NovelToon NovelToon

Cinta Dan Trauma Masa Lalu

Episode 1.

**Cerita ini merupakan perjalanan dari kisah "Pesan Cinta Andra" yang sebelumnya di publikasikan dalam bentuk chat story, kemudian cerita dilanjutkan dalam bentuk Novel dan berjudul "Cinta & Trauma Masa Lalu" jalan cinta antara Andra dengan Rin tidaklah semanis di luar. Kisahnya penuh lika-liku cobaan, ya memang betul? Cinta juga perjalanan hidup yang selalu ada rintangan dan cobaan, balutan itu adalah pelajaran yang akan menguatkan cinta, bertahan adalah bagian dari kunci cinta suci**

...**Episode 1**...

Pernikahan adalah hari yang paling ditungu-tunggu oleh Andra dan Rin. Namun, ketika acara sedang berlangsung dan hanya satu tahap lagi, Rin malah merasa takut? Dia sedang menakutkan satu hal!

Dak,

Dik

Duk.

Detak jantung yang semakin kencang mengikuti kegelisahannya, "Aku tidak mungkin membatalkan pernikahan ini?" ucap dalam hati dan melihat ke sekelilingnya, matanya kini menyaksikan orang-orang tersenyum bahagia, buna Ainun juga sangat sumringah, begitu dengan saudara-saudaranya kak Andra? Mereka terlihat bahagia.

Adik dan kakak dari kak Andra salih tersenyum, begitu dengan keponakannya yang sangat antusias. Mereka juga sangat baik dengan Rin, perhatian mereka tak kunjung usai.

"Bibi, apa bibi ingin minum?" Keponakan Andra sangat antusias, mereka semua berkumpul dan mencoba membantu bibinya kelak.

Mereka saling rebutan, “Sini biar aku yang mengusap keringatnya,"

"Bibi sangat kegerahan ya?" kata keponakannya yang lain.

Mereka sangat sibuk ingin membantu Rin, apa lagi keponakan yang masih anak-anak itu memang mudah kenal dengan Rin, mereka tampak menyukai kedatangan Rin.

"Cantik ya,"

Ucap keponakan Andra (Cika, Adinda, Dewa dan Arya) mereka memuji kecantikan Rinjani yang bener-benar memukau layaknya bidadari! Yah wajahnya memang bikin pangling.

Rin hanya bisa tersenyum, tapi... senyum itu bukan senyum kebahagiaan. Entah kenapa dia sangat takut dan benar-benar ingin membatalkan semuanya.

"Bisakah aku melakukannya?" Gumam Rin.

"Bibi aku ingin segera memiliki teman baru..." Anak kecil berdiri bersandar kepada Rin yang sudah duduk di meja ijab qobul, dia sudah tidak sabar ingin bermain dengan anak Rin dan menjadi temanya.

Anak kecil itu tersenyum kepada Rin, dia pun membalas senyuman nya.

Deep**

"Bagaimana bisa?" Gumam dalam hatinya, Rin kini semakin takut.

"Adinda sayang... sini? Ayo nak," ucap Kakak dari Andra sambil mengajak anaknya untuk duduk bersama.

Pak penghulu sudah tiba, dan duduk di hadapan kedua mempelai. Sungguh wajah Rin sudah tidak karuan, tapi semua orang tidak ada yang sadar dengan kegelisahan Rin kecuali Andra? Dia tahu bahwa saat ini Rin gelisah.

"Sayang, ada apa?" Bisiknya.

Rin hanya menatap dan menggeleng-geleng kepala. Andra masih memastikannya, dia pun memegang tangan kanan Rin dan berbisik. "Katakan saja?"

Namun, Rin tidak mau mengatakan apa apa...

"Bodoh, bagaimana aku bisa mengatakannya?" Gumam Rin, dia langsung menyembunyikan perasaan nya itu dengan tersenyum kepada Andra dan sekelilingnya.

1 hari setelah pernikahan.

Jam 08:34

Pagi ini Rin dan Andra langsung pergi terbang ke tempat yang mereka impikan, dan rasanya tidak sabar bagi Andra untuk menjalin kemesraan di atas lautan yang luas.

"Semalam kamu tidur cepat karena capek, apakah malam ini sama?" Andra bertanya kepada istrinya, dia penasaran karena setelah pernikahan Rin terlihat seperti ketakutan jika didekati olehnya, dia lebih berbeda dari sebelumnya?

Flashback on.

Acara pernikahan mereka selesai tepat di sore hari, dan malam ini Andra merasa haus dengan Rin dia belum pernah sedikitpun menyentuh Rin, boro-boro menyentuh baru saja Andra mendekat Rin langsung menjauh seperti menolak.

Rin selalu berkata, "Aku belum siap, dan kamu belum halalkan aku tolong jaga jarak!" Itu yang selalu di lontarkan Rin dan Andra tidak pernah mau memaksa.

Jam 19:03

Rin sudah keluar dari kamar mandi, dan dia sepertinya sudah siap untuk tidur. Rin hanya tersenyum kepada suaminya tepat di ambang pintu kamar mandi, sedangkan Andra sedang berdiri di hadapannya.

"Kenapa kamu meninggalkan aku?"

Rin menyeringai, "Aku tadi..." Rin terdiam, dia memikirkan alasan yang pas untuk menjawab pertanyaan Andra.

"Apa?" Tatapan Andra begitu serius.

"Aku tadi mules, terus aku pikir sekalian aja mandi... Mm kamu mau mandi kan, silahkan... Hehe" jawab Rin, dia langsung lari sebab takut.

"Rin!!!" Teriak Andra, tapi Rin sama sekali tidak mau mendengarkan apa yang akan di katakan Andra, dia langsung pergi ke luar kamar.

"Kenapa dia, dia kelihatannya taku sekali melihat ku?" Pikir Andra sambil menoleh kebelakang melihat istrinya lari keluar kamar.

"Lihat saja nanti malam," ucap Andra, lalu dirinya masuk kedalam.

19:56 Di kamar anak-anak, Rin terlihat lebih tenang dengan anak-anak bahkan dia sesekali tertawa bersama mereka. Pintu kamar yang terbuka sedikit membuat suara tawa mereka mengisi ruangan lainya.

"Hahahaha" anak-anak sangat terlihat bahagia, malam ini Rin sengaja pergi ke kamar dan bertemu anak-anak.

"Cika, Adinda... kalian sudah mengantuk ya?" Tanya Rin sambil merangkul dan membawa mereka ke tempat tidur.

"Enggak, kita belum ngantuk ya?"

Cika mengangguk, "Ya kita masih mau main sama-sama," jawab Cika sambil menguap dan menutup mulutnya.

Rin tersenyum, "Sekarang sudah waktunya kalian istirahat, ayo... pasti kalian capek dengan acara tadi, bibi Rin juga merasa capek dan ngantuk."

"Ayo! Kita tidur bareng..." Seru Rin kepada empat keponakannya Andra.

"Tapi, emang bibi boleh tidur bareng kita?" Tanya Dewa sambil mengucek matanya.

"Boleh dong sayang... Ayo tidur, gak usah khawatir karena kalian boleh tidur bareng bibi," Rin mengajak semuanya untuk bersiap-siap tidur.

Mereka sangat senang, sambil bertepuk tangan dan hore. Rin tentu sangat senang juga... Sebab dia bisa berhasil mengindari Andra.

Rin bisa menghela nafas lega, "Akhirnya aku bisa menghindari ketakutanku."

"Anak-anak kita bersih-bersih dulu sebelum tidur ya, ayo.. Dewa, Arya," ucap Rin membawa anak-anak ke kamar mandi.

Setelah beberapa menit (30) kemudian, Andra tampak mondar-mandir ke beberapa ruangan. "Kak, lihat Rin gak?" Tanya Andra kepada kakaknya.

"Lah, aku pikir kalian lagi berdua?"

"Nyari siapa? Bini mu ya... Bini mu sama anak-anak udah pada tidur." Sahut sang adik Andra sambil membawa air minum.

"Kok bisa?" Ucap Andra terkejut.

"Udah pangku aja, lagian udah pada pules..." Seru sang adik.

"Ya udah lah biarin aja, kasian mereka udah nyenyak." Ucap Andra sambil tersenyum.

"Padahal tadi tuh bak Maura dah bilang sama anak-anak kita buat gak ganggu kalian... Ya, tapi mungkin namnya anak-anak kadang agak susah buat di bilangin." Ucap kakak ipar Andra.

Kamar Pengantin.

Andra akhirnya kembali ke kamar, dia tidur sendirian.

Flashback off.

Rin masih terdiam, dia melirik Andra sambil berjalan menuju penginapan. "Aku bingung, aku takut kamu malah marah dan pergi meninggalkan aku..." Gumam Rin, dia takut untuk mengatakan yang sebenarnya.

"Sayang?" Andra terdiam sejenak, dia memperhatikan istrinya.

"Aku tidak tahu, kak Andra..."

Andra mengerutkan dahinya, dia heran bagaimana bisa Rin masih memanggilnya 'Kak Andra' dan sejujurnya Andra tidak suka jika Rin memanggilnya seperti tadi. "Sudah aku bilang jangan panggil kak, apa kamu lupa?"

"Ya sayang... maaf yaa, sepertinya aku lelah dan ingin segera sampai kamar." ucap Rin kembali melangkah tanpa menghiraukannya.

"Sayang, tunggu..." Andra menarik lengan Rin.

Rin menoleh, dia memperhatikan Andra.

Andra juga ikut memperhatikan wajah istrinya yang terlihat mencemaskan sesuatu? "Kenapa dia seperti cemas! Hmm apa ada yang dia sembunyikan?" gumam didalam hatinya. Kemudian dia berisi keras tidak menghiraukan nya.

"Sudahlah" ucap di dalam hati Andra menghempas pikiran nya.

"Aku ingin menggandeng mu..." ucap Andra sambil tersenyum.

Mereka pun bergandengan tangan.

...Bergandengan tangan? Pernikahan ini bukan seperti rasa pengantin tapi rasa pacar, namun itu terjadi bukan karena malu-malu yang pasti Andra sedang menjaga situasi? ada yang lain dibalik wajah istrinya yang terlihat cemas dan seperti menghindar**...

Episode 2.

Andra merasa bahwa Rin sedang berusaha menyembunyikan sesuatu. Rin tidak terlihat seceria biasanya, dia murung dan menyendiri, dia selalu saja menghindari Andra.

Sesampainya di penginapan Rin langsung membereskan baju-baju mereka, selanjutnya dia pergi untuk bersih-bersih dan tertidur.

"Sayang, apa kamu benar-bener sangat lelah?" Tanya Andra sambil duduk di kasur melihat Rin yang berbaring membelakangi dirinya.

Rin memilih tidak menjawab, dia hanya berpura-pura tertidur dengan memejamkan mata.

"Ya sudah, selamat istirahat sayang..." Ucap Andra sambil mengusap rambut Rin.

Setelah Andra pergi keluar dan menutup pintu, Rin langsung berbalik arah dia melihat Andra menutup pintu. Rin merasa bersalah sudah membuat hari ini menjadi dingin, tapi bagaimana lagi dia sangat kebingungan harus berbuat apa di tengah kegelisahannya?

"Maafkan aku, seharusnya aku bisa jujur kepadamu... Tapi, aku takut kamu kecewa dan pergi kak," ucap didalam hati Rin sambil meneteskan air mata.

"KENAPA AKU HARUS MEMBUAT KESALAHAN BESAR!" Rin sangat marah kepada dirinya, dia mulai mencabik dan memukul badanya sendiri.

Dia turun dari kasur sambil menangis, dia melangkah mendekati pintu kamar mandi dan menyalakan shower. Rin mengguyur sambil menangis tersedu-sedu. Dia merasa telah menjadi wanita paling bodoh karena masa lalunya.

"AAAH!!" Rin berteriak karena marah, dia juga memukul-mukul dinding hingga tangan nya terluka.

Pelecehan seksual yang pernah dia alami, membuatnya trauma dengan cinta. Tapi, dia berhasil kembali percaya adanya cinta yang tulus. Namun, berjalannya waktu trauma seksual tidak kuncung meredam. Bahkan saat ini membuat dirinya kembali teringat!!!

Kekejaman... Pelecehan seksual memiliki dampak yang sangat berbahaya yaitu post-traumatic stress disorder (PTSD) atau gangguan stres pascatrauma adalah gangguan mental karena korban mengalami kejadian traumatis. Gangguan ini membuat seseorang merasa gagal untuk pulih setelah mengalami atau pun menyaksikan peristiwa yang mengerikan.

Bagaimana perasaan Rin?

Karena kondisi tersebut membutuhkan waktu yang tidak hanya sehari, dua hari! Tapi, waktunya bisa berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun lamanya? Dan dengan pemicu yang bisa membawa kembali kenangan trauma disertai emosional dan fisik yang intens.

Saat ini Rin membuat masa lalunya kembali menggerogotinya, kepercayaan diri nya mulai menghilang, banyak sekali pikiran negatif yang datang. "BAGAIMANA JIKA ANDRA TIDAK BISA MENERIMA KENYATAAN INI?"

"AKU BODOH! SEHARUSNYA AKU TIDAK PERCAYA KEPADA BAJIANGAN ITU! AAAH," Rin tidak henti menyakiti dirinya. Dia pun sesekali menampar wajahnya.

Setelah beberapa menit Rin di dalam kamar mandi. Andra pun datang sambil membawa beberapa makanan kesukaan Rin, Andra sangat terlihat ceria dia berharap Rin bisa pergi dengannya untuk menikmati indahnya laut.

Ceklek (suara pintu terbuka)

"Sayang!! Aku bawa makanan kesukaan mu loh," ucap Andra matanya langsung tertuju pada kasur. Namun, Rin tidak ada di tempatnya itu.

"Sayang?" Lanjut Andra, dia mencari Rin ke balkon tapi tidak ada Rin di sana.

Akhirnya Andra duduk sambil menikmati beberapa makanan yang dia bawa itu. Dia juga memakan satu persatu makanannya, tapi... Ketika dia asyik menikmati makanan itu dia mendengar ada suara tangisan di balik pintu kamar mandi.

"Rin?" Panggil Andra sambil mengetuk pintu kamar mandi, tapi Rin tidak menyahut. Hal itu membuat Andra merasa panik.

"Sayang kamu dengar aku?" Andra mencoba untuk membuka pintu tapi, pintunya terkunci.

"AAAH!" Andra mendengar teriakan dan tangisan Rin.

Apa yang terjadi sebenarnya? Andra pun terus mengetuk pintu berharap Rin bisa meresponnya. Tuk tuk tuk!!! "Sayang? Buka..." Teriak Andra.

Usaha Andra nihil, akhirnya dia pun pergi meminta bantuan kepada petugas hotel. Tidak menunggu lama akhirnya pintu kamar mandi pun terbuka, Andra sangat terkejut melihat Rin yang sudah basah kuyup dengan beberapa luka memar.

Andra langsung memeluk Rin dan membawanya ke luar, "Sayang, apa yang terjadi?" Tanya Andra dia terus memeluk Rin yang masih menangis tersedu-sedu.

Andra tidak banyak bertanya kepada Rin, dia hanya membantu Rin untuk merasa tenang. Perhatian dan pengertian yang tidak pernah lepas membuat Rin semakin takut mengecewakan Andra.

"Aku tidak mau mengatakan apa-apa padamu... aku takut kamu kecewa, " Gumam dalam hati Rin.

Andara mencoba mengeringkan tubuh Rin, setelah itu dia juga mengobati luka-lukanya Rin. Andara meniup lukanya Rin dia sangat penasaran apa yang terjadi sebenarnya? Sambil menatap Rin yang terlihat melamun, "Kenapa kamu melukai dirimu sendiri?" Pikir Andra, kini disamping Rin sambil mengelus-elus rambutnya dan membuat Rin tertidur.

"Jelas pasti dia memiliki gangguan pada mentalnya, tapi kenapa?" Pikir Andra.

Andra terlihat sangat kasihan kepada Rin, wanita selembut ini bisa memiliki trauma yang menggangu ketenangan jiwanya.

Andra pergi ke balkon dia sangat penasaran tentang penyebab gangguan yang sedang dihadapi istrinya, dia pun mencoba menghubungi bunda Ainun (mertua).

Dalam panggilan telpon itu Andra menanyakan tentang riwayat kesehatan Rin. Namun, ternyata bunda Ainun tidak mengetahui apa pun dan selama ini bunda Ainun tidak pernah melihat atau menemukan keanehan kepada putrinya.

"Rin selalu terlihat baik-baik saja nak," ucap bunda Ainun dalam panggilan telpon. Panggilan dari Andra tentu membuat bunda Ainun merasa penasaran apa yang telah terjadi?

"Memangnya Rin kenapa Nak?" tanya Bunda.

"Rin sepertinya mengalami sedikit gangguan kecemasan bun, tapi bunda gak usah khawatir... aku akan menanganinya dengan baik, aku akan menjaganya."

"Tapi, bunda khawatir... apa kalian tidak pulang saja?" seru bunda Ainun.

"Hmm, jika disini tidak memungkinkan aku akan membawanya pulang." jawab Andra, dan setelah pembicaraan itu mereka pun menutup panggilan.

Karena Andra melihat Rin terlihat gelisah dia terus berganti posisi saat tidur.

"Bunda, nanti kita lanjut lagi ya." ucap Andra dan menutup panggilan.

Andra langsung menemui Rin, dia duduk di samping Rin sambil menggenggam tangannya Rin. "Tolong!!" Teriak Rin seperti ketakutan, wajahnya dipenuhi dengan keringat.

"Sayang, Sayang... tenaga disini ada aku, tenang sayang," ucap Andra dengan lembut sambil memeluk Rin.

"Kak Andra," Rin menangis di pelukan Andra. Rin mimpi buruk dia kembali bermimpi dan bertemu pelaku biadab.

Andra mengusap bahu Rin, dia mencoba membuat istrinya kembali tenang. "Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi padamu, tapi Aku yakin kamu mengalami trauma yang berat..." gumam dalam hati Andra.

"Sayang, tatap Aku..." pinta Andra setelah Rin melepaskan pelukan Andra.

Tatapan Andra sangat lembut, Rin mencoba untuk menatap Andra. "Sayang... kamu gak perlu takut, disini ada aku... aku akan menjaga dirimu, yah manis" ucap Andra.

Andra mencium kening Rin untuk pertama kalinya. "Aku mencintai kamu sepenuh hati ku, Aku menerima kamu apa adanya... dan setiap orang memiliki ketidak sempurna nya, maka Aku mencintai mu dan menerima masa lalu mu seperti apa pun itu... Aku tetap mencintaimu sayang," ucap Andra tidak lepas untuk terus memeluknya.

"Aku juga mencintaimu..." Rin menangis kembali.

Episode 3.

Mereka memiliki cinta yang utuh, "Aku sangat mencintaimu..." Rin terus mengulang dan mengatakan nya sambil menangis.

Sehari dari pernikahannya, Rin malah mendapatkan traumanya kembali, dan bukan hanya kegelisahan tentang trauma nya itu dia juga sangat over thinking terhadap dugaannya jika harus jujur!

Andra tidak bisa membiarkan Rin seperti ini, dia tidak ingin melihat Rin menjadi tertekan. Ya, bagaimana pun Rin harus bisa jujur kepadanya agar bisa melepas ketakutan itu. Mungkin selama ini Rin menyimpan dengan waktu yang sangat lama.

"Sayang?" Ucap Andra, dia tidak lepas memeluk istrinya.

Rin menatap Andra, Andra tersenyum dan menatap lembut Rin. "Kamu percaya padaku kan bahwa aku mencintaimu, dan menikahi agar aku bisa selamanya dengan mu..."

Rin membenahi posisinya, "Apa itu benar?"

Andra mengangguk, "Itu benar,"

"Apa kamu akan tetap mencintai aku setelah aku mengatakan hal ini?" Mata Rin mulai berkaca-kaca.

"Tentu sayang, kenapa aku menikahi kamu... Aku ingin hidup bersama mu di dunia ini dan di surga nanti," Andra mengatakan hal itu, perkataan manis yang benar adanya.

Rin terdiam sejenak, lalu dirinya terbangun. Rin sangat serius menatap suaminya itu. Sesekali Rin menghela nafas, jujur saja ini bukan hal yang mudah bagi Rin untuk mengungkap kisah pahitnya.

Andra mencoba menyakinkan Rin, dia menggenggam kedua tangan Rin. "Sayang, jika kamu masih belum bisa... Gak papa nanti saja," Andra tidak pernah memaksa istrinya jika memang dia masih merasa berat.

Andra senang walaupun Rin belum bisa terbuka sepenuhnya, akan tetapi dia sudah bisa membuat Rin lebih baik, dan yang menakjubkan baginya dia telah berhasil memiliki Rin seutuhnya.

"Jalan ku adalah bersama mu, menjadikan kamu lebih percaya diri dan terus bersinar, jangan takut aku meninggalkan kamu Rin." Ucap Andra, dia juga mencium kening Rin.

Rin tersenyum, "Terimakasih kamu sudah datang untuk hidupku..." Rin memeluk Andra.

Lantunan musik klasik mengiringi kebahagiaan dan ketenangan Rin. Dia sadar bahwa lebih bahagianya jika bisa mengatakan secara jujur apa yang sebenarnya dia hadapi?

Menghela nafas, "Aku sudah siap untuk menceritakan nya sayang." Ucap Rin penuh percaya.

Flashback on.

Delapan tahun yang lalau sebelum Rin mengenal sosok Andra, dia bertemu dengan laki-laki yang sangat hangat. Laki-laki yang mampu meluluhkan hati nya semasa dia remaja dan laki-laki itu adalah cinta pertamanya.

Rin bertemu dengannya di bangku sekolahan menengah atas saat itu mereka sedang mencari tempat duduk yang sama, yah Rin sangat menginginkan duduk di bangku ke dua paling pojok dari pintu masuk.

Namun saat itu laki-laki yang bernama Naufal sudah duduk sambil menikmati musiknya. Rin hanya terdiam dan melihat Noval di dalam hatinya berharap bisa duduk di tempat itu dan tidak menyangka ternyata Naufal sadar ada yang memperhatikan nya?

"Hey, apa kamu ingin duduk di sini?"

Rin sangat terkejut dan dia berpikir bahwa laki-laki itu bisa membaca pikiran seseorang? Rin mengangguk pelan, dan Naufal langsung pindah membawa tasnya dari kursi itu.

"Silahkan, Rinjani Ainun Nisa semoga kita bisa berteman baik ya?" Ucap Naufal sambil mengulurkan tangannya.

Rin pun tersenyum, dia merasa senang ternyata pemuda itu sangat ramah dan mudah berteman. "Ya, terimakasih atas kebaikanmu. Salam kenal Naufal Hadi,"

Setelah perkenalan itu mereka semakin dekat, banyak mengerjakan tugas bersama. Bahkan jika membentuk kelompok mereka berdua selalu ingin bersama, kadang kala Naufal bertukar pasangan dengan kelompok lain hanya untuk tetap bersama.

Sampai pada akhirnya Naufal dan Rin resmi berpacaran di semester akhir. Rin juga mulai mengenal lebih dalam siapa sosok Naufal? Dia sangat berhati-hati karena ternyata, Naufal sangat tempramental. Kadang kala saking marahnya karena Rin sering menolak ajakan, Naufal pun sering berubah seperti monster.

Emosinya Naufal tidak bisa dikendalikan oleh Rin, seperti saat hari libur Naufal mengajak Rin untuk menemani dirinya yang ditinggal oleh orang tua keluar kota, karena urusan kerja.

"AKU HANYA INGIN KAMU MENGIKUTI APA YANG AKU MAU! SEKALI SAJA?" teriak Naufal di telinga Rin dengan penuh emosi, saat mereka berada di Rumah Naufal.

Tidak lama setelah Naufal terdiam sejenak, dia pun kembali berkata. "Aku sendirian, bibi... pulang kampung, hmm..." Ucap Naufal secara lembut, dia terlihat memelas.

Naufal bisa sangat hangat, tapi dia juga bisa sangat kejam dengan sifat manipulasi nya yang menjebak Rin.

"Kamu disini bersama ku ya?"

"Kamu sayang padaku kan Rin," lanjut Naufal sambil duduk bersimpuh, dan akhirnya Rin mau mengikuti remaja itu.

Malam hari, Rin tidak tahu kenapa Naufal sangat bersikap manis dia tidak hanya memberikan buket dan kalung kepada Rin? Tapi, Naufal secara diam-diam membelikan apa yang diinginkan Rin tanpa kekasihnya yang meminta.

Naufal mengumpulkan nya di dalam satu dus yang besar? Hal itu membuat Rin terkejut. "Kenapa kamu melakukan ini Fal?" Tanya Rin merasa heran, dan menggeleng-geleng kepalanya.

"Ini kejutan untuk mu, tentunya... karena aku sayang." Ucap Naufal sambil mengunci pintu kamar.

Perasaan Rin saat itu sudah tidak enak, dia langsung menoleh dan menatap ke arah pintu yang di kunci Naufal. "Naufal?"

** Kekerasan itu terjadi, dan membuat Rin taruma. Naufal juga tidak pernah berhenti untuk menjadikan Rin sebagai pemuas nya, dan yang mengerikan lagi Naufal meninggal setelah berhubung dengannya.

Pagi hari setelah Naufal mengajak joging Rin, Rin pun dibawa Naufal ke rumahnya. Orang tua Naufal juga ada di rumah dan pagi itu mereka sedang melakukan sarapan bersama, dan untuk pertama kalinya Rin bertemu mereka.

"Ini yang namanya Rin?" Tanya ayahnya Naufal. Tapi, seketika ayah Naufal terdiam ketika Naufal meletakan gelas dengan kencang.

Naufal seperti marah? Namun, Rin tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di rumah ini?

Rin bersikap sopan kepada mereka, dia bersalaman dengan orang tuanya Naufal.

"Rin sarapan dulu," Naufal menarik lengan Rin untuk duduk di kursi. Rin tidak bisa menolak sebab dia sangat takut dengan Naufal, Naufal sudah mengancam dirinya jika berani menolak di setiap perintahnya.

Rin duduk terdiam, dan orang tua Naufal hanya tersenyum sambil tangannya mempersilahkan Rin untuk ikut sarapan.

"Jangan sampai kau tidak makan!" Ucap Naufal sedikit meninggi. Naufal pun pergi ke kamarnya.

Rin memperhatikan kedua orang tuanya, Rin benar-benar merasa aneh dengan sikap mereka. Mereka hanya tersenyum seperti sedang menutupi rahasia? Senyum mereka benar-benar seperti terpaksa.

"Rin ayo..." Ajak Naufal sambil menarik lengan Rin dengan erat. Deep** Rin benar-benar takut dengan hari ini, apa yang akan dilakukan Naufal?

Kamar Naufal.

"Fal, aku... Aku tidak ingin melakukan hal ini lagi," ucap Rin menolak.

"Kamu menolak?"

"Tolong aku, hentikan semua ini."

Keringat Rin tak henti bercucuran, Naufal terus melakukan apa yang dia inginkan hingga akhirnya hembusan nya terhenti.

"AAAH" Rin berteriak melihat Naufal yang tiba-tiba saja tubuhnya sudah mengeras memeluknya. Dia sangat ketakutan, tangan nya gemetar bahkan tidak bisa bangun saking lemah nya.

Seketika pintu terbuka dan orang tua Naufal langsung memeluk Rin dan menenangkannya. "Tidak apa-apa, kamu tidak perlu khawatir... kami yang merencanakannya"

**

Flashback off.

Andra langsung memeluk Rin, "Kamu hebat, sayang... itu bukan lagi masalahmu, lepaskan semua sayang... aku ada untukmu."

Rin menangis di pelukan suaminya. "Andra kamu masih menerima aku?"

"Iya dong sayang, aku selalu setia bersama mu..."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!