Halo, namaku Ucu Irna Marhamah.
Aku seorang penulis yang suka menulis. Aku tidak banyak bicara, apalagi ketika tidur.
Aku suka menulis cerita yang menurutku lain dari yang lain. Ceritaku asli dan murni hasil pemikiranku yang dipenuhi kegajean. Jika ada cerita yang serupa, itu berarti plagiat.
Kali ini aku akan menulis cerita horor, namun juga bergenre romance. jadi genre ganda. Sejak awal (melalui deskripsi) tertulis 21++ artinya hanya beberapa orang berusia tertentu yang bisa membaca cerita ini. Bagi yang masih di bawah umur dan mencoba mengintip, tanggung sendiri akibatnya.
Tidak suka dengan cerita ini?
Tidak apa-apa, aku hanya menulis untuk orang-orang yang menyukainya.
Tapi, aku harap kalian semua menyukai ceritaku.
PERHATIAN!!! 21++
MATURE CONTENT
***Narura Ayame***
Aku adalah salah satu gadis yang tidak beruntung. Kenapa aku bilang begitu? Karena orang tuaku meninggal dunia dan meninggalkan hutangnya hingga aku bingung harus pake apa membayarnya.
Aku sekarang hidup sebatangkara. Aku pun menjual rumah orang tuaku untuk melunasi hutang mereka. Kudengar, nenek buyutku memiliki sebuah rumah.. Ah tidak, mansion disekitar Okarinawa kebetulan dekat kampusku.
Saat ini aku masih tinggal diapartemen dekat kampusku. Aku ingin bertanya pada bibiku apakah benar ada mansion milik nenek buyutku disekitar Okarinawa.
Aku pun pergi kerumah bibiku. Aku disambut Bibi Akami, jangan pikirkan warna wajahnya tentu dia putih dan mulus tidak merah seperti namanya.
"Hai Narura, apa kabarmu" sapa bibi Akami. Aku tersenyum untuk menjawab pertanyaannya. "Aku baik bibi, bagaimana dengan bibi dan yang lainnya? " tanyaku.
"Pamanmu bekerja di Tokyo, Miyaki masih tinggal disini dengan Anzo suaminya"
Aku ber'oh ria setelah mendengar jawabannya. "Bibi harap kamu tinggal disini menemani bibi"
"Oohh hehe itu tidak usah bi, aku tidak mau merepotkanmu" kataku. Padahal aku sangat kesal pada Miyaki yang sering membullyku dulu hingga aku kehilangan pendengarangku yang kiri. Entahlah apa yang dipikirkan wanita itu hingga mau menyakiti sepupunya sendiri.
Bukannya aku mau menolak kebaikan bibiku, aku hanya tidak nyaman dengan Miyaki. Aku juga ingin membuktikan kalau aku bisa lebih mandiri daripada wanita manja itu.
"Kudengar kau menjual rumahmu" seseorang membuyarkan lamunanku. Itu Miyaki, aku menatapnya dengan tajam tapi kemudian aku tersenyum ramah padanya. Ya setidaknya aku bisa berakting padahal aku mengambil jurusan kedokteran di kampusku.
Bibi menoleh pada Miyaki dan menatapnya dengan kesal. "Jangan menyakitinya, kau sudah cukup dewasa untuk menyapanya"
"Itu benar Miyaki, aku menjual rumah itu untuk membayar hutang kedua orang tuaku" kataku menghentikan kemarahan bibi. Tampaknya bibi menyesali ucapan anaknya yang menohok. Namun aku sudah terbiasa mendengar kata-kata laknat dari mulut anaknya itu.
"Jadi kau kemari untuk menumpang? " tanya Miyaki. 7 tahun aku tidak mendengar kata laknat dari mulutnya karena jarak. Dan sekarang aku mendengarnya lagi.
"Tidak, tentu tidak, aku masih punya apartemen" kataku tidak mau dipandang rendah.
"Miyaki jaga bicaramu, baiklah Narura, kurasa bibi harus menunjukkan sesuatu" kata Bibi serius. Aku menoleh pada bibi.
"Ayo ikut dengan bibi" aku pun berjalan mengikuti bibi menuju halte bus. Kami pun menaiki bus yang bertujuan ke Okarinawa.
Belum sempat aku bertanya soal mansion itu. Tapi tidak apalah nanti bisa kubicarakan.
Setelah melewati beberapa jalur termasuk kampusku, bus berhenti di terminal. Kami pun sampai disebuah mansion yang sangat besar.
Aku sempat berfikir, apakah ini mansion nenek buyutku? Ah tidak mungkin semewah ini.. Tidak mungkin!
Bibi mengajakku masuk. "Ehh tunggu bibi, apa pemilik mansion ini tidak akan marah jika kita masuk? " tanyaku.
"Ini mansion milik nenekku" jawaban bibi membuat ku agak tenang.
Kami pun memasuki mansion yang terlihat kotor dan lusuh itu. Didalam banyak sekali barang antik dan tradisional khas Jepang.
"Kuharap kau mau membereskannya" kata bibi. "Emm iya" jawabku ragu.
"Kau bisa tinggal disini" aku tersenyum mendengar ucapan bibiku.
"Maafkan Miyaki ya, sampai saat ini pun dia belum dewasa" tentu saja dia kan terlalu dimanjakan.
"Tidak masalah bibi. Terimakasih bibi telah mengantarku"
Bibiku tersenyum. Tiba-tiba, sesuatu jatuh di ruang keluarga. Kami terkejut dan mengecek ketempat itu. Tapi tidak ada sesuatu yang mencurigakan.
Bibiku pun pamit. Kini tinggal aku sendiri dirumah itu. Aku membereskan rumah itu dimulai dari menyapu ruangan, mengelap kaca, menyapukan halaman dan membuang dedauna kering di kolam renang.
Aku merasa lelah dan memutuskan duduk disofa diruang keluarga. Tiba-tiba aku mendengar suara bisikan.
"Cantik "
Aku tidak yakin dengan suara itu, namun rasanya nyata. Tidak mungkin aku bisa mendengar suara itu dengan kondisi telinga kiri ku yang agak bermasalah dari kecil.
"Cantik "
Untuk yang kedua kalinya aku mendengar suara itu. Aku benar -benar merasa takut.
Aku pun berlalu ke kamar untuk tidur menghilangkan rasa takutku.
Aku pun melelapkan badanku dan menyelimuti sekujur tubuhku.
Braakk
Aku terhenyak mendengar jendela kamar yang terbuka kasar. Aku segera menutup jendela itu kemudian kembali tidur dan menyelimuti seluruh tubuhku dengan selimut.
Perlahan aku merasa mengantuk dan aku hampir mencapai mimpiku tapi suara langkah kaki membuatku mengerjap.
Aku kembali tersadar. Langkah itu kini menaiki tangga. Sialan! Apa mungkin mansion ini ada hantunya? Jika iya aku menyesal mau tinggal disini.
Langkah itu menuju kekamar ini. Aku benar-benar tidak bisa menguasai ketakutanku.
Kreeeekk
Kini terdengar pintu kamarku dibuka. Aku bersumpah jika itu pencuri, akan kubunuh dia!
Kini kudengar langkahnya semakin dekat menghampiriku.
Aku menahan napasku. Bagaimana jika dia membawa kapak? Atau linggis? Atau mesin gergaji? Arrgghh
Kini aku merasakan berat badannya. Sepertinya dia duduk ditepi ranjangku.
Aku tidak sanggup lagi. Jika aku punya cukup keberanian, aku akan berteriak dan meminta tolong.
Aku merasakan tangan dinging memegang kepalaku yang tertutup selimut.
Bulu kudukku berdiri. Tangannya begitu dingin sangat dingin. Hawa di kamarku juga menjadi dingin.
Mungkin besok aku akan membawa pisau sebelum tidur untuk berjaga-jaga.
By
Ucu Irna Marhamah
Perlahan atau cepat? Mana yang harus kupilih? Tangan itu akan menarik selimutku.
Dengan cepat, aku membuka selimutku dan menatap kesekeliling. Tidak ada apapun. Pintu kamarku masih tertutup rapat.
Apa sebaiknya aku tinggal di apartemenku saja? Tidak ini sudah malam. Aku tidak berani. Aku takut.
Lalu apa yang barusan? Siapa? Arrgghh besok aku harus pergi, aku tidak mau diteror.
Aku pun kembali tidur dengan selimut membungkus seluruh tubuhku.
Rasa kantuk kembali menyerangku. Aku pun tertidur pulas.
Perlahan aku mendengar suara sesuatu mengagetkanku. Aku terbangun dan menoleh ke meja ternyata alarm ku.
Aku mematikannya. Aku melihat ke pojok kamar. Sekilas tadi aku melihat ada sesuatu.
Aku pun menepisnya. Mungkin hanya halusinasiku saja. Aku memutuskan kekamar mandi dan mandi sepuas hatiku. Rasanya sejuk sekali.
Tiba-tiba aku melihat bayangan melintas di balik tirai bathup ku.
Bulu kudukku kembali berdiri. Sialan apa lagi itu! Apakah aku tidak bisa tenang sebentar saja?
Aku pun selesai mandi dan memakai jubah mandiku. Aku memasuki kamar dan berdiri didepan cermin.
Kemudian aku membuka jubah mandiku. Kini aku melihat tubuh telanjangku didepan cermin. Sungguh aku sangat cantik.
"Cantik "
Bisikan itu kembali terdengar. Aku benar -benar merutuki pikiranku. Mungkin hantu dirumah ini mengucapkan apa yang kuucapkan.
Aku melihat ada sosok lelaki di belakangku lewat cermin. Aku segera memakai kembali jubah mandiku karena takut.
Aku membalikkan badanku untuk melihat apakah pria itu memang ada disana? Atau hanya halusinasiku?
Tidak ada siapa pun dikamarku. Tiba-tiba, sebuah tangan memegang bahuku.
Aku menoleh kebelakang dan kurasa seseorang merengkuh pinggangku. Kini terlihat jelas.
Pria itu! Dia merengkuhku hingga jarak kami begitu dekat.
Bulu kuduk ku berdiri. Tubuhnya sangat dingin, aku benar-benar takut.
Mata coklatnya terlihat begitu tajam menatapku.
"Si.. Siapa kau! Kenapa ada dikamarku!! " aku berusaha mendorongnya.
Dia menatap ku penuh minat. Aku benar-benar takut padanya. Aku tidak mendengar detak jantungnya ataupun merasakan hembusan napasnya.
"Cantik " katanya.
Aku berusaha mendorongnya sekuat tenaga. Tapi makin kuat ku mendorong, makin kuat juga dia merengkuhku.
"Kkau mau apa, kumohon jangan.. Aku takut " kataku.
"Aku ingin dirimu" aku langsung merinding mendengar jawaban yang tidak aku inginkan. Dia membuatku takut.
Dia menarik tali jubahku, aku menahannya. "Tidak jangan! "
Dia tersenyum penuh hasrat. Dengan kuat dia mendorongku hingga aku tersungkur ka ranjang.
Dia menindihku dan membuka paksa jubah mandiku.
"Kumohon jangan.. Aku tidak mau" aku mulai menangis, tapi dia tidak peduli dan tetap menginginkan diriku.
Aku calon dokter, aku bisa saja memberinya obat penenang, tapi aku belum diperbolehkan memakai obat penenang.
Dia berhasil merobek jubah mandiku. Entah bagaimana caranya, yang pasti, aku yakin jubah mandiku cukup tebal.
Kini aku benar-benar telanjang. Aku menutupi bagian intimku.
"Jangan kau halangi pemandangan indah itu, aku menginginkannya Naru" aku semakin takut mendengar dia memanggil namaku.
"Tooloooooong!!!! " teriakku.
Tiba-tiba, dia mencium bibirku. Ciuman pertamaku. Ciumannya sangat dingin dan aku tidak merasakan hembusan napasnya.
Aku benar-benar panik. Aku tidak mau ini terjadi. Seseorang tolong aku!
Entah dia manusia atau hantu, yang pasti dia membuatku takut, kesal, sedih, sakit dan semuanya itu bercampur menjadi satu. Aku merasakan ketakutan yang luar biasa
By
Ucu Irna Marhamah
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!