NovelToon NovelToon

Aku Bersedia

Pertemuan

Panasnya matahari yang begitu terik, Tidak mematahkan semangat seorang gadis yang terus berjalan untuk mencari pekerjaan.

Angin sepoi-sepoi berhembus membelai lembut rambut hitam nan tebal milik seorang gadis muda yang sedang berjalan di sebuah trotoar. Ia menatap lesu amplop coklat yang sedang ia pegang sejak dari pagi.

Kakinya terus melangkah menuju ketempat yang semakin sepi, Sampai pandangannya terkunci pada mobil Avanza berwarna hitam yang tiba-tiba saja berhenti di sebrang jalan. Karena rasa penasarannya, Gadis itupun langsung mendekati mobil tersebut, Yang berhenti tepat di depan sekolah anak TK.

Ia langsung melirik jam yang ada di pergelangan tangannya, Yang ternyata jarum jam menunjukkan pukul 1 siang. Sudah sangat terlambat untuk menjemput pulang anak TK di jam segini, Pikiranya.

Setelah memperhatikan beberapa saat, Mata gadis itu langsung membola kaget. Ia langsung berlari karena ia menduga ada 2 anak kecil yang akan di culik.

Haura Azaleya, Gadis cantik yang akan menginjak umur 20 tahun. Tak hanya memiliki paras yang cantik, Haura juga memiliki postur tubuh yang tinggi dan ideal. Gadis itu juga memiliki keberanian yang sangat tinggi.

Haura langsung melepaskan sepatu yang di kenakan nya, Dan langsung melemparkannya dengan sekuat tenaga pada seorang laki-laki yang sedang menggendong 2 bocah kecil yang cantik dan tampan.

"TOLONG... TOLONG!, ADA PENCULIK!" Teriak Haura dengan begitu kencangnya.

Haura langsung berlari dengan menendang pinggang laki-laki tersebut, Dan meraih tubuh kedua anak kecil itu. Lalu Haura mengayunkan kedua kaki anak kecil itu, Sampai membuat si penculik terjungkal ke pintu mobil.

"TOLONG!, ADA PENCULIK!" Teriak dua bocah kecil tersebut dengan bersamaan.

Satpam yang berada di taman anak-anak pun mendengar teriakkan dua bocah kecil tersebut lalu berlari ke arah mereka, Dan betapa terkejutnya kedua satpam tersebut melihat Haura yang sedang terduduk lesu dengan merangkul dua anak kecil tersebut.

"Ya tuhan!, Mbak. Mbak gapapa kan?, Ada yang luka?" Tanya pak satpam pada Haura.

Haura langsung melepaskan kedua anak kecil tersebut, Lalu menggelengkan kepalanya dengan lemah. Seolah menjawab dia tidak terluka.

"Bapak gimana sih, Jadi satpam. Bapak dari mana aja?, Gimana kalau dua anak ini beneran kena culik, Bapak mau tanggung jawab sama orang tuanya!" Cerocos Haura pada kedua satpam tersebut dengan nada kesalnya.

"Maafin kami mbak, Kami tadi istirahat makan dulu. Terimakasih sudah menolong mereka" Jawab Pak satpam tersebut.

"Kenapa gak gantian aja makanya, Yang satu makan yang satu jaga. Kan bisa!" Jawab Haura.

"Iya sekali lagi kita minta maaf ya mbak" Jawab kedua satpam tersebut.

"Untung tadi saya lihat mereka mau di culik, Coba kalau nggak, Gimana nasib kedua anak kecil ini" Ucap Haura yang tidak berhenti-henti nya berbicara karena kesal pada kedua satpam tersebut.

"Makasih yah, Tante cantik" Jawab Kedua anak kecil tersebut pada Haura.

Haura langsung tersenyum lembut, Lalu berjongkok untuk mensejajarkan tubuhnya dengan kedua bocah tersebut.

"Iya, Lain kali. Kalian hati-hati yah, Kalau belum di jemput jangan main jauh-jauh. Mainnya di taman sekolah kalian aja" Ucap Haura dengan mengusap lembut kepala dua bocah tersebut.

"Iya Tante cantik" Jawab mereka berdua serempak.

"Kalau gitu, Tante pergi dulu yah" Pamit Haura dengan berdiri hendak pergi.

"Tunggu dulu, Tante!" Cegah dua bocah tersebut yang langsung membuat Haura kembali berbalik ke arah mereka berdua dengan satu alis terangkat.

"Apalagi hm?" Tanya Haura.

"Tante cantik mau gak, Temenin kita dulu disini sampai Mamah datang. Kita takut ada orang jahat lagi" Ucap gadis kecil itu dengan tatapan memohon.

Haura langsung tersenyum dengan menganggukkan kepalanya.

"Yaudah tante temenin kalian, Sampai kalian bener-bener di jemput sama mamah kalian. Oke" Ucap Haura dengan melingkarkan jari jempol dan telunjuknya membentuk huruf O, Lalu di ikuti oleh dua bocah kecil tersebut.

"Kalian duduk dulu di sana yah, Tante ambil dulu sepatu" Ucap Haura yang langsung di angguki mereka berdua.

Haura langsung memunguti sepatu dan amplop coklat miliknya dengan nafas yang berat. Bukannya mendapat pekerjaan, Ia malah menjadi pahlawan kesiangan.

Setelah mengambil sepatu dan amplop cokelat miliknya, Haura langsung ikut duduk di tengah-tengah dua anak kecil tersebut.

"Kalian namanya siapa?" Tanya Haura.

"Aku Reino Adiguna" Jawab Bocah laki-laki.

"Aku Reina Adiguna" Jawab gadis kecil tersebut.

"Jadi, Kalian kembar yah?" Ucap Haura yang langsung di angguki mereka berdua.

"Kalau nama tante cantik, Siapa?" Tanya gadis kecil tersebut pada Haura.

"Nama tante Haura, Haura Azaleya. Kalian bisa panggil tanten Hau aja, kalau kepanjangan" Ucap Haura dengan nyengir kuda.

Kedua bocah itupun langsung tertawa, Karena menurut mereka Haura lucu.

"Namanya cantik, Persis seperti orangnya" Celetuk Reino, Yang langsung membuat Haura tersipu malu.

Haura langsung mengusap kepala Reino dan Reina. "Terimakasih Reino, Reina" Ucap Haura.

"Reino lihat, Itu nenek datang" Seru Reina dengan antusiasnya.

Haura dan Reino pun langsung mengikuti arah telunjuk Reina kecil yang begitu menggemaskan.

Reino langsung melompat dan menghampiri wanita paruh baya yng sudah menjemputnya.

"Yey, Akhirnya nenek datang juga" Seru Reino dan Reina.

"Reino, Reina. Kalin gapapa kan?, Maaf nenek terlambat jemput kalian, Karena nenek barusan antar om Regan dulu ke rumah sakit" Ucap Wanita paruh baya tersebut pada kedua cucunya.

"Iya gapapa kok nek, Kita kan ada yang nemenin. Tante cantik ini, Dia udah selamatin kita dari penculik nek" Seru Reino.

Wanita paruh baya tersebut langsung melihat ke arah Haura, Dan meneliti penampilan Haura yang sedang memakai kemeja putih dan rok span sebatas lutut, Dengan memegang amplop cokelat.

"Terimakasih yah nak, Kamu sudah menyelamatkan cucu-cucu saya. Kalau gak ada kamu, Saya tidak tahu apa yang akan terjadi dengan mereka" Ucap Wanita paruh baya tersebut dengan tulus.

Haura langsung tersenyum dengan menganggukkan kepalanya.

"Sama-sama bu, Saya senang membantu cucu-cucu ibu" Jawab Haura.

"Nama kamu siapa?" Tanya wanita paruh baya tersebut.

"Saya Haura"

"Saya Julia, Senang bertemu dengan kamu Haura" Ucap Julia dengan mengulurkan tangannya pada Haura.

Haura langsung meraih tangan Julia lalu mencium dan menyaliminya.

"Saya juga senang bertemu dengan ibu"

Julia langsung terkejut dengan apa yang di lakukan Haura padanya, Apalagi saat Haura mencium punggung tangannya dengan khidmat.

"Setelah ini kamu mau Kemana?" Tanya Julia pada Haura.

"Eum, Mungkin saya akan pulang bu"

"Kamu udah makan siang?, Ayo ikut saya makan siang" Ajak Julia.

"Saya sudah makan bu, Tidak usah repot-repot"

"Nggak repot kok, Ayo ikut" Ajak julia dengan kekeh, Sehingga membuat Haura tidak bisa menolaknya dan pasrah ikut dengan julia.

Tawaran

Setelah mengikuti kemauan Julia, Kini Haura sedang berada di restoran yang begitu mewah dan megah. Ini baru pertama kalinya ia masuk dan menginjakkan kakinya di dalam restoran tersebut, Jika bukan karena Julia, Mungkin sekarang Haura sedang menahan rasa lapar di kontrakannya yang begitu sempit.

Sebenarnya Haura tak enak hati untuk ikut makan siang di restoran yang mewah itu, rasanya tidak pantas bagi Haura makan-makanan yang enak. Tapi sekuat apapun Haura menolak, Julia akan tetap memaksanya.

"Kamu asli orang sini, Haura?" Tanya Julia di tengah-tengah makannya.

"Saya perantau dari kota kecil bu" Jawab Haura dengan seadanya.

Julia hanya menganggukkan kepalanya lalu pikirannya terbesit untuk menanyakan sesuatu hal pada Haura.

"Kamu kuliah?"

"Tadinya sih gitu bu" Jawab Haura dengan menatap makanan yang ia makan.

Julia langsung mengerenyitkan keningnya Secara berlipat, Seolah bingung dengan ucapan yang Haura berikan.

"Iya tadinya saya kuliah bu, Tapi saya harus putus di tengah-tengah jalan. Karena saya kekurangan biaya untuk melanjutkan kuliah saya" Jawab Haura yang langsung di angguki Julia.

"Emang orang tua kamu kerja apa?" Tanya Julia.

"Ayah saya udah lepas tanggung jawab sama keluarga saya bu, Kalau ibu saya. Beliau hanya berjualan kue di kampung" Jawab Haura dengan menundukkan kepalanya.

Julia langsung menatap prihatin Haura, Dia juga berpikir tentang Haura. Gadis muda seusia Haura harus menanggung beban yang begitu beratnya demi tuntutan keluarganya.

"Kamu punya saudara" Tanya Julia lagi, Seketika Haura langsung menegakkan kepalanya untuk menatap Julia.

"Saya punya satu adik perempuan bu, Dia masih sekolah di bangku SMP, Dan kakak saya yang laki-laki. Dia sebentar lagi akan sidang skripsi. Jadi saya anak pertengahan yang harus mengalah demi mereka yang lebih membutuhkan pendidikan, Lagi pun saya juga gak tega bu. Lihat ibu saya jualan kue setiap harinya, Karena hasil dari jualan kue juga gak mungkin bisa membantu membiayai pendidikan kita, Jadi saya memutuskan untuk putus kuliah dan merantau kesini untuk mencari pekerjaan" Jawab Haura dengan tersenyum tipis pada Julia. Sampai tak terasa air matanya mengalir begitu saja.

Melihat Haura yang menangis dalam diam, Julia langsung menggenggam tangan Haura untuk menguatkan gadis itu.

"Udah jangan sedih lagi, Ini ujian buat kamu dari Allah. Karna Allah yakin kamu adalah wanita yang paling kuat dan tangguh untuk menerima semua cobaan ini" Ucap Julia dengan tersenyum tipis pada Haura.

"Makasih bu" Jawab Haura dengan tersenyum manis dan mengusap air matanya.

"Jadi sekarang kamu sangat membutuhkan uang dalam waktu yang singkat?" Ucap Julia. Yang hanya di balas anggukkan oleh Haura.

"Kalau ibu boleh tahu berapa jumlah yang kamu butuhkan sekarang Haura?" Tanya Julia.

"Mungkin sekitaran 25 juta bu, Uang kuliah kakak saya udah nunggak beberapa kali. Belum lagi biaya sidangnya, Sebelum kesini juga saya sudah mempunyai hutang bu untuk bayar kost saya. Sisanya untuk biaya adik saya yang perempuan sekolah bu, Dan untuk kebutuhan ibu saya di kampung. Tapi ya, Saya juga sadar diri juga bu. Karena gak mungkin uang segitu bisa di dapat dalam waktu singkat, Apalagi mencari pekerjaan disini susah, Dan lagi saya hanya lulusan SMA" Jelas Haura.

Julia terdiam sejenak, Terlihat sedang berfikir mendengar keluhan Haura yang sangat membutuhkan uang dalam waktu yang singkat untuk membantu biaya pendidikan saudaranya.

"Sejujurnya saya juga lagi membutuhkan seseorang untuk bisa merawat anak saya yang sedang sakit, Tapi sampai sekarang saya masih belum menemukan orang yang tepat" Ucap Julia, Yang langsung di tatap bingung Haura.

"Bagaimana kalau saya memberikan kamu tawaran untuk kamu menikah dengan anak saya?" Tawar Julia pada Haura.

Seketika mata indah Haura langsung membulat sempurna, Mendengar tawaran dari Julia yang tidak pernah di sangkanya.

"Me-nikah?" Tanya Haura dengan terbata dan langsung di angguki Julia. Haura pun terdiam untuk beberapa saat, Karena menurutnya menikah bukanlah hal yang mudah, Apalagi sekarang dia di tawari secara tiba-tiba.

Julia paham dengan kediaman Haura yang masih terkejut dengan tawarannya, Lalu wanita paruh baya tersebut langsung menggenggam tangan Haura untuk meyakinkannya.

"Disini kita saling membutuhkan Haura, Kamu membutuhkan uang untuk membantu perekonomian keluarga mu. Dan saya membutuhkan seseorang untuk mendampingi dan merawat anak saya yang sedang sakit" Ucap Julia.

"Jika kamu mau menikah dengan anak saya. Kamu akan saya beri apapun yang kamu mau, Termasuk uang 50 juta perbulannya, Dan kamu bisa membayar hutang dan tunggakan biaya kuliah kakak kamu. Itupun jika kamu bersedia" Tawar seorang wanita paruh baya pada Haura.

"Tapi bagaimana dengan keluarga saya bu, Mereka tidak mungkin akan setuju jika saya menikah secara tiba-tiba" Ucap Haura dengan penuh kekhawatiran.

"Itu terserah padamu Haura, Penawaran ini tidak akan datang dua kali. Dan mungkin saja jika kamu mencari pekerjaan yang lain, Kamu tidak akan mendapatkan penghasilan yang sama seperti yang sudah saya tawarkan untuk kamu" Jawab Julia.

"Tapi, Kenapa ibu bisa percaya dengan saya yang harus menikah dengan anak ibu?"

"Karena kamu orang yang tepat Haura, Saya bisa melihat ketulusan kamu. Dan saya sudah bisa merasakan jika kamu mempunyai sikap yang keibuan"

"Boleh saya tahu, Anak ibu sakit apa?"

"Waktu itu anak saya kecelakaan, Sehingga membuat dia langsung koma. Setelah dua bulan koma di rumah sakit, Dia jadi lumpuh dari leher sampai kaki. Hanya kepalanya saja yang bisa ia gerakkan. Tapi kamu jangan khawatir Haura, Meskipun dia lumpuh. Dia juga tampan dan mempunyai harta kekayaannya sendiri. Hasil dari kerja kerasnya sebelum ia mengalami kecelakaan dan sakit sampai sekarang"

"Dan sudah tentu hidup kamu akan terjamin, Biaya ibu dan saudara kamu sudah pasti tidak akan mengalami kesusahan seperti sekarang ini" Ucap Julia dengan mencoba terus meyakinkan Haura.

Haura masih bingung harus menjawab apa. Karena di satu sisi ia sangat begitu membutuhkan penghasilan agar bisa menghidupi ibu dan saudaranya yang berada di kampung, Apalagi adiknya yang masih bersekolah.

"Berikan saya waktu 1 hari untuk memikirkan ini bu" Pinta Haura yang langsung membuat wanita paruh baya tersebut tersenyum dan menganggukkan kepalanya pada Haura.

"Ini kartu nama saya, Dan ini nomor telepon saya. Jika nanti kamu sudah memutuskan jawabannya, Segera hubungi saya. Saya akan dengan senang hati menerima apapun jawaban dari kamu" Ucap Wanita paruh baya tersebut dengan memberikan kartu nama dan nomor teleponnya pada Haura sebelum pergi.

Haura langsung menerimanya dengan perasaan yang tak karuan, Lalu ia tersenyum dan menganggukkan kepalanya pada Julia.

Aku Bersedia

Di malam harinya, Julia sedang memikirkan keputusan yang akan Haura ambil. Ia begitu resah jika nantinya Haura benar-benar menolak tawarannya untuk menikah dengan putranya yang cacat.

Saat sedang melamun memikirkan keputusan dari Haura tiba-tiba saja Handphone milik Julia berdering menandakan ada yang menelponnya, Saat di lihat siapa yang menelponnya malam-malam. Julia langsung mengerutkan keningnya secara berlipat melihat nomor yang tak di kenal menghubunginya.

[ Halo..? ] Ucap Julia.

[ Iya halo, Apa ini dengan ibu Julia? ]

Ucap si penelpon di seberang sana.

[ Ini pasti kamu Haura kan? ]

Tebak Julia dengan tersenyum manis, Mendengar suara seseorang yang menelponnya.

[ Iya, Kok ibu udah tahu aja ]

Ucap Haura di seberang telponnya dengan terkekeh pelan.

[ Walaupun baru tadi siang ibu kenal dengan kamu, Tapi ibu sudah sangat hapal dengan suara kamu Hau ]

[ Oh iya, Ada apa kamu telpon malam-malam begini? ]

Tanya Julia.

[ Saya mau memberi jawaban atas tawaran ibu tadi siang ]

Jawab Haura yang langsung membuat Julia, Menjadi tak karuan.

[ Kenapa kamu cepat sekali mengambil keputusan Hau, Bukankah kamu meminta waktu satu hari. Atas jawaban yang saya tawarkan tadi? ]

Tanya Julia yang merasa heran, Dengan ucapan Haura.

[ Akan terlalu lama, Jika saya terus berfikir bu]

Jawab Haura di seberang telpon, Yang langsung di angguki Julia.

[ Jadi, Bagaimana?. ]

Tanya Julia, Memastikan keputusan yang sudah Haura ambil.

[ Aku bersedia untuk menikah dengan putra ibu dan menerima tawaran dari ibu ]

Jawab Haura yang langsung membuat Julia mengembangkan senyuman bahagia.

[ Terimakasih Haura, Terimakasih. Kau sudah bersedia untuk mendampingi anak ibu ]

Ucap Julia dengan tersenyum haru.

[ Seharusnya saya yang berterimakasih pada ibu, Ibu sudah mau membantu saya ]

[ Tidak sayang, Disini kita sudah saling membantu Haura ]

[ Baiklah, Acara pernikahanku mu dengan Regan, Akan di selenggarakan besok. Semuanya akan ibu siapkan ]

Ucap Julia yang langsung membuat Haura terdiam beberapa saat, Di seberang telpon.

[ Haura, Bagaimana? ]

Tanya Julia, Karena tidak ada jawaban dari Haura.

[ Semuanya saya serahkan saja pada ibu ]

Jawab Haura, Yang langsung membuat Julia Merasa lega.

[ Baiklah, Kalau begitu sudah dulu yah Haura. Ibu akan berbicara pada Regan dulu ]

[ Ya bu, Selamat malam ]

[ Malam ]

***

Setelah mendapatkan jawaban dari Haura, Julia tidak henti-hentinya tersenyum bahagia. ia langsung melangkahkan kakinya menuju kamar sang putra.

"Regan..?" Panggil Julia, Dengan melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar sang putra.

Setelah masuk, Julia melihat sang putra yang sedang duduk termenung menatap jendela luar kamarnya.

"Kamu sedang apa nak?" Tanya Julia, Dengan memegang pundak Regan.

"Meratapi nasib" Jawab Regan dengan datarnya.

"Maksud kamu?" Tanya Julia yang tak paham dengan ucapan Regan.

"Meratapi nasib menjadi seseorang yang hidup dengan keadaan cacat" Jawab Regan dengan pandangan yang lurus.

"Regan!, Bunda tidak suka jika kamu berbicara seperti itu!" Ucap Julia yang mulai marah.

Regan langsung menghembuskan nafas beratnya, Lalu ia melirik Julia sekilas.

"Ada apa bunda kesini?" Tanya Regan.

"Bunda hanya ingin melihat kamu, Apa itu tidak boleh?" Tanya Julia.

"Bukan, Bukan seperti itu. Lupakan saja pertanyaan yang tadi" Jawab Regan

Julia langsung mendorong kursi roda Regan untuk dekat dengan ranjang, Lalu julia duduk di atas ranjang agar berhadapan dengan Regan.

"Regan, Bunda mau berbicara tentang kabar gembira sama kamu" Ucap Julia dengan mengusap punggung tangan Regan.

"Kabar gembira apa bunda?" Tanya Regan yang penasaran.

"Sebentar lagi, Kamu akan mempunyai pendamping sayang. Kamu akan menikah, Dan kamu tidak akan kesepian lagi. Karena kamu akan mempunyai seorang istri" Ucap Julia dengan tersenyum.

Bukannya senang, Regan malah menatap Julia dengan begitu sengit.

"Apa?, Pernikahan?, Istri?" Ucap Regan yang langsung di angguki Julia.

"Wanita mana yang sudah bunda jebak, Untuk mau menikah dengan seorang yang cacat seperti ku" Jawab Regan dengan tatapan tajamnya pada Julia.

Senyuman Julia seketika langsung pudar mendengar ucapan Regan.

"Regan jangan berbicara seperti itu, Bunda tidak menjebak siapapun Regan" Jawab Julia dengan menggelengkan kepalanya, Mencoba untuk tidak emosi.

"Lalu kenapa dia mau menikah dengan ku?" Tanya Regan.

Julia langsung menghembuskan nafas berat, Dia kembali menggenggam tangan sang putranya.

"Memangnya kenapa Regan?, Kamu juga pantas untuk menikah. Meskipun kamu lumpuh, Kamu juga bisa bersanding dengan siapapun. Jangan karena keadaan mu seperti ini, Kamu jadi tidak merasa pantas untuk menikah" Jawab Julia.

"Bunda tidak memaksa dia untuk menikah dengan ku kan?, Jika benar. Maka lebih baik aku tidak akan menikah, Dari pada aku menjadi beban hidup seseorang karena aku tidak berguna, Dan pasti aku akan menghancurkan masa depannya karena kecacatan ku" Tukas Regan.

"REGAN!, Apa yang kamu katakan hah!. Ibu sudah bilang kan, Kalau ibu tidak memaksa dia untuk menikah dengan kamu. Dia sudah bersedia menikah dengan kamu, Dan dia dengan sukarela nya menerima kekurangan kamu, Terlebih dia sudah tau kondisi kamu yang sekarang Regan" Jawab Julia, Yang mulai terpancing emosi.

"Berarti dia mau menikah denganku karena uang, Dan harta" Ucap Regan dengan menyunggingkan senyumnya pada Julia.

"Cukup Regan!, Ibu sudah tidak mau lagi mendengar penolakan yang kamu ucapkan!. Nama dia Haura Azaleya, Hafalkan namanya untuk ijab kabul besok. Dan jangan membuat keributan lagi!" Ucap Julia dengan beranjak dari duduknya.

Regan tampak menahan amarahnya, Dadanya naik turun, Sampai wajahnya menjadi memerah. Ingin sekali rasanya dia memberontak untuk tidak menuruti kemauan ibunya, Tapi mau bagaimana lagi, Untuk menggerakkan anggota tubuhnya saja ia tidak bisa.

Julia yang sempat akan keluar pun, Langsung berbalik badan melihat sang putranya yang sedang mencoba menahan rasa marahnya. Lalu ia kembali bersimpuh di hadapan Regan, Dengan menatap lembut sang putra.

"Regan, Maafin bunda. Bunda melakukan ini semua karena bunda sangat menyayangi kamu sayang, Bunda tidak mau kamu terus kesepian. Karena bunda juga tidak bisa untuk terus berada di samping kamu, Bunda yakin wanita yang sudah bunda pilih dia adalah wanita yang baik untuk kamu nak, Dan semoga dengan kamu menikah. Kamu jadi bersemangat untuk sembuh kembali sayang, Bunda yakin kamu pasti akan bahagia" Ucap Julia dengan melemahkan suaranya di depan Regan.

Setelah mengucapkan itu, Julia langsung mencium kening sang putra malangnya. Lalu beranjak pergi dari kamar Regan.

Setelah kepergian Julia dari kamarnya, Regan langsung menangis tanpa suara. Rasanya begitu sakit dengan keadaannya yang begitu menyedihkan.

"Kenapa, Kenapa engkau begitu yakin kepada ku ya tuhan. Andai saja aku di beri kelumpuhan hanya di kakiku saja, Mungkin aku tidak akan semenyedihkan ini. Apa mungkin bisa, Setelah aku menikah. Aku akan bahagia?, Atau aku akan membuat anak orang lain menderita karena kecacatan ku ini.." Lirih Regan dengan berlinang air mata menatap lantai bawah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!