NovelToon NovelToon

Sistem Penguasa Alam

Transmigrasi

"SIALAN KAU RAIDEN!" Saka meraung penuh amarah melihat satu persatu rekan seperjuangannya gugur. Kurangnya persiapan akibat sergapan mendadak di lokasi yang sangat tidak menguntungkan bagi pihak Saka, tentu saja membuat tim-nya menjadi sasaran empuk para penembak jitu.

Dengan tangan mencengkeram perut yang terlobangi oleh peluru, Saka menatap mantan sahabatnya itu dengan nanar. Dibanding sakitnya peluru yang bersarang di tubuhnya, ada yang lebih sakit lagi hingga ia tak sanggup berkata-kata.

Hati.

Pengkhianatan.

"Hehehe, Saka ... Saka ... harusnya kau sadar tim Garuda hanya digunakan sebagai alat oleh negara. Andai kita mati pun, tak merubah apa-apa. Kita yang bertaruh nyawa, orang-orang berperut gendut sialan itu yang menerima pujiannya."

"Apa dengan menjadi pembelot lantas meninggikan derajatmu?" tanya Saka sinis. "Kau tak lebih dari tikus busuk yang mencari pembenaran. Bahkan kau lebih memuakkan dari mereka!"

"TUTUP MULUTMU!"

DORR!!

Satu peluru lagi kini tepat bersarang di jantung Saka. Mirisnya, peluru itu datang dari seseorang yang selama ini sudah ia anggap sebagai saudara dan sahabat sehidup semati. Hati manusia memang tidak akan pernah ada yang tahu. Saka hanya mampu pasrah menerima kematian saat napasnya mulai tersengal dan pandangannya memburam.

"Kau akan menerima karmamu, Raiden!" bisiknya lirih sebelum menghembuskan napas terakhirnya.

*

Uhuk!

Suara batuk, bersamaan dengan mata yang mulai terbuka perlahan. Mengerjap untuk menyesuaikan dengan cahaya dan visi yang ditangkap oleh inderanya. Sedikit mengernyit, pemuda yang tengah terbaring di dipan itu mencoba untuk bangkit.

Ugh! Sial! Perutnya sangat sakit.

"Ah, aku masih hidup?" bisiknya dengan nada tak percaya. Dengan dua peluru di perut dan jantung, harusnya ia sudah tak terselamatkan. Apalagi medan tempat tim-nya terkepung sangat terjal dan jauh dari pangkalan militer. Harusnya ia sudah mati kehabisan darah.

"Tuan Muda, Anda sudah bangun?"

Pemuda itu melirik ke arah pintu, di mana seorang wanita paruh baya mendekatinya dengan raut bahagia.

"Si-apa?" tanya pemuda itu dengan lemah.

"Tuan Muda, tolong jangan bercanda! Tuan Muda tunggu sebentar, saya akan panggilkan patriak dan mengabarkan keadaan Tuan Muda."

Tanpa mendapat jawaban, pemuda itu ditinggalkan begitu saja dengan kebingungan. Ia sama sekali tak memahami apa yang diucapkan oleh wanita paruh baya tersebut. 

[Ding! Proses penyatuan sistem dan jiwa Tuan telah berhasil]

Eh??

"Siapa itu?" tanyanya lemah sambil menoleh ke kanan dan kiri.

[Ding! Saya adalah sistem penguasa yang sudah menyatu dengan jiwa Tuan, sistem akan membantu Tuan untuk menguasai seluruh alam]

Remaja itu tertegun. Tentu saja ia tak asing dengan sistem. Meski sangat sibuk di militer, saat waktu senggang ia masih menyempatkan diri membaca novel di ponselnya.

"Benarkah sistem? Lalu di mana aku sekarang? Bagaimana teman-temanku?"

[Ding! Sistem memindahkan jiwa Tuan ke alam kultivator, di sini adalah langkah awal Tuan untuk menjadi penguasa alam]

"Transmigrasi?"

[Ding! Benar Tuan!]

"Lalu aku siapa?"

[Ding! Bisa diakses melalui ingatan pemilik tubuh sebelumnya]

Lantas remaja itu merasakan sakit yang tak terkira di kepala. Serasa ribuan jarum menusuk secara bersamaan bersama dengan berbagai informasi dan ingatan yang menyeruak masuk.

Wisaka Hirawan, adalah Tuan Muda keluarga Hirawan yang dibilang jenius muda karena mampu mencapai ranah Jendral tingkat lima dan membangkitkan jiwa spiritual tingkat empat, yaitu harimau suci. Tapi itu dulu, sebelum dantiannya hancur karena menyelamatkan sang tunangan saat berada di pegunungan berkabut.

Bersama dengan ingatan yang mulai jelas, wajah Saka mendingin. Tentu saja ia tahu dengan pasti jika peristiwa di pegunungan berkabut bukanlah resmi kecelakaan. Melainkan ulah dari sang adik tiri, Raden Hirawan yang sedari dulu memang iri dengan bakatnya.

"Raden, Raiden ... kalian memang selalu menjadi pengkhianat," gumam Saka sembari tertawa pahit.

Pintu terbuka, memperlihatkan wanita paruh baya sebelumnya diikuti dengan beberapa orang di belakangnya. Dari ingatan pemilik tubuh sebelumnya, Saka tahu, diantaranya ada sang ayah, patriak keluarga Hirawan, ibu tiri dan adik tirinya, sang tunangan Alisha Caraka dari keluarga Caraka dan ayahnya, Indra Caraka.

Meski sedikit terkejut, Saka tetap terdiam tanpa membuka suara sedikit pun.

"Oh, sudah bangun rupanya?"

Saka sedikit mengernyit mendapati nada datar dari sang ayah. Menurut ingatan yang didapat dari pemilik tubuh sebelumnya, sang ayah merupakan salah satu orang yang begitu bangga dengan pencapaiannya.  Lalu, apa-apaan dengan nada datar dan wajah tidak pedulinya itu?

"Untunglah kamu sudah bangun, ada yang ingin dibicarakan Alisha padamu."

"Patriak, bukankah kita harus menunggu Tuan Muda beristirahat sebentar lagi? Tuan Muda baru saja bangun setelah tertidur selama satu bulan." Wanita paruh baya itu terlihat gelisah dan khawatir melihat ke arah Saka yang tak berdaya di atas dipan.

"Kapan waktu yang tepat itu bukan kau yang memutuskan. Anak itu harus tahu, cepat atau lambat. Semakin cepat semakin baik, karena bersatunya keluarga Caraka dan Hirawan akan berdampak baik. Setidaknya dua keluarga lain tidak akan berani macam-macam."

Saka mengangkat sebelah alis melihat sang ayah. Sedikit banyak, ia mulai menebak alur yang akan terjadi. Hatinya semakin mendingin dan kilatan benci tak bisa disembunyikan dari sorot matanya.

"Karena kau sudah bangun, aku akan berbicara terus terang." Kali ini Alisha yang angkat bicara. "Karena dantianmu hancur dan tidak mungkin untuk kembali berkultivasi, aku memutuskan pertunangan kita, aku akan bertunangan dengan adikmu, ini demi kebaikan keluarga kita."

Saka ingin sekali tertawa terbahak-bahak. Demi keluarga kita ndasmu!  Saka sungguh tidak menyangka jika ia akan terjebak di keluarga yang sangat egois dan bermuka dua.

Sungguh memuakkan.

Saka mulai melihat satu persatu orang yang ada di ruangan, pandangan mereka terhadapnya sama, yaitu pandangan remeh dan merendahkan. Terutama dari sang adik dan ibu tiri. Kecuali wanita paruh baya itu, yang memandangnya dengan penuh kasih dan khawatir. Saka ingat, jika wanita itu seharusnya adalah pelayannya, tapi ia sudah menganggap pelayan itu sebagai pengganti ibunya yang sudah meninggal.

"Ya sudah, itu saja yang ingin kita bicarakan. Ke depannya, kamu dilarang untuk datang ke bangunan utama apalagi ke ruang harta. Karena kamu bukan lagi kultivator, kamu tidak akan membutuhkan itu semua. Kamu akan mendapat jatah dua koin emas setiap bulan, selebihnya kamu cari sendiri untuk kebutuhanmu." Lalu tanpa menanyakan kondisi atau sekedar berbasa-basi, sang ayah -Pandu Hirawan- melengos pergi diikuti oleh semua orang kecuali sang wanita paruh baya.

Setelah semua orang pergi, wanita paruh baya itu menghambur memeluk Saka dan menangis sesenggukan.

"Tuan Muda yang sabar ya, Patriak Pandu sebenarnya sangat menyayangi Tuan Muda, ucapannya jangan diambil hati."

Saka membalas pelukan itu dan menghembuskan napas pelan.

"Bi Sinta, Saka tidak apa-apa. Selama Bi Sinta ada untuk Saka, itu sudah cukup."

Tentu saja, saat ini yang ada di sini bukanlah Wisaka Hirawan yang sangat ingin mendapat pengakuan dari keluarga, tetapi Arsaka Bimantara, sang kapten tim Garuda yang hatinya sudah mati karena pengkhianatan. Ia tak akan ambil pusing, cukup meningkatkan kekuatannya sendiri lalu membalas mereka semua.

Saka tidak akan berbelas kasihan apalagi memberikan kesempatan kedua kepada mereka yang sudah menusuknya dari belakang dan berpaling saat ia berada di posisi terpuruk seperti saat ini. Termasuk sang ayah sendiri.

Awal Yang Baru

"Sistem, bisakah kau jelaskan padaku tentang alam kultivator?" tanya Saka saat kini hanya tersisa dirinya di kamar. Bi Sinta pamit untuk menyiapkan makan malam.

[Ding! Alam kultivator adalah alam di mana manusia bisa membangkitkan potensi dirinya memanfaatkan energi alam dan membentuk dantian. Di sini semua manusia memiliki tingkat kekuatan yang berbeda. Tingkat teknologi yang masih sangat rendah karena alam yang murni masih dibutuhkan oleh para kultivator untuk meningkatkan kekuatan mereka]

"Jadi nggak ada ponsel? TV? Mobil?" tanya Saka dengan raut wajah tak percaya. Apakah masa ini akan sama dengan masa primitif saat di bumi?

[Ding! Tidak ada Tuan]

"Baiklah, Sistem! Lalu apa yang bisa kau lakukan untukku? Sekarang aku hanya menjadi manusia lemah dengan dantian yang hancur."

[Ding! Sistem akan memperbaiki dantian milik Tuan dan mengembalikan kultivasi seperti sebelumnya. Harap Tuan menahan rasa sakit dan jangan sampai pingsan]

"Tunggu! Ini--aaarrgghhh!"

Saka hanya mampu menggeram dan menggeretakkan gigi saat merasakan sakit yang tidak wajar di tubuhnya. Ini lebih sakit daripada saat tubuhnya diberondong dengan peluru. Ia merasa seluruh bagian tubuhnya mulai dari daging dan tulang dihancurkan semuanya lalu dibentuk kembali. Di pusat dantiannya, gejolak hebat dirasakan Saka dan rasa panas mulai menjalar di seluruh tubuhnya. Saka menggigit lidahnya sendiri mencoba agar tidak pingsan.

"Sial! Ini sakit sekali!" keluh Saka. Keringat dingin sudah membasahi bajunya. Sekuat tenaga ia menahan teriakan karena tak ingin mengundang banyak perhatian. Ia harus menyembunyikan keadaan dirinya saat ini sampai ia sanggup untuk membalas dendam.

Setelah tiga puluh menit, rasa sakit itu berangsur mereda, berganti dengan perasaan nyaman yang membuatnya sangat mengantuk hingga tanpa sadar tertidur.

*

Saka bangun dengan perasaan yang lebih baik. Tubuhnya segar dan tak ada lagi rasa sakit. Ia merasakan kekuatan yang luar biasa dari tubuhnya. Kultivasinya sudah kembali ke ranah Raja tingkat lima.

"Aku sudah sembuh?" Saka menatap tubuhnya dengan pandangan tak percaya.

[Ding! Selamat Tuan, Tuan sudah menyelesaikan proses pembentukan dantian dan kultivasi Tuan kembali seperti sebelumnya]

"Terima kasih, Sistem!"

[Ding! Sama-sama Tuan]

"Apalagi yang bisa kamu lakukan, Sistem?"

[Ding! Tuan bisa melihatnya melalui layar]

Kemudian muncul layar hologram di depan Saka. Raut terkejut tak bisa disembunyikan oleh remaja itu.

"Sistem, ini canggih sekali!" puji Saka sambil mengamati seluruh tampilan layar. "Tapi ini apa?" tanyanya saat melihat berbagai macam panel dengan icon yang unik.

[Ding! Ini adalah panel status, shop, dan upgrade sistem]

"Bagaimana cara menggunakannya?"

[Ding! Tuan bisa memencetnya di layar atau memberikan perintah langsung kepada sistem]

"Baiklah, Sistem! Tampilkan status!"

Lalu layar berubah menampilkan informasi tentang Saka.

Nama : Wisaka Hirawan

Status : Calon Penguasa Alam

Kultivasi : Ranah Jenderal⁵

Tingkat Tubuh : Perak 0/10000

Ketrampilan Aktif :

- Tinju militer (max)

- Taekwondo (max)

- Snipper (max)

- Langkah angin (2/10)

- Harimau membelah gunung (3/10)

Elemen : Api

Energi mental : 70/100

Ketrampilan Pasif : Tidak ada

Poin Pengalaman : 0/100000

Poin Sistem : 0 ps

Inventory : Tidak ada

Versi Sistem : 1.0

Saka menyeringai. "Ternyata pemilik tubuh sebelumnya kuat juga, dia memiliki elemen api. Menurut ingatan Wisaka, sangat langka kultivator yang bisa menguasai elemen. Belum lagi dia juga mendapat inti spiritual Harimau suci."

"Sistem, Poin Pengalaman dan Poin Sistem itu untuk apa?"

[Ding! Poin Pengalaman untuk meningkatkan kultivasi Tuan, didapatkan dengan membunuh monster, manusia, iblis, dan menyerap harta langka. Sementara Poin Sistem untuk membeli barang-barang yang ada di toko, bisa didapatkan dengan menukar koin emas serta barang-barang berharga yang tidak digunakan seperti batu roh, senjata, eliksir, dan sebagainya]

"Lalu untuk tingkat tubuh?"

[Ding! Tingkat tubuh bisa ditingkatkan dengan Poin Pengalaman. Ada 6 tingkatan untuk tingkat tubuh, yaitu Tembaga, Perak, Emas, Berlian, Dewa, dan Abadi. Saat proses pembentukan dantian, Sistem juga meningkatkan tingkat tubuh sehingga rasa sakit bertambah berkali-kali lipat]

Saka mendengus kesal. "Huh, pantas saja rasanya seperti semua bagian tubuhku dihancurkan dan dibentuk kembali. Kenapa kau tidak memberitahuku?"

[Ding! Maaf Tuan]

"Baiklah, sekarang buka toko sistem!"

Layar kemudian berganti dengan tampilan toko yang menyediakan berbagai barang, mulai dari pil, tanaman langka, senjata, bahkan berbagai barang aneh yang belum Saka ketahui fungsinya. Beberapa item itu masih tampak abu-abu, mungkin haru menunggu sistem upgrade. Beberapa saat mengotak-atik Sistem, Saka akhirnya paham dengan cara kerjanya. Ini tidak jauh berbeda dengan game yang ada di bumi.

"Sistem, bisakah kau menyembunyikan tingkat kultivasiku?"

[Ding! Bisa Tuan, selama Tuan tidak memberikan perintah untuk menampilkan kultivasi, Sistem akan terus menyembunyikannya]

"Bagus, bagus! Mari kita berperan sebagai babi gemuk membantai serigala."

[Ding! Selamat Tuan, mendapatkan hadiah berlian untuk pemula, apakah akan dibuka sekarang?]

"Buka!"

[Ding! Selamat Tuan mendapatkan mata dewa, teknik penyerapan Ilahi dan setetes darah naga abadi]

Saka tak mampu menyembunyikan senyum bahagianya. Sampai Bi Sinta masuk ke kamar dan membawakan makanan, pelayan setianya itu sampai heran. Sebagai manusia normal, harusnya mereka akan sedih saat kehilangan kultivasi yang sudah susah payah ditingkatkan sejak dini, tapi kini Tuan Mudanya tersenyum begitu lebar dan makan dengan lahap. Belum lagi, ia terlihat sangat segar dan sehat.

"Tuan Muda, apa Tuan Muda sudah sembuh?" tanya Bi Sinta dengan hati-hati.

"Aku sangat sehat, Bi! Bibi tidak perlu khawatir."

Bi Sinta tampak semakin heran, meski sudah sehat, ia juga bisa melihat jika kultivasi Tuan Mudanya sudah tak ada lagi. Lantas, apa yang membuatnya begitu bahagia? Apalagi ia juga kehilangan sang tunangan.

"Lalu, kenapa Tuan Muda sangat bahagia?"

Saka menatap Bi Sinta dengan senyum hangat. "Nanti Bi Sinta akan tahu sendiri. Untuk saat ini Bi Sinta cukup tahu kalau aku baik-baik saja. Aku hanya bahagia, akhirnya semua orang kini menunjukkan wajah mereka yang sebenarnya." Lantas Saka menyeringai sinis. Bi Sinta yang melihat itu cukup terkejut, ia merasa terintimidasi tanpa tahu sebabnya apa. Padahal ia sendiri sudah berada di ranah Jenderal tingkat lima.

"Baiklah, Tuan Muda! Asal Tuan Muda baik-baik saja itu sudah cukup. Bibi akan selalu ada untuk Tuan Muda. Demi Nyonya Vishaka, bibi ini akan menjaga Tuan Muda dengan nyawa bibi."

Saka tak sanggup menahan rasa harunya mendengar tekat dari Bi Sinta. Saka harus lebih kuat demi orang-orang seperti Bi Sinta ini. Ia harus bisa melindungi orang-orang yang menyayanginya. Sementara mereka yang bermuka dua, Saka sungguh tidak peduli.

"Terima kasih, Bi! Sebaiknya bibi istirahat karena malam sudah semakin larut," pinta Saka dengan senyum hangatnya. Memiliki Bi Sinta seorang diri bagi Saka sudah sangat cukup. Hidup di dunia antar berantah di mana semua hal masih terasa asing membuatnya tak nyaman berinteraksi dengan banyak orang.

Pengalaman dikhianati saat masih di bumi dan juga saat ia baru saja bangun dari kematian, membuatnya cukup berhati-hati menempatkan orang-orang di hatinya. Ia tak ingin kecolongan dan harus merasakan sakitnya dikhianati lagi.

Meskipun keluarga Hirawan termasuk keluarga kelas satu di kota Tanica, bagi Saka keluarga ini sangat kacau. Sama sekali tidak bisa digunakan sebagai tempat berpulang. Jika bukan karena Bi Sinta, maka Saka akan pergi saat ini juga dari keluarga Hirawan. Ia cukup muak dengan semua penghuninya.

"Keluarga sampah!" bisik Saka sebelum memutuskan untuk tidur. Besok adalah hari yang sangat panjang. Ia berniat untuk kembali datang ke pegunungan berkabut. Demi menambah pundi-pundi poin pengalaman agar secepatnya bisa naik ranah. Ia harus bisa mengalahkan sang ayah yang berada di ranah langit tingkat kedua agar bisa mengendalikan keluarga Hirawan sesuka hatinya.

Pegunungan Berkabut

Sesuai namanya, pegunungan berkabut adalah pegunungan yang dipenuhi oleh kabut. Sejauh mata memandang hanya warna putih yang terlihat. Bahkan pohon tertinggi pun tak nampak. Dari jauh, pegunungan berkabut tampak seperti tumpukan awan yang menjulang tinggi dari tanah sampai ke langit. Karena kabut itulah, pegunungan ini termasuk pegunungan yang terlarang di kerajaan Victoria, kabut itu membuat jarak pandang manusia terbatas. Para kultivator hanya berani datang di kaki gunung saja, seperti yang dilakukan oleh Wisaka dan tunangannya dulu. Di kaki gunung, monsternya masih level rendah dan kabut pun tipis. Tidak terlalu menghalangi pandangan seperti yang berada di tengah dan puncak pegunungan.

Saka memandang pegunungan di depannya itu dengan perasaan yang rumit. Kecelakaan yang membuat dantiannya rusak seharusnya tidak akan terjadi jika Raden tidak memancing monster khimera untuk turun gunung. Monster yang bertubuh campuran antara singa, kambing dan ular itu seharusnya berada di tengah pegunungan. Tetapi Raden berhasil memancingnya turun membuat Saka mau tidak mau harus melawannya demi menyelamatkan Alisha.

Perbedaan ranah yang signifikan tentu saja membuat Saka tak berkutik. Ia menerima pukulan telak di perut hingga menghancurkan dantiannya. Beruntung Pandu segera datang dan menyelamatkan Saka sehingga ia tak menjadi santapan monster khimera. Namun tentu saja, kedatangan Pandu sudah sangat terlambat.

"Sistem, bisakah aku memasang hadiahku di sini?"

[Ding! Bisa Tuan]

"Oke, Sistem! Pasang mata dewa!"

Saka lantas merasakan arus hangat di matanya yang mulai memanas, terasa sedikit kesemutan sebelum kemudian matanya mendingin dan sangat sejuk. Saka membuka mata dan mau tak mau ia harus terkejut. Pegunungan yang sebelumnya tampak diselimuti awan putih kini terlihat transparan dengan banyaknya pepohonan tinggi. Saka mampu melihat banyaknya kupu-kupu yang terbang di pegunungan tengah dan persepsinya yang meluas.

"Sistem, apakah mata dewa ini mampu melihat objek yang sangat jauh dan menembus halangan apapun?"

[Ding! Benar Tuan!]

"Waahhh, ini sangat hebat!" Tanpa sadar, Saka berjingkrak kegirangan. Ia harus bersyukur karena hari yang masih sangat pagi sehingga ia tak akan dianggap aneh oleh orang-orang yang lewat.

"Sistem, pasang teknik penyerapan Ilahi!"

Saka kemudian merasakan kesemutan di seluruh tubuhnya hingga ia jatuh bersimpuh di tanah. Berbagai informasi muncul diotaknya bersamaan dengan arus hangat yang menghilangkan kesemutan. Saka menghirup napas panjang, ia merasakan aliran energi yang masuk bersamaan saat ia sedang bernapas.

"Sistem, apakah teknik penyerapan ilahi ini bisa menyerap semua energi sembari aku bernapas?"

[Ding! Benar Tuan! Energi itu nanti akan langsung menguatkan pondasi kultivasi Tuan saat naik ranah. Teknik penyerapan ilahi juga bisa menyerap energi kegelapan, racun, dan energi negatif lainnya yang kemudian dinetralkan menjadi energi positif untuk Tuan Muda]

"Lalu, setetes darah naga ini untuk apa?" tanya Saka setelah mengambil hadiah terakhir di Inventory. Kini di tangan kanannya melayang setetes darah dengan energi yang sangat kuat dirasakan oleh Saka.

[Ding! Jika Tuan mengonsumsinya, setetes darah naga akan membuat Tuan memiliki garis darah naga, ke depannya Tuan bisa mengendalikan seluruh ras naga di alam primordial]

Mendengar ucapan Sistem, Saka langsung memasukkan darah itu ke mulut dan menelannya. Sensasi terbakar langsung terasa dari tenggorokan ke perut. Dantiannya bergetar hebat, elemen api juga ikut bergetar merespon darah naga yang perlahan tercampur di setiap meridian milik Saka. Kini di lautan jiwanya, Saka bisa melihat sebuah danau luas dengan patung harimau di tengahnya. Satu bola cahaya kecil yang merupakan elemen api miliknya kini berwarna hitam, padahal sebelumnya berwarna merah. Belum sempat mengatasi rasa heran, Saka merasakan danau energinya seolah meluap ingin mendobrak dinding pembatas.

Duaarrr!

Ranah Jenderal tingkat 6.

Duaarrr!

Ranah Jenderal tingkat 7.

Duaarrr!

Duaaarr!

Duuaarrr!

Ledakan teredam dari dalam tubuh Saka berkali-kali menandakan kenaikan kultivasi pemuda itu hingga ranah Raja tingkat satu.

Saka membuka mata dengan takjub. Ini adalah pertama kali ia naik ranah secara berturut-turut. Jika dulu ia harus bekerja keras menyerap energi dari alam, batu roh, eliksir dan inti monster, kini ia bisa langsung naik 5 ranah sekaligus hanya dengan setetes darah naga.

"Sistem, kenapa elemen apiku berwarna hitam?"

[Ding! Setelah mendapat darah naga, elemen api Tuan berevolusi menjadi api naga abadi. Api naga abadi adalah tingkatan api yang sangat tinggi, tidak bisa padam kecuali kehendak sang pemilik]

Mata Saka berbinar. Ia mencoba memunculkan elemen apinya. Kini api hitam berkobar di tangan kanannya. Iseng, Saka melemparkan api itu ke salah satu pohon yang ada di depannya, dalam hitungan detik, pohon itu berubah menjadi abu. Api masih berkobar melahap pohon yang lain. Saka yang panik dengan cepat menjentikkan jarinya untuk memadamkan api. Terlihat hampir satu meter di depan Saka sudah menjadi tanah lapang tanpa tumbuhan apapun yang ada di atasnya.

Fyuhh! Hampir saja! Saka masih belum terbiasa dengan api naga abadi sehingga masih belum bisa mengontrol tingkat panasnya.

"Baiklah, mari kita berburu monster demi pundi-pundi poin pengalaman. Di pegunungan berkabut dengan tingkat bahaya yang sangat tinggi ini, seharusnya tersimpan harta karun bukan?" gumam Saka sambil berjalan semakin dalam ke area pegunungan.

Semakin dalam, kabut semakin pekat, tapi bukan masalah untuk Saka, dengan mata dewa ia bisa melihat semuanya dengan jelas seolah tanpa kabut. Ia semakin melangkah dengan hati-hati saat persepsinya menangkap seekor monster ranah Raja tidak jauh dari tempatnya berada.

Groaaaarrr!!

Raungan mengerikan bersamaan dengan hadirnya monster babi berkepala serigala di hadapan Saka. Saka mengernyit sejenak, lalu tertawa terbahak-bahak. Ini adalah pengalaman pertamanya melihat bentuk monster yang sangat jelek. Jauh lebih jelek dari yang terjelek. Antara badan dan kepala sangat tidak sinkron, badannya yang sebesar mobil avanza, kepalanya lebih besar seperti gong kelurahan.

Groaaarrr!!

Monster itu meraung marah. Sepertinya ia paham jika dirinya tengah diejek oleh manusia di depannya itu.

"Heh, monster jelek! Orangtua kau kawin silang apa gimana? Inilah bunda kalau menyalahi takdir Tuhan!"

Grrooaaarr!

Monster itu mulai menyerang dengan membabi buta. Saka terus menghindar dari serangan monster sembari bertanya kepada sistem jenis monster jelek yang ada di depannya itu.

"Jadi namanya Athos?" gumam Saka setelah mendapat jawaban dari sistem.

Saat monster Athos melompat, Saka merendahkan tubuhnya dan menggunakan tinju militer untuk memberikan serangan telak pada perut sang monster.

Bang!

Ugh!

Monster itu hanya terhuyung sesaat, tetapi tak berdampak apa-apa, berbeda dengan Saka yang kini sibuk meniup kepalan tangannya yang terasa menumbuk lempengan baja.

"Sial! Keras sekali! Jangan-jangan dinamakan Athos karena badannya keras?" monolognya sembari mencari titik kelemahan sang monster. Dunia ini sangat aneh, sungguh!

Mengalirkan energi ke kepalan tangannya sekali lagi, Saka menyambut serangan sang monster. Kini, ia mengalihkan sasaran ke kepala monster yang berbentuk serigala.

Bang!

Baik Saka maupun sang monster, keduanya mundur beberapa langkah. Berbeda dengan sebelumnya, kini sang monster tampak kesakitan. Saka semakin bersemangat, serangan selanjutnya ia selalu mengarahkan serangannya ke kepala sang monster.

Guaghh!

Prak!

Satu serangan pamungkas dari Saka yang memadukan teknik tinju militer dan harimau membelah gunung, berhasil membuat kepala sang monster pecah.

[Ding! Selamat Tuan telah membunuh monster ranah Raja, mendapat 1000 poin pengalaman]

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!