"Rania maju ke depan!!! Sekarang sebutkan kerajaan-kerajaan di Nusantara beserta rajanya" ujar pak Nisham guru sejarah di SD Bintang Samudera.
"Mati gue Nis....gue semalam lupa hapalin" pekik lirih Rania sambil menatap Anisha teman sebangkunya yang sifatnya 11-12 dengannya.
"Haizzz loe tuh mah kebiasaan banget, kalo loe apes pasti selanjutnya gue ini" jawab Anisha yang tidak kalah paniknya sambil membuka buku sejarahnya dan berusaha menghapal sebisanya.
" Carolina Rania Adhitama kamu dengar bapak tidak??!!!! Cepat Majuuu!!!" Bentak pak Nisham.
Rania dengan memasang muka cengengesan andalannya segera maju ke depan.
"Ada lima kerajaan tertua di Indonesia teman-teman nomer 1. Kerajaan Kutai itu tahun 4 M dengan raja yang terkenal raja Mulawarman, sedangkan nomer 2 ituuuu..... kerajaan Tarumanegara itu pada tahun 4 M rajanya hihihi Rania lupa"
"Terus ya nomer 3 itu kerajaan Sriwijaya pada tahun 7M rajanya Rania juga lupa, sedangkan nomer 4 itu kerajaan Mataram kuno pada tahun 8 M, raja yang terkenal raja Sanjaya dan yang ke 5 itu kerajaan Majapahit pada tahun 13 Masehi dengan raja yang terkenal adalah raden Wijaya..... "
"Udah itu doang yang Rania inget hehehe terimakasih " terang Rania lalu menunduk setengah badan sebagai penutupan penjelasannya, seperti gayanya mbak-mbak atau mas-mas di drakor yang Rania lihat jika sudah selesai presentasi.
Pak Nisham hanya bisa mengusap dadanya sambil merapatkan sabar.....sabar ingat muridmu masih 10 tahun, masih kecil.
"Baiklah Rania, terimakasih.....lain kali kalo menghafal yang lengkap ya" ucap pak Nisham berusaha dilembutkan suaranya meskipun kesal sama tingkah polah tengil muridnya ini, lalu menyuruh Rania kembali duduk.
"Pak Nisham..... penjelasan Rania kurang lengkap pak....masih ada kerajaan Malingga kerajaan yang berdiri di tahun 485 Masehi dan raja yang terkenal adalah raja Cakra Bamantara" terang Ermanita yang terkenal sok pintar dikelasnya.
Rania hanya memutar matanya malas, mulai dech nenek julid kumat.
"Terimakasih Ermanita .....iya memang kerajaan Malingga tidak seterkenal kerajaan yang lainnya, tetapi sepak terjang raja Cakra Bamantara sangat hebat karena pada jamannya telah ditemukan ilmu astronomi, ilmu kedokteran yang menurut para arkeolog telah mengenal operasi seperti jaman modern, irigasi buat persawahan pun sudah ditemukan" terang pak Nisham panjang kali lebar.
"Iya tapi kejam dan sadis pak, semua saudaranya dibantai supaya bisa naik tahta, bahkan tega membunuh mertuanya untuk menguasai kerajaan dari mertuanya" ujar Dito yang memang sangat suka sejarah.
"Memang disemua jaman kerajaan perebutan tahta memang selalu terjadi Dito" jelas pak Nisham menenangkan emosi Dito.
"Sttt....Dit..loe kok tau banget? Loe baca dari mana?" Bisik Rania sambil mencolek Dito yang duduk di depannya.
"Ada bukunya Ni....loe mau baca???nich gue pinjemin" jawab Dito sambil memberikan bukunya ke belakang.
Rania menatap buku tebal milik Dito, yang berjudul Malingga the Lost Kingdom, disitu dijelaskan urutan raja-raja yang berkuasa berdasarkan penemuan prasasti dan beberapa kitab.
"Cieeee loe mau saingan sama nenek julid" ejek Anisha sambil menoel-noel hidung Rania yang tiba-tiba serius baca sejarah, padahal biasanya malas untuk pelajaran sejarah.
Rania langsung melototkan matanya ke arah Anisha " Berisik loe Sha!!!!....." Sambil menoyor kepala Anisha.
"Sha.....kenapa ketika mendengar nama kerajaan Malingga---- tiba-tiba gue sedih yee???" Gumam Rania sambil meraba dadanya yang entah kenapa gelisah dan sedih.
"Lebay loe Ni!!!" Ejek Anisha lagi.
Rania tidak memperdulikan omongan Anisha karena entah kenapa timbul rasa penasaran akan kerajaan Misterius itu.
Bagaimana tidak Misterius, sampai saat ini para ilmuwan tidak bisa menemukan letak pastinya dimana kerajaan itu berada.
Pada awalnya kerajaan ini dianggap hanya dongeng dari penulis kitab Waretha yang mereka temukan di reruntuhan dekat Kerajaan Tarumanegara.
Tetapi ketika kemudian ketika beberapa prasasti yang mereka temukan dari pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan,Bali, Sulawesi dan NTT para ilmuwan bisa memastikan bahwa kerajaan ini memang ada dan bukti penemuan prasasti tersebut menunjukkan bahwa kerajaan Malingga sudah terlebih dahulu menyatukan kerajaan Nusantara sebelum Majapahit meskipun tidak sampai Papua.
Meskipun begitu para ilmuwan arkeologi Indonesia dibantu ilmuwan dari mancanegara hanya bisa memastikan bahwa kerajaan ini berlokasi di pulau Jawa.
Para ilmuwan masih belum bisa menemukan bukti kenapa kerajaan sehebat itu bisa menghilang tanpa meninggalkan reruntuhan sedikitpun, entah kerajaan itu dimusnahkan karena kalah perang, ataupun hilang karena kerajaan ini diambil alih kerajaan lain sehingga namanya dirubah, sehingga banyak buku buku hasil tulisan para ilmuwan sebagai kerajaan yang hilang.
Rania yang membaca buku dari Dito sejak saat itu sering berdiskusi dengan Dito untuk membahas kerajaan Misterius itu.
Dito hanya bercerita dari banyak Kitab dan prasasti yang menuliskan sepak terjang sang raja Cakra Bamantara sangat jenius dalam taktik perang, ilmu pemerintahan, ilmu kedokteranpun berkembang pesat dijaman pemerintahan, Seni dan ilmu astrologi juga sudah ikut berkembang seperti d jaman modern, hal ini membuat para ilmuwan sangat takjub.
Tetapi seperti Raja kebanyakan pada jaman dahulu, dibalik kehebatan tersembunyi sisi gelap dari raja tersebut yaitu bahwa raja Cakra terkenal sangat kejam dan bengis, bahkan tega membunuh dua selirnya, dimana salah satu selir tersebut terkenal memiliki kecantikan yang membuat banyak wanita dijamannya iri, selir tersebut bernama Anantari .
Kisah kelam ini diceritakan disebuah kitab Mahapati yang ditemukan disebuah reruntuhan candi di dekat Sungai Comal, di Jawa Tengah.
"Anantari?????......" gumam Rania.
"Iya Nia...loe tahu?? Sebelum putri Anantari dibunuh, ayah ibunya dibunuh terlebih dahulu----itukan berarti membunuh mertuanya sendiri" ujar Dito yang tidak memperhatikan perubahan mimik Rania yang berubah sambil menekan dadanya yang entah kenapa terasa sangat sakit seperti ada pisau menancap didadanya.
"Kenapa dengan diriku?....kenapa semakin mendengar sejarah Kerajaan ini dadaku terasa sakit dan ada rasa marah, sedih?"
"Dan kenapa air mata ini tidak berhenti mengalir?" ujar Rania dalam hati yang mengusap air mata di pipinya dengan jengkel.
...Carolina Rania Adhithama putri tunggal keluarga Adhithama yang ketika kecil sangat bandel, ceria dan barbar....
...Surya Wicaksono setelah dewasa sudah tidak gendut lagi, calon suami Rania yang sabar, penyayang, mencintai Rania sejak kecil selalu ceria menghibur Rania sampai Rania dewasa....
...Gusti Sinuhun Cakra Bamantara, raja dari Kerajaan Malingga yang susah tersentuh dan tersenyum, meskipun sangat pandai tapi sangat kejam dan bengis....
...***...
...TBC...
...Prolognya gimana nich???? Suka gak?...
...Hallo bertemu lagi dengan Author Gesrek, semoga kalian suka cerita baruku ini ya🥰...
...Seperti biasa minta tolong di Like....Like...Vote dan Comment yah🙏🏻🙏🏻😘...
...Gumapta Chingu🙏🙏...
...Saranghae 😘😘😘...
"Mau sampe kapan kamu melajang Nia.....umurmu sudah 27 tahun, Emak sudah tua dan sudah sakit-sakitan" keluh Emak Nani Adhitama satu-satunya keluarga yang dimiliki Rania.
"Emaaak.....iiih,----- emak mah sehat gitu apalagi sudah Rania operasi jantung nenek"
" Lagipula mana ada Emak tua muka masih cantik gitu, kalo emak mauuuu---- masih ada brondong yang mau sama Emak" ujar Rania sambil cengengesan.
"Dasar Putu Edaaaan!!!!!" umpat Emak sambil memukuli tubuh Rania dengan menggunakan bahasa Jawa medok.
"Aduuuuuduuuh.....Mak sakiiiit" pekik Rania sambil mengusap punggung dan bahunya.
"Mesti loo kalo marah pasti pake bahasa Tarzan!!" omel Rania lagi.
"Tarzan bathukmu amoooh(*Tarzan Jidatmu basah itu umpatan dalam bahasa Jawa)....kamu ituu loooh persis kaya ayahmu dan Engkongmu lupaaa darimana asalnya, orang lahir di Jawa ya harus bisa bahasa Jawa!!"
"Iya....iya Emakku sayang, Rania paham bahasa Jawa dikit-dikit kok" ujarnya sambil masih cengengesan.
"Haaaaaah ...kamu mengalihkan pembicaraan emak toooh!!!" Omel Emak lagi.
"Hehehe....ketahuan, Mak bukannya Rania gak mau nikah....ha wong pacar aja kagak punya Rania tuch Mak...gimana mau nikah coba!!"" elak Rania sambil memasang muka polos....eh dipolos-polosin Ding 😁
"Gimana kamu punya pacar, meski mukamu cantiknya cetar membahana kaya ucapannya Syahrini, tapi gak pernah tuuuh senyum, kalo sama pria jawabnya cuman sekecap-sekecap gitu" omel Emak gemas.
Rania hanya menanggapi Omelan emaknya dengan memasang senyum Pepsodentnya.
"Ora sah mrenges-mrenges wae....sekarang Emak sudah mengambil keputusan kamu meh aku nikahkan sama Surya Wicaksono anakke Heru Wicaksono tetangga kita yang di Solo dulu itu...kamu masih inget tooh!!" Cerocos emak sambil melototkan matanya ke arah Rania
"Heeh????!!!! Surya Wicaksono??? Yang mana sich Neek????!!" Tanya Rania bingung sambil berusaha mengingat masa kecilnya di Solo dulu.
"Itu looo juragan Batik yang rumahnya Joglo kayu, yang dulu kamu sering ngejar-ngejar ayam miliknya Heru dikebun, yang punya pohon talok yang kamu panjati itu!!" Ujar emak penuh semangat.
"oooo..." Ujar Rania sambil meloading ingatannya yang mendadak lemot.
1 detik.....
2 detik......
3 detik.....
Naniiiiiiiiiik (ungkapan terkejut orang Jepang) Rania langsung teringat cowok gendut, suka ingusan yang selalu nurut kalo dia suruh-suruh.
"Emooooooh Mak.......ha cowok bulet ingusan jelek gitu kok mau dijadiin suamiku.....pokoknya Rania gak Mauuu!!!" Jawab Rania sewot.
"Weeeeeh.....sekarang ganteng yooo, mukae kaya Jimmy Lin" ujar emaknya gak terima cowok pilihannya dibilang jelek.
"Halah sopo itu Jimmy Lin Mak?? Rania itu targetnya suaminya kaya Lee Jong Suuk haaa itu baru ganteng paripurna Mak"
"Hassss mbuh, pokoknya besok Sabtu itu kamu libur tooh....mereka dari Solo mau nglamar kamu!!" Ucap Emak tegas
"Kalau kamu berani menolak, tak coret dari ahli waris ku dan KK keluarga Adhitama!!" Ancam emak lalu meninggalkan Rania yang kicep sambil menatap horor kearah emaknya.
'Waduuuuhhhh kalo Kanjeng Emak sudah bersabda gitu matilah akuu!! ' gumam Rania dalam hati sambil mengacak-acak rambutnya putus asa.
Mimpi apa semalam Gusti....udah dipaksa nikah----eeeh sama cowok gendut itu huwaaaaaaa tolongin istri hallunya Lee Jong Suk ini kabur.
Rania hanya bisa memijat keningnya yang semakin pening terlebih mengingat masa kecilnya dulu.
Flashback On
Maaa....kita ngapain ke solo?" Tanya Rania saat dirinya dijemput mamanya sepulang sekolah.
"Emak kangen pingin ketemu kamu, trus kata emak Uya kangen kamu" jawab Nindy Adhitama ibu dari Rania.
"Iiiih mama .....Nia gak suka ama Babi Uya" dengus Rania kesal teringat anak tetangga depan rumah emaknya.
"Raniaaaaa!!!! Kamu tuch yaa gak boleh manggil Uya babi, anak selucu dan sebaik Uya kamu panggil babi" ujar Nindy sambil melototkan matanya ke arah Rania.
"Hbisnya badannya gendut banget udah gitu ingusan pula euyyuh" jawab Rania sambil bergidik jijik.
"Pokoknya kamu gak boleh!!! Awas yah kalo mama masih denger kamu panggil babi"
"Terus Nia panggil apa dong??!!"
"Mas Uya ato mas Surya!!" Ucap Nindy lagi.
"Ya....ya....mah!!!" Jawab Rania seenaknya.
Rania dan mamanya segera bersiap untuk keberangkatan ke Solo sambil menunggu papanya.
Setelah papanya Rania pulang yang bernama Hernawan Adhitama, mereka berangkat ke solo naik mobil di supiri oleh sopir setianya pak Adam.
Selama perjalan Rania tertidur pulas, sehingga ketika dia bangun mereka sudah sampai solo di esokkan harinya.
"Masih lama pa?" Tanya Rania dengan suara serak khas bangun tidur.
" Tinggal masuk belokan itu, kita dah sampai kok" jawab Hernawan sambil mencium kening putri kesayangannya dengan lembut.
Saat sampe depan rumah emaknya, tampak Emak Nani Adhitama meskipun sudah tidak muda lagi wajah cantiknya tetap masih terlihat.
"Emaaaaakkkkkk" pekik Rania lalu meloncati tubuh ayahnya turun dari mobil.
"Raniaaaaa......yaaa ampuuuun jangan loncat!!!!" teriak Emak, Hernawan dan Nindy bersamaan karena melihat polah Rania yang sembrono.
Rania yang mendengar teriakan orang-orang yang disayanginya hanya cengengesan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Rania kemudian lari memeluk neneknya karena kangen, tetapi belum sampai ke neneknya, tubuh kecil Rania sudah dipeluk anak gemuk besar yang berteriak kegirangan.
"Nyeeeet Uya kangeeeeen!!!!" Pekik anak gemuk tersebut sambil memeluk tubuh Rania erat-erat.
"Bbbb-babiii.....engap bi....lepasin Nia" ucap Rania sambil berusaha keras melepas pelukan Surya.
"Hehe.....hehe....Uya kekerasan meluknya yah?....makanya Nyet makan yang banyak, jadi tubuhnya gak kecil, kurus kurang gizi gini" jawab Surya sambil nyengir dan melepas pelukannya.
Walaaaah....ini babiii, bener-bener kagak ada sopan-sopannya masak tubuhku dibandingin dengan tubuhnya yang super jumbo, ha yooo jelas kalah to ya.
Melihat tingkah polah dua anak yang sering ribut kaya Tom dan Jerry membuat semuanya tertawa.
"Gimana kabarnya Ko Hendra?" Sapa Satriyo Wicaksono sambil menyalami Hendrawan dan Nindy
""Seperti yang kau lihat kita semua sehat Sat" jawab Hendrawan sambil memeluk bahu Satriyo setelah memberi salam ke Emak dan memeluk Emak Nani.
"Cik Rania makin besar makin cantik yah, kaya Cicik dulu" ujar Fania sambil menggandeng tangan Nindy.
"Iya....makin bandel juga Fan, tiap hari ada saja ulahnya disekolah, pusing aku Fan" ujar Nindy sambil mengusap keningnya.
"Hahahaha....calon menantuku memang terlalu lincah dan terlalu cerdik" puji Fania.
Berbanding terbalik dengan kedua orang tuanya yang rukun dan damai , dua anak berbeda jenis kelamin itu masih aja meributkan segala hal.
Rania sekeluarga menginap dirumah emak di Solo selama satu Minggu, karena memang pada saat itu sekolah sedang libur setelah selesai ulangan tengah semester.
Malam hari sebelum kepulangan keluarga Rania, kedua keluarga mengadakan pesta barbeque, tampak Rania yang penuh semangat berlarian bolak-balik membawakan Emaknya jagung, sosis, ikan dan ayam yang sudah Nindy dan Fania bumbuin di dapur.
Sedang bagian laki-laki mendapat tugas membakar, termasuk Surya kecil.
Setelah dibakar mereka bersama-sama memakannya sambil saling bercanda.
"Nyet....besok beneran pulang Jakarta?"
"Iyalah Bi...besok Senin aku dah masuk, kenapa emang?" Tanya Rania sambil masih mengunyah sate.
Surya mengusap pinggir bibir Rania yang terkena saos sambal.
"Jadi cewek kamu ini kok makannya gak ada manisnya sich Nyet, ntar siapa yang mau nikahin kamu coba!!" Ucap Surya dengan muka watados (wajah tanpa dosa)
"Atuuu..maih kesil "ucap Rania sewot dengan mulut penuh.
"Kalau mulutnya penuh jangan ngomong dulu Nyet....jangan kuatir Nyet, besok aku akan menikahimu saat kita dewasa kelak" " ujar Surya dengan muka serius.
"Nia gak mau nikah ama Babiiii!!" Pekik Rania sambil melipat tangan didadanya.
"Kenapa?????emang Uya jelek?" tanya Surya gak terima.
"Karena Babi gendut.....coba kamu bayangin----" ujar Rania sambil menjeda ucapannya
" Aku bisa-bisa mati kegencet tubuhmu, apalagi kamu kalo tidur suka serampangan sampai aku sering kamu tendang jatuh.....pokoknya Nia gak mau nikah Ama Bi!!" Ujar Rania ngegas.
"Kalo Uya menjadi kurus, Nyet mau nikah ama Uya?" Tanya Surya penuh harap.
Rania mengedikkan bahunya.
"Nia gak yakin bi kurus.....gini aja Bi, kalo babi mengurus dan jadi ganteng Nia mau nikah Ama Bi....ingat jadi kurus dan ganteng yaa!!!" ujar Rania penuh nada peringatan
"Baik ......deal yaaah!!!! Kalo Uya jadi kurus dan ganteng Nyet harus nikah ama Uya selamanyaaa!!!!"ujar Surya penuh keyakinan
"Deal!!!!" Ujar Rania sambil mengulurkan tangannya sebagai tanda kesepakatan antara mereka berdua.
Pagi harinya keluarga Rania kembali ke Jakarta, biar sampai di Jakarta tidak kemalaman.Perjalanan semua berjalan dengan lancar, sampai di saat di tol Cipali, tiba-tiba dari arah belakang ada mobil melaju dengan kencang dan menabrak mobil keluarga Rania.
Mobil Rania menabrak pembatas jalan dan melenting dan terbalik berkali-kali sebelum meledak terbakar.
"Nyeeeeetttttt!!!!!" Pekik Surya yang tiba-tiba terbangun dari tidur siangnya dengan tubuh penuh dengan keringat.
Surya segera turun dari ranjang dan mencari ibunya di dapur.....
"Mi.......telpon Tante Nindy, mereka gak kenapa-kenapakan?" teriak Surya dengan nafas ngos-ngosan.
"Apaan sih Uya ...mereka jam segini paling dah sampai Jakarta, sedang menuju rumahnya ini" ujar Fania menenangkan anak semata wayangnya
"Iya ...tapi Uya merasa gak enak dech Mi...buruaaan telpon!!! pekik Surya makin panik.
"Haduuuuh ini anak...Yo wes Sik bentar mami ambil handphone mami dulu" ujar Fania lalu mengambil handphonenya dikamar.
Disaat Fania ingin memencet nomer Nindy tiba-tiba suaminya menelpon.
"Piyeee Pi....???"tanya Fania lalu terdiam mendengarkan ucapan Satriyo suaminya lalu menatap Surya yang semakin gelisah saat melihat maminya yang tiba-tiba menangis, lalu menutup telpon dan memeluk Surya.
"Uyaaaa.....gimana mami nyampain berita ini ke emak, keluarga Rania meninggal semua dikecelakaan di tol Cipali barusan" ucap Fania dengan suara bergetar.
"Tidaaaaaakkkkk!!!!!! Nyet dah janji bakal nikah ama Uya!!!!" Pekik Surya lalu terjatuh pingsan.
"Uyaaaaaa!!!!! Bangguuuuun Nak!!!! Mbooook!!!! Telponin bapak untuk pulang!!!" Teriak Fania panik.
...***...
...TBC...
...Gimana part ini ?...
...Sudah mulai suka gak?😁😁...
"Ndy....kamu gak papa sayang?.....Nia gak papa?" Tanya Hendra sambil menjauhkan kedua tubuh wanita yang sangat dia cintai dari rengkuhannya.
"Indy baik Ko.....Nia juga cuman pingsan" ujar Nindy lirih karena menahan rasa sakit karena kakinya terjepit.
"Pak Adam itu gimana Ko?"
"Kelihatannya Tuhan sudah mengambilnya Ndy...." Jawab Hendra sambil berusaha membuka pintu mobilnya.
Setelah terbuka, Hendra segera menggendong tubuh ringkih putri kecilnya untuk keluar.
"Ndy.....tunggu bentar yah, aku bawa Nia ke tempat yang aman" ujar Hendra yang kemudian dengan menahan sakit kepala dan punggungnya yang terkena benturan berkali-kali karena melindungi tubuh istri dan anaknya.
Setelah menaruh tubuh Rania di tepi jalan yang dirasa aman, Hendra segera kembali berdiri meski beberapa kali hampir terjatuh karena pandangan matanya beberapa kali kabur terkena darah yang mengucur dari luka di keningnya.
Hendra melihat bahwa tangki bensin terlihat bocor, segera dia bergegas mendekati tubuh istrinya sambil berusaha mengeluarkan kaki sebelah kiri Nindy yang terjepit oleh kursi depan.
"Ko....kita tunggu orang untuk ngeluarin kakiku....Koko istirahat terlebih dahulu" ujar Nindy yang melihat darah mengucur dari kening Hendra dan punggung Hendra.
"Gak bisa Nin....kita harus segera kelar dari mobil ini sebe...." Hendra belum sempat menyelesaikan ucapannya tiba-tiba.....
BOOOOOM !!!!! Duaaaaaaaaar!!!
Tubuh Hendra terpental jauh dari mobilnya yang meledak.
"Nnn-nia......maa-aaaf!!" Ucap Hendra lirih sambil melihat tubuh putrinya yang masih terbaring pingsan di pinggir jalan sebelum akhirnya menutup mata untuk selamanya.
^^^
Arman berlari di lorong RS Sumber Waras, setelah mendapat kabar dari kepolisian berita mengenai kecelakaan yang menimpa keluarga sahabatnya.
Saat berdiri didepan kamar mayat, Arman ditemui oleh seorang dokter dan beberapa polisi yang tadi menelponnya.
"Dengan bapak Arman ya?" Tanya seorang polisi.
"Iya....saya Arman Wijaya saudara bapak Hendrawan Adhitama, Aaa-apakah benar saudara saya satu keluarga meninggal semua?" Tanya Armand dengan suara bergetar.
"Perkenalkan saya dengan kapten Benny Simanjuntak, saya dan bawahan saya yang pertama datang ke lokasi dan melakukan evakuasi keluarga Bapak Hendrawan"
"Pada saat sampai ditempat kami menemukan 2 jenasah terbakar didalam mobil yang kami perkirakan Ibu Nindya Adhitama di kursi bagian belakang dan sopir keluarga Adhitama di bagian kemudi, sedangkan tuan Hendrawan Adhitama meninggal tak jauh dari mobil."
"Bbb-bagaima dengan putri mereka? Dimanakah jenasahnya?" tanya Arman dengan suara terbata.
"Putri mereka meskipun banyak luka dan memar disekujur tubuhnya, tetapi dia selamat.... kelihatannya tuan Adhitama sempat menyelematkan putrinya sebelum mobil mereka meledak" jawab kapten Benny.
Arman segera luruh terduduk dilantai sambil menangis.
Setelah Arman sudah menguasai kesedihannya, dia kembali bertanya ke Kapten Benny
"Rania sekarang dimana Kapt?"
"Rania ada di kamar perawatan pak Arman, dan masih belum sadar..... mari ikut kami" ujar seorang dokter yang sejak tadi bersama Kapten Benny.
"Pak Arman....anda tidak menengok jenasah sahabat anda terlebih dahulu?" tanya kapten Benny.
"Rania lebih penting kapten, saya khawatir nanti saat dia sadar.....tidak ada yang menemani" ujar Arman kemudian mengikuti dokter yang bernama dokter Indra.
.
.
.
Rania terlihat tertidur dengan infus yang terpasang di tangan kanannya, beberapa luka sudah dibersihkan dan ditutup perban, tampak dipelipis kanan dan di kaki sekirinya.
"Bagaimana kondisi Rania dok? Kenapa dia belum sadar?" Tanya Arman sambil menggenggam tangan Rania.
"Adik Rania tidak mengalami luka serius pak Arman, hanya beberapa luka lebam dan goresan disekujur tubuhnya, dik Rania mungkin sekitar satu jam dan dua jam lagi akan sadar menurut perkiraan kami" jelas dokter Indra.
"Baik dokter Indra, terimakasih " ujar Arman sambil tetap memandang arah Rania.
Dokter Indra yang merasa tugas menjelaskan kondisi pasiennya sudah selesai, dan tidak dibutuhkan lagi maka dia mengundurkan diri keluar dari kamar.
"Nia.....cepat sehat ya sayang, jangan khawatir ada paman Arman disisimu, akan kujaga kamu sayang seperti putriku sendiri......paman janji sayang" ujar Arman sambil mencium tangan Rania yang masih dia genggam.
Kriiiing......Kriiiing......
Arman melepaskan tangannya dari tangan Rania kemudian mengangkat telpon dan berjalan keluar kamar, takut mengganggu Rania.
Sesaat Arman menutup pintu, secara perlahan terjadi pergerakan kelopak mata Rania, meskipun secara perlahan tapi pasti kedua mata Rania terbuka...
Pada awalnya Rania kebingungan dengan kondisi dan keberadaannya, tetapi beberapa ingatannya kembali dia dapatkan membuatnya menangis dalam diam....
Ingatan dimana dia melihat mobilnya meledak dan melihat tubuh ayahnya terpental dan melihat ayahnya sebelum meninggal menatap dirinya, pada saat itu Rania ingin berlari ke arah ayahnya, tetapi tidak bisa menggerakkan seluruh badannya dan kembali tidak sadarkan dirinya.
Rania semakin menangis, saat mendengar pamannya Arman memberi perintah bawahnya untuk persiapan pemakaman kedua orang tuanya dan menjemput emaknya yang sudah dalam perjalanan menuju Jakarta.
Arman terkejut saat membuka pintu kamar rawat Rania, melihat Rania yang sudah terduduk sambil menunduk dengan bahu yang bergetar karena menangis.
Arman segera bergegas dan merengkuh tubuh ringkih kecil Rania dalam pelukannya, membiarkan Rania menangis dalam diamnya sampai dia puas, tak ada kata yang bisa Arman katakan karena tidak ada kata yang saat ini bisa menghibur Rania.
Setelah tangisan Rania reda, tampak Rania tertidur karena terlalu capai. Arman membaringkan tubuh Rania dengan perlahan ke ranjang rumah sakit.
Tepat jam 8 malam, pintu kamar Rania terbuka dan tampak Emak Nani, Fania dan si kecil Surya berjalan masuk mendekat ke arah Rania yang masih tertidur.
"Apakah Rania sudah sadar Man?"
"Sudah Mi.....dan Arman rasa dia juga tau bahwa papa dan mamanya sudah meninggal karena saat sadar tadi, dalam diam dia menangis .... Dan karena terlalu capai dia akhirnya tertidur Mi" jelas Arman ke Emak.
Emak hanya bisa duduk disamping Arman,
"Man....apakah ini murni kecelakaan?"
"Arman sedang menyelidikinya Mak....tetapi Mami harus seharus segera menenangkan para pemegang saham, dan para pekerja ....berita ini pasti akan mengguncang perusahaan Adhitama." Jawab Arman.
"Kasihan cucuku, bagaimana dia nantinya memegang perusahaan Adhitama Corp......"
"Kenapa Tuhan mengambil Hendra terlalu cepat disaat putrinya masih terlalu kecil" ucap Emak lirih sambil menangis.
"Mi.....Arman tahu, Arman bukan anak kandung mami, tetapi percayalah Mi Arman akan selalu disamping Mami dan mendampingi Rania dalam mengurus perusahaan Mami"
"Kamu bilang apa sich Man.....kamu dan Satriyo sudah Mami anggap putra Mami sendiri, bahkan dari dulu mau Mami masukkan dalam KK keluarga Adhitama, tetapi kalianlah yang berkeras tidak mau" jawab Emak Nani sambil memegang tangan Arman erat.
"Makasih Mi..... makasih" jawab Arman segera memeluk sayang tubuh wanita yang selalu dikenal Arman adalah wanita tegar dan kuat, tetapi saat ini terlihat sangat rapuh dan tua dalam sekejap mata ketika kehilangan satu-satunya putra kandungnya.
"Satriyo mana Fan?" Tanya Arman.
"Mas Satriyo baru ikut polisi untuk mengidentifikasi jenasah Ko Hendra dan Cik Nindy, karena mas Arman tidak mau meninggalkan Rania" terang Fania.
"Mak ....." Tiba-tiba terdengar suara Rania lirih.
"Nia kesayangannya Emak......Nia cucu kecilku yang malang" ujar Nani sambil memeluk erat cucunya yang menangis saat melihat emaknya
"Kenapa Nia selamat sendiri Mak harusnya Nia ikut sama papa dan mama.....Nia lihat saat mobil meledak...."
"Nia lihat tubuh Papa terpental dan penuh darah....."
"Nia gak bisa bangun Mak.....harusnya Nia bisa menolong Papa ..." Ujar Rania sambil menangis mengeluarkan bebannya.
"Stttt....Nia jangan bilang gitu, Nia harus tetap hidup demi Emak dan demi melanjutkan pengorbanan yang papamu lakukan untuk menyelamatkan dirimu" ujar Nani yang berusaha kuat demi cucunya yang sangat terpuruk.
Semua orang yang berada dikamar ikut menangis melihat keluarga yang biasanya ceria dalam semalam kehilangan semua orang yang dia sayang.
Arman yang sudah tidak tega melihat itu semua segera keluar, diikuti Fania yang juga menarik Surya yang melihat sahabat kecilnya hanya bisa terdiam.
'Nyeetttt.....tunggu aku yah, saat aku sudah besar dan kuat, aku akan selalu melindungi mu dan mengembalikan keceriaan mu lagi'janji Surya dalam hati sebelum menutup pintu kamar Rania membiarkan cucu dan nenek itu meluapkan semua tangisnya.
Setelah urusan administrasi rumah sakit, dan kepolisian selesai, jenasah Hendrawan, Nindy dan pak Adam segera dibawa pulang kerumah, diikuti Rania yang memaksa ikut pulang, meskipun dokter melarang karena masih mau memulihkan mental Rania, tetapi Rania bersikeras untuk mendampingi jenasah papa mamanya pulang ke rumah
Rumah Rania yang biasa hangat dan penuh keceriaan saat itu sudah dipenuhi para pelayat, semua pegawai Adhitama tumpah ruah ikut menangisi Hendrawan karena ayah Rania tersebut adalah seorang atasan yang sangat baik dan menganggap pegawainya adalah keluarga sendiri.
Rania hanya berjalan memasuki rumah dengan tatapan kosong, bahkan saat menerima ucapan belasungkawa dari semua orang, Rania yang biasanya tertawa ceria, sekarang yang ada tatapan kosong tanpa ekspresi.
Bahkan disaat pemakaman kedua orang tuanya, dengan tegar, Rania berdiri tegap mendampingi Emaknya yang beberapa kali pingsan.
"Pa ...Ma.... beristirahat lah dengan tenang yah, Emak dan perusahaan yang Papa dan Engkong bangun dari nol akan Rania jaga" ucap lirih Rania saat semua pelayat sudah meninggalkan pemakaman San Diego Hills.
Hujan mengguyur tanah pemakaman seperti menunjukkan bahwa langitpun ikut menangis karena kehilangan sosok Hendrawan dan istrinya yang sangat baik.
"Nia ..ayo pulang," ajak Arman sambil mengulurkan payung diatas tubuh Rania yang mulai basah.
Rania hanya mengangguk dan berjalan tegak mendahului Arman menuju mobil yang sudah menunggunya milik keluarga Wicaksono.
Tiba-tiba datang seorang nenek-nenek memakai kebaya bludru warna hijau emerald, rambut disanggul Jawa, dan memakai jarik berlatar putih seperti jarik khas dari Yogyakarta.
Meskipun sudah tua, tapi wajah cantik dan wibawanya masih tampak di dirinya.
Nenek tersebut mendekat ke Rania kemudian memegang tangan Rania lembut sambil tersenyum nenek tersebut berkata.
"Akhirnya putri dengan darah naga dan lahir di hari Senin Wage telah lahir....."
"Banyak anugerah, kehebatan dan kejayaan menyertai seorang putri Naga, tetapi akan banyak tangisan, penderitaan yang akan putri tanggung sepanjang hidup putri karena itu adalah kutukan seorang putri Naga"
"Kutukan itu akan menghilang disaat putri bertemu seorang raja Naga, seorang yang memiliki segalanya tetapi juga memiliki kutukan yang menyertai dirinya" terang nenek tersebut.
"Putri harus kuat dan tegar sambil menunggu dimana putri akan bersatu dengan raja Naga" ucap sang nenek sambil mengusap pipi Rania lembut.
Belum sempat Rania dan Arman menanggapi ucapan nenek cantik tersebut secara perlahan nenek tersebut memudar lalu mulai tembus pandang dan kemudian menghilang didepan mata mereka.
"Oooom.......iii--itu tadi apa???" tanya Rania dengan suara bergetar ketakutan dan memeluk Arman yang juga masih sama-sama terkejut dan bengong.
Ya iyalah takut, gimana nggak takut yah tiba-tiba orang yang barusan bicara didepan mata tahu-tahu wuzzzz hilang.
"Apa tadi itu hantu oom?!!!" ucap Rania kemudian lari secepat kilat keluar dari makam diikuti Arman yang tidak bisa berkata apa-apa ikut lari mengejar Rania.
Oooh ayolah meskipun tubuh Arman segede gaban kalau musuhnya mahluk tak kasat mata, jelas saja nyalinya auto menciut,.
Arman lebih baik melawan para Preman berwajah garang, dibandingkan nenek cantik barusan.
...***...
...TBC...
...Kalau kalian jadi Rania kalian gimana yah????🤭🤭...
...Kalau Author jelas aja langsung ngibrit kabur🤣🤣🤣...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!