NovelToon NovelToon

Dipaksa Menikah

1. Laki Laki menyebalkan

Seorang wanita tengah berjalan di sore hari dengan membawa sepelastik belanjaan yang baru saja ia beli di Toko kelontong, sesekali ia melihat ke atas langit yang terlihat sangat mendung dan akan turun hujan.

angin yang berhembus membuat Wanita itu tersenyum di balik cadar hitam nya, nampaknya ia sangat menikmati cuaca sore itu. Wanita Itu adalah Safira, Gadis cantik yang menggunakan cadar.

"Kayaknya sebentar lagi mau turun hujan"

"Aku harus segera pulang biar gak kehujanan di jalan" Sambungnya kembali.

ia pun mempercepat langkah kakinya, namun ia terhenti ketika ia tidak sengaja menabrak seseorang laki laki.

"Aww" Ucap nya terjatuh bersama kantung belanjaan yang ia pegang.

"Ma-maaf, saya gak sengaja" Ucap nya.

Safira dengan cepat mengambil belanjaan miliknya yang terjatuh berserakan di tanah, namun tangannya terhenti saat mendengar suara laki-laki yang memaki dirinya.

"Apa lo gak punya mata hah?!" Bentak laki laki yang baru saja tidak sengaja bertabrakan dengannya.

"Saya kan udah bilang gak sengaja---"

Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya namun terpotong ketika Safira

mendongakkan kepalanya ke atas dan melihat ternyata orang yang ia kenal.

"ngapa lo liat-liat gue hah ? Lihat ini Gara-gara lo nabrak gue, baju gue jadi kotor!" Ucap laki-laki itu dengan mengibas pakaiannya yang kotor.

Safira pun langsung berdiri dan menatap mata milik laki-laki itu untuk memastikan.

DEGHH

kemudian Safira memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Daffa.. " guman Safira dalam hati.

"Dia tidak mungkin mengenali aku kan?" Ucap Safira kembali.

"Heh lo Budeg ya? Tanggung jawab sekarang!" Kata Daffa yang sedari tadi terlihat sangat kesal.

Safira yang mendengar perkataan itu mencoba menahan kesabarannya agar tidak terpancing emosi.

"Sabar Fir" ucapnya dalam hati sambil menghirup napas dalam-dalam.

Sepertinya Daffa memang tidak mengenali gadis yang sedang di ajak bicara olehnya, karena Safira kini menggunakan cadar. Sehingga tidak menamppakkan wajahnya.

"Gimana gua harus bertanggung jawab?" Tanya Safira.

"Percuma juga, lo ga akan mampu buat beli baju ini yang mahal ini" ucap daffa yang sombong merendahkan Safira.

"Gue bisa mencucinya jika kamu mau" Ucap Safira.

"Apa? Cuci lo bilang? Gak usah deh ! Yang ada malah semakin kotor!" Ucap Daffa yang membuat Safira hilang kesabaran.

"Ya udah!" ucap Safira kembali memasukkan belanjaan miliknya yang

berserakan di tanah.

Karena tak terima mendapat perlakuan acuh dari gadis yang di anggapnya salah, Daffa pun berinisiatif menginjak salah satu belanjaan milik Safira.

Melihat belanjaan miliknya di injak secara sengaja Safira pun marah.

"Bisa sopan gak sih?" Bentak Safira yang mulai emosi.

"Aduh sorry, gak sengaja!" Dengan suara dan wajah yang telihat mengejek.

"Dasar perempuan kampungan! Minggir lo" Ucap Daffa sambil pergi meninggalkan Safira.

*****

"Muka lo asem banget bro" Ucap Farhan.

"Sial banget hari ini, baru aja dua hari balik ke indonesia udah ada aja masalah" Ujar Daffa.

"Masalah apa sih? Friska lagi?" Tanya Farhan.

Friska adalah kekasih Daffa yang berprofesi sebagai model.

"Bukan, tadi gue gak sengaja nabrak cewek kampungan di depan situ" ucap Daffa menerangkan.

"Halah halah, itu cuma masalah sepele" Farhan menenangkan daffa.

"Apa lo bilang? Mata lo ga liat baju gue jadi kotor?" Ucap Daffa sedikit kesal.

Memiliki sifat perfeksionis membuat Daffa membenci hal hal kotor apalagi jika baju miliknya yang kotor.

"Ayok gue antar ke mall sekarang buat beli baju yang baru" Ucap Farhan.

"Gak perlu!" Ucap Daffa yang masih kesal.

"By the way lo udah tau belum kabar tentang Safira?" Tanya Farhan.

Daffa menggelengkan kepalanya.

"gak usah bahas bahas Safira lagi deh han, nggak ada urusannya sama gue juga kan? Lagian udah lama juga. Dan gue udah lupain semua tentang Safira" Tutur Daffa.

Farhan hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban mengerti.

Pagi hari nya, ketika Safira sedang menunggu angkutan umum untuk berangkat ke kantor, dari kejauhan ia melihat wanita yang sudah berusia tua hendak menyebrang namun kesulitan.

Karena tak tega melihatnya, Safira pun menghampiri wanita tua itu untuk menawarkan bantuan.

"Assalamu'alaikum, mau saya bantu menyebrang?" Ucap Safira dengan ramah.

"Wa'alaikumussalam, ah.. Apa tidak merepotkan nak?" Tanya wanita itu.

"Ngga papa nek, ayok saya bantu menyebrang" Jawab Safira dengan suara lembut.

Safira pun menggandeng tangan milik wanita tua itu, dengan pelan-pelan ia membantu menyebrangi jalanan yang banyak kendaraan yang berlalu lalang.

"Alhamdulillah sudah sampai, kalau begitu saya pamit ya nek" Ucap Safira.

"Tunggu---" Cegah wanita tua yang baru saja Safira bantu.

"lya nek, ada apa ya?" Tanya Safira dengan bingunh.

"Ini untuk kamu jajan" Ucap wanita tua mengeluarkan uang dari kantung bajunya.

"Tidak perlu nek, lebih baik nenek simpan saja uangnya" Tolak Safira dengan lembut.

"Baiklah, boleh oma tahu nama kamu nak?"

" saya Safira nek"

"Safira, nama yang cantik" Ucap wanita yang tidak lagi muda.

"Ah..Satu lagi, jangan panggil nenek. Safira

bisa panggil oma saja" Titahnya.

"Baik nek, eh maksudnya oma" Jawab Safira yang sedikit malu-malu.

"Jadi nama oma siapa?" Lanjut Safira bertanya.

"Oma Rahma" Jawabnya lembut.

Tiba-tiba sebuah mobil mewah berwarna putih berhenti di hadapan mereka, membuat obrolan di antara ke dua wanita yang berbeda usia itu terhenti.

Tidak lama kemudian, seorang laki-laki berpakaian jas hitam berpostur tinggi pun turun dari mobil dan menghampiri mereka berdua.

"Mohon maaf nyonya besar telah membuat anda menunggu lama" Ucap laki-laki yang berpakaian serba hitam itu.

Laki-laki itu adalah Roy ajudan oma Rahma yang selalu mengawal sang majikan di mana pun berada.

"Bagaimana jika kamu bareng oma saja nak? Biar sekalian nanti ajudan oma antar kamu ke tempat kerja kamu" Tawar oma Rahma.

"Ah gak usah oma, biar Fira naik angkot saja" ucap Safira menolak.

"Ngga perlu sungkan nak, oma pun senang jika kamu menerima tawaran oma. Bagaimana?" Ucap oma Rahma penuh harap.

Safira yang sungkan menerima, tetapi tidak enak jika menolak pun akhirnya mengiyakan permintaan oma.

"Baiklah oma, maaf kalo jadi merepotkan" Ucap Safira yang kini merasa tidak enak.

"Tidak, sama sekali tidak merepotkan. Justru oma senang bisa bertemu dengan gadis yang sangat baik dan sopan seperti kamu nak " Ucapnya memuji Safira yang baru saja ia kenal.

Kini mobil yang Safira tumpangi pun melaju melewati jalan raya, namun tiba-tiba ponsel milik Safira bergetar dilihatnya panggilan masuk dari sang paman.

"Oma, Fira izin angkat telfon sebentar ya" Ucap Safira yang hendak menerima panggilan pada Ponsel miliknya.

"Silahkan nak, jangan sungkan sungkan" Jawab oma Rahma.

"Halo Assalamu'alaikum mang"

"Wa'alaikumussalam neng, neng Fira gimana kabarnya? Baik?' Ucap laki-laki dari seberang telfon.

Di dengarnya suara gemetar dari sang paman, Safira pun panik.

"Baik mang alhamdulillah, mang Ardi ada apa di sana? Semua baik-baik aja kan?" Tanya Safira Cemas.

''Anu neng.. Gimana ya mang Ardi jelasinnya''

"Mang jangan buat Fira panik atuh ih, ada apa?" Tanya Safira yang semakin panik.

"Itu neng, si baron. Dia teh nanyain neng Fira terus dia juga ngancem keluarga mang Ardi kalo gak nikahin neng Fira sama dia'' Ucap Ardi kepada sang ponakan.

2. Anak Pemilik Perusahaan

"Muka lo asem banget sih Daf" Ucap Farhan.

"Sial banget gue hari ini, baru dua hari balik ke indonesia udah ada aja masalah" Ujar Daffa.

"Masalah apa? Friska lagi?" Tanya Farhan.

Friska adalah pacar Daffa yang berprofesi sebagai model.

"Bukan itu, tadi gue gak sengaja nabrak cewek kampungan di depan" ucap Daffa menerangkan.

"Halah halah, itu cuma masalah sepele" Farhan menenangkan.

"Apa lo bilang? Mata Lo ga liat baju gue jadi kotor?" Kesal Daffa.

 

Baron adalah pemuda kaya raya yang tinggal di desa tempat Fira dan keluarganya tinggal. Sejak lama baron telah

menyukai Fira. Walaupun penampilan Fira kini tertutup dengan mengenakan cadar tidak membuat baron berhenti untuk menjadikan Fira sebagai seorang istri.

Ancaman demi ancaman pun sudah biasa Fira dan keluarganya terima, tetapi semenjak Fira kuliah hingga bekerja di kota Fira sesekali hanya pulang ke desanya. Karena Fira merasa tidak nyaman jika berada di sana berlama-lama.

"Baron belum menyerah juga ya mang ?" Tanya Safira lirih.

'Belum neng, lebih baik neng Fira jangan pulang ke sini dulu kalo libur. Insyaallah kalo mang Ardi dan bi Rani ada rezeki nanti kami aja yang main ke sana ya, mang Ardi teh khawatir neng sama kamu' Ucap Ardi.

"Iya mang" Jawab Safira yang lemas mendengar penuturan sang paman.

"Ya udah atuh ya neng, mang Ardi mau berangkat ke kios dulu. Kamu hati-hati di sana. Assalamu'alaikum' Ucap Ardi menutup telfon dari seberang sana.

"Iya mang, wa'alaikumussalam"

Setelah menutup telfon dari sang paman air mata bening milik Safira pun jatuh yang sedari tadi ia tahan. la merasa takdir tak adil bagi dirinya.

Setelah kedua orang tua Safira meninggal hanya Ardi sang paman lah satu-satunya keluarga yang Safira miliki. Namun kini ia tidak bisa bertemu karena ancaman yang bisa saja membahayakan bagi Safira dan

keluarga dari pamannya.

"Hiks hiks hiks.. Ya Allah, kuatkan Fira" Gumam nya yang terdengar oleh oma Rahma.

ia melihat ke arah wanita yang tidak lagi muda, segera ia usap cairan bening di pelupuk matanya.

"Oma" Lirihnya Safira menundukkan kepalanya menahan isak kan tangis yang bisa saja pecah saat itu juga.

"Nak Fira" Panggil Rahma dengan lembut.

"Iya oma"

"Kamu bisa peluk oma jika kamu mau"

Mendengar ucapan dari oma Rahma membuat Tangis yang sedari tadi Safira tahan susah payah pun pecah dipelukan oma.

Safira pun menghamburkan pelukannya di dekapan oma Rahma.

"Hiks hiks hiks" Tangisan Safira semakin kencang.

Seperti menemukan rumah untuk Safira pulang, peluk kan dari oma Rahma begitu membuatnya tenang dan nyaman.

"Terimakasih banyak ya oma" Ucap Safira.

"Tidak perlu berterima kasih, kamu bisa kapan saja peluk oma jika kamu mau" ucapnya yang selalu lembut.

"Sudah yang tenang sekarang ya?" Lanjutnya.

"iya oma alhamdulillah"

Mobil hitam milik oma Rahma pun telah sampai di depan perusahaan tempat Safira bekerja.

"Kamu bekerja di sini ya nak?" Tanya oma Rahma kepada Safira.

"Iya oma, Fira mau masuk dulu ya. Terima kasih banyak atas tumpangannya " Ucap safira.

"Masuklah nak" Jawab oma Rahma dengan tersenyum hangat seraya mengelus pucuk kepala milik Safira.

Safira mengangguk lalu berpamitan untuk masuk.

"Assalamu'alaikumn oma"

"Wa'alaikumussalam"

*****

Di meja makan berbahan kaca sudah tertata rapih menu hidangan yang siapapun melihatnya pasti langsung selera.

Begitupun dengan keluarga Bagaskara Wijaya, mereka yang saat ini sedang menikmati makan malam yang dibuat oleh koki pribadi di rumahnya.

Suasana hening di meja makan, hanya bunyi dentingan dari sendok dan garpu saja yang terdengar.

"Daffa" Panggil oma Rahma membuka suara.

"Iya oma" Jawab Daffa menatap wanita tua yang amat ia sayangi.

"Apa rencana mu ke depan ?" Tanya oma Rahma.

"Aku akan bekerja di perusahaan papah mulai besok oma" Jawab Daffa.

"Terus?" Tanya oma Rahma yang membutuhkan jawaban lain.

"Maksud oma gimana?" Ucap Daffa ang tidak mengerti apa yang omanya katakan.

"Usiamu saat ini sudah berapa tahun ?"

"Sudah dua puluh tujuh tahun oma"

"Jadi?" Tanya oma Rahma yang mwmbuaf daffa bingung tak mengerti.

"Maksud oma?" Lagi-lagi Daffa tidak memahami apa yang sebenarnya sang nenek ingin tanyakan.

"Pernikahan" Ucap oma Rahma.

"Pernikahan? Maksud oma apa?"Tanya Daffa penuh kebingungan.

"Kapan kamu akan menikah ?" Tanya Rahma serius.

Mendengar itu pun Aida sebagai seorang ibu dari Daffa langsung menyela obrolan antara nenek dan cucu.

"Bu, Daffa baru saja kembali ke indonesia, biarkanlah Daffa fokus pada pekerjaannya dulu." Kata Aida membela sang putra.

"Pernikahan tidak akan mengganggu pekerjaannya, lagi pula umur dia sudah cukup matang untuk menikah. Lalu mau tunggu apalagi?"tanya Oma Rahma.

Aida kesal dengan apa yang di katakan sang mertuanya itu. Tetapi ia pun tidak bisa melawan.

"Oma.. " Panggil Daffa.

"Biarkan Daffa bicara dengan Friska dulu ya, apakah ia siap untuk menikah atau

tidak" Sambung Daffa menjelaskan.

"Lagi pula Daffa tidak ingin memaksa Friska menikah jika dia belum siap" Tutur Daffa kembali.

"Lalu jika dia tidak siap? Berarti kamu harus siap dengan pilihan oma" Ucap oma Rahma.

"Ibu. " Kali ini Bagaskara angkat bicara.

Mendengar suara dari sang putra oma Rahma melirik ke arahbBagaskara berada.

"Kamu pun tidak setuju dengan ibu? Baiklah mulai sekarang ibu tidak akan lagi ikut campur apapun urusan kalian!" Kata oma Rahma kecewa.

Oma Rahma yang belum selesai dengan makan malamnya kini pergi meninggalkan meja makan menuju kamarnya.

"Bukan seperti itu bu---" Belum sempat Bagaskara menyelesaikan kalimatnya namun oma Rahma sudah pergi meninggalkan mereka.

 

Di perusahaan Wijaya Corp terlihat para karyawan tengah sibuk bekerja, beberapa dari mereka tengah mempersiapkan dokumen untuk rapat yang siang ini akan di adakan.

Rumor bahwa sang putra dari pemilik perushaan Wijaya Corp akan datang pun telah tersebar ke seluruh karyawan.

"Penasaran deh gimana putra dari pak bagaskara" Kata Cika salah satu karyawan.

"Ganteng sih pasti, gue harus dapetin dia pokoknya!" Timpal Sinta.

Para karyawan khususnya kaum wanita saling berebut untuk mendapatkan laki-laki yang bahkan orangnya saja belum mereka lihat.

Safira yang mulai risih mendengar suara dari teman sekantornya yang saling berebut itu pun tidak habis pikir, apa yang

sebenarnya mereka rebutkan?

Di ruangan meeting beberapabdari karyawan sudah berkumpul dengan membawa dokumen yang telah mereka siapkan masing-masing.

Meeting kali ini berbeda dengan meeting biasanya, selain Bagaskara akan memimpin meeting seperti biasa Bagaskara pun akan memperkenalkan putranya yang baru saja kembali ke indonesia dan akan bekerja di perusahaan yang akan menjadi penerusnya nanti.

Ceklek

Suara pintu terdengar dan perlahan mulai terbuka, terlihat dua lelaki berbeda usia memasukibruangan.

DEG

Safira membelalakkan matanya sempurna saat melihat laki-laki yang berjalan di belakang Bagaskara.

"Apa aku tidak salah libat?"Ucap Safira sambil mengucek matanya dengan

cepat.

"Daffa. Jadi dia anak dari pak Bagaskara?" Ucap Fira dalam hati

Sepanjang meeting Safira banyak menunduk, ia takut akan dikenali oleh Daffa sang mantan kekasihnya saat mereka dudukdi bangku SMA.

Meeting pun selesai, kini Bagaskara dan Daffa pun meninggalkan ruangan, begitu pun dengan para karyawan.

Safira yang masih berada di ruangan meeting itu sengaja keluar belakangan untuk menghindari bertemu dengan Daffa.

3. Permintaan Oma

Namun siapa yang menyangka, saat semua karyawan sudah meninggalkan

ruangan terkecuali Safira.

Daffa justru kembali masuk ke ruangan rapat dan menutup pintu dengan rapat. Safira yang melihat Daffa mendekat ke arahnya, dia langsung buru-buru membereskan dokumen miliknya yang ada di atas meja.

Rasanya sangat tidak nyaman jika berada dalam satu ruangan dengan seorang laki-laki yang bukan muhrim baginya.

"Saya permisi dulu pak" Ucap Safira yang hendak keluar.

Daffa pun tersenyum simpul.

"Lo! Cewek kampungan yang kemarin nabrak gue di jalan kan?!!" Tanya Daffa dengan wajah yang marah.

"Dia tidak mengenaliku?" Tanya Safira dalam hati.

"Lo budeg ya?" Ejek Daffa yang kini mulai kesal.

Dugaan Safira ternyata benar, sepertinya Daffa memang tidak mengenali dirinya.

"Terus apa yang harus saya lakukan pak? Dan biarkan saya keluar dulu, agar tidak menjadi fitnah" Ucap Safira.

Satira yang merasa tidak nyaman.

"Apa? Lo mau Keluar? Nggak boleh !" Tegas Daffa sambil menggebrak pintu.

"Astaghfirullah" Ucap Safira yang terdengar oleh telinga Daffa.

Entah apa yang ada di pikiran Daffa, Padahal ia sudah meminta maaf, tetapi dia tetap mencecar Safira dengan kasar.

"Bisa-bisanya papah gue mempekerjakan perempuan kaya lo di perusahaan ini" Ucap Daffa dengan menunjuk ke arah Safira.

Safira yang hilang kesabarannya kali ini pun memberanikan diri untuk melawan pedasnya lisan dari Daffa.

"Sebenarnya mau bapak itu apa?" Kata Safira dengan nyolot.

"Loo!" Ucap Daffa yang merasa kesal karena sedang di ejek oleh Safira.

"Lo nantangin gue hah?!" Ucap Daffa dengan bertanya.

"Tidak sama sekali, lagi pula apa bapak tidak capek marah terus?"

"Nggak usah sok akrab sama gue lo ya!"

Drt drt drt

Ponsel milik Daffa bergetar, ia pun segera menjawab panggilan masuk di ponsel miliknya.

"Kali ini gue biarin lo lolos ya cewek kampungan!" Ucap Daffa sebelum meninggalkan ruangan rapat.

*****

Oma Rahma lupa untuk meminta nomor ponsel Safira kemarin, sehingga saat ini oma Rahma kesulitan menghubungi safira.

"Roy, pergi ke kantor pada saat jam pulang kerja nanti. terus kamu jemput Safira ya dan bawa safira kemari." perintah oma Rahma kepada sang ajudan.

"Baik nyonya " Jawab Roy .

***

"Alhamdulillah sudah waktunya pulang, mampir belanja dulu kali ya biar sekalian" Ucap Safira berguman.

"Fir, gue duluan ya" Ucap Cika.

"oke, hati-hati di jalan ya cik" Kata Safira.

"Oke" Cika melambaikan tangannya ke arah Safira.

Safira pun kini mulai berjalan keluar perusahaan, tiba-tiba laki-laki berjas hitam bertubuh kekar yang kemarin ia temui itu pun menghampirinya.

"Nona Safira, saya dapat perintah dari nyonya besar untuk menjemput safira" Ucap Roy.

"Tunggu--- kamu ajudan oma Rahma yang kemarin itu kan?" Tanya Safira untuk memastikan.

"iya " Jawab Roy singkat.

"Jadi kamu kesini disuruh oma buat jemput aku?" Tanya Safira kembali.

Roy hanya menjawab dengan anggukkan kepala . Safira berpikir sejenak. Lalu ia pun menyetujui.

"Baiklah"

Mobil hitam yang membawa Safira kini telah memasuki halaman rumah yang sangat mewah milik Seorang wanita tua.

Ternyata oma sudah menunggu kedatangannya di halaman depan rumah mewah itu.

"Assalamu'alaikum oma" Safira memberi salam.

Safira sangat senang bisa bertemu kembali dengan oma Rahma, itu terlihat dari senyuman yang begitu merekah dari balik cadarnya. Itu bisa di lihat dari bentuk matanya yang menyipit bak bulan sabit.

"Wa'alaikumussalam Fira, alhamdulillah akhirnya kita bertemu kembali. Maaf sudah membawamu kemari pasti kau sangat Capek kan ?" Ucap oma Rahma.

"Ayok masuk dulu" Lanjut oma Rahma kembali dengan menggandeng tangan milik Safira.

Oma Rahma membawa Safira ke ruang keluarga, dan mempersilahkannya duduk di sofa yang begitu empuk.

"Fira mau minum apa nak?" Tanya oma Rahma.

"Tidak perlu oma, Safira tidak haus" Tolak Safira lembut.

"Fira.. Tolong jangan merasa tidak enak ya, oma mau kamu menganggap oma seperti nenekmu sendiri"

Bola Mata Safira berkaca-kaca mendengar ucapan dari oma Rahma, apa aku tidak berlebihan jika menganggap oma seperti nenekku sendiri? Kata itu seperti muncul di

kepala Safira.

"Apa boleh oma, kalau Safira menganggap seperti itu?" Tanya Safira dengan suara yang sedikit pelan.

"Tentu saja boleh, dengan senang hati" Jawab oma Rahma dengan senyuman hangat.

"Jadi sekarang kamu mau minum apa nak?"

"Air putih saja oma"

"Tunggu sebentar ya, oma panggilkan bi Sumi dulu" Safira pun hanya mengangguk.

"Bi Sumi." Panggil oma Rahma dari ruangan keluarga.

Seorang wanita paruh baya yang namanya di panggil pun berjalan ke arah Safira dan oma Rahma berada.

"Iya nyonya besar, apa ada yang anda butuhkan nyonya?" Tanya bi Sumi.

"Tolong bawakan dua gelas air putih beserta camilan ke sini ya" Titah oma kepada sang asisten rumah tangga.

"Baik nyonya besar" Tidak butuh waktu lama dua gelas air putih beserta camilan yang begitu memenuhi meja pun sudah

tersedia.

Safira mengambil salah satu gelas

tidak lupa ia mengatakan bismillah

sebelum meminum membuat rasa dahaga yang sedari tadi gadis bercadar itu rasakan pun hilang seketika.

"Alhamdulillah" Ucap Safira setelah meminum air yang kini tersisa hanya setengah gelas saja.

"Fira.. Apa kau sudah menikah nak?" Tanya oma tiba-tiba.

"Belum oma" Jawab Safira.

"Bagaimana jika kamu menikah dengan cucu oma nak?" Tanya oma Rahma kembali.

Safira yang baru selesai minum pun tersedak mendengar pertanyaan yang tidak masuk akal baginya.

"Uhuk uhuk uhuk"

"Kamu nggak papa nak?" Cemas oma Rahma mengelus punggung Safira.

"Nggak papa oma, Safira hanya tersedak saja"

"Syukurlah, bagaimana nak dengan pertanyaan oma tadi?"

Rupanya oma serius dengan

ucapannya. Safira diam sejenak. Safira ingin menolak, tetapi takut menyinggung perasaan oma Rahma yang sudah begitu baik terhadapnya. Tetapi jika Safira menerima? Dia saja belum tahu seperti apa cucunya. Apakah dia pria yang baik? Atau

bahkan sebaliknya.

Namun di sisi lain Safira sudah ingin menikah. Agar terbebas dari ancaman baron jika sewaktu-waktu Safira pulang ke desa.

"Nak Safira?" Panggil oma Rahma.

"Ah. Iya oma?" Jawab Safira yang baru saja tersadar dari lamunannya.

"Oma tidak ingin cucu oma salah memilih istri, oma ingin dia berubah menjadi lebih baik. Maka dari itu oma ingin cucu oma menikah denganmu nak Fira'" Ucap oma Rahma memohon.

"Tapi oma---"

Belum Safira menyelesaikan kalimatnya. Oma Rahma kembali memohon membuat

Safira semakin tidak enak hati untuk

menolak.

"Oma Rahma begitu baik, bukankah buah jatuh tidak jauh dari pohonnya?" ucap Safira dalam hati.

"Insyaallah sepertinya cucu oma adalah orang yang baik. Bismillah" Lanjut Safira dalam hati menyakinkan diri sendiri.

"Insyaallah oma, bismillah" Jawab Safira yang membuat senyuman merekah terukir jelas di wajah oma Rahma.

***""

Sementara itu, Di ruangan kerja milik Daffa, Daffa sedang mengirimkan pesan kepada seseorang melalui ponsel miliknya.

'Friska, bisakah kita bertemu sekarang? Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu' ucap Daffa pada pesan teks yang ia kirimkan kepada pujaan hatinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!