NovelToon NovelToon

Pengawal Dan Nona Shena

Bab 1 : PDNS

Hari ini jam 9 malam disebuah cafe. Tempat itu sudah dihiasi dengan warna warni balon disetiap sudut tembok ruangan dan bunga-bunga mawar putih disetiap meja. Tidak ada pengunjung disana, hanya nampak seorang gadis duduk sendirian disalah satu kursi dengan wajah yang mulai gelisah.

Sebuah kue terpampang diatas meja. Happy anniversary 2 tahun, begitulah tulisan yang tertulis di atas kue itu. Sudah sejak 2 jam yang lalu gadis itu duduk disana, namun tidak ada yang datang menghampirinya

Rambutnya dibuat sedikit bergelombang dan diikat sedikit kebelakang bagian depannya. Menggunakan dress putih lengan pendek dengan panjang selutut. Memiliki kulit putih bersih, tinggi 165cm dan berat badan 50kg. Cukup ideal bukan untuk seorang perempuan?

Beberapa orang mungkin tak asing dengan wajahnya, gadis itu bernama Shena Adhitama. Putri bungsu Jordy Adhitama, pemilik perusahaan Mega Group yang terkenal dikota itu. Shena memiliki seorang kakak laki-laki bernama Rico Adhitama yang sudah menikah dan tinggal terpisah dengannya dan kedua orangtuanya.

(Shena Adhitama)

Usianya baru menginjak 22 tahun, saat ini Shena duduk dibangku kuliah Universitas ternama dikota itu. Tahun ini dia memasuki semester 6 jurusan manajemen.

Hidup berkecukupan tak membuat Shena memiliki banyak teman. Namun, dia memiliki teman sejak kecil bernama Rayyan dan sudah 2 tahun ini Shena menjalin hubungan pacaran dengan Rayyan.

Suara langkah kaki berjalan memasuki ruangan itu, mendekat ke arah Shena. Seorang pria berbadan tinggi tegap dan berpakaian formal berdiri tepat disamping gadis itu.

"Nona, sudah jam 9 lewat 40 menit, kita harus kembali sebelum jam 10 malam. Atau tuan besar akan marah pada nona" ucap pria itu. Pria itu bernama Anton, orang kepercayaan Jordy yang ditugaskan khusus untuk menjadi pengawal pribadi Shena.

"Tunggu 15 menit lagi, aku akan menyusul ke mobil" Shena menjawab tanpa menoleh ke arah pengawalnya. Dia masih berharap jika Rayyan akan datang menemuinya.

Pria itu sedikit menundukkan kepalanya, berbalik dan berjalan pergi meninggalkan Shena. Sementara Shena kembali termenung, beberapa jam yang lalu dia sudah menelfon Rayyan untuk datang ke cafe itu tepat jam 7 malam. Entah lupa atau bagaimana tapi pemuda itu belum juga datang. Padahal Rayyan bukanlah pria yang suka membuatnya menunggu.

15 menit berlalu, tak ada tanda-tanda Rayyan akan datang. Suara langkah kaki kembali datang menghampiri, tapi kali ini bukan Anton yang datang.

"Cafenya sudah mau tutup, sebaiknya angkat kakimu dari sini dan jangan berharap orang yang kamu tunggu akan datang" sebuah suara berhasil menarik perhatian Shena hingga menoleh ke arahnya.

"Berani sekali kamu bicara seperti itu, apa kamu tidak mengenalku? Aku sudah membooking tempat ini jadi terserah aku mau pergi atau tidak!" Shena menatap pemuda dihadapannya, dari penampilannya dia seperti bukan pelayan cafe disana.

Senyum menyeringai tergambar diwajah pemuda itu. Pemuda dengan tinggi sekitar 180cm dan memakai jaket berwarna hitam dan kaos abu-abu, serta rambutnya yang di cat berwarna putih keemasan membuatnya terkesan seperti pemuda berandalan dimata Shena.

(Hugo)

"Sayang sekali, cantik tapi bodoh!" ujar pemuda itu. Pandangan mata Shena kembali menatap kearahnya, kali ini dengan wajah kesal.

"Siapa yang kamu bilang bodoh?!" Shena berseru, dia segera bangun dari duduknya, berdiri menghadap pemuda itu dengan kesal.

"Apa disini ada pengunjung lain selain dirimu? Ternyata selain bodoh kamu juga tuli ya?" ucapan itu membuat Shena semakin kesal. Apa pemuda itu tidak mengenal siapa Shena Adhitama?

Bibirnya baru saja terbuka dan belum sempat mengeluarkan suara, pemuda itu kembali membuatnya kesal dengan menyuruh para pelayan disana untuk menutup cafe itu.

"Kamu benar-benar ya!!" tunjuk Shena, dia sangat marah.

Namun, Pemuda itu tak menghiraukannya, dia menarik kakinya pergi, menghampiri salah satu pelayan wanita dan menyuruhnya untuk mengganti pakaiannya.

Pemuda itu bernama Hugo Arva Bimantara, biasa disapa Hugo. Dia datang ke cafe itu hanya untuk menjemput temannya yang bernama Sherly yang kebetulan bekerja sebagai pelayan cafe di sana.

Dengan wajah kesal Shena berjalan keluar cafe, dia melihat Hugo yang sedang duduk diatas motor besarnya. Pemuda itu melihat kearahnya, sedetik kemudian memalingkan wajahnya kembali. Rasanya Shena ingin sekali menghampiri dan menarik rambut emasnya, namun Anton sudah menunggu dan membukakan pintu mobil untuknya.

Mendengar suara mobil yang dinaiki gadis itu pergi, Hugo menatap kembali ke arah mobil itu. Dari arah belakang, 5 motor melaju mengikuti dibelakang mobil itu. Hugo menyadari sepertinya gadis itu dalam bahaya, namun itu bukan urusannya.

Setelah cukup jauh dari area cafe, dari dalam mobil, Anton menyadari dan melihat dari spion mobil beberapa motor mengikuti dari arah belakang dan dia pun mulai waspada. Saat melintas di tempat yang sepi para pengendara motor menyalip dan menghadang mobil itu dari depan.

Mobil berhenti, Shena nampak begitu ketakutan melihat beberapa orang sudah turun dari motor dan berjalan mendekati mobilnya. Sementara Anton mencoba untuk bersikap tenang dan menyuruh Shena untuk tetap berada di dalam mobil dan tidak ikut turun.

Anton turun dari dalam mobil, para preman itu langsung menyerang hingga terjadilah perkelahian. Dari dalam mobil, Shena terlihat panik, dia mencoba menelfon papanya untuk meminta bantuan. Belum sempat tersambung, sebuah tangan membuka pintu mobil belakang dan menarik tangan Shena dengan paksa. Shena menjerit ketakutan dan menjatuhkan ponselnya. Kini dia sudah berhasil keluar dari dalam mobilnya.

Mendapat beberapa pukulan diwajah dan tubuhnya, Anton sudah terkulai lemah diatas aspal. Kini giliran Shena yang menjadi incaran para preman itu. Mereka menarik tangan Shena dan mengarahkannya ke semak-semak.

"Lepaskan....!!" Shena terus berteriak dan memberontak, membuat para preman itu semakin ingin menyentuhnya.

"Berteriaklah cantik, setelah ini kamu akan mendesah hebat" ujar salah satu dari mereka dan yang lainnya menertawakan hingga suara tawa mereka memecahkan keheningan malam itu.

Salah seorang menarik gaun yang dipakai Shena hingga robek di bagian lengannya, membuat gadis itu semakin berteriak ketakutan. Tubuhnya terdorong dan jatuh ke rerumputan.

"Tidak!! Jangan mendekat!!" Shena menarik dirinya mundur saat para preman itu semakin mendekat kearahnya.

Dugghh...!!!

Dugghh...!!!

Tendangan mendarat satu persatu pada tubuh lima preman itu hingga mereka tumbang. Hugo sudah berdiri disana dengan senyum menyeringai, menatap satu persatu para berandalan yang terduduk diatas rerumputan.

Mereka kembali bangun dan kembali menyerang, perkelahian pun tak terelakkan lagi. Namun Hugo yang ahli beladiri pun bisa mengalahkan mereka satu persatu hingga para berandalan itu tak sanggup melawan lagi. Mereka kembali menaiki motornya dan melajukannya dengan cepat seperti sedang dikejar setan.

Pandangan Hugo tertuju pada Shena. Dia melepaskan jaketnya dan memakaikannya pada bahu Shena untuk menutupi gaun Shena yang sobek. Shena hanya terdiam, tubuhnya masih bergetar dan matanya berembun. Hugo menggenggam tangannya dan membawanya ke arah mobilnya.

"Nona Shena tidak apa-apa?" tanya Anton sambil memegangi perutnya yang sakit karena pukulan dari preman-preman tadi.

Shena menganggukkan kepalanya "Iya, aku tidak apa-apa"

Anton menatap pada Hugo dan berterima kasih padanya "Terimakasih anak muda"

Namun, Hugo tidak menjawab, dia melepaskan tangan Shena dan berjalan ke arah motornya, melajukannya pergi meninggalkan tempat itu. Shena menatap ke arah kepergiannya. Selepas kepergian Hugo, Shena dan pengawalnya pun kembali naik kedalam mobil, ikut pergi meninggalkan tempat itu.

💘💘💘

Disebuah rumah kosong, seorang pria mengamuk dan membanting semua barang-barang yang ada diruangan itu setelah mendapatkan laporan dari orang-orang suruhannya.

Lima orang preman itu diam tak bergeming melihat amukan bosnya.

"Aku menyuruh kalian untuk menakut-nakutinya, bukan untuk melecehkannya!! Dasar tidak becus!!" pria itu berseru kesal pada lima orang preman didepannya.

Setelah melampiaskan kemarahannya dan merasa usahanya gagal, pria itu pergi keluar meninggalkan tempat itu beserta lima preman suruhannya disana.

🌼🌼🌼

Bab 2 : PDNS

Melihat Shena pulang dengan penampilan acak-acakan dan wajah pengawalnya penuh dengan luka membuat Jordy terlihat begitu cemas dan khawatir. Dia meminta Shena masuk ke kamarnya dan mulai mengintogerasi Anton diruang kerjanya.

Anton mulai menceritakan kejadian yang menimpa mereka dijalan pulang tadi. Dia berkelahi dengan para preman sementara Shena hampir dilecehkan, beruntung ada seorang pemuda yang menolong mereka.

Mendengar cerita pengawal itu membuat Jordy merasa tertarik dengan pemuda itu dan menyuruhnya untuk membawanya ke hadapannya. Anton mengiyakan, mungkin besok dia akan mengunjungi cafe tadi untuk mencari keberadaan pemuda tadi. Karena sebelumnya dia melihat pemuda itu berada didepan cafe tadi.

Didalam kamarnya, Shena yang sudah mengganti pakaiannya dengan baju tidur tengah duduk ditepi ranjang, dia memegangi jaket pemuda yang menolongnya tadi.

"Dia sudah mengatai aku bodoh dan tuli, tapi dia juga sudah menolongku" gumam Shena mengingat kejadian tadi.

Namun Shena tetap begitu kesal setiap teringat ucapan pemuda itu yang mengatainya gadis bodoh dan tuli. Dengan cepat Shena melempar jaket ditangannya ke arah sofa, lalu dia membaringkan tubuhnya di atas ranjang untuk melupakan kejadian malam ini.

Malam merambat ke pagi, keesokan harinya seorang pelayan wanita masuk ke dalam kamar Shena.

"Nona Shena, sudah waktunya untuk bangun. Nona harus berangkat ke kampus dan tuan Jordy juga sudah menunggu nona dibawah" ucap pelayan Anna, dia membuka gorden dan merapikan buku-buku yang berantakan diatas meja belajar Shena.

Pelayan Anna adalah salah satu pelayan dikeluarga Adhitama, dia sangat akrab dengan Shena. Karena usia mereka yang seumuran membuat Shena merasa nyaman untuk berteman dan sering curhat pada pelayan Anna.

Anna berjalan ke arah sofa, dia melihat sebuah jaket disana. Anna mengambilnya dan membolak-balik jaket itu.

"Jaket siapa ini nona? Dari baunya seperti bukan milik tuan muda Rayyan" tanya Anna mencium aroma jaket itu.

"Nnggghhhh...." Shena menggeliat, menarik kembali selimut dan memeluk bantal guling nya.

"Jam berapa ini?" Shena bertanya tanpa membuka matanya, rasanya dia masih sangat malas untuk beranjak dari tempat tidurnya.

"Sudah hampir jam 8 nona. Oya, kakak nona juga ada dibawah" ucap Anna, membuat mata Shena langsung terbuka lebar mendengarnya dan bergegas bangun.

"Kak Rico ada dibawah?" Shena bertanya sekali lagi untuk memastikan, Anna menganggukkan kepalanya.

Dengan cepat Shena membuka selimut dan bergegas bangun dari ranjangnya. Dia berlari ke arah pintu dan turun ke lantai bawah. Dibawah sana Rico yang datang bersama istrinya dan sedang duduk ngobrol disofa bersama mama dan papanya langsung bangun saat melihat adiknya itu berlari kearahnya dan berhambur kepelukannya.

Begitulah Shena, dia sangat menyayangi kakaknya itu, karena Rico juga selalu memanjakannya. Namun tidak begitu dengan istri Rico, Cecilia yang nampak tidak begitu suka dengan keakraban dua kakak beradik itu.

"Sudah jam berapa ini Shena? Kamu pasti baru bangun?" tebak Rico, mencubit lembut hidung mancung Shena.

Shena melepaskan pelukannya dan menatap kakaknya.

"Kakak juga baru datang. Terakhir kakak datang dihari ulang tahunku 2 bulan yang lalu" Shena memanyunkan bibirnya, bersikap manja pada kakaknya.

"Kamu tidak kuliah?" tanya Rico, membuat Shena teringat kalau dia harus menemui Rayyan untuk menanyakan kenapa pemuda itu tidak datang semalam ke cafe.

"Ya Tuhan, aku hampir lupa!" Shena menepuk jidatnya sendiri, dia berlari kembali ke lantai atas sambil berteriak meminta Rico menunggunya hingga dia pulang kuliah. Rico dan kedua orangtuanya hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Shena.

Setelah Shena pergi, Jordy beranjak dari duduknya dan menyuruh Rico untuk ikut keruangan kerjanya. Rico mengangguk dan mengikuti dibelakang, meninggalkan Cecilia bersama mamanya.

💘💘💘

Siang itu dua orang pria berpakaian hitam dan menggunakan kacamata hitam datang menemui Hugo di markasnya. Sebuah bangunan kecil tidak terpakai yang sering dijadikan tempat untuk menyendiri bagi Hugo.

Dua orang itu adalah orang suruhan pria bertopeng yang beberapa waktu lalu datang menemui Hugo saat perjalanan pulang dari rumah sakit setelah menunggui ibunya. Sepertinya orang-orang itu sudah mengikutinya sejak dia dirumah sakit.

Pria bertopeng itu menceritakan tentang ayah Hugo yang bekerja sebagai pengawal setia keluarga Adhitama, dia harus meninggal secara tragis demi kesetiaannya pada keluarga Adhitama.

"Bos ingin bertemu denganmu" ujar salah seorang dari mereka saat melihat Hugo sedang duduk dikursi dengan kedua kakinya dinaikkan menumpuk di atas meja.

"Aku tidak ingin menemuinya" jawab pemuda berusia 25 tahun itu.

Tak ingin berlama-lama dengan dua orang itu, Hugo menarik tubuhnya dari kursi. Dua pria itu memberikan serangan, namun dengan cepat Hugo segera menangkisnya hingga mereka terjatuh di atas lantai dengan beberapa pukulan dari Hugo.

"Ingat Hugo, jika ayahmu mati karena dibunuh. Apa kamu tidak ingin tau siapa pembunuh ayahmu? Sementara ibumu sekarang berada di rumah sakit, kamu butuh biaya untuk itu juga bukan?" ucapan itu menghentikan langkah Hugo.

Ayah Hugo meninggal saat dia berusia 7 tahun, sejak saat itu dia hanya tinggal berdua dengan ibunya dan harus pindah ke rumah yang lebih kecil di pinggiran kota.

"Tinggalkan alamatnya di atas meja, aku akan menemuinya sendiri" Hugo berjalan pergi meninggalkan markasnya, dan dua orang itu menuliskan sebuah alamat di selembar kertas. Kemudian mereka menaruh di atas meja, lalu pergi meninggalkan tempat itu.

💘💘💘

Dikampus, Shena menarik pergelangan tangan Rayyan saat pemuda itu hendak keluar dari kelas.

"Kita perlu bicara" ucap Shena

"Tidak disini" Rayyan melepaskan tangannya dan sekarang dia yang menggenggam tangan Shena, membawanya keluar dari kelas menuju ke tempat yang lebih sepi.

Keberadaan mereka tentunya tak luput dari pengawasan seorang pengawal yang ditugaskan untuk selalu menjaga Shena. Kali bukan Anton yang mengawal Shena, karena Anton mengalami luka hingga Jordy menyuruhnya untuk beristirahat.

"Aku sudah datang ke cafe sejak jam 6, tapi kenapa kamu tidak datang?" Shena bersikap tenang, walaupun dalam hatinya dia sangat kesal pada Rayyan.

"Kamu lihat itu" Rayyan menunjuk pada pengawal Shena. "Kita ini pacaran, tapi selalu saja ada orang ketiga diantara kita, bahkan aku mau ngobrol dengan kamu saja rasanya tidak nyaman" ujar Rayyan menghembuskan nafas kesal.

"Kamu mengenalku sejak kecil, mereka adalah orang yang disuruh papaku hanya untuk sekedar menjagaku. Mereka tidak berkaitan dengan hubungan kita Ray" Shena tau Rayyan hanya beralasan, pasti ada alasan lain kenapa Rayyan tidak datang menemuinya di cafe.

"Memang tidak!" kali ini Rayyan terlihat lebih emosi, "Shena! Kita ini pacaran, bukan lagi berteman. Ada hal-hal yang tidak harus diketahui oleh para pengawalmu itu dan dilaporkan ke papamu!" tegas Rayyan.

"Hal apa?" Shena bertanya dengan polosnya, membuat Rayyan lagi-lagi hanya bisa menarik nafas panjang.

Dua tahun berpacaran dengan Shena, jangankan untuk berciuman, menggandeng tangannya saja sudah tidak nyaman. Kemanapun mereka pergi, pengawal Shena selalu ikut. Tidak pernah bisa hanya untuk sekedar berduaan seperti orang pacaran pada umumnya.

"Sudah lupakan saja, aku masih ada urusan" Rayyan memilih pergi, Shena hendak mengejarnya namun pengawalnya lebih dulu datang menghampiri dan mengingatkan Shena untuk segera pulang ke rumah.

Di dalam mobil Shena merenung, hal apa yang tidak pernah dia lakukan dengan Rayyan selama mereka berpacaran. Padahal Rayyan juga tau jika sejak kecil dia memang selalu dijaga oleh pengawal. Tapi kenapa baru sekarang Rayyan mempermasalahkannya?

Mata Shena menatap ke luar jendela kaca mobilnya, menyenderkan kepalanya ke punggung kursi. Tak sengaja matanya menangkap dua orang yang baru saja turun dari dalam mobil, mereka berjalan dengan bergandengan tangan.

"Rayyan....." Shena berkata lirih, dia melihat Rayyan menggandeng tangan seorang gadis. Dia adalah Viona, teman seangkatan mereka dikampus.

🌼🌼🌼

Bab 3 : PDNS

Ingin rasanya air mata Shena menetes, melihat Rayyan bergandengan tangan dengan Viona. Inikah yang disebut pengkhianatan?

Selama ini Rayyan begitu lembut dan manis padanya. Namun akhir-akhir ini Rayyan sedikit berubah dan seperti menjauh darinya. Sekali lagi Shena menoleh, dia melihat ke arah dua orang disana yang berjalan memasuki sebuah butik.

"Tolong hentikan mobilnya, aku ingin turun sebentar" Shena meminta supirnya untuk menghentikan mobil, dia ingin menemui Rayyan dan Viona.

"Maaf nona tapi kita harus segera sampai dirumah, tuan besar menyuruh saya untuk tidak mengijinkan nona pergi selain ke kampus" jawab pengawal yang duduk disamping sopir.

Mendapat larangan seperti ini sudah biasa bagi Shena, karena sejak kecil dia memang selalu dijaga oleh seorang pengawal. Padahal dia ingin turun sebentar untuk menanyakan pada Rayyan apa maksud pria itu pergi dengan Viona.

Mobil melintas dipertigaan jalan, terlihat beberapa orang pemuda sedang berkelahi didepan sana hingga membuat mobil yang dinaiki Shena tidak bisa lewat dan terpaksa berhenti.

Nampak didepan sana Hugo sedang berkelahi melawan beberapa orang pemuda, Hugo berhasil mengalahkan mereka. Para pemuda itu pergi ketakutan dan meninggalkan Hugo sendirian. Tak berselang lama sebuah mobil berwarna hitam menghampirinya, memberikan amplop berwarna coklat yang berisikan uang dari jendela kaca mobil.

Begitulah pekerjaan Hugo, dia akan membantu orang untuk menumpas musuh mereka dan mendapatkan imbalan dari pekerjaannya itu.

"Sudah terlihat dari penampilannya kalau dia seorang berandalan" umpat Shena dari dalam mobil.

"Nona mengenalnya?" tanya pengawal Shena penasaran.

"Ya, dia yang menolongku semalam" jawab Shena

Mendengar jawaban Shena, pengawal itu meminta ijin untuk turun sebentar, dia meminta Shena untuk tidak turun dari dalam mobil. Pengawal itu pergi menghampiri ke arah Hugo saat mobil didepannya sudah melaju pergi.

Sebelumnya pengawal itu sudah mendengar cerita dari Anton tentang apa yang terjadi semalam, dan tuan Jordy memintanya untuk membawa pemuda yang menolong Shena semalam.

"Permisi, bisa kita bicara sebentar?" tanya pengawal Shena, dia mengambil sesuatu dari saku kemejanya dan memberikannya pada Hugo.

"Tuan kami ingin bertemu denganmu, silahkan datang ke alamat itu untuk menemuinya" tambahnya.

Hugo menatap ke arah kartu nama ditangannya yang berisikan alamat perusahaan Mega Group yang sangat terkenal dikota itu "akan aku pikirkan"

Pengawal itu meninggalkan Hugo, dia kembali ke mobil dan menyuruh supir untuk melajukan mobilnya kembali.

Mobil itu melaju melewati Hugo, dia bisa melihat seorang gadis di dalam mobil itu. Gadis itu juga sedang melihat ke arahnya. Hugo mengingat wajah gadis itu sebagai gadis yang berada di cafe dan gadis yang sudah dia tolong semalam. Hugo tersenyum simpul, memasukkan kartu nama itu ke saku jaketnya, dia kembali menaiki motornya yang terparkir tidak jauh dari sana.

Hugo pergi ke rumah sakit untuk menjemput Sherly, dia akan mengantarkan gadis itu berangkat kerja. Selama ini Sherly yang selalu membantunya menjaga ibunya selama di rumah sakit. Dan dia bertugas mengantar jemput gadis itu sebagai ucapan terima kasih.

Sherly adalah teman yang Hugo kenal sejak dia dan ibunya pindah ke rumah yang sekarang dia tempati. Hugo membuka pintu kamar dimana ibunya dirawat, ibunya sedang tidur diatas brankar dengan selang infus yang terpasang ditubuhnya. Sherly yang melihatnya datang mendekat ke arahnya.

"Berkelahi lagi?" Sherly bertanya, dia melihat luka pukulan diwajah Hugo.

"Hanya ini cara cepat untuk menghasilkan uang" jawab Hugo, luka kecil seperti itu sudah biasa bagi Hugo.

Tak ingin ibunya Hugo terbangun dan mendengar pembicaraan mereka, Sherly menarik tangan Hugo keluar, dia menutup pintu ruangan itu.

"Kamu bisa bekerja di cafe tempatku bekerja dan tidak perlu mempertaruhkan nyawamu seperti ini hanya untuk menghasilkan uang" ucap Sherly, dia begitu mencemaskan pria dihadapannya itu. Karena diam-diam Sherly menaruh hati pada Hugo.

"Gaji di cafe sebulan bisa aku dapatkan dalam satu hari" jawab Hugo. "Bagaimana keadaan ibu?" tanyanya.

Sherly diam menunduk, dia ingat kata dokter tadi jika ibunya Hugo harus segera dioperasi dan biayanya tidak sedikit. Dia tidak mau Hugo berkelahi lagi hanya untuk mendapatkan uang demi membiayai operasi itu nantinya.

"Kenapa diam?" Hugo tau pasti ada sesuatu yang Sherly sembunyikan tentang kondisi ibunya.

"Dokter bilang ibumu harus menjalani operasi batu ginjal. Hugo, aku tidak mau kamu mencari uang dengan cara berkelahi. Aku akan mencari cara untuk membantumu mencari biaya untuk operasi ibumu" Sherly mengutarakan keinginannya, dia tidak ingin Hugo benar-benar akan mengorbankan nyawanya demi mencari uang untuk operasi ibunya.

Mengumpulkan uang untuk biaya operasi tentunya akan memakan waktu lama, bahkan jika dia menjual motornya juga tidak akan bisa untuk menutup biaya operasi. Sementara kondisi ibunya sudah semakin menurun. Hugo teringat pria bertopeng dan dua orang yang disuruh untuk menemuinya tadi di markas. Sepertinya dia akan menemui pria bertopeng itu untuk membantunya membiayai operasi ibunya.

💘💘💘

Anna membuka pintu kamar Shena dan melihat gadis itu sedang duduk termenung di atas ranjangnya.

"Nona Shena..." Anna memanggil namun Shena tidak mendengarnya karena sedang sibuk dengan pikirannya sendiri.

Anna berjalan mendekat dan memanggil Shena sekali lagi, namun Shena tetap terdiam tidak menjawabnya. Karena cemas, Anna mengguncang pundaknya pelan dan membuat Shena tersadar dari lamunannya.

"Saya datang untuk melihat nona, ini sudah hampir jam 10 malam. Kenapa nona belum tidur?" tanya Anna cemas.

"Aku tidak bisa tidur" jawab Shena, dia menyuruh Anna duduk disampingnya, menghadap ke arahnya.

"Ada apa nona? Apa nona bertengkar dengan tuan muda Rayyan? Bukankah semalam kalian baru merayakan anniversary jadian kalian yang ke dua" Anna bertanya karena dia belum mengetahui jika semalam Rayyan tidak datang ke cafe untuk menemui Shena.

Akhirnya Shena menceritakan apa yang terjadi semalam, lalu kejadian tadi siang saat Shena melihat Rayyan pergi dengan Viona.

"Menurutmu apakah Rayyan telah berselingkuh dibelakangku?" Shena curiga jika Rayyan benar berselingkuh dengan Viona, namun dia ingin mendengar pendapat Anna.

Mendengar cerita Shena, sebenarnya Anna bisa menyimpulkan jika Rayyan memang selingkuh dibelakang Shena. Namun selama ini Anna bisa melihat jika Rayyan sangat mencintai Shena. Apakah iya Rayyan benar-benar mencintai wanita selingkuhannya itu atau hanya sekedar pelarian saja.

"Tidak perlu dipikirkan nona, besok nona masih bisa bertemu dengan tuan muda Rayyan dan bisa menanyakannya langsung" Anna mencoba menghibur, dia berharap hubungan Shena dan Rayyan akan baik-baik saja.

Shena mengangguk, kemudian dia membaringkan tubuhnya di ranjang besarnya. Anna membantunya menyelimuti tubuhnya dan mematikan lampu kamarnya sebelum keluar.

Ditempat lain, Hugo dengan mengendarai motor besarnya datang menemui pria bertopeng disebuah rumah sesuai alamat yang tertulis di kertas yang ditulis dua orang pria yang menemuinya dimarkasnya tadi siang.

Rumah itu tidak terlalu besar dan tidak memiliki tetangga karena letaknya yang cukup jauh dari rumah yang lainnya. Para penjaga sudah menunggu di pintu gerbang untuk menyambut kedatangannya. Dua diantaranya mengarahkan Hugo kesebuah ruangan dimana bos mereka sudah menunggu di sana.

Seorang pria dengan wajah memakai topeng dan berpakaian serba hitam serta jubah hitam sudah menunggu dan duduk di atas sofa. Menatap ke arah Hugo yang baru datang bersama dua orang penjaganya.

"Hugo... Aku tau kamu pasti akan datang" ucap pria bertopeng.

"Katakan saja apa yang harus aku lakukan, aku butuh uang untuk biaya operasi ibuku" Hugo tak ingin berbasa-basi dan langsung mengutarakan maksud kedatangannya.

Mendengar jawaban Hugo, pria bertopeng itu merasa sangat senang dengan jawaban anak muda muda itu yang terlihat begitu sangat berani. Dia menepukkan dua telapak tangannya, beranjak bangun dari duduknya dan berjalan mendekat ke arah Hugo.

Mereka berdiri saling berlawanan arah, pria bertopeng menepuk pundak Hugo.

"Aku punya pekerjaan bagus untukmu. Pekerjaan ini bisa membantumu mencari tau tentang kematian ayahmu, dan masalah biaya operasi ibumu kamu tidak perlu khawatir " pria bertopeng menatap wajah serius Hugo. Dia yakin Hugo tidak akan menolak pekerjaan yang dia berikan.

"Pekerjaan apa itu?" Hugo bertanya dengan tatapan masih lurus kedepan.

Pria bertopeng mendekatkan wajahnya ke telinga Hugo, dia mulai berbisik "Menjadi pengawal nona Shena"

🌼🌼🌼

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!