Kisah seorang gadis mandiri yang memiliki keberuntungan dalam hidupnya.
Miranti,gadis anggun nan cantik ini berumur 24 tahun.
Ia seorang diri merantau karna miranti memilih melanjutkan penndidikannya di lain kota.
Jauh dari tempat kelahirannya.
Gadis berambut lurus pirang ini memilih jauh dari kedua orang tuanya karna ingin mandiri.
Ia pun bermaksud ingin mencari kerja untuk meringankan beban orangtuanya.
Miranti tak seperti anak gadis pada umumnya yang kebanyakan setelah mereka lulus SMA langsung ingin kerja.
Tapi miranti justru memilih melanjutkan pendidikannya.
"Emangnya gak capek apa otaknya mikir terus."ujar ketus teman Miranti.
"Prinsip orang tuh beda-beda guys,kalau gua sih masih kepengen ngajakin otak gua mikir."jawab ketus Miranti.
Ya! Teman Miranti yang mengetahui kala itu ia akan melanjutkan kuliah di lain kota,seperti merasa tersaingi.
Padahal Miranti tidak ada niat buat bersaing.
Tapi temannya itu merasa dirinya disaingi oleh Miranti.
"Jangan di dengerin Mir,orang sirik tanda tak mampu."Celetus Uci teman Miranti.
Miranti tak menyangka temannya mempunyai sifat seperti itu.
Perasaan aku gak pernah punya masalah sama dia deh,kenapa tiba-tiba dia merasa di saingi ?
Gumam Miranti,merasa heran.
Teman sekolahnya bahkan tak banyak yang tau kalau Miranti nanti bakalan melanjutkan pendidikan dengan kuliah di kota lain.
Saat ini Miranti hanya tinggal menunggu ijazah kelulusannya keluar.
Ia sudah banyak browsing tentang beberapa tempat kuliah di kota yang Miranti inginkan.
Tak ingin merepotkan kedua orang tuanya,Miranti yang beberapa kali sudah berkunjung di kota Bandung di temani Uci teman sekolahnya di SMA itu.
Ya ! Bandung kota tujuan yang di pilih Miranti untuk melanjutkan pendidikan.
Jauh-jauh di mana sebelum Miranti mendekati kelulusan SMA nya,Anton dan Suryani sudah menyuruh Miranti untuk memilih kota mana yang akan dia mau untuk menimba ilmu nanti.
Anton adalah bapak Miranti,dan Suryani adalah ibu Miranti.
"Kamu pilih sendiri nak,mau kuliah di mana yang pasti sreg dan nyaman buat kamu nantinya."ucap Anton pada putrinya.
"Aku udah coba browsing pak beberapa kota,dan pilihanku jatuh di kota Bandung."jawabnya sambil tersenyum manja.
Ya! Miranti adalah anak bungsu dari Anton dan Suryani.Mereka 3 bersaudara.
Anak no.1 Laki-laki dan dia sudah menikah.Tapi belum di karunia keturunan.
Anak no.2 perempuan sudah menikah juga.Sudah mempunyai anak 1 laki-laki.
Anton dan Suryan sudah menjadi kakek dan nenek.
Mereka masih punya tanggung jawab yakni pada Miranti.
Anak bungsu yang begitu manja pada Anton dan Suryani.
Dalam sepi malam hari,Anton merenungi nasib anaknya no.1 yakni Ikbal yang sampai saat ini belum juga mempunyai momongan.
Sudah hampir 5 tahun ikbal menikah dengan istrinya Sisil.
Dulu sudah sempat mereka cek up ke dokter.
Memastikan bahwa tidak ada yang bermasalah antara mereka berdua.
Hhhmmm...Mungkin memang belum waktunya mereka memiliki momongan.
Ucap lirih Anton.
"Ngapain disini sendirian pak?".ucap Suryani pada Anton.
"Ngapain lagi buk kalau gak lagi mikirin nasib Ikbal sama Sisil."Jawabnya dengan nada sedikit lesu.
"Sudahlah pak,semua sudah ada yang ngatur.Doa kan saja yang terbaik untuk anak-anak kita."Jawab Suryani yang menenangkan Anton agar tidak kepikiran yang aneh-aneh.
"Sudah ayo masuk,angin malam tidak baik untuk kita yang sudah berumur ini."Tambahnya.
Miranti yang sedang berada di Bandung di temani Uci temannya.
Uci menemani Miranti yang sedang survei ke kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
Ya ! salah satu kampus incarannya di kota Bandung.
Selain suasananya yang sejuk,makanan yang banyak Miranti sukai menjadi salah satu faktor ia memilih kota Bandung.
Namun tujuan pertamanya tetap Menimba Ilmu.
Miranti akan mengambil jurusan Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis.
"Bagus banget ya Mir kota Bandung di malam hari."ucap Uci pada Miranti yang sedang berada di balcon hotel tempat dimana mereka bermalam.
"Ini juga salah satu alasan kenapa aku pengen banget kuliah di Bandung ci,ya karna suasananya adem gitu,cakep lagi."ujar nya.
Miranti dan Uci sedang turun ke bawah untuk kuliner karna perut mereka sudah mulai lapar.
"Auwww....Gimana sih kok gak liat-liat jalannya."sambil menahan sakit bagian pundak Miranti.
Ya! Sosok laki-laki yang tak sengaja menabraknya di depan pintu keluar masuk hotel tersebut.
Mateo,nama laki-laki itu.
"Maaf ya mbak,saya buru-buru jadi gak ngeliat ada mbak di depn saya.".
"Sekali lagi maaf ya mbak."Tambah Mateo meminta maaf pada Miranti.
"Hati-hati dong mas!".keletus Uci.
Mateo melanjutkan langkahnya tanpa menganggap kata-kata Uci barusan.
"Yeeeee...Langsung kabur tuh orang!".ketus Uci dengan sewot.
"Udah-udah ci malu ah diliatin orang."Tukas Miranti.
Terkesan dingin dan sedikit cuek.
Mateo yang memang sedang di tunggu papanya Hermawan,untuk mendampingi papanyameeting di gedung hotel tersebut.
"Sakit banget ci pundak aku."Ujar nya sedikit meringis kesakitan.
"Jelas sakit Mir orang tadi dia keburu-buru sambil lari."Saut nya.
"Kayak di kejar rampok aja tuh orang."tambahnya.
Miranti dan Uci melanjutkan jalan nya menuju depan hotel.
Mereka jalan kaki menyusuri pinggiran jalan untuk memulai aksi berburu makanan.
Miranti dan Uci mereka duo gadis yang pecinta makanan kekinian.
Makanan apa yang sedang viral pasti mereka langsung gercep.
Hampir 15 Menit mereka jalan,akhirnya mereka berhenti di tenda makan seperti pecel ayam penyetan namun dengan sambal yang unik.
Mereka tertarik untuk mencobanya.
Duduklah mereka di warung tenda tersebut dan memesan menu makanan yang sudah mereka pilih.
"Bebek Bakar dengan sambal dabu-dabu dan minumnya Milkshake stroberry dua porsi ya bang."Ucap Miranti pada abang-abang pecel ayam tersebut.
"Ok ditunggu ya neng."jawab penjualnya.
Sembari menunggu pesenan mereka datang.Uci asik scroll media sosialnya dan Miranti yang asik juga dengan ponselnya.
"Masih sakit Mir?".tanya Uci.
"Masih sedikit ci."
"Cowok walaupun dia kurus tapi kekuatannya super juga ya."Ucap Uci sambil ketawa renyah.
"Jangan salah ci,justru kecil-kecil berotot tau."Jawa nya.
Ngobrol dengan enak dan santai tiba-tiba saja ada cowok yang datang dan duduk teapt di depan meja Miranti dan Uci.
Uci yang menyadari kedatangan cowok itu.
"Lah! Itu bukannya cowok yang tadi nabrak kamu Mir?"ucapnya sambil mengerutkan dahinya.
Mira yang masih setengah berfikir,akhirnya ....
"Ehh iya ya ci,ketemu lagi disini."
Mateo yang belum menyadari bahwa cewek yang di belakangnya itu adalah cewek yang tadi ia tabrak pundaknya di depan hotel,nampak biasa saja dan tidak terkejut.
Memang bagi Mateo kejadian tadi tidak sengaja dan ia tidak begitu memerhatikan Miranti dan Uci.
......................
"Kamu masih betah gak ci disini?".Tanya Miranti pada Uci.
"Betah mah betah Mir,tapikan disini kita butuh biaya,gak mungkin kan kita yang tidak punya penghasilan hanya diam saja disini liburan terus-terusan."jelas Uci.
Tentu saja,Miranti dan Uci yang baru saja lulus belum kerja dan memiliki penghasilan.
Tidak mungkin akan berlama-lama di Bandung dan menginap di hotel berlama-lama.
Pastinya akan memakan biaya yang cukup banyak.
Miranti hanya sedang bercanda pada Uci saja.
Karna Uci gak pernah menanyakan kapan pulang ke Rumah.
Miranti pikir Uci betah di Bandung sampai-sampai lupa.
Tidak banyak teman se angkatan Miranti yang lanjut ke kuliah.
Hanya beberapa saja,kebanyakan memilih untuk kerja karna terkendala dengan biaya.
Beruntung Miranti orang tuanya memiliki beberapa sawah dan kebun di Tanah kealhirannya itu.
Jadi orangtua Miranti sudah menyiapkan biaya untuk pendidikan anak-anaknya.
Hanya ada 3 teman yang melanjutkan kuliah dan di kota yang sama.
Namun di kampus yang berbeda-beda dan jurusannya pun tidak sama.
Tak terasa malam ini malam ke dua mereka menginap di hotel itu.
"Dingin banget Mir,enak kali ya kalau minum yang anget-anget gitu."bujuk Uci yang ingin keluar cari minuman yang anget.
Baru juga keluar dari kamar hotel.....
"Eehhh.... Maaf..Maaf pak,saya gak sengaja."ucap spontan Miranti.
Karna terburu-buru sosok laki-laki berumur 58 tahun itu tak sengaja menabrak Miranti yang baru saja keluar dari kamar hotel.
Pak hermanto,dia salah satu investor yang menanamkan sahamnya di Hotel tersebut.
Hermanto orang tua dari Mateo,laki-laki yang kemarin menabraknya di depan pintu hotel.
"Saya yang minta maaf nak."ujarnya.
"Saya buru-buru jadi gak tau kalau ada kamu di depan saya."tambah Hermawan.
Dan terlihat Mateo tepat di belakang Hermawan.
Mereka sedang menginap di hotel itu juga.
"Lah..dia lagi ! Gumam Miranti.
"Kok dunia serasa sempit,hampir dua hari berturut-turut ketemu dia lagi."tambahnya dalam hati.
Seketika Miranti terdiam dan merasa heran.
"Mungkin kebetulan kali ya."Gumamnya lagi.
"Pah...ayo! kita udah ditunggu di loby."ajak Mateo pada Hermawan.
Mateo adalah anak semata wayang Hermanto.
Duda yang di tinggal meninggal istrinya sejak 8 tahun silam.
Dan hanya memiliki anak 1 yakni Mateo.
Hermawan adalah pebisnis tajir yang banyak menanam saham di beberapa perusahaan termasuk Hotel tersebut.
Ya! Tentu saja Mateo adalah pewaris tunggal kekayaan Hermanto.
Maka dari itu Mateo sering diajak Hemawan meeting dan bertemu dengan clean di luar kota maupun di dalam kota.
Sekaligus mengajarkan berbisnis pada anak semata wayangnya itu.
"Oh.. Gapapa pak saya juga minta maaf tidak hati-hati.silahkan lanjut jalannya pak mas."ucap Miranti pada Hermawan dan Mateo.
Karna melihat mereka yang terkesan terburu-buru makannya Miranti tidak banyak melontarkan kata-kata.
"Wah.. Wah...wah,Mir."Bisik Uci didekat telinga Miranti.
"Udah berapa kali tanpa di sengaja Mir kamu bertemu dengan tuh cowok."Tambah Uci.
"Ihh.. Kamu apaan si ci."elak Miranti.
"Kebetulan aja itu."tambahnya.
Mereka pun keluar dari hotel menuju pinggir jalan depan hotel.
Yang memang kebetulan pagi sampai malam jalanan itu memang ramai pedagang makanan dan minuman.
Miranti yang masih kepikiran dengan Mateo,sepanjang jalan tak fokus dengan apa yang Uci bicarakan.
Sesekali Uci menepuk bahu Miranti yang sedang melamun sambil berjalan itu.
"Aduh! Kamu ini apa-apaan si ci.sakit tau ! "tegas Miranti.
"Abis kamu dijalan ngelamun si Mir,bahaya loh."jawab Uci dengan rasa heran.
"Iya.. Iya."jawab singkat Miranti.
"Itu cowok kenapa kelihatan dingin banget ya sama cewek,padahal kan sempat kemarin kita tabrakan,dan tadi juga ketemu kebetulan bapaknya yang nabrak.Tapi kok kayak gak ada pikiran tanya beberapa kali gak sengaja ketemu gitu."gumam Miranti.
"Ah kenapa malah kepikiran tu cowok sih !"tambahnya dalam hati.
Mateo yang mempunyai sifat dingin karna memang dia jarang sekali berinteraksi dengan cewek.
Bahkan dulu di sekolahnya banyak yang ingin dekat dengan Mateo namun Mateo tidak meresponnya.
Bicara dengan cewek jarang dan hanya seperlunya saja kalau pun pernah.
Kebanyakan teman Mateo itu cowok.
Dia mempunyai club motor karna memang cukup hoby mengendari Moge.
Di dukung oleh orangtua nya yang mampu memfasilitasi Mateo untuk memiliki Moge tersebut.
Namun,walaupun dia anak orang kaya tapi tidak menonjolkan kekayaan yang dimiliki orangtuanya.
Karna semua orang tau dan mengenal siapa Orangtuanya,tidak banyak cewek yang mendekati hanya ingin ikut merasakan fasilitasnya saja.
Maka dari itu Mateo belum pernah sama sekali memiliki kekasih.
"Woiilahh...Ngelamunin apa si neng."Tegur Uci yang di buat heran dengan tingkah Miranti.
Sepanjang jalan hanya diam fokus kedepn tanpa celotehan yang biasanya bercanda receh dengan Uci.
"Perasaan setelah kejadian tadi lu ngelamun mulu si Mir?"tanya Uci.
"Ah gak juga ci."tungkasnya.
"Ayok ah kita mau makan minum apaan ini...".Ucap Miranti yang ingin mengalihkan pembicaraan uci.
Benar saja,Miranti yang sejak tadi kepikiran dengan sosok Mateo.
Seperti ada rasa penasaran terhadap cowok dingin itu.
Akhirnya Miranti dan Uci berhenti di waeung wedang ronde.
Cocok dengan cuaca Bandung malam itu yang sangat dingin.
Apalagi mereka pendatang yang belum terbiasa dengan cuaca dingin kota Bandung.
Seperti berada di pucuk salju.
Pmandangan yang indah nan cantik dengan gemerlap lampu merah kuning.
Jalanan yang padat karna banyak orang berlalu lalang berburu makanan.
Kota yang tidak pernah sepi.
Ya !selalu ramai dengan pendatang dari berbagai kota bahkan turis juga.
Miranti dan Uci yang sedang menikmat se mangkok wedang ronde di kejutkan kembali dengan sosok laki-laki dingin itu.
Ya ! Benar saja,Mateo.
Lagi dan lagi Miranti bertemu dengan Mateo.
Tentunya tanpa di sengaja lagi.
Semesta memang mensukung mereka untuk sesering mungkin bertemu.
Bandung begitu luas,namun mereka dua hari berturut-turut bertemu dengan tidak sengaja.
"Astaga Mir! Berapa kali kalian bertemu sejak kemarin iru?".tanya Uci pada Miranti.
Miranti yang melongo melihat sosok laki-laki dingin itu menuju arahnya.
Entah memang Mateo sedang mencari makanan juga atau gimana yang jelas lagi dan lagi mereka di pertemukan dalam satu tenda.
Mateo yang mengarah ke waeung wedang ronde tempat Miranti dan Uci sedang menikmati wedang tersebut.
Duduk dan memesan 2 porsi wedang ronde untuk nya dan sang papa Hermawan.
Hermawan yang menyadari keberadaan Miranti...
"Kita bertemu lagi disini nak." sapa Hermawan.
"Iya pak."sambil melempar senyum.
"Kita belum sempat berkenalan."sambil menjukurkan tangan.
"Saya Hermawan dan itu anak saya Mateo."ucapnya sambil menunjuk ke arah Mateo yang sedang duduk.
"Nak,sinilah!".panghil Hermawan pada Mateo.
Hermawan meminta anaknya bersalaman dengan Miranti.
"Saya Miranti pak,dan ini teman saya Uci."
"senang bertemu dengan bapak lagi."ujar Miranti dan Uci.
Mereka pun saling berjabat tangan.
Namun,lagi dan lagi Mateo masih saja bersikap dingin.
Tidak ada senyum ramah.
Bukan terkesan tidak sopan,hanya saja datar pandangannya.
Hermawan dan Mateo kembali pada tempat duduk mereka.
Brakkk.......
"Aduh! ".teriak Miranti yang terjatuh kepalanya terbentur besi tenda.
Mateo yang melihat spontan lari dan membantu berdiri Miranti.
"Kamu gapapa?"tanya Mateo.
"Em..gapapa kok,sedikit kaget aja."jawab Miranti.
"Ada yang sakit gak?".tanyanya.
"Kepala saja sedikit nyut-nyutan,kena besi itu."sambil menunjuk pada besi tenda.
Miranti yang kaget terjatuh karna kursi tempat ia duduk telah bergeser sesikit jauh dari temat ia berdiri tadi.
Tidak sengaja kursinya bergeser saat iya hendak berdiri bersalaman dengan Hermawan dan Mateo tadi.
"Ya sudah lain kali hati-hati ya."ucap Mateo sambil meninggalkan Miranti.
"Iya makasih mas."jawabnya.
Astaga! Kenapa jantung ku etaknya semakin kenceng begini?."gumam Miranti.
......................
Malam yang indah dengan hiasan bintang kelap-kelip di dinding langit.
Angin yang begitu dingin sampai-sampai membawa Miranti ke alam bawah sadar.
Sambil melamun....
Bisa-bisanya gua kepikiran Mateo terus! Kalau sampai Uci tau pasti dia mikirnya aneh-aneh lagi tuh anak.
Gumam Miranti dalam hati.
"Coba aja dia gak sesingin itu sama cewek,mungkin saat ini gua udah kenal lebih deket kali ya sama tuh cowok."ucap lirih Miranti.
Sambil memainkan ponselnya,yang entah kepencet sampai mana ponsel itu.
Uci yang memerhatikan Miranti sempat curiga.
"Tuh anak kenapa ya?jarinya sibuk di hp tapi matanya melongo ke arah atap plapon."Ujar lirih Uci.
"Woii !! Ngapain sih lu,liat tuh hp mencet kemana-mana."ucap Uci sambi mendekat ke arah Miranti.
""Ngagetin mulu sih lu ci,kalu gua jantungan gimana coba! Ujar Miranti sedikit kesal karna kaget.
"Abis lu nya ngelamun Mir,kenapa sih? Ada yang lu pikirin?".Tanya Uci.
Yailah.. Uci ganggu mulu,orang lagi bayangin muka Mateo,jadi buyarkan nih !
Gerutu Miranti dalam hati.
Sedikit kesal karna kaget sekaligus buyar bayangan Mateo ketika sahabatnya itu mengagetinya.
"Gapapa ci,gak ada masalah kok,
cuman.......".Tidak ingin melanjutkan pembicaraannya.
Miranti mengalihkan pembicaraan.
"Kok lu belum tidur sih?laper ya lu?".ledek Miranti sambil mengalihkan pembicaraan mereka.
"Kok gak dilanjutin ngomongnya?cuman apa Mir?".tanya Uci yang di buat semakin penasaran.
Miranti yang ingin mengalihkan topik pembicaraan itu melangkahkan kakinya menuju balcon hotel dan berusaha mengajak Uci bicara dengan lain pembahasan.
Waktu menunjukkan pukul 19:15 malam,dimana biasanya mereka keluar mencari makan malam.
Namun Uci malam itu sedang tidak semangat beranjak dari tempat tidur.
Cuaca sangat dingin malam itu.
"Coba sini deh ci."Ajak Miranti sambil menganggukkan tangannya pada Uci.
"Kalau di lihat dari atas sini bagus banget ya jalanan bawah itu."Ucap Miranti sambil melihat ke arah jalanan bawah hotel.
Miranti dan sahabatnya itu menginap di lantai 5.
Cukup terlihat tinggi jika melihat kearah bawah.
Uci yang langsung saja melupakan rasa herannya pada Miranti tiba-tiba saja ikut larut dalam pandangan bawah hotel itu.
"Andai saja kita kerja dan tinggal di sini ya Mir."Ucap Uci.
"Pasti betah gak pengen pulang-pulang."Tambahnya dengan senyum ringan sambil membayangkan.
Uci yang bebarengan lulus dengan Miranti.
Ia tidak melanjutkan ke kuliah karna kasihan dengan orangtuanya.
Uci merasa nanti akan membebani orangtuanya lagi jika ia lanjut ke kuliah.
Miranti yang tujuannya kuliah di Bandung tentu bukan hanya untuk kuliah saja.
Ia nantinya ingin sambil kerja.
Kalau sudah masuk kuliah dan sudah berjalan beberapa bulan.
Kalau bisa malah setelah masuk berapa minggu niat Miranti ia akan mencari kerja.
Gadis mungil nan cekatan ini ingin hidup mandiri dan belajar untuk tanggung jawab atas keperluan dan kebutuhannya selama jauh dengan orangyuanya.
Walau kedua orangtuanya sudah pasti akan menanggung biayanya selama di Bandung,namun Miranti mempunyai keinginan seperti itu tadi.
Kuliah sambil bekerja.
Sekarang banyak muda-mudi yang kuliah di sambil kerja.
Karna jam kuliah beda dengan masa sekolah SMA yang masuk pasti di pagi hari dan pulang di siang hari.
Ada juga sebagian sampai sore namun jarang.
Tapi kalau kuliah kan beda,ada juga yang masuknya siang,sore bahkan sampai malam.
Namun Miranti harus mencari kerja yang bisa menerima nya dengan jam dan waktu yang tidak menentu.
Terkadang kuliah pun bisa di kerjakan di luar kampus.
Semisal Dosennya tidak hadir juga kadang tidak wajib masuk ke kampus.
Itu kenapa kuliah bisa di manfaatkan sambil bekerja.
Tidak sedikit anak jaman jaman sekarang yang masih kuliah namun ia juga bekerja.
Harus pandai-pandai saja mengatur waktunya.
Yang pasti harus bisa membagi waktu saja.
Banyak perusahaan yang bisa menerima mahasiswa dan mahasiswi yang masih kuliah bekerja di perusahaannya.
"Kayaknya gua nanti bakalan ikut sama lu aja deh Mir."ucap Uci yang sedari tadi seperti sedang merenung.
"Ikut gua gimana maksudnya ci?".Tanya Miranti.
"Ya nanti kan lu kuliah nih,dan gua nanti bakalan coba cari kerja disini juga.kita bisa ngekost atau cari kontrakan buat kita,jadi nanti kita barengan aja."Jelas Uci.
"Wah....Yang bener ci?".jawab Miranti dengan wajah penuh semangat.
Miranti dan Uci bersahabat sudah lama bahkan sejak masih duduk di bangku SMP.
Itu kenapa Uci dan Miranti terlihat akrab dan kemana-kemana selalu bersama.
Seperti berat untuk berpisah.
"Bakalan seru nanti ci,kalau lu beneran mau kerja di sini juga."ucap Miranti sambil memeluk sahabatnya itu.
"Kita bisa barengan terus kalau kemana-mana."tambahnya.
Malam semakin larut,namun Uci masih enggan diajak keluar untuk cari makanan.
"Kalau kita gak turun keluar kita gak makan dong ci ?".ucap Miranti.
"Dingin banget Mir,gua jadi gak laper-laper ini."Jawabnya.
Namun Miranti sudah kelaperan,dan ia ingin sekali minum-minuman dingin.
Di kulkas dalam kamar hotel ada air mineral dingin,tapi Miranti ingin es Teh.
"Yaudah deh gua turun sendiri ya?."Tanya Miranti pada Uci.
"Gua nitip aja ya,samain aja sama yang lu makan."jawab Uci.
Miranti pun mengambil jaket dan ber makup tipis.
Memberi olesan biar sedikit terlihat segar wajahnya.
Begitu ia keluar kamar hotel....
Mateo yang melihat Miranti keluar dari pintu kamarnya,
"Itu kan Miranti."Gumamnya.
Mateo sudah sedikit tertarik dengan gadis mungil itu mendekati arah Miranti.
Saat itu Miranti tidak menyadari ada Mateo di sisi sebelah kanan dari kamar hotel nya itu.
Mateo dan Hermawan memang masih menginap di hotel itu.
Bagaimana tidak,walaupun rumah Hermawan tidak terlalu jauh dari hotel itu,namun kapan pun kapan mu Hermawan ingin menginap di hotel itu tentu oke-oke saja.
Karna selain ia salah satu investor di hotel tersebut ia juga ingin merasakan suasana tidur yang berbeda dari biasanya.
Di hotel itu memang ia ada kepentingan dengan rekan bisnisnya yang dari luar kota.
"Mir, mau kemana?".Ujarnya membuat Miranti kaget.
Mateo tiba-tiba saja ingin ngobrol dengan Miranti saat itu.
Semenjak menolong Miranti yang terjatuh saat di warung wedang ronde waktu itu,Mateo seketika sudah sedikit tidak dingin kepada Miranti.
"Eh...kamu.Iya ini aku mau ke bawah cari makan."jawab sedikit gugup Miranti.
Hati nya tiba-tiba merasa deg deg an.Ketika Mateo menghampiri dan bertanya padanya.
Astaga!! Kenapa jantungku berdetak kenceng tidak seperti biasanya.
Gumam nya dalam hati dengan perasaan tak menentu.
Mateo yang masih sedikit canggung namun ingin terlihat cool di depan Miranti.
Berusaha mengkondisikan sikapnya di depan Miranti.
Sebenarnya Mateo tidak secuek yang Miranti pikirkan.
Hanya saja dia jarang berkomunikasi dengan cewek makannya seperti itu sikapnya.
Kemarin nih cowok dingin banget,sekarang tiba-tiba aja sok-sokan akrab gini.Tapi baguslah mungkin setelah kejadian kemarin dia jadi berubah begini.
Gumamnya dengan sesikit tersenyum.
Keluarnya Mateo dari kamar hotelnya tak lain juga ingin keluar mencari makanan.
Namun,ketika ia keluar dan mendapati Miranti juga kebetulan keluar dari kamar hotel,makannya Mateo menghampiri Miranti.
Karna memang sudah beberapa kali bertemu jadi tidak merasa canggung lagi.
"Kebetulan aku juga mau cari makan,mau bareng?".Ajak Mateo ke Miranti.
Haduh! Kenapa tiba-tiba ngajakin bareng dia sih. Gumam Mateo dalam hati.
"Emmmm.. Boleh."jawab singkat Miranti.
Entah apa yang membuat Miranti merasa tidak karuan saat itu.
Yang jelas senang kaget campur jadi satu.
Uci yang tidak bisa melihat langsung pertemuan sahabatnya dengan Mateo karna ia sedang berada di dalam kamar hotel.
Ia sedang meringkuk kedinginan.
Mateo dan Miranti berjalan bareng menuju lif hotel didepan arah pintu hotel mereka.
Di dalam lif seperti ada di dalam ruangan pendingin.
Tangan dan telapak kaki Miranti seperti membeku karna dingin.
Dingin bercampur deg-deg an karna bersampingan dengan Mateo cowok yang sempat membayangi pikirannya.
Mimpi apa aku semalem diajak cari makan bareng dengan cowok yang ku pikir cuek dan pendiam ini.
Gumamnya dalam hati masih tidak menyangka.
Sampailah di lantai dasar dan mereka pun keluar hotel.
"Kamu tunggu disini dulu ya,aku ambil motor dulu."ucap Mateo.
"E...e.. Iya aku tunggu disini."jawab Miranti masih setengah gugup.
"Ku pikir bakal jalan kaki kedepan,ternyata dia bawa motor to?".ucap lirih Miranti.
Berhentilah mobil mewah berwarna hitam gilap tepat di depan hadapan Miranti.
Ia melihat sosok pria paruhbaya.
Ya! Hermawan.
"Astaga ini mobilnya?keren banget."ucapnya bergeming.
"Nak Miranti,mau kemana?"tanya Hermawan.
"Pak Hermawan."sambil mengulurkan tangannya dan mencium tangan Hermanto.
"Ini pak......".
Belum selesai menjawab pertanyaan Hermawan.
Mateo datang.
Hermawan melihat kedatangan anak semata wayangnya itu.
"Mir,ayok!! "ajak Mateo.
"Kalian mau kemana?".tanya hermanto sedikit kepo.
"Ah... ini urusan anak muda pa!."jawab slow Mateo pada Hermawan.
Seketika sikap cueg dan dingin Mateo kemarin hilang di pikiran Miranti saat ini.
Mateo jadi terlihat santai dan tidak acuh lagi.
"Baiklah kalau begitu papa masuk dulu."Jawab Hermanto.
Miranti membalas dengan melempar senyum ramah pada Hermawan.
Setelah naik ke atas Moge Mateo.Miranti yang masih bingung berpegangan dimana.
"Jangan ragu-ragu,pegang pinggangku!."ucap Mateo.
Hah!! Yang bener ini?
Gumam Miranti sedikit ragu.
Mateo melajukan motornya dengan hati-hati.
Grenggg !!!!
Diperjalanan Mateo berusaha memulai obrolan.
"Kamu orang mana sih?".Tanya nya.
"E.ehh aku orang Jakarta."jawab Miranti.
"Terus disini kamu ngapain?kok nginep di hotel?".
Angin malam itu sesikit kencang membuat pendengaran Miranti sesikit terganggu karna Mateo mengendarai Mogenya dengan kecepatan sedikit tinggi.
Kondisi jalan yang sidikit mulai sepi membuat Mateo sedikit liar mengendari Moge nya itu.
"Apa ... Aku gak denger.Anginnya kenceng banget."jawab Miranti.
"Deketan dikit makannya,jangan jauh-jauh,pegangan nanti kamu jatuh loh."Ujar Mateo.
Miranti sedikit menggeser maju dan
Semakin erat berpegangan di pinggang Mateo.
Jatung Miranti semakin berdetak tidak beraturan.
"Kamu mau makan apa Mir?".Tanya Mateo.
"Aku ngikut aja deh."saut Miranti.
"Martabak legit di depan Expedisi sana mau gak?disana enak banget."ujar Mateo.
"Okelah!".
Sampai di tempat tujuan mereka.Mateo pangsung saja memesankan Martabak.
Mateo yang melihat Miranti seperti kebingungan sedang mencari sesuatu sambil memegang tenggorokannya.
"Kamu haus?". Tanya Mateo.
Miranti pun mengangguk.
Langsung saja Mateo dengan sigap melangkah ke pinggir jalan dan nyebrang.
Miranti yang melihat Mateo menuju ke arah penjual Teh poci.
Dia beliin aku teh? Gak nyangka gua dia se respeck itu ke cewek.
Gumamnya dalam hati sambil memandangi ke arah Mateo.
Miranti yang keingat dengan sahabatnya di hotel.
Bermaksud ingin makan di hotel saja dengan temannya.
"Martabaknya di bungkus aja ya Mas,temen ku di hotel sendirian disana belum makan juga."Pinta Miranti.
"Kok panggil mas,berasa kayak adik kakak kita."protes Mateo.
......................
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!