NovelToon NovelToon

My Kindergarten Teacher

Dewananda Pratomo Hadiyanto

Jakarta, Indonesia

Haaaiii, saya Upin dan ini adik saya Ipin. Beda lima minit saja... Eh nggak Ding... Halo, namaku Dewananda Kim Pratomo Hadiyanto. Bagus kan? Aku keturunan keluarga Pratomo yang terkenal dengan azas no rusuh no life dan aku satu-satunya pria di generasi keenam yang sudah tidak perjaka dan satu-satunya yang masih memakai nama Pratomo sebagai nama belakang.

Beruntung Oma buyutku sudah nggak ada, bisa diseret pakai motor Kawasaki nya kalau tahu cicitnya bandelnya minta ampun. Selamaaaat... Fuuuhhh... *mengelap kening...

Siapa sih Oma buyut ku? Kalian tahu Guruku Bar-bar Sekali ? Yup, omaku adalah Savitri Pratomo. Guru bimbingan konseling SMKN 11 Surakarta yang dikenal bar-bar, hobi naik Kawasaki Ninja nya yang warna pink ... Oh by the way motor itu disimpan di museum milik Giandra Otomotif Co. Opa buyut aku adalah Kim Jaehyun, pria blasteran Korea Indonesia dan beliau super kalem dibanding Oma.

Oke kita perkenalan dulu deh sama orang tua aku. Bokap gue namanya Bagas Hadiyanto, pemilik salah satu bank besar di Indonesia yaitu bank Arta Jaya. Nyokap gue seorang dokter bedah yang super... Ralat terkadang masih clumsy yang untungnya di ruang operasi bisa fokus yaitu Safira Kim Pratomo.

Harusnya nama belakang nyokap adalah Safira Pratomo Kim tapi gara-gara opa gue Nathan Pratomo Kim biasa ditulis Nathan Kim, pas kuliah dan bekerja di rumah sakit Singapore ada dokter dengan nama yang sama tapi beda bidang yang diuprek-uprek ( Nathan Kim yang satunya itu dokter ginekologi sedangkan opaku dokter bedah ), akhirnya secara legal mengganti posisi nama belakang namanya. Jadilah Nathan Kim Pratomo yang masih aku pakai sampai sekarang dengan tambahan Hadiyanto dari bokap.

Okeeeee, kalau kalian bertanya mengapa tidak ikut nyokap gue jadi dokter ? Alasannya simpel. Aku malas kuliah lama dan penuh tugas meskipun endingnya aku kuliah di Inggris juga lama gara-gara keasyikan pacaran. Oh yeah, aku sama playboy nya dengan bokap. Sampai-sampai semua sepupu aku mengutuk aku bakalan jadi batu macam Malin Kundang gara-gara kenakalan aku.

Akhirnya bokap kasih aku ultimatum. Kalau gue kagak lulus kuliah, bakalan kirim gue ke pesantren ! Seriously... Pesantren? Gue? Bocah paling susah diatur di generasi keenam? Eh bangga lho... Jadi bocah mbeling ( nakal )... Mungkin itu karma bokap gue atau memang gue mau bikin semua orang kesal ... Entah deh ... Tapi yang jelas sepupu gue yang di London, Eagle McCloud sudah memblokir gue di rumah keluarga McCloud gara - gara di pakai party.

Endingnya, Bokap dan Oom Rajendra ribut gara-gara aku... Well, bisa dibilang aku lah biang kerok... Dari semua biang kerok di generasi keenam. Alasan kenapa aku tidak pernah ikut acara gegeran sepupu aku? Wasting time ! Bukankah enak kelonan sama cewek dan menikmati surga dunia? Jangan ajak omong soal moral etc tapi kita tidak akan muda selamanya jadi enjoy your life lah...

So, apa yang membuat aku kembali ke Jakarta? Nyokap gue sakit. Gue segera menyelesaikan semua kuliah dan balik ke kota kelahiran. Ditambah bokap sudah daftarin gue ke pesantren...yang tentu saja gue tolak mentah-mentah. Seriously... Mending aku serius bekerja deh ... Semi taubat lah dan sekarang yang terjadi adalah... Nyokap sangat...sangat... Aku garis besarkan SANGAT OVER WATCHING ME.

Yang terjadi kalau aku mulai mbeling, nyokap sudah buka itu pisau chef. Tahu kan pisau chef yang disimpan di dalam tempatnya dan digulung macam karpet. Terus kalau dibuka tinggal digelar dan sudah kelihatan tuh berbagai macam jenis pisau. Dari yang buat buka tiram sampai golok buat motong sendi, ada tuh. Dan kalian tahu apa yang nyokap lakuin kalau aku pulang telat? Nyokap ngasah itu pisau-pisau depan gue ! Harafiah ! Benar-benar ngasah chuy !

Kalian tahu kan nyokap gue cantik banget. Bule yang kalau ngomong masih kadang medok jawanya. Nah doi cuma bilang "Dewa, kalau kamu masih kagak mau sadar, mama cuma bisa bilang selamat tinggal masa depan kamu. Pilih mana ?"

Duh Gusti nun Agung, kalian tahu kan tiap hari kena doktrin seperti itu... Bikin nightmare tahu nggak sampai pernah tuh aku ngimpi adik kecil ku benar-benar hilang ! Suwer ! Macam film kartun yang tidak terlihat alat vitalnya. Pas aku bangun, otomatis dong langsung meraba punya ku... Alhamdulillah masih menetap di tempatnya belum kena kebiri nyokap...

Oke deh .. Kita ke kisahky. Tenang, cerita kehidupan aku jauh dari kata serius....

***

Ruang Kerja Dewananda Hadiyanto ... Saat generasi keenam tersandung kasus Hongkong

"Jadi sudah pada di Hongkong?" tanya Dewa saat menelpon sepupunya, Kalila.

"Sudah mas Dewa. Doain kita semua bisa keluar dari sini ya?" jawab Kalila Al Jordan, sepupu Dewa dari keluarga Al Jordan Dubai.

"Kamu jaga kesehatan... Bagaimana dengan lengan Jayde ?"

"Much better. Ken sudah sempat jahit sementara dan sudah di benarkan di rumah sakit... Mas Dewa, katanya semua anggota keluarga bakalan diawasi."

"Sama siapa?"

"Sama law enforcement."

"Idiiihhhh, parno banget !" sungut Dewananda manyun.

"Mas V dan Mas Arka juga marah-marah. Kayaknya yang kalem cuma mas Radyta deh... "

"Ya sudah. Kamu jaga kesehatan Lila. Alex sama kamu?"

"Iya mas. Mas Dewa juga hati - hati."

"Thanks." Dewa mematikan panggilannya dan melihat sekretaris nya Ragil Wibisono membuka pintu ruang kerjanya setelah mengetuk pintu.

"Ada apa Gil?" tanya Dewa yang sedang memeriksa berkas.

"Pak, ada polisi di depan" jawab Ragil.

Dewa mengerenyitkan dahinya. "Ada perlu apa? Aku nggak nyetir sambil mabuk..."

"Bapak hamili anak orang kali..." celetuk Ragil tanpa ekspresi.

Dewa melotot. "Eh Orgil, sebajigurnya aku, masih pakai otak ! Pakai pengaman ! Apa kamu tidak tahu kalau aku koleksi k*ND*m di tas kecil aku ?"

"Pak Dewa, saya tidak mau mendengar kehidupan hedon anda. Yang jelas kalau Bu Safira ngasah golok, saya nggak ikutan!" jawab Ragil judes.

"Kita lanjutkan nanti. Siapa polisi yang datang ?"

"Ini pak." Ragil menyerahkan kartu nama ke Dewa dan pria itu membaca nama disana. "Irjen Randy Hutabarat? Oom Randy? Suruh masuk Gil ! Edyan opo Oom ku datang nggak disuruh masuk ! Kenapa nggak bilang Bambaaaanngggg !" Ragil hanya menggelengkan kepalanya, kesal demhan Bossnya yang super absurd. Dewananda pun berdiri dan tersenyum manis saat Randy Hutabarat yang merupakan mantan anak buah David Hakim Satrio itu masuk ke ruang Dewa.

"Pagi Oom. Tumben datang kemari secara pribadi" sambut Dewa sambil bersalaman dengan polisi senior itu.

"Pagi Dewa. Oom memang sengaja datang kemari karena ada hal yang penting" ucap pria Batak itu.

"Duduk Oom. Oh ajudan Oom?"

"Letnan Hendar, anda bisa tunggu saya diluar?" pinta Randy.

"Baik pak." Letnan muda itu pun keluar dari ruang kerja Dewa.

Setelah tinggal berdua, Dewa menawarkan kopi dan Randy menerimanya.

"So, Oom. Ada apa?" tanya Dewa setelah mereka duduk di sofa.

"Apakah kamu terlibat dengan Hongkong?"

Dewa melongo.

***

Anaknya Safira dan Bagas launching gaeeesss

Yuhuuuu Up Pagi Yaaaaaa

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu ❤️🙂❤️

Dewa Ke Kantor Cabang

Ruang Kerja Dewananda Hadiyanto

Dewa menatap pria paruh baya yang juga sahabat Oomnya itu. "Ya elah Oom Randy, aku nggak terlibat apapun soal Hongkong. Kirim duit juga kagak ! Yang ada aku kirim doa supaya semua bisa pulang dengan selamat. Maunya sih kirim santet ke para pejabat Hongkong yang terlibat tapi kayaknya sulit ... Apalagi dihadang sama Mr Vampire dulu an..."

Gantian Randy yang melongo. "Mr Vampire?"

"Iya Oom. Tahu kan yang hantu China pakai baju jaman Manchurian terus kalau jalan loncat-loncat dengan kedua tangannya ke depan terus kalau mau diberhentikan dikasih kertas mantra..."

Randy menatap judes ke Dewa. "Kamu itu kebanyakan kumpul sama Arka jadi kacau otakmu !"

"Lha gimana. Sodaraan juga..." jawab Dewa. "Oom, apa keluarga aku bakalan diawasi oleh kalian? Ya ampun Oom Randy macam nggak hapal keluarga aku sih... Sudah selesai ya sudah. Kagak dilanjutkan..."

"Oom juga tahu itu Dewa. Tadi Oom sudah bilang ke papa kamu. Jangan terlibat kasus apapun dulu soalnya kita tidak tahu tanggapan pusat bagaimana mengingat anggota BIN yang terlibat di Hongkong."

Dewa menatap lurus ke Randy. "Oom, mereka hanya ingin mencari keadilan warga negara Indonesia yang menjadi korban pencurian organ tubuh manusia dan pembunuhan. Jadi jika BIN turun tangan, bukan hal yang aneh."

"Memang bukan tapi ikutan gedubrakan sama keluarga kamu itu yang jadi sorotan !"

"Sekarang aku tanya, apakah ada bantuan yang mumpuni dari pemerintah Indonesia?! Nggak ada kan? Kebanyakan birokrasi busuk ! Tahu sendiri keluarga aku panasan semua ! So, daripada kebanyakan cingcong, hajar bleh ... Tamat !"

Randy menggelengkan kepalanya. "Susah ngomong sama keluarga nya Didit !" Didit disini adalah Anandhita Ramadhan, istri David Hakim Satrio mantan partner Randy saat di kepolisian dulu.

"Oom, apa Oom Toro masih ngarep Tante Dhita mau sama dia?" celetuk Dewa mengingat salah satu senior laboratorium forensik Polri naksir Anandhita sejak masih pacaran dengan David. ( *Baca My Boyfriend is not a Trans*gender* )

"Masih lah ! Ngarep jandanya Didit coba ! Memang minus akhlak tuh si Ateng !"

Dewa terbahak.

***

Dan seperti warning dari Randy, Dewa dan Bagas merasa mereka memang diawasi apalagi setelah para pengacara masing-masing berhasil membawa keluar semua anggota keluarga klan Pratomo dari Hongkong dengan konsekuensinya, mereka semua dilarang masuk Hongkong selamanya.

Tentu saja semua itu berimbas ke bisnis Bagas dan Dewa yang memiliki bank milik mereka ada cabang di Hongkong. Bagas dan Dewa akhirnya bernegosiasi dengan pemerintah Hongkong yang akhirnya disepakati bahwa Bagas boleh masuk Hongkong hanya dua kali setahun hanya untuk rapat saham dan pengawasan rutin.

Bagas menyetujui persyaratan yang diberikan pemerintah Hongkong.

***

Kantor Cabang Bank Arta Jaya daerah Kebon Jeruk

"Pak Dewa, beneran kita ada acara sidak kemari?" tanya Ragil, sekretaris Dewa.

"Lu kira kesini mau cari soto Betawi? Kagak Gil, kita sidak lah ! Gimana sih lu..." omel Dewa saat mobil Mazda CX-9 nya terparkir di halaman bank Arta Jaya cabang Kebon Jeruk. Menurut rencana, Dewa akan mengawasi bank cabang ini setelah Bagas memutuskan mengganti kepala cabang yang akan masuk masa pensiun.

"Iyain aja deh !" jawab Ragil. Pria berwajah dingin dan ketus itu adalah salah satu anak buah yang dipilih Bagas menjadi sekretaris Dewa. Alasan Bagas adalah, Ragil memiliki keberanian melawan Dewa bahkan mampu bela diri. Selain otaknya cerdas, Ragil bisa menahan Dewa agar tidak kumat melencengnya karena sudah lama pria jangkung itu tidak one night stand atau clubbing.

Dewa dan Ragil pun masuk ke dalam bank itu yang disambut oleh pemimpin cabangnya bernama Satmoko. Pria paruh baya tersebut dan Dewa langsung mengajak masuk ke dalam ruang kerjanya yang dilanjutkan membahas semua tentang cabang kebon jeruk.

Ragil yang menemani Dewa pun mencatat semua poin-poin penting karena beda lokasi akan beda karakteristik para nasabah.

***

Dewa dan Ragil berkeliling dalam kantor bank yang memiliki dua lantai. Salah seorang manajer memberitahukan bahwa hari ini akan ada kunjungan murid-murid TK untuk tahu soal bank dengan cara sederhana.

"TK mana Bu Maya?" tanya Dewa.

"TK Bintang pak Dewa. Mereka sudah mengajukan ijin pak dan kami memilih di hari Jumat seperti ini karena nasabah tidak terlalu ramai seperti Senin hingga Rabu" jawab wanita berusia empat puluhan itu.

"Berapa orang murid kira-kira? Apakah bersama dengan orang tuanya?" tanya Dewa yang baru tahu bank milik keluarganya masih memberikan kesempatan study tour tipis begini.

"Sekitar dua puluh pak, kata Bu Alina wali kelasnya, sejumlah itu. Nanti Bu Alina akan datang bersama dua guru lainnya untuk mengawal para siswa" jawab Maya.

Dewa mengangguk. "Memang bagusnya praktek langsung jadi sekalian paham. Ini termasuk program marketing tabungan siswa kan?"

"Benar pak. Nanti kami sekalian membantu membuka rekening untuk anak-anak. Semalam Bu Alina sudah mengirim email data orang tua para siswa dan hari ini tinggal mengambil sidik jari anak-anak dan foto mereka. Program buku tabungan anak-anak yang baru memakai wajah mereka dengan bingkai berbagai macam tokoh kartun yang bisa dipilih supaya menarik."

Dewa mengangguk. "Oke Bu Maya. Kapan grup anak-anak itu datang?"

"Sebentar lagi pak. Saya ke lantai satu dulu ya pak..." pamit Maya.

"Silahkan Bu."

***

Dewa dan Ragil berkeliling di lantai dua sambil menanyakan tentang debitur dan kreditur yang terdaftar di bank itu. Banyak hal yang didapat dari Dewa dari acara sidak hari ini.

Pria itu merasa bahwa dirinya rindu punya pasangan dan sudah terlalu lama menjomblo. Kini mereka berdua hendak kembali ke kantor pusat.

"Oh andaikan ada bidadari turun ke bumi yang bakalan bikin aku tobat setobatnya... Aku berjanji ya Allah, kagak ada hidup hedon, gombal mukiyo sama ciwik-ciwik dan bikin mamaku bisa mengelus dada lega bukan ngasah scapel buat sembelih anaknya..." Ucap Dewa dengan sikap khusyuk membuat asistennya, Ragil sebal.

"Kagak yakin bapak bakalan taubat nasuha kalau doanya masih ngaco begitu !" Sungut Ragil yang menemani Dewa saat menginspeksi kantor cabang bank milik keluarga Hadiyanto.

"Elu tuh bikin gue ngedrop Bambaaaanngggg!" Omel Dewa manyun.

"Pak, saya Ragil bukan Bambang" balas Ragil judes.

Dewa melihat dari lantai dua kantornya ke arah lantai satu dimana para nasabah mengantri untuk kegiatan perbankan. Tak lama manajernya menuju pintu masuk dan menyambut seorang gadis cantik lalu setelahnya masuk anak - anak TK yang tampak antusias masuk ke dalam bank nya.

"Eh Orgil ! Bidadari gue nongol !" Ucap Dewa sambil menunjuk gadis cantik itu membuat Ragil melongo.

Duh !

***

Dewa Hadiyanto

Introducing Alina Ratnadewi

***

Yuhuuuu Up Siang Yaaaaaa

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu ❤️🙂❤️

Alina Ratnadewi

Bank Arta Jaya KCP Kebon Jeruk Jakarta

Alina tersenyum ke arah Maya yang menyambut nya. Gadis manis itu lalu bersalaman dengan wanita berusia empat puluhan tahun.

"Bu Maya, terima kasih sudah menerima kami untuk melakukan study tour ke bank Arta Jaya" ucap Alina sopan.

"Sama-sama Miss Alina. Apalagi TK Bintang mempercayai kami sebagai tempat anak-anak belajar perbankan." Maya berbisik ke Alina. "Dan kami mendapatkan nasabah baru..."

Alina tertawa kecil. "Lagipula saya juga nasabah bank sini dan beberapa orang tua siswa juga nasabah disini karena dekat dengan sekolah anak-anak mereka. Apalagi setelah dari TK, banyak yang melanjutkan SD dan SMP dekat sini."

"Baik. Kita bisa mulai Miss Alina."

Alina lalu meminta para murid-muridnya untuk berbaris dan mulai bersalaman satu persatu dengan Maya lalu mereka menuju meja teller dan mereka dengan antusias melihat bagaimana cara menabung dengan cara sederhana.

Setelahnya para siswa itu masuk ke dalam ruang meeting untuk membuat buku tabungan dengan nama mereka masing-masing yang bisa dihias dengan motif tokoh kartun.

***

Dewa bersandar di pagar kaca lantai dua memandang wajah manis Alina yang sibuk mengatur para muridnya. "Ya ampun Gil, gadis itu cantik banget !"

"Bukannya mantan teman kencan bapak enam bulan lalu lebih cantik?" sahut Ragil yang merasa malu melihat Bossnya rada kacau kelakuan nya.

"Dia cantik dempulnya berlapis mengalahkan aspal Indo. Aslinya kalau hilang tuh dempul, Wis bubar... Bekas jerawat tampak, aslinya juga nggak cantik. Cuma servisnya memang sih..." ucap Dewa tanpa beban.

"Saya kok malah kasihan sama nona guru itu kalau sama bapak. Yakin nona itu cewek baik-baik terus bapak ngejar dia? Rugi di dia banyak pak ! Sumpeh ! Eman-eman dia daripada bapak !" balas Ragil tanpa ekspresi tapi membuat Dewa mendelik judes.

"Kagak usah diingatkan soal bagaimana gue, cumiii ! Sekarang tugas lu, cari tahu tuh cewek siapa ! Laporan ke gue !" Dewa langsung melangkah lebar-lebar menuju lift. Ragil hanya menghela nafas panjang.

Punya boss minus akhlak itu memang kudu nduwe usus dhowo ( harus punya usus panjang ). Ragil bukanlah orang yang tidak tahu siapa keluarga besar keluarga Pratomo karena eyang buyutnya adalah Pak Dewo, penjaga rumah Savitri Pratomo di Solo.

Ragil Wibisono memiliki kakak perempuan yang bekerja di AJ Corp Solo. Saat dia lulus SMA dan masuk ke UNS, oleh Davina Arata Hassan, diberikan beasiswa kuliah di UNS jurusan ekonomi karena prestasinya. Ragil pun bekerja di bank Arta Jaya cabang Solo dan saat Bagas mengadakan rapat di Solo, dia melihat Ragil yang tampak tegas dalam mengahadapi nasabah ngeyel.

Bagas suka dengan gaya Ragil yang tegas dan berani membuat dirinya menarik pria dingin itu ke Jakarta untuk menjadi asisten sekretaris nya sekalian Bagas ingin menggemblengnya untuk ditempatkan menjadi asisten plus sekretaris Dewananda.

Ragil sudah banyak mendengar cerita keluarga Pratomo turun temurun, tidak heran jika melihat kelakuan Dewa seperti Oma buyutnya yang slengean. Hanya saja, nyonya Savitri masih tahu aturan, cicitnya salah blueprint !

Pria itu pun berdiri di belakang Dewa di dalam lift menuju lantai satu. "Pak, jadi ke kantor pusat?" tanya Ragil.

"Bentar, mampir lihat anak TK" jawab Dewa cuek.

Ragil hanya bisa diam sembari berdoa semua ayat yang dia ingat termasuk ayat kursi agar Dewa tidak menjahili guru TK itu.

Pintu lift terbuka dan Dewa berjalan dengan percaya dirinya menuju ruang meeting dimana para anak-anak TK heboh memilih gaya foto membuat Alina dan kedua guru lainnya kewalahan.

"Selamat pagi" sapa Dewa dengan suara baritonnya.

"Selamat pagi..." balas semua orang disana.

"Pak Dewa, aduh maaf pak. Jadi ramai begini" ucap Maya dengan rasa sungkan.

Alina melihat pria blasteran yang hanya tersenyum manis atas kekacauan di ruang meeting itu, menatap Maya bingung.

"Miss Alina, ini pak Dewananda Hadiyanto, salah satu CEO Bank Arta Jaya. Pak Dewa, perkenalkan ini Miss Alina wali kelas TK Besar A TK Bintang, lalu ini Miss Yani dan Miss Clara. Dan ini anak-anak TK Bintang yang akan menjadi nasabah kita" ucap Mata sambil memperkenalkan semua orang ke Dewa. "Lalu mas yang di belakang Pak Dewa itu pak Ragil, asisten pak Dewa."

Dewa mengulurkan tangannya ke Alina. "Dewananda Hadiyanto."

"Alina Ratnadewi" jawab Alina sopan.

Duh namanya kok ayu sesuai dengan orangnya. "Kamu orang Jawa?"

"Eh ? Iya pak. Saya orang Jawa" jawab Alina bingung dengan pertanyaan di luar prediksi diskon Sephora.

"Jawa mana?" tanya Dewa yang semakin terpesona dengan wajah ayu Alina.

"Eh ? Maaf bapak... Tangan bapak kelamaan salaman nya..." ucap Alina yang merasa tangannya tidak dilepas Dewa.

"Oh... Maaf ... Kelamaan ya?" jawab Dewa tanpa ada salah membuat Ragil melengos.

Mulai... Mulai... Mulai

"Kamu belum menjawab pertanyaan saya. Jawa mana?" Mata coklat Dewa menatap mata coklat Alina.

"Jawa Solo pak. Tapi saya ..."

"Solonya mana? Soalnya eyang saya juga wong Solo" potong Dewa membuat Alina melongo.

"Eheeemm ! Pak Dewa, ditunggu pak Bagas di kantor pusat" sela Ragil sambil seolah membaca pesan di ponselnya.

Dewa menoleh ke arah Ragil dengan mata judes. Bokap lagi ke Surabaya, kampret ! Namun Ragil mana perduli karena tujuan utamanya adalah menyelamatkan guru TK manis itu dari playboy cap cicak bin cap buaya itu !

"Bu Maya, siapa nama guru yang lain?" tanya Dewa usai melepaskan tangan Alina dengan berat hati.

"Miss Yani dan Miss Clara" jawab Maya.

Dewa pun menyalami kedua guru yang masih muda itu namun sikapnya formal tidak seperti saat bersama Alina yang semi formal.

Alina menatap pria itu dengan tatapan sebal tersamar hanya terlihat di matanya tapi tidak di bibir nya yang menyunggingkan senyum. Bagaimana pun dia tamu disini dengan membawa banyak anak TK dan pria itu adalah CEO Bank Arta Jaya. Sudah bagus kita diterima dengan baik disini.

Dewa mengobrol sebentar dengan para anak TK yang masih ribut belum bisa menentukan mau pakai tokoh siapa untuk buku tabungan nya. Setelah berbasa-basi sebentar, Dewa pun berpamitan ke semua orang di ruang meeting itu.

Saat melewati Alina, Dewa berhenti sejenak. "Kamu masih hutang penjelasan asal muasal kamu dari mana..." bisik Dewa sambil mengedipkan sebelah matanya lalu keluar dari ruang meeting membuat Alina melongo. Gadis itu menatap jengkel ke arah Dewa yang masih menyapa para anak buahnya sebelum pergi meninggalkan kantor bank itu.

Ya ampun ! Sok kecakepan banget ! Dasar CEO gatel ! Umpat Alina dalam hati. Semoga tidak bakalan bertemu lagi !

***

Di dalam mobil yang disopiri oleh sopir kantor, Dewa tersenyum senang bisa memegang tangan Alina.

"Gil ... " panggil Dewa ke Ragil yang duduk di depan.

"Ya pak ?"

"Cari informasi tentang Alina Ratnadewi. Lengkap !" titah Dewa.

Ragil hanya menjawab. "Baik pak."

Wis mulai kumat deh ini boss minus akhlak satu !

***

Yuhuuuu Up Sore Yaaaaa

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu ❤️🙂❤️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!