Prolog
I didn't choose this life.
I chose him.
This life was just a part of the deal.
Ketika kalian berkata, "Cepat pulang. Aku rindu"
Aku hanya bisa bilang, "Hati-hati. Aku selalu menunggu."
Ketika kalian berkata, "Sudah malam. Beristirahatlah"
Aku hanya bisa bilang, "Pergi dan jagalah negeriku tetap aman"
Ketika kalian berkata, "Kapan kita kencan berdua?"
Aku hanya bisa bilang, "Kapan kita bisa berjumpa?"
Karena aku adalah istri seorang tentara
Yang selalu menjadi nomor dua setelah tugas negara
(Khanza, 2019)
"Udah dong ketawanya" Kendra mencoba merebut album lama dengan cover merah beludru yang sudah usang itu dari tangan gue.
"Apaan sih?" Dengan bibir masih menyunggingkan tawa gue mengamankan benda kotak berisi memori masa kecil calon suami tercinta di belakang punggung.
"Siniin!" tau kalau gue nggak bakal nyerah, si ganteng mengeluarkan jurus 'membekap musuh yang cantik' untuk membekuk gue. Badan gue dikungkung di sudut sofa, dan tangan gue disekap ke belakang. Aduh pak, jangan deket-deket napa. Feromonnya bikin mabok.
Sebelum pak tentara berhasil mengambil alih album yang gue tindihan, gue keluarkan jurus wanita cantik lemah tak berdaya, "Aduduh sakit.."
"Ya makanya siniin"
"Sakit yang..huhuhu.. tangan aku" meskipun tau gue cuma acting, tapi tetep aja hati lembut bagai kapas punya mas ganteng pasti nggak bakalan tega liat gue kayak gini. Dan akhirnya tangan gue dilepas. Yes.
"Eits.." gue menarik kerah si ganteng sebelum dia beranjak dari posisi ****, "Gini aja, mumpung nggak ada Papa." Mubadzir dong, udah posisi enak kayak gini masak mau disia-sianin. Gue dibawah, mas ganteng di atas. Album foto aib masa kecil mas seksi udah aman gue tindih, jadi dengan leluasa tangan gue bisa grepe-grepe calon suami. Hihihi..
"Lepasin Sa, ntar bibik kamu liat" O iya lupa, masih ada bibik asisten rumah tangga gue. Tapi bodo ah. Kapan lagi dapet posisi eunak gini. Meskipun gue udah berstatus calon istrinya, tapi si ganteng masih juga susah diraba-raba. Katanya nanti aja kalau udah halal. Biar lebih bebas dan enak. Pret. Gue udah diubun-ubun ini loh.
"Nggak mau" Gue menggelengkan kepala, "Kasih sun dulu.." dengan nada manja bibir gue sodorkan ke depan.
"Tutup matanya"
Eh beneran? Mas ganteng mau nyipok gue?
"Ya udah nggak jadi"
"Eh eh iya ini aku tutup mata" buru-buru gue merem sebelum si seksi berubah pikiran. Bibir udah manyun ke depan siap dilumat, tapi kok rasanya sekian detik berlalu dan masih belum ada tanda-tanya bibir tebel kenyal manis mas ganteng menyentuh milik gue.
Baru aja mau buka mata, badan gue ditegakin sama dia. Terus album foto yang tadinya gue tindihin diambil dan dia sembunyiin di dalam jaketnya. Sial! Gue dikibulin.
"Curang! Balikin gak!" muka gue berubah marah.
"Ini kan punya aku."
"Kan ibuk udah ngasih itu buat aku"
"Tapi yang ada di dalem sini foto-foto aku"
"Ada foto aku juga"
"Makanya itu, aku aja yang nyimpen, biar kamu selalu deket sama aku"
"Nggak mutu banget gombalannya. Siniin.. Aku aja yang nyimpen."
Tangan gue mencoba meraih jaket Kendra, tapi dapat ditepis dengan mudah olehnya. "Kamu kan udah puas liatin dari tadi" kilah lelaki itu. "Sekarang ini aku simpen"
"Tapi..tapi.. kalau aku pengen liat lagi gimana"
"Ngapain? Kan udah ada versi gedhenya nih dihadapan kamu"
"Ih.. kamu tuh nggak asyik. Aku kan pengen ngebayangin masa depan sperma unyu-unyu kamu nanti jadinya kayak apa"
"Sasa.." Kendra memutar bola matanya.
Gue cengengesan melihat ekpresi jengahnya Kendra mendengar alasan tak berbobot dari mulut gue. Detik berikutnya, mulai gue keluarin ajian bergelayut manja untuk meluluhkan hati si ganteng agar mau menyerahkan album masa kecilnya itu.
"Mas Kendra... Kasihin dong sini... ya.. ya? Ayolah... Kenken.."
"Stop. Jangan panggil pake nama itu ah"
"Loh kenapa? Kan imut"
"Mana ada tentara pake nama imut? Diketawain satu barak nanti"
Oh jadi malu nih dibilang imut. Dasar lelaki. Nggak nyadar apa dia tuh kalau lepas seragam imutnya kebangetan. Kayak bayi gedhe yang masih butuh asupan ASI ekslusif. Susu gue serasa getar-getar gitu kalau bibirnya udah manyun manja. Tapi kalau pake seragam, beuuhh.. serasa jadi prajurit paling gagah perkasa seantariksa. Udah tinggi, tegap, gagah, cakep, kulit eksotis, otot nonjol-nonjol, bikin perawan basah seketika.
"Terus mau dipanggil apa?" tanya gue.
Dengan lagak penuh percaya diri, laki-laki itu menjawab "Panggil Mas.. Mas Kendra"
"Kan udah.." bibir gue deketin di telinganya. "Kalau dikamar"
"Ck, nggak mau kalau cuma di kamar doang. Biar semua orang denger"
Tuh kan. Aura bossy-nya keluar lagi. Tapi nggak pa pa. Gue suka yang dominatif kayak gini.
"Nanti aku panggil Mas deh. Dimana pun dan kapan pun. Tapi balikin albumnya dulu dong" gue masih aja ngerengek.
"Enggak!" jawaban si ganteng tetap tidak berubah.
"Kenapa sih pelit banget. Malu ya?" gue kerjain aja sekalian.
"Siapa yang malu" tuh kan jadi salah tingkah.
"Pasti malu gara-gara ada foto kita lagi mandi bareng waktu kecil. Iya kan?" goda gue sambil menyenggol-nyenggol bahu kokohnya.
"Enggak.." masih aja berkilah.
"Ups... jangan-jangan foto telanjang aku waktu kecil mau kamu liatin tiap mau bobok ya?"
"Enak aja"
Mata gue menyipit semakin menyudutkan si ganteng, "Dari pada liatin foto kecil aku, nanti aku kirimin deh versi dewasanya, ekslusif buat ayang seorang. Nggak cuma bisa diliatin tiap mau bobok, tapi buat ninuninu di kamar mandi juga bisa"
"Hush.. ngomongnya"
"Eh eh.. ayang inget nggak? Dulu ayang suka nyembunyiin celana aku waktu kecil. Kenapa sih? Biar bisa bebas liatin aku nggak pake celananya ya?"
"Ngawur! Kapan aku kayak gitu?"
"Trus ayang juga suka lari-larian di depan aku nggak pake celana. Anunya ayang gelantungan kesana kemari. Inget nggak yang?"
"Nggak usah ngarang-ngarang cerita deh."
"Siapa yang ngarang? Ayang aja yang lupa. Trus waktu itu aku tanya ke ayang, Kenken itu apa, kok Kenken punya Sasa nggak punya? " Gue mengubah nada bicara menyerupai anak-anak. "Ayang jawab gini, Sasa nggak punya ya? Coba liat"
"Nggak ada aku ngomong kayak gitu!" belum selesai cerita, Mas pacar main nyerobot aja.
"Abis itu ayang beneran cek dalem celana aku. Trus ayang bilang, iya ya... Sasa nggak punya, jangan sedih ya.. ini punya Kenken jadi punya Sasa juga kok."
Ngerasa geregetan dengan keusilan gue, tangan Kendra membekap mulut gue yang mulai cekikan menertawakan ekspresi tidak terimanya.
"Diem nggak?"
"Emm... emm..." mulut gue bener-bener dibekap sampai-sampai suara gue nggak bisa keluar. Nggak pa pa deh hari ini dibekap pake tangan. Nanti kalau udah nikah gue harus siap dibekap pake anu. Jadi anggep aja gladi bersih.
"Janji dulu buat diem"
Gue mengangguk-angguk menyetujui.
"Fuih... ayang nih digituin aja malu" ejek gue setelah mulut gue dibebaskan.
"Mulai lagi? Aku pulang nih"
"Eh eh iya iya.. Nggak lagi deh" mengkeret gue diancem gitu aja. Abis gimana? Gue nggak sanggup pisah barang sebentar sama si seksi. Ditinggal ke toliet bentar aja gue udah meraung-raung pengen ikut. Gilak.. bucin gue udah tingkat dewa. Pake ajian pelet apa sih nih laki?
"Jadi berangkat nggak nih? Katanya mau nyari seserahan?"
"Ya jadi dong."
"Kamu mau keluar pake kayak gini? Nggak mau ganti baju dulu?"
"Gantiin yang.."
"Punya tangan dua buat apa?"
"Buat -remas" gue mengangkat kedua tangan gue sambil memeragakan gerakan -remas.
Terlihat jelas gimana Kendra membuang pandangannya sambil menelan saliva. Mungkin membayangkan gimana hebatnya aksi jari-jari gue kalau melingkar di ular-ularannya yang dulu suka gelantungan dibawa lari-lari.
"Eh ayang inget nggak? Dulu waktu kecil aku nunjuk-nunjuk anu-nya ayang sambil bilang gini, Kenken itu lucu banget? Trus ayang bilang, Sasa mau pegang? Karena aku bilang iya, ayang ambil tangan aku trus diletakin di burung uwu-nya ayang. Habis itu aku mainin-"
"Pulang nih ya? Nggak jadi aku anterin?" ancaman pak tentara memotong flashback gue.
"Eh..eh.. iya iya. Aku ganti baju sekarang. Ayang duduk manis ya di sini. Jangan ngintip loh. Ntar aku suka"
Sebelum berlari menaiki tangga gue mendarat satu kecupan kecil di pipi Mas Pacar. Sesampainya di lantai atas, samar-samar gue bisa mendengar suara Kendra memperingatkan, "Jangan pake baju kurang bahan!"
"Iya..iya.. Bawel" jawab gue sebelum menutup pintu kamar
***
Menilik album kenangan Sasa-Kendra waktu cimit
Episode: bubuk ciang
Bonus:
Episode mandi berjamaah
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!