Seorang wanita bergaya sedikit tomboi tengah berjalan menyusuri lorong kampusnya. Matanya terlihat menatap ke arah sekelilingnya berusaha mencari keberadaan seseorang.
"apa kalian lihat Zayn ada di mana?", tanya wanita bernama Lakshmi itu pada beberapa mahasiswa yang lewat di depannya.
"Zayn sedang di kantin", jawab salah satu dari mereka.
"di kantin? sedang apa dia?", tanya Mimi lagi.
"dia sedang makan siang bersama Karina", jawabnya lagi.
"apa? Karina!!", ujar Mimi terkejut.
Tanpa banyak bicara lagi, Mimi segera melangkahkan kakinya menuju kantin kampusnya. Ia tidak akan diam saja melihat sabatnya itu di dekati oleh wanita ulat bulu seperti Karina.
Tak membutuhkan waktu yang lama, kini Mimi sudah berada di kantin kampusnya. Ia mengedarkan pandangannya berusaha mencari keberadaan sahabatnya itu.
Mimi langsung berjalan cepat menuju salah satu meja yang ada di sudut kantin, setelah ia tahu Zayn sedang ada di sana bersama Karina.
"Zayn!!!", teriak Mimi membuat Zayn menoleh ke arahnya.
"apa yang sedang kamu lakukan di sini?", tanya Mimi sedikit ketus sambil menumpuk kedua tangannya di atas perutnya.
"aku.. di sini? tentu saja sedang makan siang. Memangnya mau apa lagi?", jawabnya dengan sedikit tersenyum.
"Oh... jadi begitu ya. Kamu enak-enakan makan siang di sini bersama wanita ulat bulu ini. Sedangkan aku menunggumu kepanasan di tengah lapangan", kata Mimi melototkan kedua matanya.
"hei... jangan asal bicara kamu ya!! Enak saja bilang aku wanita ulat bulu", sahut Karina tak terima pada Mimi.
"aku gak mau tahu Zayn, pokoknya kamu harus ikut aku sekarang juga!",paksa Mimi.
"oke..oke baiklah. Aku akan ikut denganmu sekarang. Tapi sebenarnya kita mau kemana?"
"ya tuhan Zayn.. apa kamu lupa? kita harus segera latihan buat acara pertandingan sepak bola Minggu depan", jawab Mimi berusaha menahan rasa kesalnya.
"astaga!! kenapa aku bisa lupa begini?", ujar Zayn sambil memukul kepalanya sendiri.
"kalau begitu ayo kita pergi!", ajak Zayn. Ia mulai bangkit dari kursinya. Tapi tiba-tiba Karina mencegahnya.
"Zayn tunggu!!", Karina ikut bangkit dari tempat duduknya juga.
"bukankah kamu sudah berjanji akan menemani aku makan siang hari ini", katanya.
Zayn berjalan mendekat ke arah Karina. "aku minta maaf ya... sepertinya untuk kali ini harus di tunda dulu. Aku ada kepentingan yang tidak bisa di tinggal".
"tapi kamu sudah berjanji bukan?", Karina cemberut.
"iya. Tapi kamu tahu wanita itu kan?", Zayn melirik ke arah Mimi.
"kalau aku tidak segera ikut dengannya, pasti dia akan mengamuk setelah ini. Dia itu tipe wanita yang sangat agresif sekali", balas Zayn.
"aku pergi dulu ya... lain kali kita akan makan bersama lagi. Bye", Zayn melambaikan tangannya sambil berjalan meninggalkan Karina.
"ayo kita pergi!", ajak Zayn menarik tangan Mimi.
"apa yang kamu katakan pada si ulat bulu tadi?", tanya Mimi sambil berjalan beriringan dengan Zayn.
"kamu kenapa menyebutnya ulat bulu sih? bukankah dia sangat cantik dan **** sekali", tanya Zayn heran.
"cantik apanya? lihat saja mukanya itu! putihnya kebangetan sampai kayak mayat hidup. Apalagi bibirnya itu, kayak habis minum darah saja. Apa jangan-jangan dia itu titisan vampir kali ?", jawab Mimi menggelengkan kepalanya heran. Kenapa Zayn bisa mengatakan kalau Karina itu cantik dan ****? Di lihat dari mananya? Pakai ujung sedotan mungkin lihatnya.
"ya walaupun begitu, dia fans beratku di kampus ini", balas Zayn tersenyum bangga.
"aku ingetin sama kamu ya Zayn... jangan dekat-dekat dengannya", pesan Mimi.
"memangnya kenapa? kamu cemburu ya", balas Zayn menoleh dan menatap wajah Mimi.
"enak aja kalau ngomong!", Mimi mencubit lengan Zayn dengan keras.
"aku cuma gak ingin kamu dekat-dekat dengannya. Dia gak baik untukmu".
"kalau aku juga suka padanya terus bagaimana? memang yang baik untukku seperti apa?", tanya Zayn.
"awas ya Zayn! kalau kamu berani dekat-dekat dengannya, aku gak akan mau jadi temanmu lagi", ancam Mimi.
Karena kesal, akhirnya Mimi berjalan terlebih dahulu meninggalkan Zayn di belakangnya. Jujur ia tidak suka melihat Zayn dekat dengan Karina si ulat bulu itu. Bukan tidak ada alasan yang jelas di balik sikapnya itu. Yang jelas ia paham sekali bahwa wanita seperti Karina sangatlah tidak baik dan juga tidak cocok untuk Zayn.
"kamu marah padaku?", tanya Zayn yang pada saat itu sudah berjalan di sisinya.
"menurutmu?", balas Mimi cuek.
"ayolah Dewi Laksmi! aku dengan Karina tidak ada hubungan apa-apa. Kami hanya sekedar makan siang bersama saja", terang Zayn.
"hari ini kalian cuma makan siang saja. Lalu besok bisa saja kalian sudah berpacaran", balas Mimi lagi.
"memangnya kenapa kalau aku berpacaran dengannya? kenapa kamu jadi cerewet sekali seperti ibuku?"
"aku hanya tidak mau saja kamu berpacaran dengan orang yang tidak tepat. Jadi siapapun pacarmu nanti, dia harus lulus tes dariku dulu", kata Mimi.
"baiklah kalau begitu!", balas Zayn akhirnya mengalah. Ia tidak akan mungkin bisa menang melawan sahabatnya itu.
"nah begitu dong! kenapa kamu suka selalu mendebat denganku?"
"karena.... karena..."
"karena apa?", tanya Mimi menoleh ke arah Zayn.
"karena aku tahu, kamu adalah sahabat terbaikku. Jadi apapun keputusanmu, pasti yang terbaik untukku", jawab Zayn.
"benar begitu kan?"
Mimi langsung terdiam mendengar ucapan Zayn barusan. Tapi memang apa yang di katakan oleh Zayn barusan adalah benar adanya. Mereka memang bersahabat selama ini.
"ya, Kita memang bersahabat. Jadi jangan sembunyikan apapun dariku", pinta Mimi.
"kamu juga ya... awas kalau kamu berani menyembunyikan sesuatu dariku. Aku akan sangat marah sekali nanti padamu", balas Zayn.
Mimi menganggukkan kepalanya saja.
"ayo cepat! jadi latihan tidak?", tanya Zayn.
"kalau tidak jadi latihan, lalu buat apa aku dari tadi pusing mencari mu", jawab Mimi kemudian berjalan terlebih dahulu meninggalkan Zayn menuju lapangan.
*
*
Setelah berganti baju, kini Mimi dan juga Zayn beserta tim anggotanya yang lain sudah berkumpul di lapangan sepak bola kampus mereka.
Selama beberapa hari ke depan, mereka di minta agar berlatih dan mempersiapkan diri mereka untuk bertanding melawan kampus lainnya.
"siap?", tanya Zayn pada Mimi. Mereka kini berdiri di tengah-tengah lapangan dan saling berhadapan sebagai kapten dari masing-masing tim mereka.
"hmm", balas Mimi mengangguk yakin.
"seperti biasanya, aku selalu menang, dan kamu selalu kalah", katanya meremehkan.
"tapi tidak kali ini. Siapa yang menang, dia harus mentraktir makan mie ayam di depan kampus. Bagaimana?", tawar Zayn sambil memainkan bola sepak yang sedang di pegang olehnya.
"siapa takut", balas Mimi.
Pertandingan pun di mulai. Mimi dan Zayn terlihat saling unjuk kebolehan dan berusaha agar bisa memasukkan bola ke dalam gawang lawan.
Sesekali mereka terlihat saling berhadapan untuk memperebutkan bola. Namun kelihatannya, Zayn sedikit kesulitan untuk merebut bola yang sedang di kuasai oleh Mimi.
Bukannya tidak bisa merebutnya, hanya saja selama ini memang ia tidak bisa menyakiti sahabatnya itu apalagi berbuat kasar padanya.
"gol!!", teriak Mimi gembira. Ia menatap ke arah Zayn kemudian menjulurkan lidahnya seolah tengah mengejeknya.
"1-0", kata Mimi di depan Zayn.
"tenang saja. Ini baru permulaan kan?", balas Zayn terlihat santai.
Acara pertandingan pun berlanjut lagi. Persaingan kali ini terlihat lebih sengit dari sebelumnya. Zayn terus berusaha merebut bola dari Mimi, tapi sisi lain dirinya selalu tak tega melakukan hal itu. Hingga pada akhirnya, Mimi pun berhasil mencetak gol lagi sehingga skornya bertambah.
Mendengar keluhan dari tim anggotanya yang mulai kalah, akhirnya Zayn berusaha meneguhkan hati dan juga perasaannya. Bahwa kali ini, apapun dan bagaimanapun keadaannya, ia harus bisa merebut bola dari Mimi dan memasukkannya ke gawang lawannya.
Zayn tersenyum bangga, karena pada akhirnya ia berhasil merebut bola yang sedang di kuasai oleh Mimi. Dengan penuh semangat, ia menggiring bola itu mendekat ke arah gawang lawannya dan menendangnya dengan sangat kuat dengan harapan bahwa tendangannya akan mampu menjebol gawang lawannya.
Namun apa yang terjadi ternyata di luar dugaan. Bola yang di tendang oleh Zayn ternyata tidak mampu menjebol gawang lawannya. Ternyata bola tersebut keluar dari lapangan dan mengenai seseorang.
"aduh!!!"
Pertandingan yang semula berjalan lancar, kini terpaksa harus di hentikan untuk sementara waktu. Di samping lapangan pertandingan itu, ada seseorang yang sedang tergeletak dan pingsan, karena kepalanya terkena bola dari tendangan maut kaki Zayn.
Banyak orang yang datang mendekat dan berkerumun di dekat lapangan ingin tahu apa yang sedang terjadi dengan wanita itu?
"wanita ini pingsan", kata seorang yang baru saja memeriksanya.
Zayn yang menjadi pelaku utama dari kejadian itupun langsung berlari mendekat ke arah mereka.
"apa yang terjadi?", tanya Zayn.
"wanita ini pingsan karena terkena bola darimu tadi", jawab salah satu dari mereka yang memang menyaksikan kejadiannya secara langsung.
"benarkah?", tanya Zayn merasa bersalah dan mulai panik.
Zayn mendekat ke arah wanita itu dan menundukkan tubuhnya di sampingnya. Tak lama dari itu Mimi, sang sahabat datang menemuinya.
"Zayn...ada apa?", tanya Mimi panik.
"wanita ini pingsan karena terkena bola dari tendangan ku tadi", jawab Zayn.
"ya ampun...!", Mimi menepuk keningnya dengan telapak tangannya.
"kenapa kalian malah diam saja. Ayo segera bawa dia ke UKS", perintah Mimi entah pada siapa.
"Zayn ayo cepat!!", teriak Mimi kesal melihat mereka semua hanya diam dan tak segera bergerak.
"a..a..iya", balas Zayn bingung. "aku harus bagaimana?"
"cepet angkat dia! kita bawa ke ruang UKS sekarang juga!", perintah Mimi.
Dengan ragu, Zayn mulai menggerakkan tangannya mulai mengangkat tubuh wanita itu. Ia mulai berjalan membawa wanita itu menuju ruang UKS dan di ikuti oleh Mimi di belakangnya.
Tak membutuhkan waktu lama, kini mereka sudah sampai di ruang UKS. Zayn langsung meletakkan tubuh wanita itu di atas ranjang, kemudian meminta petugas medis untuk memeriksanya.
"bagaimana keadaannya?", tanya Mimi yang menunggu di sana. Sedangkan Zayn di minta untuk menunggu di luar ruangan itu.
"jangan khawatir. Dia tidak apa-apa. Hanya pingsan saja", jawab salah satu petugas medis wanita.
"syukurlah kalau begitu", Mimi menghembuskan nafasnya lega.
"apa dia akan segera sadar?", tanyanya lagi.
"dia akan segera sadar. Kita tunggu saja".
Tak berselang lama, akhirnya wanita itu tersadar juga dari pingsannya. Wanita itu dengan perlahan membuka kedua matanya sambil memegangi kepalanya yang masih terasa pusing.
"aku di mana?", ucap wanita itu.
Mimi yang melihat wanita itu sudah sadar, ia segera menghampirinya. "apa kamu baik-baik saja?"
"kamu siapa?", tanya wanita itu lagi menatap wajah Mimi.
"namaku Lakshmi. Tapi kebanyakan orang memanggilku Mimi", jawab Mimi memperkenalkan dirinya.
"kepalamu tadi terkena bola, sehingga kamu jatuh pingsan di dekat lapangan saat kami sedang bertanding tadi", terang Mimi.
"pantas saja! kepalaku terasa pusing sekali", balas wanita itu masih sambil memegangi kepalanya .
"terima kasih ya... sudah menolongku", tambahnya lagi.
"seharusnya kami yang minta maaf. Karena kami, kamu harus mengalami hal seperti ini", ucap Mimi merasa tak enak.
"tidak apa. Namanya juga musibah, tidak ada yang tahu kapan datangnya. Boleh aku minta tolong?", pinta wanita itu.
"tentu", jawab Mimi mengangguk. "apa yang bisa aku bantu?"
"bisa tolong antarkan aku ke ruang rektor?"
"ruang rektor? ada apa kamu mau ke sana?", tanya Mimi sambil mengkerutkan keningnya heran.
"aku mahasiswi baru di kampus ini. Kebetulan aku baru pindah dari luar kota", jawab wanita itu.
"owh.. ternyata kamu mahasiswi baru. Ngomong-ngomong nama kamu siapa? dan kamu jurusan apa?", tanya Mimi.
"namaku Salma. Dan aku mengambil jurusan bisnis management", jawab Salma.
"yah... kita gak sekelas berarti", balas Mimi sedikit kecewa. Ia kira bahwa mereka akan sekelas dan satu jurusan, ternyata tidak.
Setelah sedikit mengobrol dengan Salma, akhirnya Mimi membantu Salma menuju ruang dosen setelah keadaannya di nyatakan sudah membaik dan tak ada hal yang serius yang terjadi padanya. Namun ketika mereka keluar dari dalam ruang UKS, mereka bertemu dengan Zayn yang kebetulan masih setia menunggu di sana.
"Mimi.. apa dia baik-baik saja?", tanya Zayn bangkit dari kursinya dan menghampiri mereka.
"dia baik-baik saja karena sudah di obati. Awas minggir!", ujar Mimi dengan ketus.
"tolong maafkan aku ya... aku benar-benar gak sengaja", ujar Zayn menatap Salma.
Salma yang sedang di tatap oleh Zayn merasa bingung. Siapa laki-laki itu? dan kenapa dia meminta maaf padanya?
"dia siapa?", tanya Salma pada Mimi dengan sedikit berbisik di dekat telinganya.
"dia Zayn. Orang yang sudah menendang bola dengan sangat kuat hingga mengenai kepalamu sampai akhirnya kamu pingsan", jawab Mimi membuat Zayn semakin merasa bersalah saja.
"maafkan aku ya.. aku benar-benar tidak sengaja tadi", kata Zayn mengulang ucapan permintaan maafnya lagi.
"ya sudah tidak apa", balas Salma dengan tersenyum membuat Zayn merasa lega.
"terima kasih", balas Zayn dengan tersenyum. Sedangkan pandangan matanya melirik ke arah Mimi yang wajahnya terlihat cemberut seperti tak suka dengannya.
"ayo!", ajak salma menarik tangan Mimi.
"kalian mau ke mana?", tanya Zayn.
"mau ke ruang rektor. Kamu di sini saja gak usah ikut!", larang Mimi. Ia mulai berjalan beriringan dengan Salma.
"kenapa mau ke ruang rektor? ada kepentingan apa?", tanya Zayn ingin tahu sambil berjalan mengekor di belakang mereka.
"bukan urusan kamu Zayn. Cepet pergi sana! dan jangan ikuti kami", usir Mimi yang terlihat tidak suka Zayn berada di dekat mereka.
"aku gak akan pergi sebelum kalian menjawab pertanyaanku", balas Zayn yang masih terus berjalan di belakang mereka.
"aku akan mengantar Salma ke ruang rektor, karena dia mahasiswi baru di kampus kita", jawab Mimi tanpa menghentikan langkahnya.
"jadi nama kamu Salma ya?", tanya Zayn yang kini sudah berjalan di samping Salma. Padahal sebelumnya ia masih berada di belakangnya.
Salma hanya tersenyum dan mengangguk tanpa menjawab pertanyaan dari Zayn.
"kamu datang dari mana?", tanya Zayn lagi.
"aku datang dari Bandung", jawab Salma menoleh ke arah Zayn sekilas dengan tersenyum.
"berarti sama dong. Ibuku juga dari Bandung, tapi ayahku dari Italia. Jadinya aku blasteran", balas Zayn membuat Mimi melirik ke arahnya heran. Kenapa dia seolah tengah memperkenalkan keluarganya pada Salma?
Tak terasa kini mereka sudah sampai di depan ruangan rektor. Bersamaan dengan itu pula, ada seorang laki-laki berkepala botak dan menggunakan kacamata yang keluar dari dalam ruangan itu.
"Salma!", ucap laki-laki itu membuat Salma menoleh ke arahnya.
"paman!", teriak Salma dan langsung berlari menghampiri pamannya.
"paman..." ucap Mimi dan Zayn bersamaan. Mereka saling menatap tak percaya jika wanita yang barusan bersama mereka adalah keponakan dari sang rektor, pemimpin di mana mereka belajar dan menimba ilmu selama ini.
"kamu kenapa lama sekali? Paman sudah menunggumu dari tadi", tanya laki-laki botak bernama Profesor Dr. Ir. Bambang Susanto SH. M.pd, yang tak lain adalah paman dari Salma sekaligus rektor di mana mereka berkuliah selama ini.
Rektor sendiri adalah jabatan tertinggi di sebuah Universitas. Atau lebih mudahnya kita memahami, bahwa jabatan ini sama halnya dengan Kepala Sekolah.
"maaf paman. Tadi ada sedikit masalah, jadi aku telat datang", jawab Salma.
"masalah? kamu ada masalah apa?", tanya pak Bambang sambil membenarkan kacamata yang bertengger di hidungnya.
"tadi aku jatuh pingsan. Beruntung ada yang menolongku", jawab Salma lagi.
"siapa?", tanya pak Bambang ingin tahu.
"mereka", jawab Salma menoleh ke arah Mimi dan Zayn yang sedang berdiri tak jauh dari mereka pada saat itu.
Pak Bambang menajamkan penglihatannya dari jauh. Ia bahkan sampai membenarkan kacamatanya lagi agar bisa mengenali siapa orang yang sudah menolong sang keponakan tercinta itu.
"Zayn.. Lakshmi",ujar pak Bambang mengenali mereka berdua.
"Kemari kalian!", perintah pak Bambang dengan menggerakkan tangannya agar mereka berdua mendekat ke arahnya.
"mati kita Zayn! pasti si Salma udah cerita sama pak Bambang, kalau kamulah yang sudah menendang bola dengan kencang hingga mengenai kepalanya, bahkan sampai dia pingsan", ucap Mimi sambil menyenggol lengan Zayn. Ia sendiri mulai ketakutan karena sudah bisa menebak, bahwa pak Bambang pasti akan menghukum mereka dengan berat setelah ini karena sudah membuat keponakannya sampai pingsan.
"kenapa kamu tidak bilang dari tadi, kalau Salma itu keponakannya pak Bambang", balas Zayn sambil menyenggol lengan Mimi dan terlihat mulai ketakutan juga.
"mana aku tahu, aku baru tahunya sekarang", balas Mimi.
"eh kalian! kenapa malah diam saja? cepat kemari!!!", teriak pak Bambang dengan keras dan tegas, membuat mereka berdua langsung berjalan ke arahnya karena ketakutan.
Bersambung...
Apakah pak Bambang benar-benar akan menghukum mereka setelah ini? Nantikan di bab selanjutnya ya..
jangan lupa like dan komennya..
terima kasih!
"bukan saya pak! tapi Zayn", ucap Mimi setelah sampai di depan pak Bambang.
Pak Bambang mengkerutkan keningnya bingung. Beliau kemudian menoleh dan menatap ke arah Zayn.
"pak s..s..saya tidak sengaja. Sungguh!", ucap Zayn dengan terbata-bata. Ada ketakutan dalam dirinya jika sampai pak Bambang tahu yang sebenarnya.
"apanya yang tidak sengaja?", tanya pak Bambang menatap Zayn heran.
"kalian ini kenapa?", tanya pak Bambang lagi. Kali ini beliau menatap mereka secara bergantian.
"a..pak. Tidak ada apa-apa", jawab Mimi menggelengkan kepalanya sambil tersenyum manis. Matanya melirik ke arah Zayn seolah tengah memberi kode padanya bahwa pak Bambang belum tahu tentang cerita yang sebenarnya.
"gak ada apa-apa kok pak. Kebetulan saya ingin bertemu dengan bapak", kata Zayn menambahi.
"bertemu dengan saya? ada apa?", tanya pak Bambang membuat Zayn bingung menjawabnya.
"karena...karena... a...karena Salma. Ya karena Salma pak! Dia mahasiswi baru di kampus ini", jawab zayn.
"Salma!", pak Bambang menoleh ke arah keponakannya yang sedang tersenyum padanya.
"jadi kalian orang yang sudah menolong Salma keponakan saya?", tanya pak Bambang lagi.
"iya pak, betul sekali. Kamilah orang yang sudah menolong salma", jawab Mimi.
"sebenarnya ada apa? kenapa dia sampai pingsan begitu?", tanya pak Bambang penasaran.
Zayn dan Mimi saling terdiam dan belum ada yang bicara. Mereka bingung harus menjawab apa? apakah mereka harus menjawab yang sejujurnya atau tidak?
"ya sudah kalau kalian tidak tahu. Nanti saya cari tahu sendiri saja", ujar pak Bambang kemudian berbalik arah meninggalkan mereka dan menghampiri keponakannya.
"bagaimana ini Zayn? bisa gawat kalau pak Bambang sampai tahu bahwa kamulah orangnya", ujar Mimi dengan panik.
"sudah kita pikir nanti sajalah", balas Zayn dengan santainya.
Karena waktu istirahat yang sebentar lagi akan habis, Zayn dan Mimi memutuskan untuk kembali ke kelas mereka masing-masing dan akan melanjutkan kelas belajar selanjutnya.
"Zayn... jangan lupa nanti setelah pulang kuliah ya", Mimi mengingatkan.
"memang ada apa?"
Mimi menghembuskan nafas kasarnya. "kamu lupa? siapa yang kalah harus traktir makan mie ayam di depan kampus. Kamu kalah, jadi kamu harus traktir aku nanti".
"aku sebenarnya gak kalah. Karena ada kejadian tadi saja, sehingga kamu lebih unggul skornya", balas Zayn.
"sama aja Zayn! Intinya aku menang, dan kamu kalah", tunjuk Mimi pada Zayn meremehkan.
"baiklah kalau begitu. Kamu memang menang dan aku kalah", Zayn mengakui.
"ya sudah kalau begitu aku masuk kelas dulu ya. Jangan lupa nanti setelah pulang kuliah, aku tunggu", Mimi mengingatkan lagi.
"iya...iya bawel", balas Zayn.
Mereka akhirnya berpisah dan menuju kelas masing-masing. Zayn mengambil jurusan bisnis management, sedangkan Mimi mengambil jurusan psikologi. Walaupun mereka tidak satu kelas dan tidak satu jurusan, tapi mereka tetap bisa berteman baik dan bersahabat walaupun berbeda jenis juga.
Hubungan persahabatan mereka terjalin, ketika mereka sama-sama masuk dalam group futsal kampus. Dari situlah mereka bisa saling mengenal hingga akhirnya terjalin persahabatan di antara mereka.
Sosok Mimi yang ceria dan humoris, tapi juga sedikit pecicilan membuat Zayn nyaman berada di dekatnya. Mimi berbeda sekali dengan kebanyakan perempuan yang pernah Zayn kenal sebelumnya. Ia benar-benar polos dan apa adanya, meskipun kadang sifatnya sedikit nyeleneh, tapi justru hal itulah yang menarik darinya.
Meskipun Mimi seorang wanita, tapi dia suka sekali dengan olahraga sepakbola. Dan itu tak menjadi penghalang baginya untuk menekuni bidang yang sangat ia gemari itu.
Pada awalnya, banyak orang terutama teman-teman sekampus mereka yang menolak Mimi dan juga meremehkannya, dengan alasan Mimi di anggap berbeda dan aneh.
Tapi berkat dukungan Zayn dan juga skillnya dalam bermain bola, akhirnya ia bisa di terima di group futsal di mana Zayn ikut bergabung di dalamnya.
*
*
*
Seorang dosen perempuan memasuki ruang kelas Zayn, dan di ikuti oleh seorang wanita cantik di belakangnya.
Dosen perempuan itu tersenyum menyapa semua anak murid di kelasnya, kemudian memperkenalkan wanita cantik yang berada di sampingnya.
"selamat siang semua", sapa Bu Rose dengan tersenyum.
"perkenalkan ini Salma. Dia mahasiswi baru di kelas kita ini", tunjuk Bu Rose pada Salma.
"ayo Salma! perkenalkan dirimu", pinta Bu Rose.
"hai ... saya Salma. Salam kenal semua", ucap salma menyapa semua teman barunya di kelas itu sambil melambaikan tangannya dengan tersenyum dengan manisnya.
Setelah memperkenalkan diri, Salma di minta untuk mencari tempat duduknya agar kelas bisa segera di mulai.
Salma berjalan sambil mengedarkan pandangan matanya mencari kursi yang kosong. Hingga ia dapatkan kursi yang kosong itu dan seketika terkejut melihat siapa yang duduk di samping kursinya.
"hai... mau duduk di sini ya?", tanya Zayn menoleh ke arahnya dengan tersenyum.
Salma mengangguk. "boleh?"
"tentu. Silahkan!", balas Zayn.
Zayn mengambil tasnya yang ia letakkan di kursi itu, kemudian menggeser kursi kosong yang ada di sampingnya mendekat ke arah Salma.
Selama ini kursi yang ada di sampingnya itu di biarkan kosong oleh zayn dan tak di izinkan siapapun mengisinya. Tapi hari itu entah mengapa justru Zayn sendirilah yang menawarkannya pada Salma.
"jadi kita sekelas?", tanya Zayn lagi dan hanya di angguki oleh Salma.
Salma duduk di kursi itu, kemudian pandangan mata dan juga pendengarannya fokus pada Bu Rose yang sedang menyampaikan materi di depan kelas. Tanpa ia sadari ada orang yang sedang mencuri pandang padanya sejak tadi.
*
*
*
Jam pulang kuliah tiba.
Mimi segera bergegas keluar dari dalam ruangannya. Ia berjalan dengan gembira dan sedikit bersenandung ria menuju depan kampus untuk menunggu Zayn di sana. Zayn sudah berjanji padanya bahwa ia akan mentraktirnya makan mie ayam hari itu.
Detik berganti menit, menit berganti jam, namun Zayn belum datang juga menemuinya, membuat Mimi sedikit cemas di buatnya.
"sebenarnya Zayn kemana sih?", ujar Mimi sambil melihat jam tangan yang ada di pergelangan tangannya. Ia lihat sudah hampir pukul empat sore, berarti sudah hampir satu jam ia menunggu Zayn di sana.
Karena rasa penasaran, Mimi akhirnya mengambil ponselnya dari dalam tas dan mencoba menghubungi Zayn untuk menanyakan keberadaannya.
Namun sayang, beberapa kali panggilan ponselnya tersambung tapi tidak juga di angkat oleh Zayn membuat Mimi kesal.
"awas saja kamu Zayn! lihat saja kalau kita ketemu nanti, akan aku cincang jadi dua isi kepalamu itu", ucap Mimi kesal dan menghentakkan kakinya dengan keras hingga timbul suara dari gesekkan sepatunya.
Mimi masih berusaha bertahan di sana beberapa saat, dan berusaha meredam rasa kesalnya hanya demi menunggu Zayn sahabatnya itu. Namun tiba-tiba cuaca pada sore itu berubah menjadi mendung, dan tak lama setelah itu hujan turun dengan cukup lebat membuat Mimi akhirnya kehujanan dan tubuhnya basah kuyup.
bersambung...
di mana Zayn berada, sampai ia tidak datang menemui Mimi? lupa atau ada hal lainnya?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!