"Adell, goyang lebih cepat lagi, baby .. Aku sudah hampir sampai pada puncaknya .."
"Ah, yeah .. Baby .."
Deon memejamkan matanya menikmati sensasi goyangan dari sang istri. Adell memang pandai sekali dalam hal demikian.
Adell menggerakan pinggulnya di atas tubuh Adrian lebih cepat dari sebelumnya. Sementara Deon sudah tidak dapat menahan lagi untuk segera menembakan cairan putih kental ke dalam perut istrinya.
Dari balik pintu luar kamar, seorang wanita yang berusia sekitar tiga puluh tahun ke atas tengah menempelkan telinganya di daun pintu kamar sang majikan. Sehingga bisa mendengar apa saja suara dari dalam.
Tangannya merremas ujung kain baju dan bibirnya menggigit bibir bawahnya sendiri. Entah kenapa, suara majikan prianya dari dalam kamar tersebut seakan mengaliri sinyal pada tubuhnya.
Dia tidak hanya merremmas ujung kain baju nya saja, tapi ia juga merremmas gunung kembarnya yang berukuran big size dan masih terlihat kencang dan segar di seusianya yang sudah kepala tiga.
Entah kenapa, suara majikannya yang usia nya jauh lebih muda darinya itu membuat gelora hasratt nya memuncak. Sehingga ia sedang merasakan masa puber kedua.
***
Keesokan harinya. Pagi-pagi sekali Adell sudah harus berangkat lebih awal ke kantor skincare nya. Karena ada masalah yang cukup serius yang harus segera ia selesaikan. Sementara Deon masih stay di meja makan.
"Pak Deon, mau saya bantu oleskan rotinya," tawar seorang wanita yang menjadi asisten rumah, namanya Izza.
Meskipun Deon jauh lebih muda darinya, tapi Deon ini merupakan majikannya. Jadi ia harus memanggilnya dengan sebutan 'Pak'.
Deon menoleh mendapat tawaran dari asisten rumah yang baru bekerja satu minggu di rumahnya. Begitu ia lihat wanita dengan usia lebih tua darinya, ia sedikit terkejut lantaran wanita yang ia panggil dengan sebutan bi Izza tampak berbeda kali ini. Deon memandang penampilan Izza yang tidak seperti biasanya dan kelihatan lebih muda lantaran Izza memiliki kulit putih bersih serta badan yang masih kencang di usianya. Sehingga dia masih kelihatan sangat muda.
"Pak Deon, mau saya bantu oleskan rotinya?" ulang Izza membuyarkan apa yang ada di dalam pikirannya saat ini.
Pria itu kemudian menggeleng dengan sedikit gugup lantaran Izza berasa sangat dekat dengannya.
"Gak usah, bi. Biar aku saja. Bi Izza sudah sarapan?" tolak dan hanya balik Deon.
Izza menggeleng. Padahal ia sudah sarapan lebih dulu tadi. Sengaja agar ia mendapat perhatian dari majikannya itu.
"Kalau begitu bi Izza sarapan bareng aku aja di sini," ajak Deon.
"Gak enak ah, pak. Nanti saya sarapan di belakang saja," tolak Izza supaya Deon sedikit memaksa dirinya.
"Gak apa-apa, bi. Kalau bi Izza mau sarapan bareng sama aku dan Adell di sini, gabung aja. Gak usah sungkan."
"Itu gak sopan, pak. Masa iya asisten rumah ikut makan di meja makan bareng majikan."
"Santai aja, bi. Lagian Adell juga baik, kok."
"Iya, bu Adell memang baik orangnya," puji Izza.
"Ya sudah, ayo duduk, bi."
Deon sampai menarik salah satu kursi untuk duduk Izza. Dengan begitu, itu menjadi kesempatan bagi Izza untuk mengambil hati Deon secara perlahan.
Izza mulai mengoles selai stroberi ke roti tawar, karena kebetulan dia lebih suka selai stoberi ketimbang yang cokelat.
"Memangnya bu Adell sudah pergi, pak?" tanya Izza kemudian membuka percakapan.
"Iya, katanya ada urusan penting di kantornya."
"Bu Adell kerja apa memangnya, pak. Maaf kalau saya tanya-tanya."
"Punya usaha skincare. Kebetulan lagi viral di toktok."
"Pantas saja bu Adell cantik, kulitnya glowing. Ternyata bu Adell owner skincare."
Deon hanya tersenyum menanggapi pujian Izza untuk istrinya. Sampai akhirnya dia di buat melongo dengan pemandangan yang ada di depan matanya. Ketika Izza minum yang dimana airnya mengalir sampai ke leher dan turun ke bagian dada. Izza segera menghentikan minumnya, mengambil sehelai tisu untuk mengelap leher dan dadanya yang basah.
Pemandangan itu cukup membuat Deon sampai menelan salivanya. Sampai akhirnya ia mengalihkan pemandangan ke arah lain.
_Bersambung_
Follow:
IG @wind.rahma
Ttok @windrahma_
YTube: Windy Rahmawati
Deon tersenyum menanggapi pujian Izza untuk istrinya. Sampai akhirnya dia di buat melongo dengan pemandangan yang ada di depan matanya. Ketika Izza minum yang dimana airnya mengalir sampai ke leher dan turun ke bagian dada. Izza segera menghentikan minumnya, mengambil sehelai tisu untuk mengelap leher dan dadanya yang basah.
Pemandangan itu cukup membuat Deon sampai menelan salivanya. Sampai akhirnya ia mengalihkan pemandangan ke arah lain.
Deon kelihatan gugup dan tidak tahu harus apa selain cepat-cepat pergi dari sana.
"Oh iya, bi. Aku harus segera pergi sekarang. Tolong beresin semuanya, ya." pamit pria itu lalu beranjak dari sana.
"Iya, pak," sahut Izza.
Setelah Deon pergi, sudut bibir Izza membentuk sebuah senyum kecil. Melihat reaksi Deon barusan, sepertinya Deon tipe orang yang mudah sekali untuk tergoda.
"Goyang lebih cepat lagi, baby .. Aku sudah hampir sampai pada puncaknya .."
Suara Deon tadi malam bersama Adell kini terngiang-ngiang di telinga Izza. Suara itu cukup membangkitkan hasratt nya.
Izza merupakan wanita yang hidup di panti asuhan sejak masih bayi. Kata pemilik panti, orang tuanya meninggalkan dirinya di panti asuhan tanpa memberi tahu alasannya apa. Tapi ia pernah tidak sengaja dengar pembicaraan antara pemilik dan petugas panti baru, jika ia merupakan anak hasil dari hubungan antara sepasang kekasih. Ketika ia di lahirkan, ia di buang dan di taruh di depan panti asuhan.
Seiring berjalannya waktu, Izza tumbuh dewasa dengan banyak luka. Karena statusnya yang tidak jelas, ia sulit mendapat pekerjaan. Dan satu-satunya pekerjaan yang bisa ia kerjakan hanyalah menjadi asisten rumah. Sebelumnya, ia pernah menjadi anak angkat pemilik sebuah club malam pada saat masih gadis. Tapi sayang, pemilik klub hanya memanfaatkan tubuhnya untuk mendapat keuntungan. Sementara dirinya hanya menerima sedikit bayaran yang hanya cukup untuk makan.
Sebelum bekerja di rumah pasangan Deon dan Adell, Izza pernah bekerja lama di rumah seseorang. Majikannya lebih tua darinya. Ia di pecat gara-gara ketahuan selingkuh dengan tuan rumah. Ia melakukan itu semata untuk mendapatkan uang lima kali lipat dari gajinya. Kebetulan tuan rumah sebelumnya memang yang pertama kali menggodanya. Jadi ia tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Cukup lama ia memiliki hubungan dengan tuan rumah sebelumnya. Kurang lebih empat tahunan.
Dan sekarang, ia bekerja di rumah yang pemiliknya masih muda. Sepasang suami istri yang baru menikah satu tahun lalu dan belum di karuniai seorang anak. Keduanya tampak sibuk dengan bisnis masing-masing. Kisaran usia Deon sekitar dua puluh delapan tahun, sementara Adell baru berusia dua puluh tiga tahunan. Sementara Izza, sudah berusia tiga puluh empat tahun. Belum terlalu tua juga.
Izza tahu, jika hal-hal seperti itu seharusnya tidak ia lakukan. Tapi entah kenapa rasanya sulit untuk menghindari itu semua. Mungkin karena luka di masalalu yang membuatnya jadi hidup seperti ini. Ia tidak memiliki tujuan hidup dan ia akan hidup sesuai dengan apa yang ia inginkan. Apapun yang ingin ia lakukan maka ia akan melakukannya. Tak perduli apa yang akan terjadi nanti, ia tidak lagi takut. Sebab ia bukan sedang menikmati hidup, melainkan melanjutkan hidup. Ia membiarkan kehidupannya mengalir begitu saja.
Pertama kali datang ke rumah yang sekarang Izza langsung terpesona dengan ketampanan pria muda yang ternyata itu yang akan menjadi majikannya. Meski sudah berusia tiga puluh empat tahun, Izza masih merasa seperti gadis usia belasan tahun yang bisa jatuh cinta pada pandangan pertama. Dan sekarang, ia tinggal satu atap dengan pria yang merupakan majikannya itu dan bernama Deon.
_Bersambung_
follow:
IG @wind.rahma
Ttok @windrahma_
YTube: Windy Rahmawati
Fokus kerja Deon tiba-tiba hilang sebagian ketika ia mengingat kejadian tadi pagi di meja makan pada saat sarapan bersama asisten rumahnya. Entah kenapa bayangan itu terus berputar kepalanya.
Deon memijat pelipisnya, menyandarkan punggungnya di sandaran sofa. Berusaha menghilangkan bayangan itu.
"Kenapa aku jadi kepikiran bi Izza terus?" pikirnya seraya memukuli dahinya dengan tangan terkepal.
Semakin ia berusaha menghilangkan bayangan itu, semakin sulit mengusirnya.
Dering panggilan masuk membuyarka pikirannya. Ia meraih ponsel yang ia geletakan di atas meja samping laptop dan melihat nama yang tertera di layar.
Istriku.
Tanpa pikir panjang Deon segera mengangkat panggilan masuk istrinya.
"Halo, sayang. Gimana? Masalahnya sudah selesai?"
"Aku kabarin kamu justru aku mau minta izin, sayang. Malam ini sepertinya aku gak pulang. Aku harus selesaikan masalah di bisnis aku."
Deon mengangkat punggung dadi sandaran sofa, menegakan tubuh posisi duduknya.
"Memangnya separah apa masalahnya?"
"Nanti aku jelasin kalau aku sudah di rumah. Urusannya panjang. Intinya, ada orang yang melaporkan kalau produk skincare yang aku jual ini mengandung bahan berbahaya dan tidak BPOM. Aku bakalan tuntut orang itu kalau sudah ketemu."
Deon menghela napas berat karena memang masalahnya cukup berat juga.
"Iya, sayang. Kalau misalkan kamu gak bisa buat tanganin ini sendiri, aku ikut turun tangan, ya."
"Iya, sayang. Kalau begitu udah dulu, ya. Ini aku lagi dalam perjalanan sama Lita."
"Iya, sayang, iya. Hati-hati."
Panggilan pun di akhiri. Deon mengenggam ponsel di tangannya. Ternyata masalahnya cukup serius. Memang begitu, jika sedang viral dan laris manis, pasti ada saja orang iri yang berusaha menjatuhkan.
Seseorang tiba-tiba mengetuk pintu ruangannya.
"Masuk!" teriak Deon.
Muncul seorang wanita dari balik pintu. Dia merupakan sekretaris Deon yang memberi tahu jika akan ada meeting tiga puluh menit lagi di kafe terdekat kantor.
Usai memberi tahu bosnya, sekretaris itu keluar lagi dari ruangan tersebut. Sebenarnya Deon sudah di beri tahu dari kemarin jika siang ini akan ada meeting penting sebelum jam makan siang. Tapi sekretarisnya ini sekedar mengingatkan agar Deon tidak lupa apalagi sampai telat.
Sementara di rumah. Izza tengah membereskan kamar sang majikan. Namun perhatiannya beralih pada sprei yang terdapat bekas noda. Dia pun mendekati ranjang tempat tidur untuk memastikan noda apa itu. Seketika Izza berpikir jika itu noda cairan yang Deon tembakan tadi malam, atau cairan yang keluar dari Adell.
"Ah ya ampun, baru kemarin sprei nya di ganti. Udah harus di ganti lagi."
Izza pun meletakan sapu di tangannya. Lalu membuka sprei dan menggantinya.
Baru satu minggu kerja di rumah tersebut, ia sudah mengganti sprei sang majikan sebanyak tiga kali. Beruntung mencucinya di mesin cuci, bukan pakai tangan.
"Pak Deon rajin juga, ya. Hampir tiap malam melaksanakan tugas. Jadi tambah penasaran aja, deh. Hihihi .."
Izza memasang sprei gantinya sambil ia membayangkan tidur dengan sang majikan pria di atas kasur tersebut. Apalagi suara Deon semalam terus terngiang di telinga.
Izza memejamkan matanya sambil membayangkan hal itu. Sampai ia lupa jika tugas rumah harus segera di selesaikan. Ia mulai tenggelam ke dalam hayalan dan haluan diri sendiri dengan sembari membayangkan wajah dan suara majikannya tadi malam.
"Ah menyenangkan sekali .."
_Bersambung_
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!