NovelToon NovelToon

TYLER: Who Do You Think Am I?

EPS. 1. PROLOGUE.

Di sebuah ruangan yang luas dan penuh dengan benda - benda koleksi sedang di adakan pesta miras oleh sekelompok geng motor.

Mereka merayakan kemenangan ketua mereka yaitu Tyler Griffin karena selalu menjadi juara satu dalam balap liar, tapi mereka semua masih seorang siswa SMA.

"Ty, bangun! Lo gak mau have fun bareng kita?" Sebuah suara membangunkan Tyler dari tidurnya, suara Luigi, teman Tyler.

Tyler bangun dan mengucek matanya sembari heran dengan teman temannya."Gila! Lo pada pesta miras, lagi?" Ucap Tyler dengan suara besar khas bangun tidurnya.

" Hm, Lo kan menang balap kemaren, jadi kita pada rayain kemenangan lo, Ty." ujar teman Tyler yang bernama Jack. Tyler bangun dan langsung menenggak sebotol air mineral.

Tyler melihat jam, dan rupanya sudah jam tiga pagi. "Udah jam tiga pagi, bubar sana, besok sekolah." Usir Tyler.

"Yaelah Ty, lo tau sendiri kita gak bakal pulang kalo keadaan nya lagi begini, bisa kena piring terbang gue." Rengek teman Tyler yang bernama Renan.Tiba tiba pintu terbuka dan masuk seorang gadis yang menggunakan pakaian super ketat.

"Ty, aku datang." Ujar gadis itu.

Wajah Tyler langsung berubah menjadi suram saat melihat gadis itu. "Ngapain lo ke sini!?" Ujar Tyler dengan tatapan tidak suka.

Gadis itu tersenyum manis serasa tidak berdosa. "Gue kangen Lo, Ty." Ujar gadis itu sembari mencoba menyentuh tangan Tyler.  

Tyler langsung mengibaskan tangan gadis itu, "Siapa yang ngasih tau dia, gue ada di sini!?" Tanya Tyler dengan nada suara keras pada teman - temannya, tapi tidak ada yang menjawab karena mereka juga tidak tahu. 

"Ty.." Ujar gadis itu. 

"JAWAB GUE!!" Bentak Tyler.

Karena tidak ada yang menjawab, Tyler pergi dengan emosi meninggalkan semua teman temannya, dan gadis itu.

"Ngapain lagi si lo dateng kesini, Fi!?" Ujar Luigi dengan wajah kesal.

"Ernest bilang Tyler ada di sini, jadi gue dateng kesini buat nemuin dia." Ujar gadis yang di panggil Fia itu.

Renan bangun dari duduknya lalu berucap, "Gak tahu malu banget, lo." Ujar Renan, lalu berjalan pergi.

Fia adalah mantan kekasih Tyler, sebelumnya dia adalah satu satunya gadis yang berada diantara lima pria tampan yaitu Tyler, Renan, Jack, Luigi dan Ernest.

Tapi tepatnya sekitar setengah tahun yang lalu, Tyler mendapati kenyataan bahwa kekasihnya itu justru di tiduri oleh musuhnya sendiri,  jadilah Tyler membenci Fia.

"Gue rasa urat malu lo benar benar udah hilang, Fi. Gimana bisa lo dengan tebal muka muncul lagi di depan Tyler? Harusnya lo tuh sadar, lo tuh terlalu kotor dan menjijikan. Najis deket - deket sama lo, tau gak?! " Ujar Jack.

Fia menjadi marah karena di katai najis dan menjijikan, dia langsung dengan percaya diri mengatakan..

"Gue tau dia masih cinta sama gue, dia  cuma cinta sama gue dan bakal selalu gitu, jadi apa salahnya gue dateng ke dia? Gue yakin dia bakal nerima gue balik." Ujar Fia dengan sangat percaya diri.

Luigi tersenyum sinis mendengarnya. "Percaya diri banget Lo." Ujar Luigi menyeleneh. Semua orang pun pergi meninggalkan Fia yang kini wajahnya menjadi sangat kesal.

'Gue yakin gue bisa bikin Tyler balik ke gue. Gue cantik, gue menarik, dia pasti  gak akan bisa lepas dari pesona gue.' Batin Fia.

Sementara itu, Tyler sendiri mengendarai motornya dan pergi menuju ke sembarang tempat, hingga ia berhenti di jembatan. Ia memarkirkan motornya lalu dia pun naik ke atas jembatan lalu kemudian dia duduk di sana.

Tyler menghembuskan nafasnya kasar karena dia sangat marah sekaligus sakit hati saat ini. Kejadian setengah  tahun lalu kembali membayanginya saat ini.

Flashback on..

"BRUM!! BRRUUMM! BRUM!" Suara motor yang sedang meraung dan siap untuk melesat ke jalan raya.

Penonton juga sangat ramai dan mereka meneriakan satu nama yaitu..

"Tyler! Tyler! Tyler!" Teriak mereka semua.

Sementara yang di teriaki namanya itulah yang sedang menggeberkan suara motornya dengan keras. Tiba - tiba muncul musuh Tyler yang berhenti di sebelah Tyler 

"L*ser." Ucapnya pada Tyler, itu adalah Kyle, musuh besar Tyler.

Tyler tentu marah mendengar dirinya di katakan L*ser, tapi Tyler menahannya karena dia akan tanding balap saat ini. Dia tidak mau konsentrasinya terpecah, dia hanya melengos saja setelah memandang remeh musuhnya itu.

Tyler melihat kearah kekasihnya, Fia yang saat ini sedang mendukungnya, kemudian seorang perempuan berjalan ke tengah arena balap dan bersiap untuk mengangkat bendera.

"Ready!!!??" Teriak wanita itu.

Semua bersiap, dan ketika bendera di angkat, motor pun mulai melesat saling adu kecepatan. Mereka saling kejar mengejar, dan Tyler menyusul Kyle.

Tiba tiba Kyle mengejar Tyler, dan berteriak kepada Tyler. "Woi Tyler!!  Gimana rasanya nidurin Fia??" Teriak Kyle dengan suara keras.

Tyler dengar, tapi dia tidak menghiraukannya. Dia melesat dengan cepat hingga akhirnya dia menang. Seperti biasanya, Fia adalah orang pertama yang memeluk Tyler untuk memberinya selamat.

Tyler kemudian melakukan tos dengan teman temannya, dan datanglah musuh  Tyler, Kyle yang rupanya menempati juara kedua.

"Hey baby, Lo cantik banget malam ini." Ujar Kyle pada Fia, sembari menyentuh bagian b*k*ng Fia.

Tyler langsung naik pitam melihat itu, Fia adalah kekasihnya, dan dia sangat menjaga Fia.

"BUGH!!" Sebuah bogeman mentah, mendarat di wajah Kyle.

"Singkirin tangan lo, ban*sat!" Ujar Tyler yang langsung menghajar Kyle.

Tyler memukuli Kyle, tapi Kyle sama sekali tidak melawan. Dia justru terkekeh seperti psik*pat, kemudian terbahak.

"Hahaha, Tyler.. oh.. Tyler. Lo tuh terlalu polos! bodoh! dan membosankan. Gak heran pacar lo lebih memilih tidur sama gue." Ujar Kyle.

Tyler hendak menghajar Kyle lagi, tapi kali ini Kyle menahannya, dan berkata..

"Gue gak bohong, Gue sama pacar lo tuh sering melakukan ( itu ), Lo tuh cuma di bodohi mentah mentah sama Fia." Ujar Kyle.

Tyler lalu menatap Fia seakan meminta jawaban. Jika saja Fia menyangkal atau setidaknya menggelengkan kepalannya, Tyler mungkin tidak akan mempercayai apa yang di katakan Kyle, tapi Fia hanya diam dan ketakutan.

Tyler menghempaskan Kyle lalu bangun dari atas tubuh Kyle, lalu menghampiri Fia.

"Apa yang bajin*an ini bilang bener, Fia?" Tanya Tyler.

Fia langsung pias, "Ty.."

"Jawab!" Bentak Tyler. Fia menjadi semakin ketakutan sekarang.

"Ty, aku.." Ujar Fia gugup. Tiba - tiba Kyle melingkarkan tangannya di pinggang Fia dari belakang. 

"Udahlah baby, jujur aja sama dia. Kita juga udah pacaran selama dua bulan, kan. " Ujar Kyle, dan itu semakin menambah Tyler naik darah.

"Jawab gue, Safia!!" Bentak Tyler.

"Ya." Sahut Fia, akhirnya mengaku. Tyler menggelengkan kepalanya, lalu tanpa kata kata lagi dia langsung pergi dari arena dengan kecepatan tinggi.

Flashback Off.

"Perempuan semuanya sama aja, murahan, b*nal, menjijikan." Gumam Tyler.

Padahal Tyler sangat menjaga Fia, dia tidak pernah melewati batas saat bersama Fia. Mereka mungkin berciuman, tapi tidak sampai melakulan hubungan badan.

Tapi yang di jaganya itu justru malah mengotori dirinya sendiri dengan mempersilahkan pria lain menjamahnya.

Dan kenapa Tyler mengatakan semua wanita sama, karena ibunya kurang lebih sama seperti Fia, tukang selingkuh dan menjajakan tubuhnya dinikmati banyak pria selingkuhannya.

Tiba tiba sebuah suara membuyarkan lamunan Tyler.

"Seratus, duaratus, tigaratus, empatratus, harusnya kan hasilnya lebih dari segini, kok kurang?" Gumam seorang gadis yang sedang berjalan.

Gadis itu sangat fokus dengan uang yang di hitungnya, sampai tidak menyadari dia melewati Tyler yang saat ini sedang duduk di jembatan.

"Apa jatoh??" Gumam gadis itu, dan menghentikan langkahnya.

Dia berputar badan dan berjalan kembali seperti mencari uang nya yang jatuh, lalu kemudian kembali lagi melewati Tyler yang masih duduk sembari menatap heran gadis itu.

Gadis itu menggaruk kepalanya pusing. "Kalo kurang, mati gue. Bisa kena marah ayah lagi, Ck, Lana bodoh!" Gumam gadis itu dan menggetok kepalanya sendiri.

Tyler melihat lebam di siku gadis itu, dan dia yakin itu sangat sakit karena warna nya biru kemerahan.

'Ini cewe apa beneran gak liat ada orang duduk di sini, apa gimana? Apa gue gak kelihatan' Batin Tyler, bingung sendiri.

Gadis itu berjalan lurus dan hilang di ujung jembatan, meninggalkan Tyler yang masih menatap heran gadis itu.

'Ngapain juga gue ikut mikirin dia, hargh! Nyesel gak bawa bir kemari, mabok emang cara paling ampuh ngelupain masalah.' Batin Tyler, dan menghela nafas.

Padahal mabuk hanya bisa melupakan masalah untuk sementara, tapi bagi Tyler, lebih baik begitu.. jadi setidaknya dia tidak akan ingat dengan hal - hal yang menyakitinya.

TO BE CONTINUED...

EPS. 2. Peserta misterius.

Paginya, Tyler masuk ke sekolah, tapi kali ini dia datang sendirian karena ketiga temannya masih teler, belum sadarkan diri dari mabuknya. Semua murid di sekolah tahu bahwa Tyler adalah ketua geng motor yang terkenal dingin.

Tapi mereka justru mengidolakan Tyler si makhluk dingin sedingin es di antartika itu.

"Kya! Gue liat Tyler tadi." ujar seorang siswi berjingkrak - jingkrak heboh.

"Tyler ganteng banget, tapi juga dingin banget, kaya kutub utara." Ujar teman siswi tadi.

"Dia kaya bulan purnama, sangat indah tapi kesepian." Ujar yang lainnya.

Tyler berjalan dengan rambutnya yang di kuncir setengah ke belakang, sangat mencerminkan anak nakal sekali. Padahal di sekolah tidak memperbolehkan anak laki - laki berambut panjang, tapi larangan guru seperti nyanyian bagi Tyler.

"Tyler, sampai kapan kamu mau semaunya sendiri di sekolah, kamu mau dikeluarkan dari sekolah?" Ujar seorang guru pembimbing. Tyler hanya menatap sebentar guru itu, lalu kemudian dia berjalan pergi begitu saja masuk ke kelas.

"Anak itu benar - benar, orang tuanya juga tidak pernah ada yang datang, sebenarnya dia ini anak manusia atau bukan, irit bicara sekali." Ujar guru.

Tyler benar benar hanya diam, dia memang irit bicara seperti yang gurunya katakan. Dia memperhatikan pelajaran, walau 99% tidak menyangkut di otaknya.

Hingga pelajaran berakhir Tyler hanya duduk diam di kelas tidak seperti teman sekelasnya yang langsung menyerbu ke kantin. Tyler mengeluarkan ponsel, lalu mengotak atiknya.

"Tyler." Panggil gurunya. Tyler pun mengangkat wajahnya dan menatap gurunya itu yang saat ini sedang berdiri di hadapannya.

"Ada apa, bu?" Tanya Tyler dengan suara datar.

Guru itu sampai merasa ngeri sendiri dengan Tyler, Tyler bagai sesuatu yang sangat indah tapi juga berbahaya yang tidak bisa didekati.

"Ibu minta tolong padamu, untuk membawa orang tuamu datang ke sekolah besok, apakah bisa?" Tanya Guru akhirnya.

"Jika aku bisa, aku sudah membawanya kemari. Atau perlu aku bawa jasadnya saja?" Ujar Tyler tanpa berkedip.

"Taruh rasa hormatmu kepada gurumu, Tyler. Saya tahu keluargamu tidak baik baik saja, tapi jangan bawa itu ke sekolah. Tidak bisakah kamu menjadi anak yang ceria seperti teman - temanmu yang lain?" Ujar gurunya.

Tyler tiba tiba bangun dan berdiri di hadapan gurunya. "Apakah ibu tahu, kadang terlalu ikut campur dengan kehidupan orang lain juga tidak baik, loh? Anda hanya guru, jadi mengajar saja selayaknya guru." Ujar Tyler.

"Saya gurumu, jadi di sini saya adalah orang tua keduamu." Ujar guru itu tegas. Tyler pun langsung bangun dari duduknya

"Saya tidak memiliki orang tua, jadi saya tidak memiliki orang tua kedua." Ujar Tyler, lalu berjalan pergi. Tyler berjalan keluar dan sebelum benar - benar hilang dari pintu, Tyler kembali menatap gurunya.

"Selamat siang, ibu guru." Ujar Tyler, kemudian dia melangkah pergi. Gurunya sampai geleng - geleng kepala memiliki satu murid seperti Tyler itu, selain sulit diatur, dia juga pembuat onar di luaran sekolah.

Setelah pulang sekolah, Tyler langsung pergi ke markas. Markasnya adalah rumah toko yang dia beli dengan uang hasil dari balapan liarnya, jadi dia tidak takut jika nanti orang tua nya menarik semua aset darinya, dia sudah memiliki tempat tinggal.

"Ty, gimana sekolah?" Tanya Luigi, sembari makan makanan yang dibelinya secara online.

"Biasa aja." Sahut Tyler, dengan malas.

Terdengar langkah kaki yang turun dari tangga "Ty, malam ini kita tanding, ya."Teriak Renan dari lantai dua memberitahu Tyler.

"Hm, Gue tidur dulu, gue capek." Ujar Tyler dan langsung merebahkan dirinya di ayunan yang dipasang di ruangan itu.

Renan, Luigi dan Jack saling pandang, karena sepertinya Tyler sedang tidak baik baik saja. Tapi mereka tahu, masalah Tyler tidak akan jauh jauh dari kedua orang tuanya yang tidak mempedulikannya.

Malam harinya, ketika semua orang tidur, di sebuah jalan raya kini justru sedang ramai karena akan ada pertandingan balap motor.

"Denger - denger Kyle bakalan datang, ya?" Tanya Jack.

"Masa bodo sama tuh bocah, mati juga gue gak peduli." Ujar Renan, dan langsung di tampol Jack.

"Ish, masalahnya gue takut dia datang bawa Fia. Gue gak mau Tyler jadi emosi dan gagal fokus nanti." Ujar Jack.

"Tyler tuh pembalap profesional, dia bisa bedain urusan pribadi sama urusan kerjaan." Ujar Renan, sembari mengusap kepalanya.

"Kalo itu gue juga tahu, dodol. Masalahnya Tyler bakal mengasingkan diri lagi kalo udah liat Fia." Ujar Jack.

" Oh iya, lupa." Ucap Renan menyengir kuda.

"Kalo pertandingan udah selesai, mending kita langsung cabut aja." Ujar Luigi.

"Hm, iya bener." Timpal Jack.

Semua peserta mulai maju menuju garis start begitu juga Tyler yang sudah siap dengan motor hitamnya. Dia selalu menggunakan pakaian serba hitam, behitu juga dengan motor dan helmnya, semuanya hitam.

"Malam ini kita kedatangan peserta baru." Teriak seseorang. Dan peserta baru yang di maksudkan itu kini muncul dan berada di barisan Tyler, di sebelah kiri Tyler persis.

'Apa - apaan ni, anak SMP ikut balap liar juga, kah?' Batin Tyler ketika melirik peserta baru di sampingnya yang memiliki tubuh kecil.

"Ready!!" Teriak suara perempuan, dan ketika bendera dikibarkan, semua motor langsung melesat.

Peserta baru itu terlihat tertinggal jauh dari semua orang yang ikut serta, dan Tyler menggelengkan kepalanya melihat itu dari spion.

'Amatir.' Batin Tyler.

Tapi baru saja Tyler membatin, rupanya peserta baru itu menyusul ketertinggalannya. Tyler tentu tidak akan terkejar, tapi Tyler melihat sebuah potensi dari peserta baru itu.

Dan benar saja, dia melampaui semua orang, hingga setelah beberapa putaran dan di menit terakhir, peserta baru itu semakin mendekati Tyler.

'Bagus juga dia.' Batin Tyler.

Dan setelah di garis Finish, Tyler menjadi juara pertama dan peserta baru itu menduduki yang kedua.

"Wow.. Dia ketinggalan di awal, tapi jadi juara kedua, keren.." Ujar orang orang. Hadiah pun diberikan pada yang menduduki juara satu, dua, dan tiga.

"BRUUM!!" Sebuah motor tiba tiba pergi begitu saja.

"Apa - apaan tuh anak, dia pergi gitu aja abis menang." Ujar Renan.

Tyler melempar botol air yang baru di teguknya ke tong sampah, lalu bertanya. "Apa sekarang anak SMP juga boleh ikut balap?" Tanya Tyler.

"Emang tadi bocah SMP?" Tanya Renan balik.

"Lo ditanya malah nanya balik, gimana sih. Kalo gue tau gue gak bakal nanya, Ren." Ujar Tyler.

"Udah si, peduli amat. Ngapain lo pada pusing - pusing, ayo kita juga cabut dari sini." Ujar Luigi.

"Gue masih nunggu Ernest, ada yang mau gue tanyain ke dia." Ujar Tyler.

"Kalo lo nungguin dia, yang ada bukan Ernest yang dateng, tapi adik sepupunya." Ujar Luigi.

"Dih, Najis ketemu sama cewek salome." Ujar Renan sembari terkekeh.

"Ya udah, ayo cabut." Ujar Luigi.

Dan akhirnya semua anggota Tyler pergi dari sana. Seperti biasanya, ketika menang tanding, mereka akan merayakannya. Dan kini mereka akan berkumpul di jembatan yang kemarin Tyler singgahi.

Sebelum sampai di tempat itu, mereka mampir ke toko swalayan dan membeli bir, bir memang tidak begitu memabukan untuk yang terbiasa minum minuman beralkohol, tapi cukup untuk membuat suasana hati lebih baik.

Setelah sampai di sana semua orang turun dari motor, dan jembatan. Sebenarnya jembatan itu tidak boleh dijadikan tongkrongan, tapi empat anak nakal itu tidak peduli.

"Wih, bagus juga pemandangan di sini, bun*h diri juga kayaknya gampang banget, tinggal lompat." Ujar Luigi.

Renan menoyor kepala Luigi. " Lo kalo ngomong yang bener dikit, bisa? Jangan sampe ni kaleng bir mendarat di kepala lo ntar. " Ujar Jack, dan Renan terkekeh.

Tyler hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat ke randoman kawan - kawannya itu dan menatap pemandangan. Dan saat dia mengalihkan pandangannya, dia melihat gadis aneh kemarin, yang lagi - lagi masih berjalan sembari menghitung udara.

Tyler melihat gadis itu dari ujung jembatan gadis itu muncul, hingga ujung jembatan dia menghilang.

"Woi! Biasa aja liatnya, mata lo hampir keluar, noh." Ujar Renan, menampol pundak Tyler.

"Apa akhirnya lo dapet hidayah, Ty?" Ujar Jack.

"Hidayah - hidayah kepala lo." Ujar Tyler, lalu menenggak bir di tangan nya. Ketiga temannya hanya terkekeh melihat Tyler yang kesal.

Sementara itu, gadis yang dilihat Tyler tadi kini sudah sampai di rumahnya. Lana namanya, begitu sampai di rumah, dia langsung mendapatkan sambutan yang sangat r a m a h dari ayahnya.

"PRANG!"

Hampir saja piring yang terbuat dari beling itu mengenai kepala Lana jika saja Lana tidak menghindar. Piring itu pecah berserakan karena menghantam pintu yang berada di belakang Lana.

"Tau balik juga lo, hah!! Ngelayap kemana lo?!" Ucap ayah Lana sarkas.

Ayahnya itu sudah memegang tongkat sapu dan langsung menghajar Lana dengan membabi buta. Lana yang tidak siap itu langsung mencoba menepis tongkat sapu itu dengan tangan kosong.

"AH!!! SAKIT.!!" Teriak Lana kesakitan.

"Gue bilang kan lo bantuin ibu lo, kenapa malah ngelayap?! Udah bosen hidup, lo hah?! Udah bosen hidup?!!" Ayahnya memukulinya tanpa sedikitpun belas kasih.

"Sakit, Ban*sat!! Lo gak berhak mukulin gue!" Teriak Lana sembari masih mencoba menepis tongkat sapu itu, walau percuma.

Lana menahan sakitnya, punggung, paha, bahu, tangan, semua kena pukul.

"Ngelayap kemana lo, ngel○nte lo, hah?!! Mana duitnya, kasih gue!" Ujar ayahnya dengan tanpa perasaan.

Ayahnya sudah tidak memukuli Lana lagi, tapi langsung mencari cari uang yang Lana sembunyikan.

Dengan gerakan cepat, Lana mendorong ayahnya itu hingga tersungkur ke belakang, lalu dia sendiri langsung berlari keluar dari rumah.

"ANAK SIAL*N!!" Teriak ayah Lana.

"MATI AJA LO SONO!!" Teriaknya lagi.

Sementara Lana masih terus berlari sambil ia menahan sakit ditubuhnya, setelah dirasa sudah jauh, dia langsung berjongkok dan menangis dengan tersedu di gang sempit.

TO BE CONTINUED…

EPS. 3. Murid baru.

Pagi harinya, Tyler dan kawan kawannya datang ke sekolah. Dan seperti biasanya, mereka selalu menjadi pusat perhatian. Selain karena motor mereka yang berisik, para siswi di sekolah itu juga tergila - gila dengan ketampanan empat sekawan itu, terutama pada Tyler.

Tapi tetap saja, selain Renan, Jack dan Luigi, Tyler adalah yang paling dingin dan tidak pernah mengajak siswi di sana bicara. Tiba - tiba seorang gadis manis terlihat berjalan mendekat ke arah mereka dan berdiri di depan Luigi. 

Gadis manis itu tampak malu - malu dan menyodorkan sebuah kotak bekal "Kak Luigi, ini buat kakak." Ujar gadis itu, yang sepertinya adik kelas mereka.

Para gadis selalu lebih dekat dengan Luigi, karena Luigi adalah yang paling mudah di ajak bicara. Selain itu sikap dewasa tapi sering tebar pesona nya itu membuat hati para gadis meleleh.

Luigi menerima kotak bekal itu tapi juga menghela nafas "Buat gue apa buat Tyler?? " Tanya Luigi pada gadis itu. 

"Hehehe.. buat kak Tyler, kak. Makasih kak Luigi" Ujar gadis itu lalu berlari pergi begitu saja. 

Luigi melongo melihat gadis itu kabur begitu saja "Ck! Padahal makhluknya ada di sebelah gue, tapi gak berani ngasih langsung ke orangnya." Gumam Luigi heran. 

Luigi pun menyodorkan kotak bekal yang diberikan oleh gadis tadi pada Tyler. "Nih! Punya lo." Ujar Luigi pada Tyler.

Tapi bukannya di terima, Tyler hanya menatap sekilas kotak makan itu dan berjalan pergi.

"Buat lo aja." Ujar Tyler. 

Luigi pun menggelengkan kepalanya melihat Tyler pergi. "Yeee.. dasar makhluk antartika." Ujar Luigi.

Tiba tiba kotak itu berpindah ke tangan Renan, dan langsung di buka. "Dari pada ribut, buat gue aja. Lumayan, buat snack di kelas, hehehe." Ujar Renan.

Tapi belum sempat Renan mengambil satu kukis dari kotak bekal itu, kotaknya langsung kembali ditutup oleh Jack. "Pala lo! Lo minta di semprot guru?" Ujar Jack, sembari menutup kembali kotak itu. 

Renan dengan wajah tak relanya mencoba mengambil kotak kukis dari tangan Jack. "Daripada mubazir, Jack..." Ujar Renan, sembari tangan nya mencoba mengambil kotak itu lagi, walau tak berhasil.

Luigi menampol tangan Renan.

"Ish! Ayo cepet, makan nya ntar aja." Ujar Luigi.

Mereka semua pun pergi dari sana dan menuju ke kelas. Saat di dalam kelas, semua gadis langsung duduk merapihkan diri mereka karena Tyler dan kawan kawannya masuk.

Seperti biasanya, Luigi langsung melancarkan aksi gombalan mautnya. "Pagi, beautiful.." Sapa Luigi pada salah satu teman kelasnya.

Gadis yang di sapa Luigi pun tersenyum karena di sapa Luigi. "Pagi. " Sahut gadis itu dengan malu - malu.

Luigi berpura pura hampir jatuh dan memegang jantungnya.

"Ugh! Senyumnya menusuk jantung abang. Gimana bisa ada makhluk sebegini cantik dan menggemaskan." Ujar Luigi, dan gadis itu tambah salah tingkah.

"Hoek!" Renan dan Jack kompak menirukan orang muntah.

Renan dan Jack tertawa melihat kekonyolan temannya itu. "Gombalan mautnya keluar." Ujar Renan.

"Iri bilang boss.." Ujar Luigi, dan dua temannya terkekeh. Guru pun masuk, dan rupanya hari ini adalah hari yang paling Tyler dan kawan kawannya benci, adalah pelajaran bahasa Inggris.

"Morning.." Sapa guru.

"Morning, miss." Sahut semua murid, dan duduk dengan baik. 

Luigi menyembunyikan wajahnya dengan tangan lalu menendang kaki Renan.

"Woi! kenapa lo gak bilang kalo hari ini bahasa Inggris." Bisik Luigi pada Renan.

Rupanya Renan juga menyembunyikan wajahnya. "Gue mana inget ini hari apa." Sahut Renan berbisik.

"Haish!" Luigi mengeram.

"Tumben kalian duduk manis di kelas? Apakah sudah mendapat cahaya ilahi?" Ujar guru. Renan, Jack dan Luigi hanya bisa menyengir saja.

" Hehehe, iya miss, lagi tobat." Sahut Luigi, dan gurunya hanya bisa menggelengkan kepala. 

"Sudahlah, hari ini kalian tidak akan mendapat ceramah dari saya, karena hari ini kita akan menyambut datangnya murid baru. Silahkan masuk, nak." Ucap Guru pada calon siswa barunya.

Rupanya seorang gadis, dia berjalan masuk dengan gugup sembari memegang tas slempangnya.

"Jangan takut, perkenalkan dirimu pada teman temanmu." Ujar guru.

"Baik, miss." Sahut gadis itu, dan mulai menatap semua orang di kelas barunya itu. 

"Halo.. perkenalkan, saya Lana. Mohon bantuannya." Ujar gadis yang ternyata bernama Lana.

Dan saat ini, Tyler menatap Lana tanpa berkedip. Tatapannya datar dan tajam, tapi tidak menyiratkan kebencian atau apapaun hanya menatap saja.

"Silahkan duduk, nah di depan Luigi ada bangku kosong." Ujar guru, menujuk bangku kosong. Luigi dengan senang hati melambaikan tangannya ke arah Lana. 

Lana pun tersenyum, "Baik, miss." Ujar Lana.

Dan kebetulan, bangku di depan Luigi ini ada di sisi kiri Tyler, yang berarti Lana duduk di sebelah Tyler, namun beda barisan. Lana di barisan tengah, Tyler di sisi Jendela dan duduk dengan Jack.

Tyler menatap Lana hingga sampai Lana duduk di bangkunya, dan itu tidak lepas dari tatapan Tyler. "Lo kenal dia, Ty?" Bisik Jack, dan Tyler menggeleng. 

Pelajaran Pun dimulai, semua murid di sana tampak belajar dengan baik, kecuali Tyler dan kawan kawan yang seperti cacing kepanasan saat ini.

Hingga akhirnya sekolah selesai, Tyler dan kawan kawannya langsung keluar dari kelas, begitu juga dengan semua murid yang lain.

"Ke markas??" Tanya Luigi sambil naik ke atas motornya.

"Kemana lagi.." sahut Renan, sembari memakai helmnya. 

Empat sekawan itu pun pergi dari sekolah dengan motor besar mereka yang membuat bising sekolah.

Saat di jalan ketika jalanan sedang macet, Perhatian Tyler teralihkan dengan sosok yang tidak asing, Lana.

Tyler melihat Lana yang sedang berdiri seperti menunggu angkutan umum, Tyler hanya melihat dan melewati Lana begitu saja, lalu langsung menancap gas ketika jalanan senggang.

Sementara Lana, dia masuk kedalam bus umum, dan melaju pergi juga dari sana.

Waktu berlalu, malam harinya..

"BRUM!! BRUM!! BRUM!!" Suara deru motor yang saling bersahutan, terdengar sangat keras dan bising. 

"TYLEEERRRRR!!!! " Teriak Lugi dengan suara kerasnya dan heboh. 

Renan langsung mengusap telinganya karena terkejut dengan teriakan Luigi. "Gil4! gendang telinga gue bisa pecah, dodol!" Ujar Renan protes. 

"Hehe, maaf." Ucap Luigi, dan menampol pundak Renan. 

Motor pun langsung tancap gas ketika bendera di kibarkan. Tyler dengan kemahiran mengemudinya, dia meliuk - liuk dengan indah, seperti pembalap profesional.

"Taruhan, siapa kira - kira yang menang malam ini." Ujar Jack.

Renan memutar bola matanya, "Orang bego juga tahu Tyler udah jelas bakal menang." Ujar Renan.

"Ah, bener juga." Ucap Jack.

Dan setelah beberapa saat menunggu, akhirnya Tyler sungguhan muncul di barisan paling pertama, Tyler pemenangnya.

"Who -ho-ho.. Tyler kita menang!" Teriak Renan heboh.

Tyler langsung dipeluk oleh kawan kawannya, dan mereka ber- tos ria.

"Gue bilang juga apa, Tyler pasti menang." Ujar Jack.

Tapi suasana menjadi hening ketika suara deru motor lain masuk ke kerumunan. Terlihat Tyler langsung menatap dingin pemilik motor itu, Kyle yang datang dengan Fia.

Kyle membuka helm dan bertanya pada salah seorang peserta di sana.

"Siapa pemenangnya??" Tanya Kyle.

Dan semua orang menyebut nama Tyler. Sementara Tyler, Renan, Jack dan Luigi hanya menatap datar Kyle dengan Fia.

Luigi menatap jijik pada Fia.

"Emang bener - bener cewek gampangan, kemaren - kemaren nyari Tyler, sekarang udah pindah sama cowok lain." Ujar Luigi, sengaja dengan suara sedikit keras. 

Kyle menatap Fia dan Fia menggelengkan kepalanya. Fia langsung menghampiri Kyle, dan memeluknya. "Dulu kan kita teman, aku hanya ingin mengunjungi temanku." Ujar Fia.

"Ck! Fu*k you Bit*h. Kita gak pernah mengakui pernah punya temen memalukan kayak elo." Ujar Renan pada Fia.

Tyler yang semakin panas langsung menyalakan kembali motornya.

"Ayo cabut." Ujar Tyler, dan dia lebih dulu pergi dari sana.

Dan semua orang langsung naik keatas motor mereka masing - masing lalu pergi dari arena balap liar itu.

Tyler tidak menunggu temannya, dia langsung tancap gas begitu saja dan hilang di kegelapan malam. Sementara temannya tahu, Tyler pasti butuh waktu sendiri lagi, jadi mereka memutuskan untuk pulang ke markas saja.

Tyler berhenti di jembatan, dan dia melepas helmnya lalu menguncir kebelakang setengah rambutnya. "Si*l!" Gumam Tyler kesal.

Dia mengeluarkan rokok dari saku jaketnya, kemudian menyalakannya dan menatap pemandangan malam yang hampir pagi itu.

"Lo bisa Ty, lupain dia. Gak ada perempuan baik - baik di dunia ini, kecuali ambu." Gumam Tyler, sembari menyesap rokok di di tangannya. 

Dan tak lama, lagi - lagi Tyler melihat Lana yang berjalan melewatinya begitu saja. Tyler melihat jam di tangannya, dan selalu saat sekitar jam tiga pagi, Lana akan muncul di jembatan itu.

'Ini anak bukan hantu penunggu jembatan ini, kan? Kenapa dia kalo muncul selalu di jam tiga pagi dan jalan kaya orang beg*.' Batin Tyler. Ya, Lana kembali berjalan sembari menghitung uang di tangannya.

'Apa dia gak takut di jambret atau di begal? Ngitung duit sembarangan gitu, cewek aneh.' Batin Tyler.

Dan seperti biasanya, Tyler akan menatap gadis itu hingga hilang di ujung jembatan, tanpa Lana tahu bahwa di sana ada Tyler.

TO BE CONTINUED..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!