"Lo masih berhubungan dengan Sarah Wil?" tanya Seno.
"Masihlah, gue gak mungkin ninggalin dia, secara Sarah sedang hamil anak gue bro!" jawab Wily dengan santai.
"G*la lo, gimana kalau sampai Nagita tahu hal ini? bisa habis lo sama bokapnya." Kaget Seno.
"Nagita mana mungkin tahu hal ini, secara dia itu bodoh dan cinta mati sama gue. Jadi gak ada hal yang perlu gue takutin untuk hal ini, gue hanya perlu berusaha meyakinkan Om Dion supaya mau mengalihkan perusahaan itu ke gue setelah menikah nanti." Tutur Wily yang tidak sadar jika ucapannya sudah di ketahui dan di dengar oleh kekasihnya.
Nagita yang awalnya ingin mengajak tunangannya untuk makan siang sambil membicarakan pernikahan mereka yang tinggal satu bulan itu, tidak sengaja mendengar pembicaraan Wily dan Seno. Dia terkejut saat mendengar semuanya. Nagita tidak menyangka jika ternyata Wili sudah membohonginya selama ini, dan tadi dia bilang apa? Sarah hamil anaknya! sungguh keterlaluan kalian berdua. Sarah yang sudah emosi dan menangis, langsung pergi dari tempat persembunyiannya. Dia pergi ke atas gedung untuk menenangkan dirinya.
Air mata yang terus mengalir dia biarakan turun membasahi wajah cantiknya. Hatinya hancur saat ini, laki-laki dan sahabat yang dia percayai selama ini ternyata tega mengkhianati kepercayaan nya. Nagita diam, dia tidak pernah ingin terlihat lemah di hadapan mereka. Dia akan membalasa semua sakit hati yang dia rasakan saat ini. Nagita mengusap wajahnya dan bergegas pergi dari tempat itu. Dia menuju ke toilet dan merapihkan dandanan nya lalu keluar dari toilet dengan tersenyum dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. "Aku harus kuat dan bisa membalaskan semuanya. Semangat Nagita, kamu itu cantik dan pintar. Buktikan jika kamu bisa hidup tanpa parasit seperti dua penghianat itu." Batin Nagita.
"Hai Ta, dari mana lo, tadi Wily nyariin elo!" ucap Sarah terlihat manis.
"Penghianat!" Batin Nagita. "Tadi gue habis dari toilet Sarah, gue balik ke ruangan dulu ya." Ujar Nagita dingin, membuat Sarah heran.
"Kenapa dia, aneh banget? apa ini hanya perasaanku saja ya?" gumam Sarah lalu duduk kembali ke meja kerjanya.
Nagita menemui Direktur sekaligus ayah nya yang menjabat pemimpin tertinggi di sini. Dia akan pergi bersama ayahnya untuk bertemu dengan klien dari luar negri yang sudah lama bekerja sama dengan perusahaan M-M Group milik orang tuanya.
"Siang Pak Direktur?" sapa Nagita sambil tersenyum. Walaupun dia ayah nya sendiri, tapi Nagita selalu bersikap profesional saat bekerja.
"Siang juga. Apa kamu sudah membawa semua laporan yang kita butuhkan untuk rapat ini?" tanya Dion Wijaya, pengusaha di bidang properti yang sukses karena kegigihan dalam bekerja.
"Sudah Pak! Semuanya sudah saya siapkan." Jawab Nagita. Hatinya memang tengah hancur dan sedih, tapi dia tidak sampai membawa masalah pribadinya ke dalam pekerjaan. Dari awal memulai karirnya sebagai asisten dari ayahanya, Nagita sudah bertekad untuk bekerja sungguh-sungguh dan membuktikan kepada keluarga nya jika dia mampu bersaing dengan kedua kakaknya dalam hal pekerjaan. Dan itu semua terbukti, selama empat tahun bekerja menjadi asisten. Nagita sudah mendapatkan pujian dan apresiasi dari keluarganya, dan itu membuat semangatnya dalam bekerja menjadi lebih terpacu.
"Kalau begitu kita berangkat sekarang saja, kebetulan mereka juga sudah dalam perjalanan menuju tempat kita akan bertemu." Ucap Dion sambil berjalan keluar dari ruangan nya, diikuti oleh Nagita sambil membawa tas kerja ayahnya.
Tidak banyak yang mengetahui jika mereka adalah ayah dan anak.Karena setahu mereka, Direktur Dion Wijaya hanya mempunyai dua orang anak laki-laki dan salah satunya sudah menikah. Karena hal itu juga, kadang Nagita selalu mendapatkan cibiran dari karyawan lain jika dia bisa bekerja di sana karena mengandalkan kecantikannya saja. Tapi Nagita tidak pernah peduli dengan hal itu. Dia bukan gadis yang lemah seperti kebanyakan orang lain pikir.
"Apa ada masalah yang mengganggumu Sayang?" tanya Dion.
Saat ini keduanya sudah berada didalam mobil. Jadi mereka bisa bebas mengobrol seperti keluarga.
"Tidak Ayah! aku hanya merasa lelah saja." Jawab Nagita.
Dion yang tahu jika putrinya sedang tidak baik-baik saja, lebih memilih diam dan tidak ikut campur masalah anaknya.
"Pergilah berlibur. setelah rapat ini selesai ayah akan memberikanmu cuti selama seminggu. Kamu bebas pergi kemanapun yang kamu mau." Ucap Dion.
"Serius Ayah?" tanya Nagita antusias.
"Ayah tidak pernah main-main dengan ucapan ayah Nak." Jawab Dion.
"Baiklah, aku akan pergi. Aku ingin berlibur ke pulai Bali yah. Tapi aku tidak ingin ada pengawal yang mengikutiku." Pinta Nagita.
"Baiklah, sesuai keinginanmu."
"Terima kasih Ayah! Aku sayang banget sam Ayah." Ujar Nagita bahagia. Dia memang ingin pergi untuk sejenak melupakan masalah yang sedang di hadapinya. Bukan menghindar, tapi pergi untuk berpikir dan mencari solusi untuk masalah nya itu.
Dion tentu senang jika putrinya bahagia. Dia akan melakukan apa saja untuk putri satu-satunya itu, dia akan menjaganya Nagita dari orang yang ingin menyakiti anaknya. Termasuk Wily dan Sarah, tunangan dan sahabat dari anaknya itu. Dion sudah mengetahui sepak terjang keduanya, yang dengan sengaja dan tega membohongi Nagita. Dion memang tidak pernah merestui jika Nagita menikah dengan Wily, tapi demi kebahagiaan putrinya dia rela mengalah.
Dion tetap mengawasi calon menatunya itu, karena dia tidak ingin sampai jika Nagita terluka lebih jauh. Mamun rupanya, takdir sedang berpihak kepadanya. Dia sudah tahu jika Nagita sudah mengetahui kelakuan jahat Wily dan Sarah yang tega mengkhianati nya. Walaupun sedih melihat anknya menangis, tapi itu lebih baik daripada harus melihat Nagita menderita setelah menikah nanti.
Mobil yang mereka tumpangi akhirnya sampai di depan sebuah hotel mewah, keduanya lalu turun dan menuju tempat pertemuan. Saat masuk ke dalam ruangan itu, Nagita terlihat kagum dengan desain interiornya yang menurutnya unik. Dion dan Nagita kini bertemu langsung dengan pemilik perusahaan Adijaya itu. Karena selama ini mereka hanya berbincang lewat online saja.
"Apa kabar Mr. Damian?" tanya Dion sambil berjabat tangan.
"Kabar baik Pak Dion." Jawab Damian. "Panggil saja saya Damian, saya lebih menyukai panggilan itu daripada Mr. Ujar Damian.
"Bagaimana bisa? Anda ini seorang bule, tentu saya harus memanggil seperti itu untuk kesopanan.
"Walaupun saya bule, tapi saya lebih menyukai produk lokal Pak Dion. Termasuk perempuan nya!" ucap Damian tanpa menaglihkan pandangan nya dari Nagita.
"Baiklah, saya hargai itu Pak Damian. Oh iya, kenalin ini asisten saya … namanya Nagita." Ucap Dion memperkenalkan asistennya.
"Senang berkenalan dengan Anda nona!" ucap Damian.
"Terima kasih Pak Damian!" ujar Nagita tersenyum ramah, membuat Damian bahagia.
Lalu mereka duduk dan memulai membahas tentang pekerjaan. Nagita memperhatikan dan mencatat apa yang menurutnya penting dalam pembicaraan ini. Hampir dua jam mereka di sana, hingga jam makan siang tiba akhirnya rapat pun seleai dengan persetujuan dari kedua belah pihak. Rencananya bulan depan mereka akan pergi ke lokasi proyek untuk meninjau keadaan di sana secara langsung.
Sebelum pergi mereka sempatkan untuk makan siang terlebih dahulu. Nagita merasa sedikit risih saat mengetahui jika Damian terus menatap ke arahnya. Nagita begitu kesal saat melihat laki-laki itu malah tersenyum kearah nya tanpa merasa malu sedikitpun terhadap ayahnya. Setelah makan siang selesai, Dion dan Nabila pamit untuk pulang.
"Kamu kenapa lagi Sayang? apa ada yang membuatmu kesal?" tanya Dion, yang nayatanya dia sudah mengetahui kesalahan yang di rasakan oleh putrinya itu karena hal apa."
"Aku kesal dengan klien Ayah itu, dia terus saja melihat ke arahku. Memangnya tidak ada hal lain apa, yang bisa dia lihat.?" Gerutu Nagita.
"Mungkin dia tertarik sama kamu Sayang!" ujar Dion sambil tersenyum.
"Ayah …! Gak lucu tahu." Kesal Nagita.
Dion kembali tersenyum, dia bahagia saat kembali melihat putrinya bersikap manja. karena seteoah Nagita bekerja dan berpacaran dengan Wily, sikap manja nya itu seolah hilang. "Sudah! kamu tidak usah pikirkan hal itu lagi. Pak kita langsung pulang ke rumah ya?" ucap Dion.
"Baik Pak!"
Dion heran saat tidak ada respon dari anaknya, biasanya Nagita akan menolak jika pulang lebih awal dari kantor karena dia lebih memilih pulang bersama kekasihnya itu. Satu jam kemudian mereka sampai di kediaman Mahendra. Ayah dan anak itu turun dari mobil dan berjalan masuk sambil Nagita bergelayut kepada ayahnya.
"Timben tuan putri begitu manja!" cibir Arjuna, kakak keduanya Nagita.
"Iri …! Bilang bos." Sahut Nagita.
"Anjay ni anak, kesambet apa Yah di kantor? bisa sampai begini?" heran Arjuna.
"Sudah, kalian ini tiap ketemu pasti gak pernah akur." Sahut Melisa Mahendra, istri dari Dion Mahendra yang masih terlihat cantik walaupun unurnya sudah kepala lima.
"Tumben kalian pulang jam segini?" tanya Melisa.
"Kita habis rapat di hotel X Bunda?" jawab Dion.
"Bunda …! Besok aku mau liburan ke bali. Ayah sudah ngasih izin." Ucap Nagita berhambur kepelukan Melisa dengan wajah ceria, tapi mengandung kesedihan.
"Serius Sayang, tumben kamu mau pergi jalan-jalan. Biasanya suka nolak kalau Bunda ajak liburan."
"Kali ini aku mau refreshing Bunda, biar pikiranku sehat lagi."
"Memang selama ini pikiran kamu sakit?" canda Melisa.
"Hehehe … nggak Bunda. Sudah ah, aku mau masuk ke kamar dulu, dah …!" ucap Nagita lalu pergi meninggalkan orang tua dan kakaknya yang terlihat bingung.
"Apa ada yang terjadi Yah?" tanya Melisa heran.
"Nanti kalian akan tahu, sekarang biarkan Nagita melakukan apapun yang dia inginkan selama dalam hal wajar."
"Baik Ayah." Ucap Melisa.
Sementara Arjuna hanya fiam dengan pikirannya sendiri.
Nagita mengurung dirinya di dalam kamar mandi untuk waktu yang lama. Hampir satu jam lebih dia di sana, Nagita kembali menangis saat mengingat apa yang didengarnya tadi pagi. Tangisan yang ingin dia tumpahkan untuk terakhir kalinya, karena setelah hari ini … dia berjanji untuk tidak menangis lagi hanya untuk masalah laki-laki. "Wily brengsek!" maki Nagita.
"Lihat saja … aku akan balas perbuatan kalian berdua." Ucap Nabila.
Pagi ini Nagita sarapan bersama keluarga nya seperti biasa. Namun ada yang berubah, tidak terlihat keceriaan yang tiap hari Nagita tunjukan untuk keluarga nya. Melisa dan Dion tidak berani bertanya saat melihat mata sembab putrinya.
"Kamu jadi pergi ke Bali Sayang?" tanya Melisa.
"Jadi Bunda! siang ini aku berangkat." Jawab Nagita singkat.
"Apa perlu ayah sama bunda antar kamu ke bandara?" tanya Dion.
"Tidak Ayah, Bunda! Aku ingin pergi bersama supir saja. Aku kan sudah dewasa." Ucap Nagita sambil tersenyum.
"Baiklah, ayah harus berangkat dulu ke kantor. Kamu hati-hati di sana ya sayang." Ucap Dion.
"Oke Ayah." Ujar Nagita.
Dion lalu berjalan keluar bersama istrinya. Melisa ingin mengantarkan suaminya bekerja.
"Bunda jangan khawatir, ayah akan menjaga putri kita. Ayah berangkat dulu ya?"
Melisa mengangguk, lalu mencium tangan suaminya.
"Hati-hati Yah."
Nagita mulai merapihkan pakaiannya, dia pokus dengan kepergiannya kali ini. Ponsel yang berbunyi panggilan dari Wily, calon suaminya. Dia diamkan saja tanpa berniat untuk mengangkat ataupun membalas pesan yang dikirim oleh laki-laki itu. Rasa sakit dan kecewa atas perbuatan Wily, membuat hati Nagita seperti mati rasa.
"Bunda, aku berangkat dulu ya?" pamit Nagita, lalu memeluk Melisa.
"Iya sayang, kamu jaga diri dengan baik ya. Hati-hati, kalau ada apa-apa, langsung kabarin ayah sama bunda." Nasihat Melisa.
"Iya Bundaku sayang, aku akan kabarin Bunda kalau sudah sampai di sana." Ucap Nagita lalu mencium tangan dan pipi bundanya. Setelah itu dia masuk kedalam mobil, karena supirnya sudah menunggu.
Satu jam kemudian, Nagita akhirnya sampai di bandara. Dia masih harus menunggu untuk panggilan keberangkatan pesawat nya. Nagita masih tidak menghiraukan panggilan dan pesan dari Wily. Setelah menunggu, akhirnya panggilan untuk keberangkatan terdengar. Nagita segera bersiap dan berjalan menuju pintu keluar menuju pesawat.
Nagita sudah duduk di kursi pesawat yang akan membawanya menuju ke pulau yang banyak di kunjungi oleh wisatawan lokal maupun asing itu. Selama hampir dua jam kurang berada di pesawat, akhirnya Nagita sampai di pulau Bali. Dia merasa bahagia bisa menginjakkan kakinya di tempat ini. Setelah menyelesaikan semua urusan nya, Nagita keluar dari bandara dan berdiri sambil menunggu taksi pesanannya.
Nagita segera menaiki taksi yang baru saja datang. Dia lalu menunjukkan jalan menuju tempat menginap selama di sini. Sebuah penginapan yang dekat dengan pantai. Saat sampai, dia langsung di manjakan dengan pemandangan cantik laut dan pantai yang indah. Nagita tersenyum, "Selamat datang di pulau Bali Nagita." Ucap nya kepada diri sendiri.
Nagita masuk kedalam penginapan lalu mulai merebahkan tubuhnya yang sudah terasa lelah. Dia ingin istirahat sejenak, untuk mengembalikan tenaga nya yang hampir habis. Nagita segera mengirim pesan untuk Melisa supaya tidak mengkhawatirkan nya.
["Bunda, aku sudah sampai."] Ucap Nagita, lalu mengirim poto dirinya yang sedang berada di tempat tidur.
Nagita, tersenyum …namun air matanya tiba-tiba saja turun. "Stop Nagita, lo udah janji gak akan pernah menangis lagi." Gumam nya, lalu menghapus air matanya. Dia segera masuk ke dalam kamar mandi dan bersiap pergi. Niatnya untuk tidur dia urungkan karena teringat kembali hal yang membuatnya sedih. Semoga dengan jalan-jalan dia bisa melupakan semuanya.
*****
Sementara itu, di kantor Wily sedang pusing karena Nagita tidak bisa dia hubungi. Dari semalam dia menelpon gadis itu berkali-kali, bahkan pesan pun sudah dia kirim. Namun gadis itu tidak membalas nya.
"Nagita kemana sih, kenapa tidak ada kabar sama sekali." Gerutu Wily.
"Lo kenapa Wil?" tanya Seno. Dia adalah bawahannya di kantor. Sedangkan Wily menjabat sebagai manajer pemasaran atas rekomendasi dari Nagita. Yah, Wily memang memanfaatkan gadis itu untuk mencapai keinginan nya. Kalau bukan karena Nagita, belum tentu dia bisa berada di meja ini. Dia yang dulunya hanya seorang karyawan biasa mulai mendekati Nagita, hingga akhirnya gadis itu luluh dan selalu mengikuti kemauannya karena Nagita begitu mencintainya.
"Gue bingung banget Seno, Nagita gak pernah angkat telpon dari gue dari kemarin. Hari ini juga dia gak masuk kerja." Jawab Wily.
"Kalian berantem?"
"Nggak, kita baik-baik saja. Malahan kita sudah berencana ingin membicarakan masalah pernikahan kita."
"Mungkin dia sedang sibuk bro! Lo sabar aja, siapa tahu nanti dia ngabarin elo."
"Iya Sen! Tapi yang gue heran, gak biasanya dia kaya gini." Ucap Wily.
Wily kembali mengerjakan pekerjaan nya, namun dia tidak bisa pokus. Ingatannya terus tertuju kepada Nagita, gadis cantik yang berhasil dia taklukan. Namun dia mendekati Nagita bukan karena mencintai nya, tapi karena niat ingin menguasai kekayaan gadis itu. Secara dia tahu, jika gadis itu memilik orang tua yang kaya raya.
Walaupun dia masih punya dua orang kakak laki-laki, tapi Nagita adalah putri kesayangan dari orang tuanya. Bahkan dia bisa menikmati kehidupan dan fasilitas yang mewah semenjak berpacaran dan bertunangan dengan gadis itu. Namun Wily memang laki-laki yang tidak tahu diri, saat Sarah mendekatinya—dengan senang hati Wily melayaninya. Hingga akhirnya mereka berdua berhubungan di belakang Nagita. Bahkan hubungan nya dengan sarah lebih intim sampai mereka berbuat hal yang tidak seharusnya dilakukan.
Kini Sarah sedang mengandung anaknya, dan Wily di minta untuk bertanggung jawab. Untuk saat ini, Wily masih membutuhkan Sarah untuk mencapai tujuannya. Karena sejujurnya, dia tidak pernah mencintai Sarah. Baginya perempuan itu hanya sekedar pelampiasan untuknya. Sarah juga bisa di andalkan olehnya.
"Kamu kenapa sayang?" tanya Sarah sambil duduk manja di samping kekasih nya.
Saat ini keduanya sedang berada di apartemen milik Sarah. Mereka berdua memang kadang menghabiskan waktu bersama tanpa sepengetahuan dari Nagita.
"Apa kamu ketemu Nagita?"
"Kenapa malah bahas gadis itu sih?" kesal Sarah.
"Bukan begitu sayang, dati semalem dia tidak ada kabar sama sekali. Aku kan khawatir kalau dia kenapa-napa. Kita kan masih membutuhkan dia." Kilah Wily tidak ingin membuat Sarah marah.
"Kemarin pagi aku ketemu dia, saat aku tanya? dua hanya bilang tidak apa-apa. Tapi ada yang aneh, aku merasa kalau dia bersikap dingin. Aneh banget! kira-kira kenapa dia?" pikir Sarah.
"Aku juga tidak tahu."
Sarah lalu memainkan ponselnya, namun dia penasaran dengan ucapan kekasihnya tentang Nagita. Dia coba melihat Instagram milik gadis itu, Sarah terkejut saat melihat postingan milik Nagita. "Bukan nya ini pulau Bali ya?" gumam Sarah.
"Sayang! coba lihat ini. Bukannya ini di pulau Bali. Kita kan pernah ke sini berdua waktu itu!" ucap Sarah sambil menunjukan ponselnya.
Wily langsung melihat apa yang si ucapkan oleh Sarah. "Benar sayang! Apa sekarang Nagita sedang berada di Bali?" tanya Wily.
"Mungkin juga. Tapi mau ngapain dia ke sana sendirian, biasanya kalau kemana-mana dia selalu bawa kita berdua."
"Iya juga ya!"
Keduanya berpikir tentang apa yang terjadi dengan Nagita.
"Coba kamu komentar dia sayang!" titah Wily.
Sarah langaung mengomentari postingan milik Nagita. Namum tidak ada jawaban sama sekali. Sarah yang tidak sabar langsung menghubungi Nagita, dia ingin tahu apa benar jika saat ini dia sedang berada di Bali. Telpon akhirnya tersambung.
[Hallo Nagita, elo ada dimana sekarang. Wily sampai bingung nyariin elo.]
[Gue ada di Bali, ada urusan penting di sini. Gue juga mendadak ke sini, jadi gak sempat menghubungi dia. Udah dulu ya, gue lagi sibuk banget. Nanti gue telpon lagi.]
"Siapa sayang?" tanya Wily.
"Nagita." Jawab Sarah.
"Dimana dia sekarang?"
"Bali, katanya ada urusan penting dan dia pergi ke sana dadakan. Sudah, kamu tidak usah khawatir, dia baik-baik saja. Lebih baik kita bersenang-senang saja, mumpung tidak ada gangguan sayang." Ucap Sarah, sambil mengedipkan matanya.
Wily yang mengerti ucapan Sarah, langsung tersenyum. Dia segera membawa kekasih nya ke dalam kamar, malam ini Wily ingin melampiaskan kekesalannya karena sikap Nagita yang menurutnya aneh. Sedangkan Sarah, merasa bahagia, karena bisa memiliki laki-laki itu seutuhnya. Walaupun harus dengan cara menikung Nagita. Sarah sudah mencintai Wily dari sejak pertama kali bertemu dan dia tidak bisa menahan perasaan nya kepada Wily.
Nagita merasa bahagia dan nyaman dengan kesendirian nya saat ini, karena dia bisa mengekspresikan perasaan tanpa harus ada yang dia takutkan. Selama berhubungan dengan Wily, Nagita selalu mengikuti kemauan kekasihnya itu. Dia selalu ingin terlihat sempurna dimata Willy. Walaupun harus berperang dengan batinnya.
Kini Nagita sudah menyadari semuanya dan ingin berubah menjadi dirinya sendiri. "Indahnya," gumam Nagita. Sudah hampir tiga hari ini dia berada di Bali, hampir tiap hari dia berkeliling menjelajahi semua sudut tempat ini. Berkunjung ke pulau terdekat yang memang keindahan nya tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Tidak heran jika pulau ini begitu terkenal dan sering menjadi tujuan para pasangan yang baru menikah untuk berbulan madu.
Ngomong-ngomong tentang hal itu … Nagita juga pernah bermimpi bisa pergi honeymoon bersama Willy ke tempat ini. Tapi sekarang, mimpinya itu sudah hancur lebur. Bahkan Nagita baru tahu jika kekasih dan selingkuhannya itu pernah berlibur kesini berdua. Setelah kejadian itu, Nagita meminta seseorang untuk mencari tahu tentang keduanya. Banyak fakta yang membuatnya terkejut bahkan tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Nagita. Keduanya begitu lihai dalam melakukan segalanya hingga gadis itu tidak pernah curiga sedikitpun. Nagita menyadari kebodohannya selama ini, yang begitu mempercayai Willy dan Sarah.
Air matanya tiba-tiba saja turun, dia tidak bisa lagi menahan semuanya. Nagita bahkan mengingkari janjinya untuk tidak menangis lagi. Dia biarkan air mata nya mengalir, sakit hati yang dia rasakan terasa membuat dadanya sesak.
"Kenapa harus menangisi laki-laki brengsek itu!" ucap seseorang yang membuat Nagita menghentikan tangisannya, lalu melihat siapa yang bicara. Dia sangat terkejut saat melihat Damian berdiri di samping nya sambil menatap jauh masa depan.
"Ngapain elo di sini?" sinis Nagita kaget.
"Maaf jika aku mengejutkanmu. Apa kamu mau berbagi cerita dengan ku?" ucap Demian.
"Tidak terima kasih! Aku harus pergi." Sahut Nagita.
"Bagaimana kalau aku membantumu untuk membalas mereka berdua."
"Apa maksudmu?"
"Bukankah kamu datang ke sini untuk menghindari kekasih dan sahabat mu yang sudah berselingkuh."
"Siapa elo, beraninya mencampuri urusan gue?" geram Nagita.
Damian tersenyum, dia menyukai Nagita yang emosi seperti ini. Menurutnya gadis ini begitu menggemaskan. "Aku orang yang bersedia membantumu."
"Tidak! Terimakasih. Aku bisa melakukan hal itu sendiri. Permisi!" ucap Nagita yang kesal dengan sikap klien dari ayahnya itu.
"Lihat saja Nagita, aku akan membuatmu bertekuk lutut di hadapan ku." Batin Demian, menatap kepergian gadis yang mulai mengusik hatinya itu.
Nagita masuk ke dalam penginapan nya, lalu segera membersihkan tubuhnya. Setelah selesai dia lalu memesan makanan lewat online, karena dia sangat malas untuk beranjak keluar. Nagita menatap layar laptop nya, dia ingin mencari hiburan dengan menonton drama sepuasnya. Tiba-tiba layar ponselnya berdering, panggilan dari Willy tunangan nya. Dengan malas, Nagita mengangkat panggilan itu.
[Hallo sayang! Kamu kemana saja? kenapa tidak pernah menghubungi Nagita?"]
[Maafkan aku Mas, aku sedang sibuk dengan proyek baru dari papa. Jadi gak sempat nelpon kamu.]
[Aku merindukanmu sayang.]
Ucapan yang membuat Nagita rasanya ingin muntah.
[Aku juga Mas, lusa aku sudah kembali. Nanti kita ketemu di sana.]
[Baiklah.]
Nagita melempar ponselnya dengan kesal. Dia kembali menangis, jika saja dia bisa. Nagita ingin melemparkan laki-laki itu kelautan lepas suapaya di amkan olwh ikan hiu sekalian." Batin Nagita.
"Lo bodoh Nagita, mau aja dibohongin sama dia." Gumam Nagita lalu mengusap air matanya. Dia membuka pintu kamarnya, untuk mengambil pesanan yang sudah tiba. Tapi dia kaget, karena yang membawa makanan nya justru Demian, laki-laki yang menurutnya menyebalkan.
"Ngapain lagi lo ada di sini?" heran Nagita.
"Aku cuma kaget saat mendengar orang berteriak dan menangis. Takut kamu kenapa-napa." Tutur Demian yang sudah berdiri di depan Nagita, sambil menatap gadis yang hanya memakai pakaian mini itu. Ingin rasanya dia menarik gadis itu dan mengurungnya di kamar, supaya tidak ada yang melihat kemolekan tubuh gadis itu. Untung nya pengantar makanan itu sudah aku suruh pergi tadi." Batin Demian.
"Ngapain lo ngeliatin gue kaya gitu dasar mesum." Ucap Nagita lalu menutup pintu kamarnya dengan keras, membuat Damian terkejut.
Bruk!
"Buset tuh cewek kasar banget! Tapi gue suka." Gumam Damian lalu pergi dari sana.
Nagita merasa kesal karena ulah Demian. "Kenapa laki-laki itu bisa tahu gue teriak sih? Apa jangan-jangan dia ngikutin gue ya." Pikir Nagita sambil menatap sekeliling kamarnya. "Tapi gak mungkin, ini kan tempatnya terjamin keamanannya. Mana mungkin ada yang berani macam-macam di tempat ini." Gumam Nagita.
Nagita mulai memakan nasi goreng kesukaannya dengan lahap. Malam ini dia tidak ingin pergi kemana-mana. Cukup diam di kamar saja di temani drama yang dibintangi oleh artis idolanya.
Malam ini Nagita benar-benar melupakan kesedihannya, dia ikut larut dalam kebahagiaan saat menonton. "Coba gue punya cowok yang baik dan posesif seru juga ya kayaknya." Ucap Nagita tersenyum sendiri. Jam tiga pagi, Nagita baru tidur karena dramanya sudah berakhir. "Hem … sungguh ceritanya yang mengharukan." Gumamnya. Dia menutup kembali laptop dan menaruhnya di samping tempat tidur. Lalu mulai tertidur karena kantuk sudah menyerang nya.
Nagita terbangun karena ada telpon dari mamanya. Melisa menanyakan kapan dia akan pulang ke Jakarta, karena sudah hampir empat hari dia di pergi. Nagita langsung melihat jam di ponselnya, "Jam sepuluh, ya ampun ini kan sudah siang. Dia langsung berlari ke kamar mandi untuk cuci muka dan menggosok giginya. Dia keluar dari penginapan dengan memakai Hoodie berwarna hitam dan hotpants dengan warna senada.
Nagita berjalan menuju sebuah cafe dan memesan makanan untuk mengisi perutnya yang sudah keroncongan.
"Apa kamu baru bangun jam segini?" tanya Demian, saat Nagita duduk di belakangnya.
Gadis itu langsung melihat kanan kiri, mencari arah suara. "Lo ngikutin gue ya?" tanya Nagita saat melihat Damian.
"Kenapa memangnya?" ucap Demian balik bertanya.
"Perasaan lo itu ada mulu di sini." Jawab Nagita kesal.
"Mungkin kita berjodoh! lagipula ini kan tempat umum sayang." Canda Demian.
"Uek …! mimpi lo." Ujar Nagita, lalu mulai memakan sarapannya tanpa menghiraukan laki-laki yang sedang menatap nya. Roti bakar dengan selai coklat dan satu gelas susu, cukup untuknya sebagai pengganjal perutnya.
"Apa kamu mau ikut pergi bersamaku untuk menyelam?"
Nagita menghentikan kunyahan nya saat mendengar ucapan Damian. Kemudian dia menatap ke arah laki-laki yang ternyata sudah duduk di sampingnya. "Gue gak tertarik sama sekali sama ajakan elo itu. Lo cari aja cewek lain jangan gue." Ucap Nagita, lalu pergi meninggalkan Demian yang masih betah menatap nya.
"Cowok gak ada kerjaan banget sih," gerutu Nagita. Dia lalu menuju ke tepi pantai untuk mencari udara segar di sana. Nagita duduk di atas pasir sambil menatap lautan lepas di hadapannya. "Tuhan ... semoga aku bisa melalu semuanya." Batin Nagita.
*****
Willy melihat postingan Nagita, yang terlihat sedang menikmati liburan. "Sebenarnya dia itu mau nagapain dia pergi ke sana?" pikir Willy.
"Maaf Pak, Anda di panggil oleh Pak Direktur." Ucap sekretaris nya.
"Ada apa Sita?" tanya Willy.
"Saya tidak tahu Pak."
"Baiklah, aku segera menemui beliau!" ujar Willy. Lalu merapihkan mejanya dan keluar dari ruangannya. Willy masih belum tahu apa yang membuatnya di panggil oleh sang atasan.
"Permisi Pak, Anda memanggil saya." Ucap Willy sedikit gugup karena melihat tatapan calon mertuanya yang tidak biasa.
"Apa ada yang ingin kamu jelaskan Willy!" ucap Dion, sambil melempar sebuah map berwarna merah di mejanya.
Deg!
Willy tentu mengerti apa yang di maksud oleh atasan nya itu. Tapi sebisa mungkin dia berusaha untuk bersikap biasa.
"Maksud Bapak apa ya? saya tidak mengerti." Kilah Willy.
"Aku ingin tahu, kamu kemanakan uang yang kamu ambil dengan alasan dana fiktif itu. Jangan bilang itu semua mengalir ke rekening pribadimu."Cibir Dion.
"Anda tidak bisa menuduh saya tanpa bukti Pak Dion!" sergah Willy, tidak mau kalah.
"Semua bukti sudah jelas disana Willy, jadi kamu tidak bisa mengelak lagi. Aku tidak mau tahu, secepatnya kamu harus segera mengembalikan uang perusahaan yang sudah kamu ambil. Saya kasih kamu waktu selama tiga hari, kalau tidak ... aku bisa melaporkan hal ini kepihak yang berwajib." Ancam Dion, lalu menyuruh Willy keluar dari ruangannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!