri sejenak memandang kepergian Ayah hingga tak terlihat lagi mobil yang membawanya.

Ibu membimbingku masuk dan meminta Tristan membawaku ke kamar karena pikiran ku sedang tertuju pada Ayah membuat ku melupakan laki laki yang sekarang sudah sah menjadi suami ku.

Aku mendongak dan memberanikan diri melihat wajahnya dan "Deg...." Tatapan matanya menusuk hingga ke relung hati ku membuat wajahku kembali tertunduk tubuhku bergetar...tatapan yang menghunus bak pedang yang siap menghujam lawannya.

Sepertinya Ibu menyadari bahasa tubuh ku kudengar dia terkikik sepertinya dia menertawakan ku, yang sedari tadi bergetar karena takut.

"Tristan jangan diliatin terus, liat Reva jadi takut kan? mulai sekarang Reva ini istrimu dia yang akan merawat dan menemani mu jadi ibu harap kamu bisa menjaganya jangan kamu persulit dia dan jangan menyusahkan nya kamu paham Tristan?."

"Iya Bu aku paham...."

Suara bariton itu membuatku merinding,aku yang tadinya begitu bahagia karena dia yang jadi suami ku tapi nyatanya sekarang nyali ku ciut melihat tatapan tak bersahabat itu.

Dan inilah kisah perjalanan hidupku akan dimulai.....

Bersambung.......

terima kasih yang sudah mampir ke lapak aku dan mohon saran serta kritiknya dan tak lupa minta like komen dan juga hadiahnya semoga kalian puas.

Bab 3

"Tristan ayo ajak reva ke kamar" Titah ibu.

"Iya Bu." Tristan berjalan menaiki tangga sementara Reva masih mematung ditempat nya ibu mendorong tubuh Reva agar mengikuti suaminya, ragu ragu Reva melangkah sesekali ia menengok ibu dan ibu menganggukkan kepala menyemangati Reva yang terlihat takut, setelah Reva menghilang di balik pintu barulah ibu bernapas lega.

"Anak mu itu Yah,kenapa bisa sekaku itu apa mungkin Reva bisa menaklukkan hatinya kalau sikapnya saja begitu?" Cicit ibu.

"Setidaknya dia sudah mau menerima perjodohan ini Bu, itu artinya dia sudah mau membuka hatinya" Jawab Ayah.

"Semoga saja begit, terlalu lama dia menutup diri dan hatinya terkadang ibu kasihan melihatnya ibu berharap kehadiran Reva mampu mengembalikan Tristan kita yang dulu ya Yah...."

"Aamiin" Ayah ikut mengaminkan.

Dilain tempat Reva sudah memasuki kamar ia edarkan pandangannya menyapu setiap sudut ruangan kamar yang begitu luas dengan warna chat dasar putih, terdapat ranjang king size berwarna gold ada ruang ganti,yang terhubung ke kamar mandi ada sofa dan meja hias. Reva kagum melihat isi kamar yang luasnya lima kali lipat dari kamarnya.

"Apa kamu akan terus berdiri di situ?." Suara bariton tristan mengagetkan Reva hingga ia hampir terjungkal ke belakang.

Reva melangkah ragu mendekati suami nya.

"Silahkan bersihkan badan mu itu kamar mandi dan itu ruang ganti pakaianmu sudah ada di sana."

Setelah berucap begitu tristan berlalu dan masuk ke kamar mandi suara gemercik air terdengar menandakan si empunya sedang mandi, tak lama Tristan sudah keluar mengenakan handuk sepinggang menunjukkan bodi kekar dan perut kotak kotak seperti roti sobek membuat Reva menjerit dan menutup mata.

Seumur umur baru sekali ini dia melihat pria tak berpakaian lengkap seperti itu.

Tristan segera berhamburan kearahnya dan membekap mulut Reva dengan tangannya dan Reva malah meronta mengira Tristan akan menyerang nya reflek Reva menggigit jari tangan Tristan, yang sedang membekap mulutnya Tristan, melepaskan tangannya dari mulut Reva dan mengibas-ngibaskan nya karena gigitan Reva tangan Tristan merah untung tak berdarah.

"Apa yang kamu lakukan!,kamu pikir rumah ku ini kebun binatang apa selain tukang menjerit kamu juga tukang gigit?, lihat tangan ku merah begini!"

"Oh jari tangan ku yang malang......" Batin Tristan.

"Maaf Tuan saya hilap saya kira Tuan mau melakukan sesuatu kepada saya, salah tuan juga kenapa jadi gak pakai baju saya kan jadi kaget Tuan" Cicitnya Reva.

"Ya suka suka akulah, ini kan kamarku mau aku pakai handuk pakai baju pakai celana atau tak berpakaian sekali pun tidak ada yang bisa melarang ku dan apa tadi tuan?....apa kita terlihat seperti pelayan dan majikan bukankah kita sudah menikah itu artinya kita suami istri. Jadi aku memberimu tugas! malam ini kamu cari panggilan yang bagus untukku" Ucap Tristan dan berlalu ke ruang ganti.

"Maaf....." Lirih Reva.

"Ya sudah sana ganti bajumu, aku mau keruang kerjaku ingat cari dan pikirkan panggilan yang bagus untukku." Tristan ingin melangkah keluar namun dia kembali menoleh dan melihat Reva yang kesusahan membuka kancing bajunya.

Reva berusaha meraih kancing baju yang ada dibelakang tapi tangannya tak jua kunjung sampai.

"membuka baju sendiri saja tidak bisa bagaimana mau merawat dan melayaniku" Batin Tristan.

Tristan kembali melangkah mendekati Reva dan membantu Reva membuka kancing baju, hingga tampa sengaja tangan nya menyentuh kulit punggung Reva, membuat Reva kembali terlonjak sehingga Tristan menjauh dari Reva untung saja kancing baju sudah terlepas.

Tristan keluar dari kamar tampa menoleh Reva, membuat Reva menghela napas lega dan buru buru ia masuk kamar mandi dan mengguyur tubuhnya dengan air, setelah selesai mandi Reva baru ingat dia lupa bawa baju ganti ia menimbang nimbang apa keluar hanya memakai handuk yang bila di lilitkan sedada maka pahanya akan kelihatan. Reva ingat bahwa Tristan tidak ada dikamar ia memberanikan diri untuk mengintip dan benar saja Tristan tidak ada.

Dengan percaya diri dia keluar dari kamar mandi menuju ruang ganti karena buru buru Reva tidak sadar bahwa ada sepasang mata yang melihat tingkah anehnya.

"sedang apa kamu?" Suara bariton itu mengejutkan Reva membuatnya menoleh dan ada sosok yang tengah berdiri sedang memperhatikan nya dan ditangan nya memegang sebuah map.

Wajah Reva sudah semerah tomat ia malu karena Tristan melihat nya seperti itu, buru-buru ia membuka pintu ruang ganti dan menutupnya kembali.

Tristan hanya menggeleng, wanita aneh sedikit sedikit terkejut apa dia punya riwayat penyakit jantung ya?seminggu dia di sini bisa mati karena terkejut ...gumam Tristan sembari melangkah pergi.

Reva keluar dari ruang ganti dan sudah memakai kimono ia mendekati meja rias dan memoles wajah nya dengan skin care setelah itu dia beranjak dan melangkah ke arah sofa dia duduk di sana sembari mengingat kembali kejadian yang barusan dia alami dengan Tristan.

"Apa tadi dia menyebut istri?" Membuat hati Reva berbunga bunga dan wajahnya memanas.

Tunggu dulu tadi dia bilang apa memberiku tugas mencari panggilan yang bagus untuknya, aku panggil apa ya abang? udah kaya tukang bakso aja...emm... apa Mas???terdengar seperti sudah tua oh ya dia memang sudah tua kan...hi..hi..apa sayang aja ya? ah malu kan belum lama kenalnya, apa ya?" Reva berusaha keras mencari panggilan yang pas tapi tidak ketemu... apa panggil pak tua saja ya ha...ha... Reva tertawa sendiri dengan sebutan panggilan untuk Tristan.

"Oh ya kenapa ga kepikiran dari tadi, Kakak kan bagus terdengar keren baiklah aku panggil kamu Kakak saja ya Beruang kutub" Reva terlihat senang karena berhasil menemukan panggilan yang bagus buatnya tapi apa Tristan juga setuju....membuat mood Reva kembali jelek.

Reva terlihat beberapa kali menguap sepertinya dia sudah ngantuk berat tapi mau tidur duluan takut di bilang lancang sebab yang punya kamar lagi diluar, akhirnya dia berinisiatif mengambil earphone dan memasangnya di telinga dan memutar lagu kesukaan nya Reva merebahkan tubuhnya di sofa dan tak lama matanya sudah tertutup rapat dia sudah terlelap menjemput mimpi indahnya.

...****************...

Diruang kerja terlihat Tristan sedang memeriksa laporan yang di kirim sekretarisnya siang tadi, ada banyak berkas yang menumpuk di meja kerjanya, dia lah Tristan yang selama hampir sepuluh tahun mengurung diri di kamar namun dia tetap bekerja dari rumah sebagai seorang yang mempunyai tugas besar mengharuskannya tetap bekerja meski tak pernah keluar kamar bahkan tak pernah keluar rumah.

Tristan melirik jam di meja kerjanya dan waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari ia menutup berkas dan laptopnya mematikan lampu dan bergegas pergi ke kamar.

Sesampainya dikamar, Tristan menuju ranjangnya dan hendak merebahkan diri karena kantuk yang menyerangnya saat akan membaringkan tubuh ia terkejut melihat kearah sofa terlihat seseorang tengah meringkuk di sana, bergegas ia bangkit dan menghampiri sofa betapa ia terkejut dia melupakan bahwa dia sudah menikah.

"Ya tuhan kenapa aku biasa lupa kalau ada kamu di kamarku, benar-benar merepotkan kenapa malah tidur disini apa dia tidak melihat ranjang sebesar itu di sana, mengapa malah menyusahkan ku?...apa aku biarkan saja dia tidur disini?, tapi nanti aku dikira suami tak punya hati" Bimbang Tristan.

Akhirnya Tristan mengangkat tubuh kecil istrinya dan membawa nya ke ranjang "Kenapa tubuhmu enteng sekali seperti menggendong guling saja" gumam Tristan,

"Mana tidur seperti kerbau tidak terusik sama sekali" Gumam Tristan lagi.

Tristan membaringkan tubuh Reva pelan pelan takut ia terbangun dan pasti akan terkejut dan menjerit lagi. Tristan sedikit menunduk agar memudahkan untuk meletakkan tubuh Reva, perlahan dia baringkan dan tampa sengaja matanya menatap wajah imut yang ada di dekapannya ia pandangi wajah Reva dan jari tangan nya tergerak menyentuh wajah selembut sutra. "Cantik juga ternyata dan manis" Puji Tristan lalu matanya turun ke bibir ranum yang terlihat menggoda, buru-buru Tristan bangkit dan ikut berbaring di samping istrinya.

Tristan mengambil jarak dia tidak mau dekat dekat dia takut khilap, Tristan mengambil guling dan membatasi tubuh mereka lalu ia menarik selimut dan menutupi tubuh mereka, akhirnya Tristan ikut terlelap dan menjemput mimpi indah nya.

**Bersambung**......

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!