Hujan lebat turun dari langit kelam, menghantam tanah dengan suara gemuruh yang menggetarkan. Di sebuah pangkalan militer yang terletak di tepi hutan, para prajurit berlarian mencari perlindungan dari derasnya guyuran hujan. Di tengah kekacauan itu, seorang pria tegap berdiri tegak di luar, membiarkan tetes-tetes air hujan menyiraminya tanpa merasakannya.
Kapten Nakula memperhatikan pelatihan malam para pasukannya dengan tatapan tajamnya. Bagi mereka, cuaca buruk bukanlah halangan untuk terus berlatih. Baginya, pasukannya adalah segalanya, dan memastikan mereka siap dalam segala kondisi adalah prioritas utamanya.
Ketika pelatihan berakhir dan para prajurit bergegas kembali ke barak mereka, Nakula masuk ke markas. Ia membuka laporan operasional yang baru saja diterimanya dan mendalami setiap detailnya. Sebagai seorang kapten pasukan khusus, ketelitian dan keteguhan hati adalah prinsip hidupnya.
Hari itu, kehidupan Nakula berubah tak terduga. Seorang tentara terluka parah dalam operasi rahasia dibawa ke markas mereka. Luka-luka serius membayanginya saat ia dipindahkan ke ruang perawatan darurat. Lukas berdiri di sana, melihat dengan hati-hati para dokter dan perawat yang berjuang keras untuk menyelamatkan nyawa prajurit tersebut.
Tiba-tiba, pandangannya tertuju pada seseorang yang berbeda dari yang lain. Seorang wanita dengan Jilbab Cokelat panjang, mengenakan mantel putih berlumuran darah, dan masih tetap tersenyum. Terlihat jelas betapa besar kepeduliannya terhadap pasien yang terluka.
Nakula merasa sesuatu yang aneh saat melihatnya, perasaan yang sudah lama tidak dirasakannya. Ia merasa tertarik pada sosok wanita itu tanpa alasan yang jelas. Mungkinkah hatinya yang sejak lama dingin mulai melunak karena sosok seorang wanita?
Pintu ruang perawatan darurat terbuka dan Nakula melihat para dokter dan perawat bergantian keluar. Ia menyadari bahwa wanita itu harus menjadi salah satu dari mereka. Ia memutuskan untuk menemuinya dan berterima kasih atas dedikasinya untuk menyelamatkan nyawa para prajuritnya.
Nakula berjalan dengan langkah mantap menuju wanita itu yang sedang menanggalkan sarung tangan medisnya. Ketika wanita itu menoleh dan melihatnya, sebuah senyum hangat menyapanya. Perasaan aneh semakin menguat di dalam diri Nakula, tapi ia berusaha mengendalikannya.
"Terima kasih atas bantuannya," ucap Nakula, dengan suara serak dan tenang.
"Sama-sama," jawab wanita itu dengan senyum ramah. "Saya Dr. Zia. Saya hanya melakukan tugas saya sebagai seorang dokter."
Nakula mengangguk mengakui, "Saya Kapten Nakula, komandan pasukan khusus di pangkalan ini."
Dalam beberapa menit singkat, Nakula dan Zia saling berbicara tentang tugas mereka dan apa yang telah mereka lakukan untuk membantu sesama. Tidak ada keangkuhan dalam percakapan mereka, hanya saling pengertian dan rasa hormat. Perasaan aneh yang sebelumnya menghantuinya, tiba-tiba lenyap ketika berbicara dengan Zia.
Namun, ketika Nakula menyadari bahwa perbincangan mereka menjadi lebih pribadi, ia secara refleks menutup diri lagi. Ia merasa perlu menjaga jarak dan melindungi dirinya dari kemungkinan terluka. Namun, ia juga merasa sulit untuk menolak kehadiran Zia yang ceria dan baik hati di sekitarnya.
Di tengah kebingungannya, ada sesuatu yang telah berubah dalam hati Nakula sejak pertemuan mereka yang tak terduga. Antara dingin yang biasanya menyelimuti hatinya dan keceriaan yang dihadirkan Zia, ada perasaan baru yang muncul, seperti bunga yang bermekaran di tengah badai.
Dalam hati Nakula, ia tahu bahwa pertemuan mereka adalah awal dari kisah yang akan mengubah hidupnya selamanya. Bagaimana perasaan ini akan mempengaruhi hubungan mereka? Dan akankah Nakula mengizinkan dirinya untuk membuka hati kembali dan menerima cinta dari seseorang yang begitu berbeda dengannya?
Hari-hari berlalu di pangkalan militer itu, dan setiap kali Nakula berjalan melewati ruang perawatan, hatinya selalu mencari sosok Zia. Mereka sering bertemu saat para prajurit membawa kembali rekan-rekan mereka yang terluka dari medan perang. Namun, Nakula tetap mencoba menjaga jarak dengan tetap terlihat dingin dan profesional di depannya.
Suatu pagi, Nakula sedang berjalan menuju kantin untuk sarapan. Langit cerah dan sinar matahari menyapa, tapi hati Nakula tetap terasa hampa. Ia merasa kesepian di tengah keramaian, dan walaupun ia selalu dikelilingi oleh pasukannya, ada perasaan kosong yang tak bisa dijelaskan.
Saat melangkah masuk ke kantin, tatapannya tiba-tiba tertuju pada sosok Zia yang sedang duduk sendiri di sudut ruangan. Ia membaca buku sambil sesekali tersenyum. Nakula merasa heran, seorang dokter yang sibuk seperti dia masih menyempatkan waktu untuk membaca buku di tengah-tengah kesibukannya.
Tanpa disadarinya, langkah Nakula mendekati meja Zia dengan sendirinya. Ia menghela nafas kecil untuk menenangkan diri sebelum akhirnya bersuara, "Apakah kau selalu membawa buku di mana pun kau pergi?"
Zia tersenyum lembut dan menutup bukunya. "Ya, membaca adalah cara saya untuk bersantai dan melupakan sejenak segala urusan medis yang mengelilingi saya."
Nakula duduk di kursi kosong di hadapannya. "Kau memang sosok yang unik," ucapnya dengan nada hangat yang jarang terdengar dari bibirnya.
Zia tertawa ringan, "Mungkin begitu. Tapi saya merasa lebih dekat dengan diri saya sendiri saat membaca. Ada sesuatu yang menenangkan dalam dunia buku."
Perbincangan mereka berlanjut, dan semakin banyak waktu yang mereka habiskan bersama, semakin terbuka hati Nakula terhadap keceriaan dan kebaikan Zia. Mereka menemukan kesenangan dalam berbicara tentang hal-hal yang tidak pernah mereka bagi dengan orang lain.
Saat bersama Zia, Nakula merasa nyaman berbicara tentang masa lalunya yang kelam. Ia mengungkapkan bagaimana kehilangan orang yang dicintainya dalam perang dan bagaimana itu mengubahnya menjadi sosok yang lebih dingin dan tertutup.
Zia mendengarkan dengan penuh perhatian, menawarkan dukungan dan pengertian tanpa menilai atau mencela. Ia melihat di balik sikap dingin Nakula ada luka yang belum sembuh, dan ia ingin membantu Nakula mengatasi rasa sakit itu.
Nakul juga tertarik dengan cerita Zia tentang bagaimana ia menjadi seorang dokter dan perjuangannya dalam mengatasi cobaan hidupnya. Zia telah kehilangan orang tuanya ketika masih muda dan harus menghadapi banyak kesulitan sebelum akhirnya menjadi seorang dokter yang berhasil.
Setiap kali Nakula dan Zia berbicara, mereka semakin merasa nyaman satu sama lain. Mereka saling melengkapi dengan baik, seperti dua puzzle yang akhirnya menemukan tempatnya. Nakula mulai menyadari bahwa kehadiran Zia membantu melunakkan hatinya yang dingin dan membuatnya merasa hidup lagi.
Namun, di tengah semua kebahagiaan itu, ketakutan Nakula masih ada. Ia takut membuka hati sepenuhnya dan mencintai lagi, takut menghadapi risiko kehilangan seseorang yang dicintainya lagi. Ia tahu bahwa untuk mencapai kebahagiaan bersama, ia harus memperjuangkan perasaannya dan mengatasi rasa takutnya.
Pada suatu malam, setelah hari yang panjang dan melelahkan, Nakula dan Zia berjalan bersama di bawah langit berbintang. Sesaat mereka berhenti di bawah cahaya bulan yang bersinar terang.
"Zia" ucap Nakula dengan ragu, "aku... aku mulai merasa sesuatu padamu, tapi aku takut."
Zia menatapnya dengan lembut, "Takut akan apa, Nakula?"
"Takut untuk mencintai dan kemudian kehilangan lagi," kata Nakula pelan. "Tapi aku juga tak ingin melepaskan perasaan ini. Aku merasa bahagia saat bersamamu."
Zia tersenyum, meletakkan tangannya di atas tangannya. "Ketakutan itu wajar, Nakula. Kita semua pernah merasakannya. Tapi tak ada kebahagiaan tanpa risiko. Jika kita tak berani menghadapi rasa takut, kita takkan pernah menemukan cinta yang sejati."
Nakula memandangnya dengan perasaan campur aduk. Ada keteguhan dalam matanya, tapi juga kerentanannya yang tersembunyi.
"Zia, aku ingin mencoba," ucapnya dengan tegas. "Aku ingin mencoba mencintaimu tanpa takut kehilangan."
Senyum ceria melintas di wajah Zia, "Aku juga ingin mencoba, Nakula. Kita bisa menghadapi segala hal bersama-sama."
Mereka saling tersenyum, merasakan kehangatan cinta yang tumbuh di antara mereka. Inilah awal dari perjalanan mereka dalam menyembuhkan luka dan menemukan kebahagiaan di antara dingin dan ceria.
Dan saat mereka berjalan bersama di bawah langit berbintang, Nakula merasa hatinya menjadi lebih hangat dari sebelumnya, karena kini ia memiliki seseorang yang memahami dan mencintainya apa adanya. Dan Zia, dia menemukan sosok yang selalu dapat membawanya ke dalam cahaya, bahkan di tengah kegelapan.
Waktu berlalu, dan kehadiran Zia semakin menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan Nakula. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, baik di pangkalan militer maupun di luar tugas. Meskipun sikap dingin Nakula masih terkadang muncul, namun ketika bersama Zia, ia tidak bisa menahan senyum dan rasa hangat yang timbul di hatinya.
Suatu sore, setelah selesai menjalani latihan fisik yang melelahkan, Nakula berjalan sendirian menuju ruang perawatan. Ia merasakan rasa pegal dan sakit di seluruh tubuhnya, namun ia tahu dokter tidak akan memberi keringanan padanya. Namun, saat masuk ke ruang perawatan, ia kaget melihat Zia sedang duduk di sana dengan senyum cerah di wajahnya.
"Zia? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Nakula dengan heran.
Zia melihat ke arahnya, dan senyumnya semakin melebar. "Oh, hai Nakula. Aku hanya menunggumu. Apakah kau merasa sakit atau terluka setelah latihan tadi?"
Nakula sedikit merasa malu karena Zia tampak mengerti apa yang terjadi padanya. "Hanya pegal-pegal biasa, tak perlu dikhawatirkan."
"Baiklah, tetapi sebaiknya kita periksa saja untuk memastikan semuanya baik-baik saja," ucap Zia dengan penuh perhatian.
Nakula mengangguk setuju, dan Zia membantunya duduk di salah satu tempat tidur. Dengan lembut, Zia memeriksa tubuhnya sambil bertanya tentang gejala yang dirasakannya. Nakula merasa aneh, biasanya ia yang berurusan dengan orang-orang yang terluka, tapi kali ini ia menjadi pasien Zia.
"Semuanya terlihat baik," kata Zia sambil mengangguk puas. "Cukup banyak pegal karena latihan keras, tapi tidak ada cedera serius."
"Terima kasih, Dokter Zia," kata Nakula sambil tersenyum tipis.
"Apa itu senyum kecil yang muncul di wajahmu, Kapten?" tanya Zia dengan senyum yang lembut.
Nakula merasa keterkejutan. Ia tidak menyadari bahwa senyumnya muncul dengan sendirinya di hadapan Zia. "Oh, itu tidak apa-apa," jawabnya cepat.
Zia tertawa kecil. "Kau tahu, Kapten Nakula, senyum itu indah. Aku ingin melihatnya lebih sering, tahu."
Nakula merasa wajahnya memanas. Ia tidak tahu bagaimana harus merespons kata-kata Zia yang tiba-tiba begitu berani mengungkapkan perasaannya. "Zia, aku... aku tidak terlalu terbiasa dengan..."
Sebelum Nakula sempat menyelesaikan kalimatnya, Zia menyentuh tangannya dengan lembut. "Kau tidak perlu berusaha menyembunyikan dirimu dari orang lain, Nakula. Aku ingin mengenalmu lebih dalam, termasuk bagian-bagian dari dirimu yang kau coba sembunyikan."
Nakula terdiam sejenak, melihat mata Zia yang penuh kehangatan. Ia merasa ada magnet yang menariknya pada wanita di hadapannya ini. "Aku hanya takut membuka hati, Zia. Aku takut cinta yang tumbuh bisa menyakiti kita."
Zia melepaskan genggaman tangannya dan duduk berdekatan dengannya. "Cinta memang membawa risiko, Nakula. Tapi itu juga yang membuat hidup berharga. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tapi aku percaya bahwa kita berdua bisa melewati apapun jika kita bersama."
Nakula mengamati wajah Zia dengan seksama. Dia melihat keberanian dan kehangatan di matanya. Sekarang ia menyadari bahwa Zia bukanlah seseorang yang hanya akan memberi kebahagiaan semu, tapi juga orang yang berani memahami dan berbagi beban dalam hidup.
"Aku... aku ingin mencoba," ucap Nakula dengan hati-hati.
Senyum bahagia merekah di wajah Zia. "Itu sudah cukup bagiku, Nakula. Aku senang kau memberi kesempatan padaku. Kita akan melangkah bersama dan melihat apa yang masa depan tawarkan."
Dengan hati yang penuh harapan, Nakula dan Zia saling berpegangan tangan. Di hadapan mereka, sebuah kisah cinta yang indah dan tak terduga mulai tumbuh. Di antara dinginnya Nakula dan cerianya Zia, mereka menemukan kenyamanan dan kebahagiaan yang jarang mereka rasakan sebelumnya. Kini, mereka siap untuk menghadapi semua cobaan dan mengukir cerita cinta yang takkan pernah terlupakan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!