"Sejak dulu aku tidak ingin menjadi pebisnis, namun apa daya, aku terlanjut berkecimbung didunia bisnis, hingga aku nyaman dengan semua ini" gumam seorang wanita yang kini tengah memijit pelipisnya.
wanita itu kini tengah duduk dikursi kebesarannya, dia merasa lelah dan mengantuk setelah seharian keluar masuk kantor demi menemui para klien yang hanya ingin mengurus proyek dengan Keyla.
Ia, wanita itu adalah Keyla, wanita urakan, bar-bar di masalalu, kini menjelma menjadi wanita anggun dan sangat cantik, namun meski begitu, wajah cueknya tetap melekat meskipun sekarang sedikit lembut, bahkan banyak sekali pria yang ingin bersanding dengannya, bukan hanya parasnya yang berubah, semua tingkah lakunyapun berubah, hingga banyak kolega yang ingin menjadikan Keyla sebagai menantunya.
Namun Keyla mengabaikan semua itu, karena hatinya masih berpaut pada sosok yang susah dia lupakan selama ini, dan sialnya, bukannya perasaan berkurang, malah justru sebaliknya.
Sesungguhnya Keyla sangat merindukan keluarga yang ada di negara I, ingin sekali Keyla berlibur kesana, namun Keyla terus menahan keinginanya itu, agar tidak bertemu kembali dengan pria yang memberikan luka dihatinya, hanya jika sang tante yang akan datang bersama Reno kesana, maka Keyla akan bertemu.
Sejujurnya Keyla tidak suka bekerja diprusahaan, dia lebih suka jadi dokter, hanya saja sang ayah ingin dirinya menjadi pebisnis, dengan didikan kakak dan ayahnya, Keyla kini sudah memjadi CEO di anak cabang perusahan besar Iskandar.
Apa Keyla bangga? jawabnnya tentu saja, karena akhirnya dia bisa sampai dititik ini, meskipun banyak sekali rintangannya.
Sebenarnya Keyla memiliki tujuan mendalami pekerjaan ini, yaitu menunjukkan pada Fatih kalau dirinya bukan wanita manja yang tidak bisa apa-apa, seperti perkataan pria itu di masalalu, entah kenapa Kayla selalu sakit jika mengingat penghinaan Pria yang amat dia cintai itu.
Tiba-tiba, Suara dering ponsel mengejutkan Keyla, ternyata telfon itu dari sang Mommy, Keyla segera menggeser ikon hijau itu dan mendekatkan bendah pipik itu ke daun telinganya.
"Iya Mom?" Tanya Keyla pada sang mommy yang tengah menelfon dirinya.
"Pulang jam berapa sayang?" tanya Mamah Winda pada putrinya, karena seperti biasa putrinya akan pulang telat, jadi sang Mommy memastikan.
"Sebentar lagi Moms, apa Moms ingin sesuatu?"
"Tidak sayang, segera pulang ya, nanti makan malam dirumah."
"Baik Moms," Keylapun menutup ponselnya dan segera memasukkan ponsel itu kedalam tasnya, dia memperbaiki penampilanya sebelum keluar dari tempat yang sudah iya pimpin di dua tahun trakhir ini.
"Sore bu," security itu membungkuk hormat pada Keyla ketika Keyla melintas didepannya, Keylapun tersenyum dan mengangguk pada Security itu.
Senyumnya yang ramah mampu membuat seluruh karyawan nyaman dengan bos baru mereka, bahkan kini tidak sedikit orang yang ingin bekerja di prusahaan yang Keyla pimpin.
Keyla terus berjalan, hingga dia sampai ditempat parkir kusus petinggi prusahaan, diapun masuk dan menjalankan mobilnya sambil mendengarkan lagu kesuakaannya, sebenarny bisa saj keyl menyuruh security mengambil mobilnya dan dibawa didepan loby prusahaan, tapi Keyla selalu menolak jika Security mau mengambilkan mobilnya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 6sore, tidak lama Keyla sampai dimansion keluarganya, dia turun dan memberikan kunci mobilnya pada satpam rumah itu, Keylapun masuk, ketika sampai ruang tengah dia melihat kedua orang tuanya tengah bercengkrama.
"Moms, Dad" sapa Keyla pada kedua orang tuanya
"Iya sayang, kamu sudah pulang? ayo makan malam bersama," mamah Winda berdiri dan berjalan menuju ruang makan, disusul sang Dady dan Keyla di belakangnya, mereka semua duduk bersiap untuk makan malam.
"Key lelah mah," Keyla memulai makan karena dia juga sangat lapar, semenjak Keyla memimpin prusahaan makannya jadi tidak tratur, dia sering lupa makan jika saja Louis asistennya tidak mengingatkan.
"Besok libur dulu saja sayang, biarkan papah kamu yang menggantikan sehari saja, kamu istirahat ya."
"No Mom! Keyla besok ada pertemuan penting, lagian Key akan bosan jika dirumah" tolak Keyla tegas.
"biarkan saja sayang, jika putri kita ingin istirahat nanti juga akan istirahat" timpal tuan Iskandar, papahnya Keyla, tuan Iscandar tidak ingin semangat putrinya yang membara hancur hanya karena sedikit lelah.
"Dady yang terbaik," timpal Keyla, sedangkan Richad hanya menggeleng melihat adik satu-satunya itu, karena sang adik akan memuji siapapun terbaik jika sudah membelanya.
"apa kamu mengalami masalah disana Dek?" kini Richad yang bertanya.
"No kakak, bukan masalah yang datang, tapi adikmu ini yang mendatangkan masalah," ujar Keyla sambil terkekeh.
"Key tunggu!"
Keyla menoleh mendengar namanya dipanggil, dan ternyata itu Teriak James sahabat Keyla, James berjalan cepat menghampiri Keyla yang tengah menunggu dirinya dekat pintu kaca besar prusahaan yang iya pimpin.
Keyla menoleh kesamping menghadap Asistennya, "kamu bisa duluan Louis." Keyla mengibaskan tangannya pada Louis dan kembali bersedekap tangan.
"Permisi Nona," pamit Louis pada Keyla, dan Keyla hanya mengangguk, Louis pun berlalu dari sana setelah melihat anggukan sang bos.
"Hufff..." James mengatur nafasnya yang sedikit tidak teratur, karena dia berjalan cepat, demi bisa cepat sampai pada Keyla.
"Ada apa kamu kesini, apa kekasihmu tidak cemburu?" Ejek Keyla dengan menyunggingkan senyum cemoohnya, dimana itu membuat James mendelik melihat sahabatnya ini.
"Diamlah, dia tidak akan cemburu padamu, apa kamu belum mengenalnya."
"Ya ya ya, terserahmu saja," Keyla berbalik hendak melangkah, namun Keyla berbalik dan menatap James lagi yang masih berdiri ditempatnya.
"Apa kamu akan semedi disana," tanya Keyla sambil melipat tangannya diatas perut.
"Tentu saja aku akan ikut dengamu," James menghampiri Keyla yang agak berjarak darinya, keduanyapun berjalan beriringan untuk memasuk keruangan Keyla, James sudah biasa keluar masuk perusahaan sahabatnya itu, hingga hampir semua penjaga disana mengenal James.
Tidak lama keduanya sampai diruangan Keyla, dan dengan PDnya James langsung duduk begitu saja di sofa, tanpa menunggu dipersilahkan oleh sang pemilik ruangan.
Keyla hanya menggeleng melihat kebiasaan James jika sudah berada diruangannya, "kamu ingin minum apa?" Keyla berjalan kearah kursi kebesarannya untuk menaruh tas yang sejak tadi berada dibahunya itu, dan menghubungi OB membuatkan minum untuk keduanya.
"Terserah kamu saja, aku sebanarnya kesini sedang frustasi Key, orang tuaku ingin aku segera menikah, mere-"
"Hahahha, apa aku tidak salah dengar, menikah?" Potong Keyla cepat, dimana itu membuat James langsung kesal, karena tawa Keyla seperti mengejeknya, dia merajuk membalikkan tubuhnya ke arah kiri, membelakangi Keyla.
"Diamlah Key!" Kesal James sambil melepar bantal sofa yang berada didekatnya ke wajah Keyla.
"Ok ok, teruskan," Keyla mati-matian menahan tawa, karena dia tidak ingin mendapat lemparan yang kedua kalinya dari teman baiknya ini.
"Iya Key, tapi kamu kan tahu sendiri siapa aku," ya James punya ketidak baikan, dan dia tidak bisa menjalin hubungan selain dengan kekasihnya itu, namun sayangnya, mana mungkin James menikahi kekasihnya yang sekarang, dinalarpun tidak akan sampai.
"Itu masalahmu, sebaiknya kamu pergi berobat, ceritakan semua pada dokter, agar kamu bisa diobati," Keyla sangat menyayangkan hidup James, jika seandainya sahabatnya ini benar-benar tidak akan menikah, makan masa depannya akan petang, pikir Keyla, meskipun sumber kebahagian bukan hanya pasangan, namun tetap saja keluarga punya nilai penting dalam kehidupan.
"Apa kamu sudah gila Key! Masalahnya tidak semudah itu Key," James duduk, James mengacak-acak rambutnya tanda frustasi, dia melepas kancing kemejanya dan menggulung lengannya hingga kesiku, entah kenapa jika James memikirkan semuanya rasanya terasa sesak, tapi dia bahagian dengan hidupnya yang sekarang.
"Cobalah menjalin hubungan dengan Nada, dia kan sangat menyukaimu."
"Tidak!" Tolak James dengan tegas, "Dia sangat ceroboh, aku tidak suka, apa lagi dia seperti ulet bulu yang selalu ingin menempel," jangankan menjalin hubungan dengan Nada, bahkan James ingin sekali tidak bertemu dengan wanita keribo itu lagi.
Keyla tersenyum mengejek James, "hati-hati, jangan begitu, kalau kamu jatuh Cinta bagaimana nanti." ~Keyla
"Mana mungkin, kalaupun aku akan jatuh Cinta, maka aku akan mencintai wanita yang cantik dan Seksi, tidak seperti mereka dia," mana mau James sama Nada sahabat Keyla yang ceroboh dan Keribo itu, apa kata teman-temanya, bisa hilang gelarnya sebagai wanita tertampan dikampus mereka dulu, apa lagi James terkenal teman wanitanya cantik-cantik.
"Dia kalau tahu siapa kamu juga tidak akan mau."
"Hey!"~ James.
"Sudah sana pergi, nanti aku akan membantumu mencari solusinya, sekarang kembali kekantormu sana," usir Keyla pada James, Jika James masih diruangannya, sudah bisa dipastika Keyla tidak akan bekerja, apa lagi Keyla hari ini banyak pekerjaan, karena ini akhir bulan.
"Kamu mengusirku?" Tanya James tidak percaya, biasanya Keyla akan senang jika dirinya datang, tapi kenapa ini justru disuruh pergi, pikir Nathan.
"Tentu saja, disini bukan tempatmu, dan segeralah kembali kekantormu, atau aku akan memberi tahu paman?" Ancam Keyla, dan benar saja, tanpa pamit James langsung pergi dengan menggerutu sepanjang jalan.
"Eh ada James sayang ternyata." girang Nada.
"Oh astaga wanita ini lagi..." gumam James dalam batinnya
Ya, ketika James berjalan beberapa langkah, dia dikejutkan dengan kedatangan Nada yang tiba-tiba muncul dihadapannya, hingga James mengelus dadanya tanda ia terkejut.
"Astaga Nada! Apa kamu tidak bisa jika tidak mengejutkan ku, bagaimana jika aku mati muda karena serangan jantung!" Kesal James.
"Eittt mau kemana" tanya Nada sambil mencekal lengan James yang hendak berlalu dari hadapannya, karena Nada baru bertemu James, mana mungkin Nada membiarkan James pergi begitu saja dari hadapannya.
"Lepas gak!" Tunjuk James pada lengannya yang dicekal Nada.
"Gak! Ayo traktir aku makan dulu" Nada menarik tangan Nathan agar mengikuti dirinya kekantin, sebenarnya itu hanya alasan Nada, supaya bisa berduaan dengan James.
"Hey ini masih pagi, lepaskan!" James berusaha melepas tangannya dari tangan Nada, tapi entah kenapa cekalan tangan Nada sangat kuat, seperti kekuatan pria.
"Sudah diamlah, apa kamu tidak bisa diam, pria kok suk triak-triak" omel Nada yang masih setia menggenggam tangan James untuk ia bawa kekantin.
Kini kedua sudah duduk berhadap-hadapan disebuah kantin, "apa liat-liat, mau kucolok matamu itu" James melipat tangannya diatas perut dan membuang muka kearah lain, tanda dia merajuk.
Nada terkekeh melihat James cemberut seperti wanita, dia membiarkan saja Nathan ngedumel, sedangkan Nada asyik memakan bakso, sebenarnya dia tidak lapar, hanya saja ini cara satu-satunya agar bisa bersama James, pikir Nada.
"apa kamu tidak akan makan?" tanya Nada dengan mulut yang penuh dengan bakso itu, sedangkan James sama sekali tidak berniat menjawabnya.
"hey apa kamu sudah mulai tuli?"
"Jaga mulutmu itu! nafsu makanku sudah Hilang dengan melihat wajahmu saja!"
"jangan begitu, nanti jika aku pergi kamu merindukanku bagaimana?" goda Nada dengan senyum centilnya itu.
"dih maka aku akan besyukur kalau kamu benar-benar pergi dari hidupku, karena kamu hanya membuatku kesal saja," tanpa prasaan James mengatakan itu.
"kupegang kata-katamu itu, lihat saja," Nada mempeecepat makannya hingga dia tersedak, namun Nathan sama sekali tidak peduli, bahkan dia tidak ada niatan memberikan minum pada Nada.
"ah kenyangnya... Makasih ya sarapannya," Nada berdiri dari duduknya sambil mengambil tisu untuk mengelap mulutnya yang belepotan dengan kuah, "Bye" lanjutnya lagi dan berlalu dari sana tanpa menoleh kebelakang.
"cik!" decih James ketika melihat Nada berlalu begitu saja, "Tidak tahu terima kasih, dasar kribo," kesal James, padahal Nada sudah mengucapkan makasih, James pun berdiri dan segera berlalu dari sana, karena dia harus bekerja, jika tidak maka dia akan dihapus dari ahli waris keluarganya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!