"Papa ingin kamu menerima perjodohan ini!" Ardi berkata pelan dan melihat anak perempuannya yang duduk berseberangan dengannya.
Dengan wajah bingung, sang anak bertanya.
"Kenapa tiba-tiba saja ingin menjodohkan Ana, Pa?" Ana tidak menolak keinginan orang tuanya, tapi dia masih tidak menyangka akan dijodohkan dengan seorang laki-laki keturunan kiayai tersohor di kota ini. Nama lelaki itu sudah sering sekali ia dengar karena sangat populer dikalangan para wanita yang belum menikah bahkan para wanita yang sudah bersuami pun ikut mengidolakan lelaki tersebut.
"Papa dan Kiayai Mustapa sudah berjanji akan menjodohkan kalian," ucap Ardi. Dia berharap putrinya tidak menolak perjodohan ini.
"Sebenarnya, Ana juga tidak ingin menolak, Pa. Tapi Ana sedikit ragu, bisakah Abimayu menerima Ana yang begini?" Ana ingin memberitahu kepada orang tuanya untuk melihat dirinya saat ini.
Seorang wanita paruh baya yang duduk disamping papanya ikut tersenyum melihat sang putri yang sudah meragu dengan dirinya.
"Kalau kamu bisa menerima perjodohan ini, Mama yakin kamu juga akan bisa berubah lebih baik dengan berjalannya waktu," ucap wanita paruh baya itu yang tidak lain adalah mamanya Ana.
Ana kemudia berfikir sejenak.
"Kalau Abimayu tidak menolak, Ana pasti akan menerimanya," ucap Ana dengan pasti.
Mendengar itu, raut berseri nampak di kedua wajah orang tua Ana. Mereka sangat senang pada akhirnya putri mereka menerima perjodohan itu.
Sebelumnya mereka juga telah memberitahu kepada Ana, tapi dia belum memberikan jawaban yang pasti kepada mereka.
...----------------...
Di sebuah rumah sederhana, di pondok pesantren Ar-rasyid, Abimayu juga sedang duduk bersama orang tuanya untuk membahas masalah perjodohan.
"Bagaimana pendapatmu, Nak?" Umi Aida sudah menjelaskan tentang perjodohan ini kepada Abimayu sebelumya, tapi ia masih belum memberikan keputusan.
"Apa Abah dan Umi menyetujui kalau Abi menolak perjodohan ini?" Berbicara dengan hati-hati menyampaikan maksud hatinya.
Dua orang paruh baya itu saling memandang satu sama lain. Pertanyaan yang diajukan Abimayu sulit untuk mereka jawab.
Dari tempat duduknya, Abimayu bisa melihat keraguan orang tuanya. Belum sempat mereka berkata, Abimayu kembali melanjutkan bicaranya.
"Kalau begitu, Abi mengikut keputusan Abah dan Umi saja. Jika Abah dan Umi berkenan, Abi akan menerimannya."
Ucapan itu membuat orang tua Abimayu merasa senang karena mereka akhirnya menepati janji kepada teman mereka untuk menjodohkan kedua anak mereka.
"Kalau begitu, nanti Umi akan menghubungi keluarga Ana untuk memberitahu keputusannya." Umi Aida berkata dengan senyum yang masih terukir di bibirnya.
"Baiklah, Umi. Abi mau pamit keluar dulu ingin menjumpai ustad Hasbi."
Abimayu sekarang merasakan dilema dalam dirinya. Satu sisi, dia tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya. Di sisi lain, dia telah memiliki seorang wanita di dalam hatinya. Sebelum orang tuanya memberitahu tentang perjodohan ini, dia sudah berniat akan datang melamar wanita itu, bahkan dia telah memberitahu kepadanya. Tapi, pada saat ini wanita itu menyuruhnya untuk menunggu karena dia masih menyelesaikan kontrak kerja di tempatnya sekarang. Dia berjanji akan menerima lamaran Abimayu setelah kontraknya berakhir dan setelah itu dia akan kembali ke daerahnya.
...----------------...
Sepulang dari rumah orang tuanya, Abimayu kembali ke rumahnya, karena dia tidak tinggal bersama kedua orang tuanya. Dia tinggal di daerah perkotaan, sedangkan orang tuanya tinggal jauh dari kota karena mereka mengelola sebuah pesantren yang letaknya jauh dari perkotaan.
Di saat Abimayu menyetir, tiba-tiba dia menabrak sebuah mobil berwarna silver yang terparkir di pinggir jalan.
Brak!
Abimayu menepuk keningnya sambil memejamkan mata. Setelahnya dia keluar dari mobil, kepalanya bergerak sambil melihat ke kiri dan kanan untuk mencari tahu siapa pemilik dari mobil yang dia tabrak barusan.
Dari arah belakang, seorang wanita berpakaian seksi dan rambut yang terlihat berwarna berjalan kearah mobilnya yang terparkir di pinggir jalan. Saat itu dia bisa melihat seorang pria memakai baju kaos warna hitam dan dipadukan dengan celana jeansnya sedang berdiri di samping mobilnya.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Ana kepada Abimayu saat dia telah sampai di dekat mobilnya.
Abimayu melihat kearah wanita yang berbicara kepadanya.
"Maaf, apa ini mobil...?"
"Ya!" jawab Ana langsung memotong perkataan Abimayu.
"Maafkan saya, saya tidak sengaja menabraknya."
Mata Ana melotot mendengar perkataan yang baru saja diucapkan oleh Abimayu.
"Apa kamu tidak punya mata? Mobil sebesar ini kenapa kamu tidak melihatnya, ha?"
Ana berjalan melihat kearah mobilnya yang ditabrak oleh Abimayu. Dia bertambah marah karena melihat keadaan mobilnya yang sudah hancur dibagian belakang.
"Sekali lagi saya minta maaf! Saya akan bertanggungjawab dan mengganti rugi kerusakannya."
"Tidak perlu, aku yakin kamu tidak mampu untuk membayarnya!"
Ana pergi meninggalkan Abimayu yang masih berdiri tarpaku. Dia tidak menyangka bisa bertemu dengan seorang wanita angkuh seperti Ana. Bukan dia tidak ingin bertanggung jawab, tapi Ana tidak memberikan kesempatan kepadanya.
Abimayu merasa bersalah dan dia juga sempat menggelengkan kepala saat melihat penampilan Ana yang seksi.
...----------------...
Sampai di rumah, Ana masih menampakkan wajah kesalnya karena kejadian yang baru saja dia alami.
"Sayang... kenapa kamu tampak begitu kesal?" tanya Kiran yang duduk di ruang tamu kepada anaknya saat melihat dia masuk ke dalam rumah.
"Aku kesal, Ma!"
"Apa yang membuatmu kesal?"
"Ada pria bodoh yang sudah menabrak mobilku."
Kiran terkejut mendengar perkataan putrinya, lalu dia memegang tubuh Ana dan menelisik satu persatu bagian tubuh putrinya.
"Ma, hentikan, aku baik-baik saja!"
"Apa ada yang sakit?"
"Pria itu bukan menabraku, Ma. Tapi dia menabrak mobilku yang terparkir di pinggir jalan, makanya aku mengatakan kalau dia bodoh."
...----------------...
Keesokan harinya, keluarga Abimayu datang mengunjungi rumah Ana sebagai tanda bahwa mereka akan melamar Ana. Kedatangan mereka disambut dengan bahagia oleh keluarga Ana.
Saat ini Ana merubah penampilannya yang seksi dengan pakain yang sopan, bahkan dia menggunakan penutup kepala dengan rapi. Dia terlihat sangat cantik sehingga dia mendapat pujian dari Umi Aida.
Ana hanya mampu tersenyum saat mendapat pujian itu. Sambil mereka duduk berkumpul sesekali Ana mengarahkan matanya kepada semua keluarga Abimayu, tapi dia tidak melihat sosok pria muda yang datang bersama keluarganya.
"Kamu cari Abi?" tanya Umi Aida.
Ana menundukkan kepalanya karena merasa malu dengan pertanyaan Umi Aida.
"Abi memang tidak datang bersama kami."
"Ehmmmm kenapa Umi?" tanya Ana penasaran.
"Aturannya memang begitu." Umi Aida menjelaskan ketidakhadiran Abimayu dalam acara lamaran tersebut.
Ana tidak ingin memperpanjang rasa penasarannya lagi, dia merasa malu jika terlalu banyak bertanya kepada calon mertuanya. Meskipun dalam hati dia sangat penasaran dengan wajah Abimayu. Dia sudah pernah mendengar nama itu, tapi dia belum pernah melihat dan bertemu secara langsung dengan Abimayu. Makanya saat ini dia sangat penasaran dengan wajah Abimayu.
Di perusahaannya Abimayu masih memikirkan tentang perjodohannya dengan seorang wanita yang sama sekali tidak dia kenal, bahkan sekarang mereka sudah resmi bertunangan.
"Hemmmmm apa yang kamu fikirkan, ha?" tanya Heri sang sekretaris yang melihat Abimayu duduk termenung di kursinya.
"Aku masih merasa bingung," Abimayu menjawab.
"Tidak ada yang perlu dibingungkan, sebentar lagi kamu akan menikah dengannya." Heri berkata karena dia sudah mengetahui tentang Abimayu yang sudah bertunangan.
"Ya, tapi aku masih ragu karena tidak pernah bertemu dengannya, aku juga tidak mengenalnya sama sekali." Abimayu memberitahu karena dia benar-benar belum pernah bertemu dengan Ana. Dia tidak tahu bagaimana seorang Ana itu.
"Apa yang membuatmu ragu?" tanya Heri.
"Huuuuffff tidak, ayo kita lanjutkan lagi pekerjaannya." Abimayu kembali memfokuskan dirinya ke dokumen yang dia periksa saat ini.
"Apa kamu masih memikirkan Nayla?" Heri menebak sekarang, karena dia tahu bahwa Abimayu menyukai Nayla sudah sejak lama.
"Bukan itu." Abimayu menjawab berbohong kepada Heri, dia tidak ingin Heri mengetahui apa yang sedang dia fikirkan saat ini.
Fikiran Abimayu masih terasa sangat kacau, apalagi dia masih teringat dengan Nayla, seorang wanita yang dia sukai bahkan dia sudah pernah melamar wanita itu sebelum dia dijodohkan dengan Ana. Tapi wanita itu meminta waktu untuk menunggunya karena dia ingin menyelesaikan kontrak kerjanya dulu, hingga dalam penantiannya itu, orang tuanya mengatakan bahwa dia telah mereka jodohkan dengan anak teman mereka.
...----------------...
Sekitar jam lima sore ketika waktu kerja sudah berakhir, Abimayu tidak pulang ke rumah. Dia mengatakan Heri temannya yang merangkup menjadi sekretarisnya untuk singgah di sebuah cafe.
"Kamu harus puaskan waktumu sebelum menikah ini, Abi." Heri berkata seolah menasehati Abimayu yang ingin menikah.
"Aku tidak perlu mendengarkan penjelasanmu, karena kamu saja belum menikah saat ini, jadi aku tidak bisa percaya dengan kata-katamu, jawab Abimayu menentang ucapan Heri, karena dia berkata benar.
"Hmmmm kamu tidak boleh meremehkanku, meskipun aku belum menikah." Heri berkata membanggakan dirinya.
"Ya ya ya kamu memang si paling benar," ucap Abimayu.
Tiba di cafe yang mereka tuju, mereka memilih untuk duduk dibagian paling sudut cafe, karena mereka merasa nyaman ketika duduk dibagian itu.
"Apa yang kamu lakukan, ha?" tiba-tiba terdengar suara seorang perempuan yang sedang berkata sedikit kuat kepada seorang pelayan cafe di saat mereka telah duduk di kursinya.
"Maaf, Kak. Aku tidak sengaja."
"Kamu sengaja!"
"Aku benar-benar tidak sengaja, Kak."
"Kamu harus diberi pelajaran. Di mana pemilik cafe ini? Aku ingin bertemu dengannya!"
Pelayan cafe itu terlihat masih diam dan tidak berani lagi untuk membela dirinya.
"Ana, biarkan saja. Dia juga sudah meminta maaf!"
"Tidak boleh, dia sengaja melakukannya padaku, aku harus memberi dia pelajaran."
"Ana, semua orang melihat kita."
"Aku tidak peduli! Biarkan semua orang melihat, karena yang salah adalah dia." Ana mengedarkan pandangannya ke sekeliling cafe, ternyata semua orang melihat kearah mereka.
"Ayo kita pergi saja!"
"Tidak, aku ingin dia mengakui dulu bahwa dia sengaja melakukan itu."
"Ana, dia tidak sengaja."
"Aku tidak akan percaya, dan aku tidak akan melepaskannya sebelum dia mengakui kesalahannya."
"Maaf, Kak. Aku benar-benar tidak sengaja." terlihat pelayanan cafe itu masih menundukkan kepalanya.
"Kamu fikir aku percaya? Aku tidak akan melepaskanmu." Ana berkata tajam, dan setelah itu dia bisa melihat ada beberapa beberapa pria berjalan kearah kursi mereka.
Abimayu masih melihat kearah wanita yang sedang marah kepada seorang pelayan cafe itu. Dia melihat lebih lekat lagi, dan ternyata dia menyadari bahwa wanita itu adalah orang yang bertemu dengannya beberapa hari yang lalu, wanita yang memiliki mobil yang tidak sengaja dia tabrak.
"Hemmmm wanita itu sangat kejam." Heri berkata. Dia juga ikut menyaksikan kejadian itu, karena jarak mereka juga tidak terlalu jauh.
"Ya... sepertinya begitu," jawab Abimayu pelan. Dia juga sempat teringat saat wanita itu marah bahkan merendahkannya karena dia tidak sengaja menabrak mobilnya.
"Aku tidak ingin mendapatkan wanita yang seperti itu." Heri berkata lagi.
"Kamu jangan memikirkan itu, tidak baik membicarakan orang lain." Abimayu berkata menasehati Heri. Jika tidak, Heri pasti akan terus membicarakan wanita itu dan dia tidak menyukainya.
"Ya ya semoga calon istrimu tidak seperti dia." Heri tertawa.
"Heri..." Abimayu menjadi kesal melihat Heri.
"Tapi aku yakin, calon istrimu itu adalah orang yang baik, tidak mungkin seorang Abimayu anak Kiayai ternama dijodohkan dengan wanita yang seperti itu."
"Aku sudah sangat ingin memukulmu saat ini, Heri!" Abimayu melihat tajam kearah Heri yang terus menggodanya. Kemudian Abimayu kembali melihat kearah wanita itu yang masih marah kepada pelayan cafe. Sekarang bukan hanya pelayan cafe itu saja yang ada di situ, tapi juga telah ada beberapa pria yang menghampiri nya.
Dalam hati Abimayu sempat terpikir ucapan Heri, dia sedikit bergidik ngeri membayangkan bagaimana kalau dia mempunyai istri yang begitu. Dia berharap semoga calon istrinya bukan seperti wanita yang terlihat sedang marah itu.
...----------------...
"Aku masih sangat marah saat ini." Ana berkata kepada dua orang temannya.
"Lupakan saja! Dia juga sudah mendapat teguran dari bosnya."
"Tapi aku merasa belum puas jika tidak melakukan hal yang sama dengannya." Ana berkata kesal.
"Pelayan itu memang sedikit keterlaluan."
"Bukan sedikit, tapi dia memang sudah keterlaluan, bekerja jadi pelayan saja sudah tidak tahu diri seperti itu." Ana sudah mengeluarkan kata kasarnya.
"Hemmmm kamu jangan terlalu suka berkata kasar begitu, bagaimana kalau nanti calon suamimu tidak suka jika istrinya ini suka berkata kasar begitu." Salah seorang teman Ana menggodanya.
"Biarkan saja dia mengetahui bagaimana aku yang sebenarnya, tidak perlu menutupi diri darinya."
"Ya ya tapi kamu harus ingat, calon suamimu itu adalah seorang anak Kiayai, jadi tidak mungkin dia suka jika istrinya seorang yang kasar, dia pasti menyukai seorang istri yang lembut, shalehah dan baik."
"Kamu fikir aku orang yang jahat?" tanya Ana dengan kesal mendengar penjelasan temannya.
"Bukan begitu, aku hanya melihat dari beberapa orang yang pernah aku temui."
Ana diam sejenak dan memikirkan perkataan temannya. Dia juga merasa penasaran karena dia sama sekali belum pernah bertemu dengan Abimayu. Tapi nama Abimayu sudah sering dia dengar bahkan dia bisa menyukai seorang Abimayu tanpa tahu bagaimana wajah Abimayu sendiri.
"Ayo kita ke tempat yang lain!" ajak salah seorang teman Ana.
"Ayo, tapi kalian temani aku membeli pakaian baru lebih dulu, tidak mungkin aku pergi dengan keadaan seperti ini!" Ana berkata sambil melihatkan pakaiannya yang sudah basah karena pelayan di cafe tadi sengaja menumpahkan air pada pakaiannya.
Saya terima nikahnya Anastasya binti Ardi Septo dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." Tanpa ada sedikit keraguan Abimayu dengan lancar melafadzkan ijab qobul.
"Sah para saksi?" ucap pak penghulu.
"Saaah," jawab para saksi serentak.
Suara riuh mengucapkan rasa syukur terdengar dari segala arah yang menandakan saat ini mereka ikut bahagia.
Tidak lama kemudian, Ana diiringi oleh dua temannya berjalan dari arah kamar menuju tempat duduk di samping Abimayu.
Saat Ana melihat pria yang telah sah menjadi suaminya itu, matanya sedikit melebar. Dia baru sadar jika pria bodoh yang menabrak mobilnya beberapa minggu yang lalu adalah Abimayu.
Dari tempatnya, Abimayu juga melihat ke arah Ana, dia merasa bahwa wajah Ana tidak asing di matanya dan dia merasa sudah pernah melihat Ana sebelumnya.
"Jangan terlalu gugup, sekarang kalian sudah menjadi pasangan suami istri," goda salah seorang teman yang mengiringinya untuk duduk bersanding dengan Abimayu.
"Aku tidak gugup, tapi aku sedikit takut." Ana berkata pelan kepada ke dua temannya yang membuat mereka menjadi heran.
"Apa yang kamu takutkan? Bukankah kamu sudah sangat beruntung? Kamu sudah mendapatkan seorang pria yang selama ini diimpikan oleh para gadi-gadis."
"Ya, aku beruntung saat ini, tapi aku tidak tahu bagaimana setelah ini." Ana merasa gelisah di dalam hatinya, karena ternyata pria yang pernah dia marahi itu adalah Abimayu suaminya.
...----------------...
Setelah selesai acara pernikahan digelar, Ana dam Abimayu berjalan beriringan masuk ke dalam kamar. Saat itu Ana terlihat sdikit gugup, karena memikirkan hal yang akan terjadi setelah nanti Abimayu bisa mengingatnya.
"Aku juga ingin merebahkan tubuh-ku." Ana berkata sambil menjatuhkan dirinya di samping Abimayu yang telah merebahkan tubuhnya terlebih dahulu di atas ranjang.
"Mau kemana?" tanya Ana kepada Abimayu ketika melihatnya sudah berdiri lagi, padahal dia baru saja merebahkan tubuhnya.
Abimayu tidak menjawab pertayaan Ana, dan dia terus berjalan ke arah koper nya yang terletak di samping lemari.
"Mas Abi mau mandi?" langkah Abimayu terhenti mendengar pertanyaan dari Ana. Ia mendengar panggilan yang disematkan oleh Ana saat memanggilnya, yaitu Mas.
"Ehmmmm," tanpa menoleh, Abimayu menjawab.
"Jangan terlalu pelit untuk bicara, Mas," goda Ana kepada Abimayu sebelum dia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.
Ana merasa bahwa Abimayu sangat sulit untuk bicara, dia lebih memilih diam daripada harus mengajak Ana untuk berbicara saat ini.
Beberapa menit kemudian, Abimayu keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang ia gunakan sudah berganti menjadi pakaian santai. Dia mengarahkan pandangan ke arah tempat tidur dan melihat Ana sudah tidur pulas dengan memakai gaun pengantin yang masih melekat di tubuhnya.
Abimayu menghela nafas sejenak untuk menetralkan perasaan di hatinya. Tidak tahu kenapa, ia begitu enggan untuk berbicara dengan Ana.
Pernikahan ini ia terima semata-mata hanya tidak ingin menjadi anak yang durhaka kepada orang tuannya. Hampir dalam satu hari ini ia berdekatan dengan Ana, tapi rasa enggan untuk memulai hubungan dengan Ana sangat terasa di hatinya. Mencoba untuk menyukai Ana pun ia tidak ingin.
Hatinya telah dipenuhi oleh seseorang yang sudah ia sukai sejak lama dan sudah mengatakan akan datang melamarnya. Tapi semua dibatalkan karena dia telah dijodohkan dengan Ana lebih dulu.
Melihat Ana yang tidur begitu pulas, Abimayu tidak ingin membangukannya. Ia berjalan ke arah kasur untuk mengambil bantal lalu membawanya ke sebuah sofa panjang di sudut kamar tersebut.
Saat tengah malam Ana terbangun dari tidurnya, Keadaan kamar mereka sudah gelap karena lampu sudah dipadamkam. Ana melihat ke sekitar tempat tidur dan tidak menemukan Abimayu. Ana mendudukkan dirinya dengan keadaan matanya masih belum terbuka sepenuhnya dan dIa baru menyadari jika dia sudah tertidur.
Dalam keadaan gelap itu dia juga bisa melihat bahwa di atas sofa panjang kamarnya ada seseorang yang sedang tidur tanpa menggunakan selimut. Tubuh itu sedikit membungkuk karena menahan rasa dingin
Ana berjalan mendekat ke arah Abimayu, lalu dia mensejajarkan tubuhnya di samping Abimayu dan tersenyum melihat wajah tampan Abimayu yang terlelap. Ia tidak menyangka akan bersuamikan seorang Abimayu. Saat ijab qobul selesai dilafadzkan, ia telah berjanji akan mencintai suaminya dengan sepenuh hati.
Tangan Ana bergerak ingin menyentuh wajah Abimayu yang terlelap, saat ingin sampai di wajahnya, tiba-tiba Abimayu sedikit bergerak untuk mengubah posisi tidurnya. Ana tersenyum dalam hati, ia tahu bahwa tidur di sofa pasti tidak nyaman. Tangan yang awalnya ingin menyentuh wajah Abimayu beralih ke arah pundaknya. Ana menggoyangkan sedikit tubuh Abimayu supaya ia bisa terjaga.
"Mas Abi, bangun! Ayo pindah ke atas kasur, jangan tidur disini!" Ana berkata dengan pelan supaya tidak mengagetkan Abimayu.
Belum ada respon dari Abimayu, ia masih nampak pulas tanpa merasa terganggu sedikit pun.
"Mas Abi," ucap Ana lagi.
Hingga beberapa kali Ana memanggil, barulah Abimayu menyadari kalau ada orang yang sedang membangunkannya dari tidur. Saat matanya terbuka, di dalam gelapnya kamar, ia melihat wajah Ana yang begitu dekat dengannya. Tanpa sadar, ia dengan cepat bangun dari tidurnya.
"Kenapa membangunkanku?" Abimayu berkata sedikit ketus.
Meski gelap, tapi Abimayu bisa melihat kalau Ana tersenyum kepadanya.
"Mas Abi pindah ke kasur. Jangan tidur di sini! Nanti badan Mas Abi bisa sakit." Ana berkata sambil berdiri dari posisinya.
Tidak ada jawaban dari Abimayu, ia masih duduk termenung untuk menenangkan diri karena sedikit kaget setelah dibangunkan oleh Ana.
"Ayo!" tanpa rasa malu Ana mengambil tangan Abimayu agar ia cepat bangun dan melanjutkan tidurnya di atas kasur.
Saat tangan Ana memegang tangannya, Abimayu menepisnya. Rasanya ia tidak ingin disentuh oleh Ana meskipun mereka sudah berstatus suami istri.
"Ayo Mas," Ana kembali ingin memegang tangan Abimayu, dengan cepat ia mengelak dan langsung berjalan ke arah kasur membaringkan tubuhnya tanpa sepatah kata pun.
Tidak ingin menganggu Abimayu lagu, ia memutuskan akan membersihkan riasan make up nya di dalam kamar mandi supaya tidur Abimayu tidak terganggu olehnya.
Selesai membersihkan diri dari semuanya, Ana ikut bergabung di atas kasur bersama Abimayu. Malam ini tidak ada yang terjadi dia antar dia dan Abimayu seperti pengantin lainnya. Meski untuk saling mengenal pun mereka tidak ada waktu karena kelelahan.
Di fikiran Ana sekarang masih sama dengan sebelumnya, Dia masih berfikir bagaimana jika Abimayu telah melihat wajah aslinya karena saat ini dan seterusnya dia tidak akan memakai make up yang tebal lagi seperti saat memakai gaun pengantinnya.
Dia sedikit gelisah memikirkan itu sebelum akhirnya dia benar-benar tertidur.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!