"Jadi ini yang kamu lakukan selama menghilang tanpa kabar dua bulan terakhir ini Mar??? Iya??? Kamu brengsek Ammar, kamu tega lakuin ini di belakang ku, kamu tega mengkhianati ku, aku benci kamu.. aku benci kamu, hikst.."
Aku terus memukuli tubuh sosok lelaki di hadapan ku ini, aku tidak peduli lagi bagaimana orang-orang yang melihat kami di jalanan.
"Fan, dengerin dulu penjelasan ku. Ini tidak seperti yang wanita itu ceritakan pada mu. Semua hanya rekayasanya untuk membuatmu menyerah dan meninggalkanku. percaya lah pada ku sekaliii ini saja, pliss..."
Ammar terus memelukku, sementara aku terus memberontak melepaskan pelukannya. Aku benar-benar ingin membunuh sosok lelaki di depan ku ini.
Plakkk!!!
Sebuah tamparan dari ku mengenai pipi kanan nya.
"Aku benci kamu Ammar, aku benci, aku tidak akan pernah memaafkan mu. Aku jijik dengan tubuh mu ini, lepasin.. lepasin... Kamu, kamu jangan pernah berharap lagi hubungan kita akan lanjut. Mulai detik ini kamu bukan tunangan ku lagi. "
Aku berhasil melepaskan diri dari pelukannya, dan berlari.. terus berlari tanpa arah, sejauh mana langkah ini akan mampu berlari menjauh dari lelaki brengsek ini.
" Fanny... fanny, tunggu. ."
Aku terus berlari tanpa memperdulikan teriakan Ammar yang terus memanggil ku dengan geram.
Ya, Nama ku fanny. Usia ku 23 tahun. Namun, saat ini aku sudah tidak suci lagi. Keperawanan ku yang selama ini berhasil aku pertahankan apapun godaan nya, sampai suatu ketika aku rela memberikannya pada Ammar, tunangan ku. Yang selama 4 tahun ini aku cintai dengan segenap jiwa dan raga ku, selalu setia, hingga aku rela menjauhi semua teman lelaki dan wanita ku. Hanya dia yang aku cintai, hanya dia yang aku pikirkan setiap detik, hanya dia yang aku rindukan setiap hari nya, meski hubungan ini di jalani dengan jarak jauh, tapi aku tidak pernah sekalipun mengkhianatinya.
Ammar, dia sosok lelaki yang dewasa. Tampan, tinggi, putih, dan wibawa. Meski dia terlahir di kalangan keluarga yang berada, tak mengubah niatnya untuk menjadi pahlawan tanda jasa, yah.. dia seorang guru Bahasa di sebuah SMA favorite di kota A.
Tak sedikit wanita yang mengajarnya ingin menjadikannya pacar atau suami. Bahkan banyak ibu-ibu tajir yang antre bergantian memintanya untuk jadi menantu untuk puteri nya.
Sedangkan aku, aku hanya seorang wanita biasa dari keluarga sederhana. Aku juga seorang guru di sebuah sekolah Taman kanak-kanak Negeri biasa di kota B tempat ku tinggal.
Aku menjalani peran seorang guru di TK ini dengan alasan, sepertinya menyenangkan bermain dengan anak kecil setiap hari nya. Sampai akhirnya aku di kenalkan dengan sosok Ammar ketika aku masih duduk di kelas 2 SMA.
***
FLASHBACK
Aku di kenalkan dengan Ammar oleh keponakan ku Farel yang kebetulan salah satu murid di sekolah tempat Ammar mengajar.
Perkenalan ini berawal dari suatu paksaan dan keisengan keponakan ku saja, yang ingin mendapatkan perhatian lebih dari Ammar di sekolah.
Dulunya Aku menolak, Aku ragu mengenal seorang lelaki yang lebih sempurna dari ku. Aku takut merasa terhina dan dia merendahkan ku yang hanya seorang guru TK saja.
" Bik, Nanti kalo ada nomor baru yang ngechat kamu balas aja ya, awas kalo enggak!! "
Bip..bip..bip..
Farel mematikan telponnya.
Aaakh, anak ini memang selalu menjodohkan ku semaunya sendiri tapi tidak pernah berhasil selama ini. haha..
Beberapa menit kemudian..
Hai... selamat siang.
Saya Ammar guru kelas nya Farel keponakan anda.
Ku baca pesan di ponsel ku, hih.. Emang dasar guru ya begini ini, formal bahasanya. Terus aku balas gimana dong? Aku panggil dia bapak kah??? Aku kan juga masih sekolah. hihi,
Oh iya salam kenal Pak.
Saya Fanny, bibinya Farel.
Mohon bimbingannya untuk farel ya Pak.
Perkenalan lanjut, sampai akhirnya diantara kami tidak ada lagi bahasa formal satu sama lain meski dia lebih tua usianya dari ku.
Sebulan berlalu..
Hari ini, kami janjian bertemu. Aku mengajaknya ketemu diluar saja, di suatu Kafe terdekat. Namun Ia menolak nya dengan santun. Ia meminta ku menunggu dirumah saja, dia ingin bertamu secara hormat dan baik berjumpa dengan orang tua ku.
Aku terkesima dibuatnya, howah... Ini cowok berani banget nantang kek gini.
Hokeh lah kita lihat saja sampai dimana keberanian dia, secara... ini hanya bertamu dan perkenalan biasa bukan?
***
Hari minggu, aku sudah gelisah mondar mandir gonta ganti baju yang pas di tubuh ku ini. Paling tidak aku harus terlihat sopan tapi tetap cute bukan, hihi.
Mengetahui akan kedatangan Ammar, sosok lelaki idaman ini, orang tua ku hanya tersenyum bangga sembari meledek ku.
" Aduh... yang lagi dag dig dug menanti pangeran, " Ibu meledek ku dengan senyam senyum.
" Ih apaan sih bunda, seorang guru less privat lebih tepatnya. " jawab ku dengan cetus.
" Perrrmiisii.. "
Suara teriakan ini tidak asing, Yah, itu Farel.
Aduh.. hati ku.. kenapa gemetar begini. aku.. aku malu. Aaaakh padahal ini bukan yang pertama kali nya aku kenalan dengan seorang lelaki yang lebih tua dari ku.
" Eh Farel. Sini masuk. " Bunda dan Ayah menyambut kedatangan Farel dengan gembira.
" Om, Tante.. Ini Pak Ammar. Guru bahasa Farel di sekolah, " Farel mencium tangan Ayah dan Bunda yang kemudian di susul oleh sosok lelaki di sampingnya.
Oh My God, benarkah dia pak Ammar yang berkenalan dengan ku sebulan yang lalu??? Kenapa cakep bangeeet... masih muda pula.
Aku makin salah tingkah menuju ruang tamu menyambut mereka.
" Hai bik, hehe.. wah bibik cantik banget hari ini ya, " sapa Farel pada ku sembari meledek.
" Ih apaan sih, bibik kan emang selalu cantik. hehe.. " Jawab ku dengan PeDe.
" Eh iya ini pak Ammar ehhem.."
" Hai, Ammar."
" Hai, Aku Fanny "
Setelah kami saling menjabat tangan. Ayah bunda mempersilahkan untuk duduk, dan entah kenapa aku masih saja gelisah, aku merasa canggung dengan suasana ini.
kemudian Farel pamit untuk ke toilet sebentar, yang di susul oleh ayah dan ibu dengan alasan yang konyol. Aku tau mereka sengaja untuk memberikan kesempatan untuk ku dan Ammar ngobrol berdua.
Hanya tinggal kami berdua. Aku gugup, aku tidak berani menatap wajah Ammar yang tampan itu. Wajahnya sangat mulus, sekujur tubuhnya putih bersih membuat rasa percaya diri ku semakin drop.
Sesekali aku meliriknya, ku lihat Ammar terus memandangi ku. Aku tersipu malu, Oh tuhan.. dia memadangi ku sedaritadi. Bagaimana ini...
" Kenapa sih??? gak nyaman ya berdua aja ma aku? " Tanya nya kemudian.
" Oh enggak, hehe cuma, sedikit.. Gerogi dipandangi aja sama pak guru cakep. " Jawab ku dengan jujur. Upz, terlalu jujur.
" Hahaha.. Ternyata kamu manis juga ya, jadi gemes nih. " Dia tersenyum dengan kedipan mata. Ah, so cute banget.
" Yee apaan sih, ntar sukak loh. " Jawab ku spontan.
" Emang kenapa kalo suka? Diterima gak kira-kira?"
So what? ini pernyataan nembak kah??? atau bercanda aja.
Aku melongo terdiam melihatnya, kemudian menggodanya lagi.
" Emang mau sama cewek jelek kayak aku??? Aku juga galak loh, hehe "
" Ini bukan penolakan halus kan???" Tanya nya dengan serius memandang ku.
" Enggak lah, " Jawab ku spontan.
" Oh berarti di terima nih? Wah.. senangnya, akhirnya punya pacar. "
" Eh Eh kok gitu??? apaan sih.. bercanda ya, " Aku mulai mendekatinya di sofa dan mencubitinya. Dia menghindar dengan tawa cekikikan.
" Fan, Jadi cewek ku ya??? Kita emang baru kenal sebulan yang lalu, tapi aku bukan type laki-laki yang suka mengulur waktu jika menginginkan sesuatu, Gimana? "
Aku terdiam melihatnya, bagaimana aku akan menjawabnya??? Aaaakh... ini mendadak, meski aku senang dan baru saja jomblo, tapi kan.. uuuugh...
Ku lihat dia terus menanti jawab ku dengan wajah memelas.
" Ok, kita jadian mulai sekarang. " Jawab ku spontan
" Serius??? Yesss, makasih sayang, Aku bahagiaaa banget. "
Cup !!!
Kemudian Ammar mencium kening ku dan memeluk ku. Aku masih terdiam kaku, apa apaan ini??? sekarang aku udah punya cowok baru, dan seorang guru pula??? Astaga. . . ini mimpi kah???
Hai readers, jangan lupa like nya ya 😊
Dua hari Ammar berada di kota tempat ku tinggal, hubungan kami berjalan mulus. Tampak manis meski aku nya masih malu-malu.
Beruntungnya, Ayah dan Ibu merestui hubungan kami begitu saja. Membuat kami semakin bahagia dengan hubungan ini.
" Fanny, besok aku harus segera balik ke kota ku. Aku sudah terpaksa bolos sehari dari cuti libur ku, ku harap selama kita berjauhan kau tetap setia mencintai ku " Ammar menggenggam tangan ku dengan erat.
Tatapan mata nya melihat ku seolah tak ingin berpisah, aku menunduk menghindari tatapan matanya itu. Aku tak ingin membuat nya semakin bersedih.
" Tak apa, aku bisa mengerti. . . tugas mu sebagai guru disana lebih penting. Aku tak ingin jadi penghalang untuk kinerjamu di sekolah, " Aku berusaha menguatkan hatinya yang tak ingin berpisah dari ku.
Sementara disini, aku juga harus lebih fokus pada sekolah ku, sebentar lagi ujian akan segera dimulai.
" Tapi sayang, maukah kau berjanji untuk selalu setia menjaga hubungan jarak jauh ini? Aku janji.. setiap akhir bulan aku pasti menemui mu. Belajar yang baik di sekolah, harus sukses ya, bahagiain om dan tante. " Aku mengangguk tanpa kata, kami berpelukan untuk saling menguatkan ketika berpisah nanti.
Hari-hari yang ku lalui setelah kepulangannya ke kota A. Aku sempat menangis, pikiran ku campur aduk. Ini kali pertama aku menjalani hubungan jarak jauh.
Betapa hati ini merasa takut, takut ini semua hanya mimpi dan berakhir begitu saja. Ah. . . bayangkan saja, siapa sih yang gak takut kehilangan seorang pacar yang sempurna seperti dia, pikir ku.
Tapi walau bagaimana pun aku harus percaya padanya bukan? tidak peduli bagaimanapun godaannya.
**********************
" Sayang, hari ini Pak Ammar jadi datang gak? " Tanya ibu yang sibuk menyiapkan banyak makanan untuk menyambut kedatangan Ammar.
" Iya Bunda, jadi. Dia sedang dalam perjalanan menuju kesini bersama Farel. Biasa Bund, jalanan kota agak macet. Jadi sabar dong, " Jawab ku pada ibu.
Ibu hanya tersenyum membalasnya yang kemudian sibuk kembali mempersiapkan berbagai suguhan.
Sudah sebulan berlalu hubungan kami berjalan, kami semakin romantis meski bertemu hanya via video call, dan mendengar suaranya via telpon. Tapi sedikitpun diantara kami memiliki rasa bosan dan jenuh yang tiap detik kami menghiasi hubungan ini dengan telpon dan video call.
Aaakh. . . rasanya aku sudah rindu, rindu aroma wangi tubuhnya. Ketika kami berpelukan terakhir kali, wangi aroma tubuhnya masih melekat. membuat ku menggila tak ingin mandi rasanya, hihi.
Tok tok tok. . .
"Selamat siang. . . " Ku dengar suara ketukan pintu bersamaan dengan suara ucapan salam seseorang.
Hati ku bergetar, Yah. . . itu Ammar. Ammar sudah datang, yeay. . . aku meloncat kegirangan di kamar.
Hatiku berdegub kencang mendengar suaranya saja. Ya ampun tuhan. . . inikah cinta? atau hanya rindu. . .
" Hai. . . selamat siang Pak Ammar, mari silahkan masuk " Ibu menyambutnya dengan ramah.
Sementara di kamar, aku masih sibuk merapikan rambut ku kembali, memoles bibir ku sedikit dengan liptin agar terlihat lebih fresh. Tak lupa ku semprotkan parfum Paris Hilton favorit ku, aku bergegas menuju ruang tamu dengan sedikit berlarian. Gak sabar rasanya.
" Hai. . . " Sapa ku pada Ammar.
Ku lihat Ammar terdiam memandang ku tanpa kata.
" Cantik bangeeet " Jawabnya kemudian. Ini membuat ku tersipu malu, aaaaaaah. . . wajah ku memerah seperti udang rebus, aku berpura-pura mengalihkan pandangan ku pada Farel.
" Ehhem, ngapain lu ikut kemari kecebong?"
" Emang kenapa? gak boleh ya cuma sekedar pengen liat wajah bibik yang seperti udang rebus itu, hahaha." Farel meledek ku dengan tertawa.
Lalu ibu datang menyuguhkan minuman dan beberapa cemilan lainnya.
" Yaudah. . . Farel, sini temenin tante ke halaman belakang yuk. Bantuin menyiram tanaman,"
Ku lihat ibu mengajak Farel dengan kedipan mata, Farel membalasnya dengan senyuman kecil melirik ku. Hmm. . . aku tau, ini hanya siasat mereka. syukur lah mereka mengerti aku ingin berduaan dan melepas rindu dengan Ammar, hehe. Bathin ku.
"Lama banget sih nyampe rumah, kemana dulu? Ih gak tau ya kalo udah kangen berat? " Tanya ku sambil menghempaskan tubuh ku di sofa.
Ammar mendekati ku, memegang tangan ku dan mengecupnya.
" Maaf sayang, tadi Farel meminta ku mampir sebentar dirumah sepupunya, tadi kita sebenarnya bertiga kok. " Jelasnya dengan senyuman.
" Oh ya, bertiga? tapi kok gak ada? Eh btw sepupu yang mana sih?" Aku mulai mengintrogasi dengan cerewet.
" Namanya. . . siapa ya tadi, oh ya Nayla. Temen nya Farel bukannya juga tetangga mu, katanya dekat sini rumah nya. Andi namanya, "
Kau tau, ini yang aku suka dari sosok Ammar. Dia selalu bisa menjawab semua yang aku tanyakan dengan detail, untuk menghindari rasa ketidak percayaan ku padanya.
" Oh. . . Nayla. Hmm, pantas saja lama. Secara.. Nayla kan cantik banget, pasti betah dong disana, " Aku menjawabnya dengan sedikit cemberut.
" Masih lebih cantik pacar aku ini dong, " Ammar mendekatkan wajahnya dan berbisik di telinga ku. Membuat ku geli dengan hembusan nafasnya, seketika bulu kuduk ku merinding.
" Ih apaan sih, gombal tauk " Aku mencubitnya. Kemudian Ammar memelukku dengan erat.
" Haaaaakh. . . Aku sangat merindukan mu Fanny, kenapa langsung mendetteku dengan pertanyaan-pertanyaan konyol? kamu gak kangen pacar mu ini ya?" Aku tersenyum mempererat lagi pelukan ku di tubuhnya.
Hmm. . . aroma ini, rasanya tetap sama. aroma yang selalu membuat ku rindu, ini baru sebulan tapi bagaikan seabad bagi ku.
Kemudian Ammar mengecup kening ku, aku tersipu malu.
" Tapi beneran kan Nayla lebih cantik dari aku " Aku melepas pelukan Ammar dengan manja.
" Enggak sayang, kamu tetap lebih cantik dari siapapun. Buktinya, aku jatuh cinta pada mu pada pandangan pertama. hehe, gak percaya? ". Ammar kembali memeluk ku, dan membelai rambut ku dengan lembut.
" Hmm. . . iya deh iya, percaya". Tapi ntah kenapa, ada yang berbeda dengan hati ku kali ini. Ada rasa takut bergetar hebat di relung hati ku, membuat ku sedikit canggung pada Ammar.
Ada apa gerangan??? Ah sudah lah. . . mungkin hanya perasaan ku saja.
Jam menunjukkan pukul 16.00 sore. Aku mengajak Ammar jalan jalan berkeliling di sekitaran Taman tak jauh dari rumah ku.
Menikmati suasana sore dengan bergandengan tangan bersama orang yang kita cintai, bahagia bukan???
Seperti itu lah rasa ku detik ini. Ammar menggandeng tangan ku dengan mesra, sesekali dia memeluk dan mengecup kening ku. Tak peduli banyak orang sekitar yang memperhatikan kami, beruntungnya. . . meski dia lebih tua dari ku, tapi dari segi penampilan dia tetap kece.
Tak kalah dengan penampilan cowok yang seusia ku, so why??? Aku merasa menjadi pusat perhatian disini. Aku menggenggam erat tangan Ammar, Ammar melirik ku seketika. Kemudian tersenyum sangat manis sekali, membuat ku gemas ingin ku peluk tanpa melepasnya lagi.
Masih ditaman. . .
Ammar berjalan di samping ku sesekali mencubit gemas pinggang ku ketika dia melingkarkan tangan kanan nya memeluk ku dari belakang, aku menggeliat geli.
" Ih apaan sih, sakit tau. . . "
" Kenapa ya Fan, setiap dekat dengan mu aku selalu gemas. Rasanya ingin segera meminang mu, andai kamu sudah lulus sekolah ". Ammar kembali menggenggam tangan ku, kini kami saling berhadap-hadapan.
Degh !!!
Jantung ku berdegub kencang mendengarnya. Gemetar ku rasa tubuh ini, apakah ini suatu lamaran secara tak langsung? Betapa aku sangat bahagia mendengar pernyataan ini.
" Apakah kau benar-benar mencintaiku, Ammar? " Tanya ku dengan senyuman.
" Kau ragu pada ku sayang?" Tanya nya kemudian sembari memegang pipi ku. Aku menggelengkan kepala.
" Aku percaya pada mu. Tapi apa kau tau, aku semakin takut dengan hubungan kita ini Ammar. " Jawab ku kemudian.
" Apa yang kau takutkan sayang? Aku serius dengan hubungan ini, selama ini sudah terlalu banyak wanita yang menjalin hubungan denganku, namun mereka semua hanya memanfaatkan ku saja. " Ammar melepaskan genggaman tangan ku, dia memalingkan wajahnya dari ku.
Ada apa? kenapa dia berpaling dari ku? Apakah dia marah?
Bathin ku. . .
" Ammar.. maafkan aku, aku hanya. . . aku hanya. . . sedikit merasa masih tidak percaya diri menjalani hubungan ini dengan mu, kau begitu sempurna bagi ku. Sejujurnya, aku pun ingin kau hanya menjadi milik ku saja. Tapi, mau kah kau bersabar dulu? Impian dan cita-cinta ku masih belum tercapai. Aku ingin sukses membahagiakan orang tua ku, dan aku ingin terlihat pantas berdiri di samping mu nantinya. "
Tanpa sadar aku meneteskan air mata. Ntah lah. . . kenapa aku begitu sangat takut, aku takut ini semua akan berakhir hari ini.
Hubungan ku dengan Ammar yang ku jaga mati-matian selama sebulan ini, bukan lah yang mudah. Aku terus melawan rasa rindu dan curiga ku ketika dia tiada kabar walau sedetik.
Ammar memelukku dengan erat. sangat erat, hingga aku susah bernafas.
" Fanny, aku sangat mencintaimu. Aku sangat mencintaimu, bersabar lah. Terus lah fokus belajar sekolah, kau harus bisa mendapat nilai bagus. Aku berjanji, setelah lulus sekolah nanti aku akan membawamu pada keluarga ku, aku akan meminta mereka segera melamarmu."
Ammar terus mengoceh tiada henti mengucapkan kata janji dan cinta, berusaha meyakinkan ku.
Sementara aku. . . Aku terdiam kaku, aku berpikir keras untuk mempercayai ini semua.
Benarkah seberuntung ini, diriku? Lihat lah sosok lelaki di depan ku ini, benarkah sebesar itu rasa cintanya pada ku tuhan?
Ammar melepaskan pelukannya dari tubuh ku, dia memandangku lekat. Lama kami saling memandang, aku mencoba tersenyum pada nya.
Tiba-tiba Ammar mengecup bibir ku,
Tuhan. . . bibirnya sangat hangat dan lembut ku rasa. Aku tercengang menanggapinya, Ammar menertawai ku. Kemudian dia kembali mengecup bibir ku, aku tidak tahan dengan kehangatan bibir lembutnya.
Aku memberanikan diri membalas kecupan bibir Ammar dengan lembut, Ammar menarik tubuh ku lebih dekat dengannya.
Tidak peduli sekitaran orang yang melewati kami akan melihatnya, meski kami sudah berada di tempat yang lumayan sepi, sehingga kami sedikit leluasa menikmati waktu berdua.
Ini bukan diriku rasanya, aroma nafas Ammar membuat darah ku mengalir hebat. Jantung ku berdegub tak beraturan, rasanya sudah mau loncat.
Di tengah kenikmatan ini, ponsel Ammar berdering.
Drrrt. . .Drrrrttt. . .
Kami terhenti begitu saja karena terkejut. Ih mengganggu saja, siapa sih??? Pikir ku.
Setelahnya kemudian kami saling memandang satu sama lain lalu tersenyum salah tingkah mengingat ciuman tadi.
*****************
" Pak Ammar. . . " Teriak Farel dari kejauhan.
" Oh Farel, mana Andi?" Tanya Ammar heran.
" Udah nungguin daritadi dirumah Nayla."
What???
Uugh. . . lagi-lagi Nayla. Apaan sih, aku memalingkan wajah dengan cemberut.
" Bi. . . pinjem cowoknya sebentar ya, hehe. Tenang aja gak bakal ilang kok. " Farel tertawa meledek ku.
Aku masih cemberut menanggapinya. Kemudian Ammar menggenggam tangan ku,
" Fanny. . . Gapapa ya, aku ikut Farel sebentar. Gak enak sama Andi, sudah menunggu ku daritadi. Disini meskipun sebagai guru mereka, aku tetap tamu mereka kan??? ". Ammar mencoba menenangkan ku.
" Emang kenapa sih harus dirumah Nayla Rel? " Tanya ku dengan cettus pada Farel.
" Wih, bibi kumat galaknya. Ini loh si Andi ngajakin makan-makan, tapi dirumah Nayla sekalian reunian gitu. Mengenang masa dulu gitu alias Clbk tuh mereka, hahaha". Jawab Farel masih dengan tawa meledek ku.
" Ya udah deh sana, tapi awas ya macem-macem aku mutilasi kalian " Jawab ku dengan mengepalkan tangan kanan ku. Ammar mengacak-acak kepala ku dengan tertawa, sedang Farel sudah berlari jauh dari kami.
" Ya udah yuk, aku antar kamu pulang dulu. setelah itu aku menemui Farel dan Andi ".
Aku berjalan lebih dulu membelakangi Ammar. Kemudian Ammar menarik tangan ku tiba-tiba, dan kembali mengecup lembut kening ku.
" Sayang, kamu beneran nih ngijinin aku ikut acara mereka? Kamu percaya aku kan yank? " Tanya Ammar dengan wajah mellas.
Ku tarik nafas dalam-dalam tanpa kata, aku tak ingin terlihat terlalu mengekang nya dalam hubungan ini, aku tak ingin membuatnya berpikir aku mulai mengaturnya dalam hubungan ini, akhirnya. . . Aku hanya mengangguk pelan tanda setuju.
Meski jujur, jauh di lubuk hati ku.. aku benci harus berbohong, berpura-pura mengizinkan nya pergi bersama Farel dan Andi. Sementara ada wanita lain disana. Yaitu Nayla, siapa yang gak kenal Nayla di kota ku.
Dia masih berusia 2 tahun lebih muda dari ku, namun gaya nya yang dewasa, penampilannya yang gaul, suka make up, dan kulitnya yang putih bersih, tapi semua cowok tau dia sedikit genit, membuatnya banyak di kejar-kejar cowok selama ini.
Pengalamannya dalam dunia pacaran tentu lebih jago dari ku di usianya kini. Dia masih sepupu Farel, dari keluarga Ibunya.
Di bandingkan dengan ku, jelas sangat jauh. Aku tidak begitu banyak pengalaman dalam hal pacaran, aku lebih suka berteman banyak dengan para lelaki. Tapi kali ini, entah kenapa.. aku begitu takut kehilangan dan terlalu mencintai sosok Ammar.
Bathin ku. . .
* Ammar, bisakah kau jangan pergi bertemu Farel dan Andi? Sementara disitu ada Nayla. Bisakah tetap disini bersama ku? Aku takut Ammar. . . setelah ini, kau akan berubah dengan ku setelah bertemu Nayla. . .*
Ku lihat Ammar berlalu pergi dengan mobil yang di kendarainya dari rumah setelah mengantar ku pulang. Tanpa menoleh lagi ke belakang, lebih meyakinkan ku, bahwa dia tidak akan tergoda dengan Nayla.
Akh. . . sudah lah. Semoga ini hanya perasaan cemburu ku saja.
Happy reading all😊
Jangan lupa like nya ya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!