NovelToon NovelToon

Terjebak Dengan Mantan Ipar

1.Awal

Blak!!

Maura terkejut, waktu Bayu, pria yang sudah menjadi suaminya selama hampir 5 tahun itu tiba tiba melemparkan sebuah amplop coklat, kehadapan dirinya yang saat itu sedang berada didapur.

Dia sedang mempersiapkan makan siang, karena pagi tadi suaminya bilang kalau siang ini ibu mertuanya. Nyonya Angkasa akan datang untuk makan siang bersama mereka, juga Irene.

Maura yang selalu merasa tidak nyaman, setiap kali sang ibu mertua datang berkunjung merasa lega, waktu mendengar Irene juga akan datang, saat sang ibu Mertua nanti kerumah.

Karena Irene, yang merupakan sekretaris pribadi sang suami, itu juga teman baiknya. Jadi nanti, dia pasti bisa menghindari pertanyaan, yang selama ini selalu ditanyakan oleh sang ibu Mertua. Setiap kali bertemu dengan dirinya, tentang kenapa sampai sekarang dia belum juga hamil.

Merasa jengah dan lelah setiap kali mendengar pertanyaan itu, tapi tidak bisa melawan, itu yang dirasakan Maura selama ini, karena Bayu suaminya tidak pernah menganggap serius keluhan dirinya untuk masalah itu.

*

*

Masih bingung dan terkejut, melihat amplop coklat yang baru saja dilempar Bayu padanya, Maura pun bertanya isi amplop yang dilemparkan pria itu padanya.

"Apa ini mas?" tanya perempuan itu, menatap kearah amplop coklat yang ada diatas meja.

"Surat cerai kita, cepat tanda tangani!"

Jderrrr!!!

Seperti tersambar petir disiang bolong tanpa ada tanda tanda akan turun hujan, itu yang dirasakan oleh Maura. Saking terkejutnya. Maura langsung terpaku, diam. Menatap map yang ada dihadapannya saat itu.

Bibir dan tubuhnya, sontak menjadi kaku. Hanya airmata yang langsung mengalir deras dipipi perempuan cantik berwajah oval itu, begitu mendengar isi di dalam amplop yang yang baru saja dilempar cukup kasar, oleh sang suami.

Melihat sang istri tidak bergeming untuk melakukan perintahnya barusan, Bayu Angkasa merasa kesal, tidak suka.

Apalagi melihat airmata yang sekarang mengalir dipipi sang istri saat itu, dia merasa muak sekarang.

Jadi pria itu kembali mengatakan perintahnya dengan nada lebih kasar dari sebelumnya, supaya Maura mau melakukannya.

"Tanda tangani sekarang! Karena minggu depan aku akan menikah!" perintah pria itu dingin, dengan mengulurkan pulpen yang ada ditangannya kearah sang istri.

Perempuan cantik itu masih tidak bergeming, dengan tetap membiarkan tangan sang suami terus mengulurkan pulpen kearahnya saat itu. Membuat wajah pria itu berubah jadi kesal karenanya.

"Maura! Cepat lakukan!" perintah Bayu Angkasa dengan intonasi suara lebih tinggi dari sebelumnya, seolah menganggap pendapat atau keberadaan dirinya yang sudah sudah menjadi istri pria itu selama hampir 5 tahun ini, tidak penting.

" Kenapa?" tanya Maura parau,dengan wajah tertunduk dan terisak.

"Apa maksudmu kenapa, Maura?" tanya balik Bayu.

Dan dia tidak suka melihat airmata serta tangisan perempuan yang berstatus istrinya itu yang seperti tidak bersedia menandatangani surat cerai yang diberikannya saat itu.

Maura mendongak, menatap kearah Bayu Aksara. Pria yang sudah menjadi suaminya selama hampir 5 tahun itu, dengan wajah sangat terluka dan airmata masih terus saja mengalir dari kelopak matanya, saat itu.

"Kenapa Mas Bayu ingin menceraikan aku. Apa salahku, Mas? Dan kalau memang aku bersalah. Aku bisa minta maaf, lalu memperbaikinya.Tidak perlu sampai langsung bercerai seperti sekarang! Kita sudah menikah sangat lama, sudah banyak yang kita lalui, jadi kalau hanya salah paham, aku rasa..."

"Kali ini tidak bisa, Maura," potong pria itu dengan nada suara dingin.

"Kenapa?!" tanya perempuan itu lagi, dengan wajah semakin pilu saat itu.

Karena Maura merasa, hubungan mereka akhir akhir ini baik baik saja. Meski sering cekcok dan ibu mertuanya selalu membuatnya tidak nyaman dengan pertanyaan kapan dirinya kan hamil. Tapi semua itu tidak sampai membuat dirinya ingin bercerai dengan sang suami.

Jadi apa alasan Bayu Angkasa, sang suami, tiba tiba melemparkan surat cerai sekarang padanya, bingung Maura.

"Karena Irene Hamil" jawab pria itu, membuat Maura merasa semakin bingung mendengar alasan kenapa pria itu ingin menceraikannya sekarang.

"Hamil? Bukannya dia.."

"Sekarang dia sedang mengandung, anakku," potong Bayu, suaminya cepat sebelum Maura menyelesaikan perkataannya.

Jderrrr!!!!

Seketika perempuan itu terhenyak, terkejut, syok, merasa tidak percaya, mendengar kenyataan itu.

Irene, teman dekat, juga sekretaris pribadi suaminya.Yang bisa bekerja karena rekomendasi darinya, karena merasa kasihan setelah perempuan itu dicerai oleh suaminya tanpa mendapatkan apa apa itu, sekarang sedang hamil anak dari Bayu Angkasa, suaminya.

Rasanya, bukan hanya seperti tersambar petir, tapi lebih seperti kejatuhan Bom atom. Mungkin bisa diibaratkan seperti waktu Jepang dulu hancur karena Bom nuklir yang dijatuhkan Sekutu, dikota Hiroshima dan Nagasaki. Yang juga merupakan tempat mereka berdua dulu, melakukan bulan madu.

"A..anakmu? Tapi bagaimana bisa?" tanya Maura, terdengar tidak masih tidak percaya dan memang tidak ingin percaya.Dengan kenyataan yang baru saja disampaikan oleh sang suami itu, padanya.

"Apa maksudmu, bagaimana bisa?! Tentu saja bisa, karena aku pria normal.Berbeda dengan dirimu yang mandul, Maura!" bentak Bayu marah, karena perempuan didepannya itu berani mencurigai kenormalan dirinya.

Meski selama pernikahan mereka yang hampir menginjak 5 tahun ini, mereka berdua belum dikaruniai anak, tapi dirinya yakin kalau dia selama ini normal.

Alasan itu juga yang membuat dirinya akhirnya tergoda selingkuh dengan sekretaris pribadinya, sekaligus teman dekat istrinya itu selama hampir setahun ini.Meski selain itu sejujurnya dia mulai merasa bosan dan tidak cinta lagi dengan Maura yang menurutnya sekarang sudah tidak semenarik dulu lagi.

Apalagi sejak sang istri tidak lagi bekerja dan memutuskan hanya menjadi ibu rumah tangga karena ingin fokus ikut program hamil, agar mereka segera mempunyai anak. Perasaan Bayu sebagai pria kepada Maura, semakin menghilang.

Berbanding terbalik dengan perasaan yang dirasakannya pada Irene. Janda yang merupakan teman baik sang istri, yang diminta Maura untuk menjadi sekretarisnya selama lebih 1 tahun ini dari hari kehari tidak bisa ditahannya. Puncaknya, akhirnya mereka memutuskan menjalin hubungan gelap dibelakang Maura selama hampir 6 bulan terakhir ini.

Awalnya Bayu belum berniat menceraikan Maura secepat ini, meski selingkuh dengan Irene, karena masih mencintai Maura sang istri.

Tapi karena ternyata akibat hubungan gelap mereka, Irene hamil anaknya.

Jadi mau tidak mau Bayu, harus segera menikahi Irene, tapi juga harus menceraikan Maura, karena sang kekasih itu tidak ingin dimadu.

 Setelah sebelumnya dia lebih dulu membicarakan masalah kehamilan Irene dengan sang mama, nyonya Ajeng Angkasa yang ternyata sangat bahagia waktu mendengar khabar kehamilan kekasih gelapnya itu. Perempuan paruh baya itu pun langsung menyarankan padanya supaya menceraikan saja Maura dan segera menikahi Irene, sebelum kandungan Perempuan itu semakin besar.

Untuk menghindari sang calon cucun nantinya yang bisa tidak dianggap sebagai keturunan resmi keluarga Angkasa.

2.Dicerai Paksa.

Maura menatap tiga orang yang duduk dihadapan dirinya saat itu. Bayu Angkasa suaminya, Nyonya Ajeng ibu mertuanya, serta Irene, mantan sahabat baiknya.

Sejak dirinya tau, kalau perempuan berkulit seputih susu dengan bodi bak gitar spanyol, serta wajah sendu, yang sempat membuatnya dulu empati itu ternyata seekor ular karena tega merebut suaminya, bahkan sampai hamil. Hal yang sampai detik ini belum bisa dirasakannya.

Maura menganggap, perempuan itu sebagai mantan sahabat untuk selamanya. Bukan sahabat selamanya, seperti judul sebuah lagu yang sering didengarnya bersama perempuan bernama Irene itu, karena dia naif.

"Cepat tanda tangani!" perintah Ajeng Angkasa, Ibu mertuanya pada Maura. Karena dari tadi Bayu Angkasa belum berhasil mendapatkan tanda tangan dari perempuan yang berstatus istri putranya itu, sampai dirinya dan Irene datang kerumah mereka.

Maura masih tidak bergeming, meski sudah mendapat ultimatum dari sang Ibu mertua saat itu.

"Maura! Cepat! Kenapa kau jual mahal sekali hanya untuk menandatangani surat cerai kita ini.Apa kau masih berpikir aku akan berubah pikiran melakukanya kalau kau bersikap seperti sekarang," geram sang suami karena mulai kehilangan kesabarannya menghadapi perempuan yang masih berstatus istri saat itu.

"Aku .."

" Maura maaf, sekarang kamu pasti merasa sangat marah juga benci padaku. Sejujurnya, aku tidak pernah berniat melakukan semua ini padamu, karena kamu adalah sahabatku. Tapi, semuanya terjadi begitu saja tanpa bisa kami kontrol. Aku memang pernah bilang pada Mas Bayu kalau aku tidak ingin dimadu lagi, karena pengalamanku di masalalu dengan mantan suamiku. Tapi kalau dengan menjadi madumu kamu bisa memaafkan kesalahanku, aku ikhlas Maura.

Jadi tolong Mas dan Ibu, berhenti memaksa Maura untuk menandatangani surat cerai ini, biar saja aku hanya jadi istri kedua dari Mas Bayu sekarang."

Maura menatap wajah Irene, mantan sahabatnya itu dengan rasa jijik juga muak. Dia benar benar tidak menyangka perempuan yang selalu terlihat anggun, baik, sopan, penuh kasih, ternyata perempuan yang sangat licik. Ternyata selama ini dia sudah ditipu oleh wajah itu.

Sebelumnya dia masih merasa sangat sedih, juga tidak terima dipaksa bercerai oleh Bayu Angkasa.

Tapi sekarang, begitu duduk berhadapan dengan mereka bertiga dan mendengar semua yang mereka katakan, niat Maura yang sebelumnya masih ingin mencoba mempertahankan rumah tangganya sampai titik darah penghabisan, hilang begitu saja.

Menyisakan rasa marah juga benci yang sangat besar, hingga rasanya dia ingin mencakar, juga mencabik wajah, serta tubuh mereka. Sampai tak berbentuk lagi, tapi tak bisa dilakukannya.

Jadi yang bisa dilakukannya sekarang agar tidak benar benar sampai meluapkan kemarahannya, pada ketiga orang dihadapannya. Adalah segera pergi dari hadapan mereka bertiga, secepatnya.

Maura pikir, percuma juga dia mencoba menahan atau menjaga, sesuatu yang sudah hancur dan dia harus membuangnya.

" Baiklah," jawabnya setelah lama terdiam, yang langsung membuat ketiga orang dihadapannya menjadi saling pandang.

"Apa maksudmu?" tanya Bayu mencoba memastikan makna jawaban sang istri itu.

"Ya..."

" Apa maksudmu dirimu bersedia menerimaku sebagai madumu Maura?" potong Irene yang dijawab gelengan oleh perempuan itu dengan wajah dingin.

"Maura!" bentak Bayu cukup keras karena kembali kesal menghadapi sikap perempuan itu yang seolah sengaja mempermainkan dirinya sekarang.

"Jangan berteriak Mas! Aku belum tuli!" balas perempuan itu mulai ikut tersulut emosi sekarang, melihat dari tadi Bayu selalu bersuara keras padanya.

Hal yang dulu jarang dilakukan pria itu, kecuali mereka bertengkar hebat dan masalah itu juga serius.

Tapi saat ini, entah sudah berapa kali pria itu melakukannya.Membuat Maura merasa semakin yakin dengan keputusannya sekarang.

"Hah! Kamu sudah berani membantahku sekarang!! Apa kau lupa aku ini masih suamimu sampai .."

" Aku setuju tanda tangan sekarang!" potong perempuan itu, lalu segera mengambil kertas juga pulpen yang ada diatas meja dan langsung membubuhkan tandatangannya pada surat cerai mereka.

" Sudah bukan dan itu artinya, mulai sekarang aku bukan lagi istrimu juga menantu ibumu Mas" ucap Maura dingin.

" Baguslah, akhirnya semua beres juga. Jadi Bayu, suruh pembantu kalian untuk membantu Maura membereskan semua barangnya, supaya dia bisa secepatnya keluar dari rumah ini, karena sekarang dia bukan lagi nyonya rumah disini," perintah Nyonya Ajeng dingin.

Bayu Angkasa masih tidak bergeming dari tempatnya, kali ini dia yang terlihat syok waktu melihat tanda tangan yang dibubuhkan Maura disurat cerai mereka. Sampai sentuhan tangan Irene dipundaknya menyadarkannya dari perasaannya barusan.

" Mas," panggil Perempuan cantik itu masih dengan ekspresi wajah muram, seolah ikut terluka karena apa yang terjadi pada rumah tangga Bayu juga Maura.

Maura bisa melihat bagaimana ekspresi Bayu, mantan suaminya itu sekarang. Terlihat jelas kalau pria itu syok dan sepertinya tidak percaya, kalau dia akan mau menandatangani surat cerai mereka. Karena sebelumnya dirinya terlihat sangat tidak ingin melakukannya.

Maura menghela nafas, bukannya iba atau simpatik dengan sikap dua orang yang terlihat seperti sedang akting drama dihadapannya sekarang.Dia malah merasa sebaliknya, benci dan muak.

Bahkan perasaan sayang juga cinta yang beberapa jam lalu masih dirasakannya, sekarang hilang tak berbekas, karena sikap yang ditunjukan oleh mereka, pada dirinya.

" Nggak perlu nyuruh Mas Bayu memerintahkan Bibik, Ma.Biar aku saja, karena aku juga ingin secepatnya bisa keluar dari rumah ini," cegah Maura lalu berniat beranjak pergi dari hadapan mereka semua, tapi langkahnya tertahan begitu mendengar suara Irene, memanggilnya.

" Maura tunggu! Kamu tidak perlu buru buru, toh setelah menikah nanti, kami juga nggak akan tinggal disini, jadi..."

Seketika Maura berbalik kembali menghadap kearah mereka bertiga, tapi kali ini tatapannya terlihat sangat sinis terutama pada Irene yang. Masih terus memasang wajah sendu yang sama seperti waktu pertama kali melangkah masuk kerumah yang semula rumah dirinya dan Bayu.

" Aku tau, karena rumah ini , beserta mobil, serta deposite tabungan selama kami menikah.Itu menjadi harta gono gini yang harus kami bagi rata.Alasan aku ingin segera keluar dari sini, adalah supaya pihak pengacaraku. Bisa segera menyelesaikan pembagian itu."

" Maura!" bentak Bayu lagi.

Dirinya cukup terkejut, juga tidak menyangka, perempuan yang sejam lalu masih menjadi istrinya itu, sekarang sudah memikirkan tentang harta Gono gini, mereka.

Mendengar mantan suaminya memanggilnya dengan nada keras, Maura hanya membalasnya dingin, tidak perduli. Dan melanjutkan lagi perkataannya untuk Irene, mantan sahabatnya itu.

"Oh iya, selain itu, sebelum aku pergi dari sini aku ingin tekankan padamu, Irene.Bahwa mulai sekarang dan seterusnya, andai dirimu bertemu denganku, baik secara sengaja atau tidak. Jangan pernah menegurku, anggap saja kita tidak pernah saling mengenal sebelumnya. Karena perlu kau tau Ren, pernah berkenalan juga menjadi teman dekatmu.Adalah hal yang paling aku sesali, dalam hidupku."

Setelah mengatakan semua itu, Maura berlalu pergi meninggalkan ketiga orang yang sudah menghancurkan hidupnya, untuk membereskan barang yang akan dibawanya keluar, saat itu.Dari rumah yang sudah ditempatinya, selama hampir 5 tahun sejak dirinya menikah dengan Bayu Angkasa.

3. Harta Gono gini Hanya 200 juta.

Maura berjalan dengan langkah gontai meninggalkan kantor pengacaranya.

Terlihat jelas raut kesedihan diwajah cantik tanpa make upnya, setelah keluar dari sana dan mendengar apa yang tadi dikatakan oleh pengacara yang disewanya untuk mengurus perceraiannya, serta masalah harta Gono gini miliknya dan sang mantan suami Bayu Angkasa.

Masih jelas diingatan perempuan itu, apa yang tadi dikatakan oleh pengacaranya dan sampai detik ini, masih belum bisa dipercayainya.

" Rumah yang kalian tempati, aset tanah serta mobil yang biasa anda pakai, tidak bisa dibagi menjadi harta Gono gini, kalian," terang pengacara itu, membuat Maura sangat terkejut waktu mendengarnya.

" Bagaimana bisa tidak bisa dibagi, rumah itu sudah kami tempati sejak hari pertama kami menikah, lalu aset tanah itu juga dibeli waktu masih menikah dengan saya dan mobil yang biasa saya pakai itu adalah hadiah ulang tahun pernikahan kami dari Mas Bayu, diulang tahun kedua pernikahan kami. Seharusnya mobil itu menjadi milik saya, tapi kenapa bisa tidak bisa saya miliki?!" tanya Maura heran mendengar apa yang baru didengarnya.

" Karena semua itu ternyata atas nama ibu mertua anda jadi..."

" Apa!"

Maura sangat terkejut dan tidak percaya, mendengar apa yang dikatakan oleh pengacaranya. Tentang atas nama siapa Semua aset yang dituntutnya sebagai harta Gono gini pada mereka sekarang.

" Itu benar nyonya Maura, silahkan anda lihat berkas ini, supaya anda lebih mengerti dan percaya pada apa yang saya katakan barusan."

pengacara itu menyerahkan file, yang didalamnya berisi semua keterangan tentang semua aset dari Bayu Angkasa selama menikah dengannya, yang sekarang sedang dituntutnya sebagai harta Gono gini, yang harus mereka bagi.

Seperti keterangan pengacara tersebut, ternyata rumah mewah yang ditempatinya selama ini, lalu mobil VW merah yang biasa dikendarainya dan sekarang ditinggalkannya dirumah pria itu, serta sebidang tanah cukup luas yang dibeli Bayu Angkasa saat masih menikah dengannya.

Ternyata semua itu atas nama ibu mertuanya Nyonya Ajeng Angkasa, bagaimana bisa selama ini dia tidak tau tentang itu sama sekali, batin Maura marah.

Perempuan itu menarik nafas keras, begitu membaca file tersebut. Maura hanya bisa menunduk lesu, karena merasa menjadi perempuan yang sangat bodoh selama ini .

Tidak ada yang diatas namakan Bayu Angkasa sendiri,kenapa batin perempuan itu heran.

Apakah mantan suaminya itu sengaja melakukannya, supaya kalau pria itu sudah bosan dengannya, bisa dengan mudah menendangnya dari hidup pria itu seperti yang dilakukannya sekarang. Perempuan itu merasa sangat sakit hati saat memikirkannya.

Pantas saja selama ini mantan suaminya, Bayu Angkasa selalu bersikeras mengurus semua hal yang berkaitan dengan kepemilikan harta mereka tidak pernah mau melibatkan dirinya, ternyata semua karena ini, batin Maura sedih.

Sekarang Maura baru tau, kalau selama ini ternyata dia hanya seperti penumpang dalam keluarga sang suami dan selama 5 tahun menjadi istri pria itu, dia merasa ditipu.

Tak ada yang tersisa dari perjuangan 5 tahunnya sebagai istri seorang Bayu Angkasa, putra kedua pemilik Angkasa Group. Yang merupakan salah satu perusahaan kontruksi paling bergengsi dinegara ini.

" Jadi, apa yang aku dapatkan kalau begitu," tanya Maura dengan wajah muram pada pengacaranya.

" Deposit sebesar 200 juta," terang pengacaranya yang hampir saja membuat Maura pingsan, mendengarnya.

"Du..dua ratus juta!" ucapnya sangat terkejut dan merasa tidak percaya, mendengar jumlah yang akan didapatkannya sekarang sebagai harta Gono gini dari mantan suaminya, yang notabene adalah crazy rich.

pengacaranya mengangguk" Iya nyonya karena...."

Kepala Maura tiba tiba menjadi pusing dan perutnya terasa mual, sampai dia tidak bisa lagi mendengar apa saja yang dijelaskan oleh pengacara itu padanya.Dia terlalu syok , karena dirinya hanya mendapat harta Gono gini sejumlah itu, oleh mantan suaminya.

" Maaf, bisa kita bicarakan ini lain kali lagi, sekarang saya permisi,'' pamitnya dengan menyambar tas tangan yang dibawanya, lalu keluar.

Dengan tergesa gesa, Maura keluar dari kantor pengacara dan langsung menuju toilet yang ada dikantor itu, untuk memuntahkan seluruh isi perutnya yang terasa bergolak akibat syok.

Maura sampai terduduk lemas di bawah wastafel dan langsung terisak pilu, mengingat apa yang didapatnya selama 5 tahun menjadi istri dari Bayu Angkasa.

Disapunya airmatanya, kasar dengan punggung tangannya.Lalu berjalan keluar dari kantor pengacaranya.

Meski tidak ingin meratapi atau merasa bersedih karena apa yang dilakukan oleh mantan suaminya itu padanya, yang tega membuangnya seperti barang tak berharga. Tapi rasa sakit dan terluka itu terlihat jelas dari gestur tubuhnya saat dia berjalan keluar dari kantor pengacaranya.

Maura melangkah dengan gontai, sampai dia hampir tidak merasa sedang menginjak bumi saat itu. Karena terlalu sakit hati, akibat apa yang sudah dilakukan oleh Bayu Angkasa padanya.

Bahkan Maura sampai tidak sadar, kalau sudah berada dijalan raya karena terlalu terpukul.

Dia benar benar merasa dibuang secara paksa, oleh pria yang pernah menikahinya itu, sekarang.

Langkahnya berhenti waktu mendengar ponsel miliknya berdering keras.Seketika Maura sadar, kalau saat itu ternyata dia hampir berada di tengah jalan raya dan sedang diklakson oleh beberapa mobil yang lewat dengan marah padanya.

"Ya Tuhan," gumam Maura, lalu bergegas berbalik ke trotoar dan segera mengambil ponsel didalam tasnya, untuk meriksa siapa yang menelpon saat itu.

"Gladis," gumamnya, waktu melihat nama sipenelpon diponselnya saat itu. Maura mengangkat panggilan dari perempuan bernama Gladis yang merupakan salah satu teman baiknya, selain Irene.

" Ya Dis," jawab Maura tanpa semangat.

" Maura!" teriak perempuan bernama Gladis dari seberang telpon, sampai membuat perempuan itu harus menjauhkan ponselnya dari telinga. Karena merasa gendang telinganya hampir pecah. Mendengar suara keras, cempreng barusan.

" Issh....dasar!" maki Maura kesal.

"Lo dimana?!" tanya Gladis masih dengan nada suara sama.

"Ditepi jalan raya, kenapa?!" balas perempuan itu ketus, karena kesal.

"Apa! Dijalan raya?! Ngapain?" tanya Gladis terdengar terkejut, mendengar dimana posisi Maura saat itu.

"Ngapain? Ya, mau nyebranglah, emang mau ngapain!" jawab perempuan itu semakin kesal mendengar pertanyaan Gladis.

Karena perempuan itu seolah menganggapnya sedang ingin melakukan bu*uh diri saat itu.

" Sherlock, gue jemput lo, sekarang!" perintah Gladis, tidak ingin dibantah.

" Iya," balas Maura, melakukan apa yang diminta oleh teman dekatnya itu.

" Jangan kemana mana! Disitu aja, 10 menit lagi gue sampai! Awas kalau gue sampai disana, lo sudah enggak ada!" perintah Gladis dari seberang telpon, sebelum mematikan panggilan mereka.

Maura tidak menjawab, tapi juga tidak membantah, apa yang dikatakan Gladis barusan diseberang telpon padanya.

Karena meski kesal mendengar suara keras sahabatnya, tapi dia juga bersyukur karena disaat terpuruk seperti sekarang ini, ternyata masih ada yang mengkhawatirkannya, seperti Gladis.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!