NovelToon NovelToon

Penguasa Daratan Merah

Chp 1 : Penguasa Daratan Merah

<< Daratan Merah >>

Seorang Raja Agung terlihat sedang duduk di atas singgasana megah. Dengan pakaian mewahnya, Raja tersebut sedang bersantai dengan tenang sekaligus ditemani oleh segelas arak terbaiknya. Sesekali sang raja itu memejamkan mata yang diikuti oleh perasaan bahagia. Itu dikarenakan sang raja begitu terpikat dengan arak yang sedang dinikmati sekarang.

Banyak pelayan yang mencuri curi pandang kearah raja. Ya, siapa yang tidak mau melihat raja yang memiliki pesona tiada tara.

Wajahnya yang semulus giok, dengan alis yang tebal serta hidung yang lancip, membuat sang raja nampak sangat menawan. Ditambah dengan rambut panjangnya yang berwarna coklat dengan sebuah hiasan putih diatasnya, dapat membuat semua orang terpesona melihatnya.

Tak berselang lama kemudian, senyuman raja yang dianggap sebagai tanda bahagia itu, tiba tiba saja diganti dengan mimik wajah yang menampilkan ekspresi serius. Seketika semua orang yang berada dalam ruangan menjadi diam, hingga tidak ada satupun yang berani bersuara.

Namun seseorang yang terlihat seperti sosok penting dengan pakaian yang elegan, dia dengan berani bertanya pada sang raja." Ada apa yang mulia Zhen Wu?"

Nama raja tersebut adalah Zhen Wu. Dia adalah penguasa Daratan Merah, yang apabila ada orang orang mendengar namanya, mereka akan terlihat seperti seseorang yang dilanda oleh bencana. Itu dikarenakan dia dikenal sebagai raja yang sangat kejam.

Contohnya saja, jika penguasa lain ingin membunuh beberapa musuhnya, mereka biasanya menyiksa orang orang itu terlebih dahulu sebelum nanti dibiarkan mati. Namun tidak dengan raja Zhen Wu, dia akan menggunakan Kekuatan khususnya yang bernama Jiwa Neraka untuk meneror setiap orang yang merasakan aura intimidasi nya, hingga orang itu mati dengan cara membunuh dirinya sendiri.

Maka dari itu orang orang sangat takut kepadanya. Tapi, walaupun dia dikenal dengan kekuatannya yang sangat menakutkan, dia merupakan seorang pribadi yang baik. Buktinya, dari para bawahan sampai rakyatnya, dia diakui sebagai raja yang bijaksana. Kerajaannya bahkan sangat maju dan damai, yang sudah bertahan lebih dari 100 tahun.

"Ada banyak tamu tak diundang yang mencoba masuk kedalam wilayah ku," ucap raja Zhen Wu yang tersenyum tipis.

Zhen wu pun berdiri dari singgasananya, dan mulai menatap kearah depan. "Jendral Hen Mo, aku tugaskan kau untuk menggantikan ku selama aku pergi. Mungkin aku akan kembali dalam waktu yang lama."

Jendral Hen Mo terkejut dengan keputusan rajanya. Dalam hati kecilnya, dia ingin sekali untuk menolak keputusan itu. Namun, pada akhirnya dia menerima keputusan dari sang raja. Karena dia tahu, Zhen Wu pasti akan menolaknya.

"Aku hanya akan menggantikan anda untuk sementara disini, yang mulia. Cepatlah kembali, karena hanya andalah yang pantas jadi Penguasa Daratan Merah ini." Hen Mo membungkukkan badannya dengan penuh hormat.

Mendengar hal itu, Zhen Wu pun tertawa dengan keras, "haha... Aku kira kau akan memintaku lagi untuk membawamu ikut bersamaku, seperti yang terakhir kali kau lakukan."

"Hehe.. aku sudah tau yang mulia, anda pasti tidak akan mengijinkan ku menemanimu." Hen Mo tertawa canggung sambil menggaruk bagian atas kepalanya.

"Baiklah, aku akan pergi. Kau lah yang bertugas mengatur pemerintahan, selama aku tidak ada." Zhen Wu melangkah maju dan mulai meninggalkan ruangan.

"Baik yang mulia."

Hen Mo pun menemani Zhen Wu sampai keluar pintu kerajaan. Namun, begitu sampai di luar, Zhen Wu memusatkan pandangannya ke atas langit. Hen Mo yang melihat itu pun tahu kemana arah tujuannya.

Sebenarnya Hen Mo sudah mengetahui tujuan dari Zhen Wu pergi. Itu dikarenakan adanya ancaman dari luar Wilayah Daratan Merah, yang membuat Zhen Wu harus turun tangan sendiri untuk mengatasinya.

Pastinya ancaman tersebut bukan berasal dari wilayah lain, melainkan ancaman dari luar. Karena, semua orang di dunia ini sudah mengetahui, bahwa Daratan Merah adalah tempat yang wajib untuk tidak dijadikan musuh. Dan apabila melanggar, maka mereka harus bersiap siap untuk merasakan penderitaan tanpa akhir.

Zhen Wu mulai terbang keatas langit dengan arah yang mengarah ke bagian barat. Semua orang mulai memandangi raja mereka yang melesat cepat. Mereka telah mengetahui bahwa jika Zhen Wu telah keluar dari wilayah Daratan Merah, maka pasti ada sosok kuat yang sedang mencoba menantang sang raja.

"hadeh... Orang mana lagi yang akan bernasib naas kali ini. Aku salut dengan keberanian mu orang asing, karena telah berani menantang sang malaikat maut." itulah kata kata yang ada dalam benak setiap orang.

...***...

Di luar Daratan Merah.

"Penghalang macam apa ini? Kenapa tidak bisa dihancurkan." Terlihat beberapa orang yang mencoba menghancurkan sebuah penghalang.

"Hey kau, benarkah seseorang yang memiliki kekuatan seperti yang kau katakan itu tinggal disini? Dan kenapa penghalang ini sulit untuk dihancurkan," ucap seseorang pemimpin dari mereka, yang mencoba menatap kearah pria tua yang sedang ketakutan disampingnya.

"Iya tuan, dia benar tinggal disini. Penghalang ini memang mustahil untuk dihancurkan, dan penghalang ini sudah berada disini selama ratusan tahun, tidak ada yang pernah melewatinya tanpa seizin dari orang itu."

Sesaat pria tua itu diam dan kemudian melanjutkannya lagi." Aku sudah mengatakan semuanya tuan, biarkan aku pergi sekarang. Aku sangat takut jika harus berhadapan dengan orang yang anda cari." Pria tua itu tampak sangat ketakutan dengan wajahnya yang nampak pucat.

Mendengar penjelasan dari Pria tua yang berada disebelahnya, Pemimpin itupun mengerutkan dahinya. "Kau lebih takut orang itu daripada aku yang berada disini?" tanyanya.

"Tentu saja! Anda mungkin belum pernah bertemu atau mendengar langsung kehebatannya, karena itu anda terlalu berani menantang penguasa daratan merah ini. Memang secara ranah kultivasi anda berada jauh di atas dirinya, namun jika soalnya kekuatan jiwa, dia mungkin lebih kuat daripada anda," balas pria tua itu serius.

"Kau!" Pemimpin itu ingin marah dengan pria tua yang berada disampingnya. Namun saat hendak ingin menghajar pria tua itu, dia tiba tiba dikejutkan dengan seseorang yang sedang terbang menuju kearah mereka.

Sontak saja semua orang memusatkan perhatiannya kepada orang tersebut. Pasalnya dia berada di dalam penghalang dan dengan kecepatan tinggi dia akhirnya melesat melewati gerbang, hingga akhirnya diapun sampai ke tempat mereka sekarang berada.

...***...

Zhen Wu melesat dengan kecepatan tinggi. Dia pun telah melihat batas dari wilayah Daratan Merah. Di luar penghalang terdapat banyak sekali orang melayang di atas langit, yang tengah berusaha menghancurkan penghalang ciptaannya.

"Haha... Seberapa keras kalian mencoba, penghalang itu tak akan pernah bisa kalian hancurkan." Zhen Wu tertawa dengan keras, dengan semangat lebih ,diapun melesat lebih cepat lagi. Hingga akhirnya diapun sampai dan mulai keluar perlahan menembus penghalang ciptaanya.

Semua orang kaget melihat Zhen Wu keluar dari penghalang itu tanpa bersusah payah sedikitpun, penghalang yang telah membuat mereka kewalahan sedari tadi, bagaikan tidak ada arti saat Zhen Wu melewatinya.

Tapi, yang membuat mereka menjadi lebih waspada, ialah aura aneh yang ada di sekitarnya. Karena hal itu, tatapan semua orang kepada Zhen Wu mulai berubah. Mereka semua tanpa sadar dibuat merinding oleh kehadirannya. Sosok penguasa itu bagaikan tembok yang sulit untuk dihancurkan. Ibaratkan mereka tengah berusaha mencoba merobohkan sebuah tembok batu dengan sebuah garpu.

"Hoo... Ternyata ramai sekali ya. Sudah lama aku tidak kedatangan tamu sebanyak ini. Jadi... Untuk apa para Tuan Tuan ini ingin bertemu denganku," ucap Zhen Wu yang menampilkan senyuman ramah, dengan gaya yang mencerminkan seorang penguasa. Namun dibalik senyuman itu, mengandung arti yang sangat banyak.

Pria tua yang berada di samping pemimpin itu, dengan cepat dia menundukkan kepala sambil memohon. "Ampuni aku Penguasa Daratan Merah. Aku hanya dipaksa untuk menunjukan letak dari wilayah mu." Pria tua itu pun menggigil ketakutan.

"Raja Li Juan ya. Hmm... aku sudah pernah bilang untuk jangan mengusik wilayah ku, apapun itu. Lihatlah yang kau lakukan, ini sudah seperti mengajak perang dengan membawa pasukan sebesar sepuluh ribu orang. Sekali lagi aku tanya, apa kau ingin mencari masalah denganku?" Zhen Wu menatap dingin Li Juan.

Tatapan yang diberikan Zhen Wu, membuat roh Li Juan seperti ingin berpisah dari tubuhnya. Dia sangat ketakutan hingga kerap kali kehilangan keseimbangan. Tapi anehnya hanya Li Juan sendiri yang mendengar perkataan tersebut. Semua orang di sekeliling mereka, tak ada satupun yang mendengar kata kata yang keluar dari mulut Zhen Wu. Seakan akan mereka melihat Zhen Wu dan Li Juan hanya saling menatap saja.

Karena mendengar perkataan Zhen Wu, Li Juan dengan cepat ingin melarikan diri, namun... "Tetaplah di tempatmu dan jangan harap untuk pergi dari sini!" Zhen Wu tiba tiba berbicara dengan aura intimidasi yang sangat menakutkan. Aura intimidasi nya bisa dirasakan oleh semua pasukan di depannya.

Li Juan kini hanya bisa menerima nasibnya yang malang. Karena telah mencoba mencari masalah dengan Penguasa Daratan Merah.

Disisi lain, pemimpin dari pasukan sepuluh ribu orang itu, mendadak menatap tajam kearah Zhen Wu karena merasakan aura intimidasi nya." Jadi kau ya, orang yang memiliki kekuatan diluar akal sehat. Zhen Wu, sang Raja Hantu."

Zhen Wu dengan tatapan tajam, mulai melihat kearah orang yang tengah berbicara. "Siapa kau. Dan apa tujuan mu kemari, aku tau kau bukan orang dari dunia ini," tanyanya serius.

"Ohh... aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Mo Chen, salah satu dari tujuh Dewa Agung. Dewa kematian menitipkan salam kepadamu, Dia berpesan, agar kau cepat menemuinya. "Mo Chen berkata dengan suara yang elegan, sepantasnya seorang dewa. Orang orang yang mendengarkan pesan yang dibawahnya, tidak akan merasa heran. Karena dia sendiri memanglah seorang dewa.

Namun dalam arti yang sebenarnya, perkataan Mo Chen ditunjukan untuk mengisyaratkan bahwa Zhen Wu harus segera mati.

Bukannya waspada dengan perkataan Mo Chen, Zhen Wu malah tertawa dengan keras. "Haha... Maaf maaf, tadi itu lucu sekali. Aku pikir tujuh dewa agung itu hanyalah cerita yang dikarang oleh para pendahuluku. Ternyata mereka beneran ada rupanya. Dan apa yang kau bilang tadi? Aku akan bertemu dengan Dewa Kematian? haha... Kau salah." Zhen Wu tertawa dengan gaya mengejek." Sampaikan balasan ku kepada Dewa Kematian, bahwa aku harus menolak undangannya. Jadi, agar pesannya tersampaikan, maka kau harus pergi sendiri untuk menyampaikannya."

Mo Chen mulai mengerutkan dahinya, dia sudah tahu arti dari perkataan Zhen Wu.

Dia menganggap Zhen Wu hanyalah seorang yang lemah, karena perbedaan ranah kultivasi mereka yang berbeda empat ranah.

Terlebih lagi dia adalah salah satu dari 7 Dewa Agung, yang apabila dibandingkan dengan Zhen Wu yang hanya seorang manusia, maka Mo Chen menang jauh darinya.

"Cukup!" Mo Chen mulai terlihat lebih serius. "Aku terlalu menganggap lebih dirimu. Inikah salah satu orang yang diramal akan mendatangkan bencana? Cih, Membuang buang waktuku saja, kalau aku tahu seperti ini aku hanya akan membawa sepuluh orang bawahan ku." Mo Chen mencibir Zhen Wu dengan hinaan lebih.

"Ha.. ramalan? Salah satu? Hmm... Berarti ada orang lain ya yang memiliki kekuatan seperti ku. Ohh... Aku tahu sekarang." Batin Zhen Wu.

"Sekarang aku mengerti. Sampai kenapa Dewa Agung tiba tiba datang kemari, padahal aku tidak pernah mencari masalah dengan kalian." Zhen Wu tersenyum tipis, kemudian. "Kalian ingin membunuhku karena ramalan yang kalian dapatkan. Baiklah, kalau begitu aku juga akan bertahan hidup untuk membuat ramalan itu menjadi kenyataan."

Mo Chen sangat marah hingga dia mulai mengangkat pedangnya. "Dasar manusia rendahan! Sadarilah posisimu. Menjadikan ramalan itu kenyataan? Haa...! Omong kosong! Apa yang bisa kau lakukan dihadapan ribuan pasukan milikku. Bahkan prajurit terlemah ku saja masih lebih kuat dari dirimu. Jadi jangan menganggap bahwa kau itu spesial hanya karena ramalan, mengerti!"

"Haha... Seperti itu kah yang kau pikirkan. Ingat, jangan pernah menarik kata katamu!" Tawa Zhen Wu menggema ke segala penjuru. Namun tiba tiba dia berhenti dan mulai mengarahkan tangannya keatas dengan sebuah teriakan yang amat keras.

"Kau bilang aku tidak bisa mengalahkan prajurit mu? Baiklah... KELUARLAH KALIAN PARA HANTU NERAKA!"

Selanjutnya>>>

Chp 2 : Zhen Wu Dan Para Hantunya

Teriakan Zhen Wu terdengar sangat bergema ditelinga semua orang yang berada disana. Beberapa saat setelah Zhen Wu berteriak, muncul sebuah kejadian aneh.

Tiba tiba terlihat sebuah retakan dimensi kecil, yang jumlahnya sangat banyak di udara. Suara retakan tersebut terdengar jelas hingga ke segala penjuru.

Satu persatu lubang dimensi mulai terbuka lebar. Dari dalam celah terlihat sekumpulan mayat hidup dan para hantu mulai keluar dari dalam retakan tersebut. Mereka terlihat bergerombol dengan wajah yang penuh dengan darah.

Tatapan para mayat hidup seakan membuat orang yang melihatnya ingin melarikan diri, sebab saking menyeramkan nya rupa mereka.

Li Juan yang sedari tadi hanya diam saja, tambah mengucurkan keringat yang deras. Terlihat dari wajahnya yang mulai memucat, karena saking ketakutan hingga membuat seluruh tubuhnya sulit untuk digerakkan.

Situasi tersebut sama halnya di rasakan oleh sebagian pasukan Mo Chen. Mereka tanpa sadar telah bergerak mundur karena takut dengan sekumpulan pasukan milik Zhen Wu.

Pasukan Zhen Wu didominasi oleh para mayat hidup, yang rupa mereka tidak lazim untuk dilihat manusia. Setiap mayat hidup yang dipanggil, keadaan mereka terlihat berbeda beda.

Ada yang sekujur tubuhnya bermandikan darah dan daging yang terkelupas, ada juga yang beberapa organ dalamnya terlihat bergelantungan seperti usus dan otak. Bahkan ada mayat hidup yang bergerak tanpa kepala dan kaki.

Langit pada hari itu telah dipenuhi dengan seratus ribu pasukan mayat hidup dan para hantu. Semua orang yang diam diam memantau Zhen Wu dan Mo Chen dari kejauhan, lebih memilih untuk melarikan diri, daripada harus menjadi korban akan kemarahan Penguasa Daratan Merah.

Bahkan Mo Chen yang memiliki kesombongan di awal, mulai merasakan kengerian dari pasukan milik Zhen Wu. Terlebih lagi salah satu Hantunya memiliki kekuatan yang sulit untuk ditebak.

"Salam yang mulia Zhen Wu. Apa perintah anda untukku," ucap Pemimpin para Hantu yang mengenakan jubah hitam, dengan rambut berwarna hitam panjang, serta kedua matanya memancar aura merah yang menyala nyala,

"Lama tidak bertemu Jendral Zi Bei. Aku memiliki satu tugas untuk kau lakukan." Zhen Wu mulai menoleh kearah pasukan Mo Chen. "Pimpin para pasukan mu untuk menyerang orang orang yang berada dihadapan kita sekarang!. Buatlah kematian mereka semengerikan mungkin!" Tatapan mata Zhen Wu terlihat dingin, yang membuat aura disekitarnya berubah.

"Baik yang mulia," jawab Zi Bei yang lalu mengeluarkan pedang panjangnya.

Mo Chen yang melihat para pasukan mayat hidup milik Zhen Wu mulai menyerang pasukannya, dia dengan lantang berkata, "Jangan takut! Walaupun jumlah mereka ada 10 kali lipat, namun kekuatan kita masih jadi yang terkuat. Maka dari itu, SERANG!"

"Hoo...!" Teriak pasukan Mo Chen yang kini bergerak maju.

Kobaran semangat yang dilontarkan oleh Mo Chen, membuat jiwa ksatria mereka tergerak. Hingga akhirnya perang itupun pecah di atas langit, yang mengakibatkan pertempuran Maha Dahsyat.

Namun tetap saja, kengerian dari pasukan Jiwa Neraka milik Zhen Wu tidak dapat tertandingi. Saking sulitnya pasukan Mo Chen melawan, satu orang prajuritnya dipaksa untuk melawan sepuluh mayat hidup, yang mana membuat mental para prajuritnya goyah.

Berbeda dengan pasukan mayat hidup, para Hantu adalah pasukan yang memiliki kekuatan jiwa neraka, yang dimana mereka memiliki skill khusus yang berbeda beda. Dimana salah satu dari kemampuan itu, bisa mengganggu ketenangan dari jiwa milik lawannya. Sedangkan pasukan mayat hidup, hanya sebagai pasukan pendukung untuk garda terdepan.

Satu persatu mayat dari kedua belah pihak, jatuh dari atas. Terlihat seperti hujan mayat yang jatuh dari langit. Yang membuat tanah dibawahnya bermandikan darah dari para prajurit.

...***...

2 jam telah berlalu. Hasil akhir dari pertarungan telah terlihat jelas, pasukan Mo Chen hanya tinggal tersisa 500 orang. Sedangkan untuk di pihak Zhen Wu, masih menyisakan sekitar 55 ribu, itupun yang mati hanyalah pasukan mayat hidup.

Disisi lain, Mo Chen terlihat sangat putus asa, yang saat ini sedang bertarung dengan Zhen Wu. Dia terlihat tidak berdaya hingga kehilangan keseimbangan untuk terbang. Sedangkan Zhen Wu hanya mengalami sedikit luka.

"Mana keberanian mu yang kau tunjukan tadi. Apakah hanya ini kemampuan seorang dewa?" Zhen Wu menggelengkan kepalanya." Hmm... kalau begitu sampai disini saja. Inilah akhir darimu, Dewa Agung Mo Chen. Dan jangan lupa, sampaikan salam ku pada Dewa Kematian." Zhen Wu menatap Mo Chen dengan dingin. Dia mulai mengangkat tangannya yang hendak menusuk jantung Mo Chen.

Namun, tiba tiba saja sebuah serangan melesat cepat kearahnya.

"Boom...!"

Zhen Wu dengan cepat menghindar serangan yang datang dari atas mereka.

Melihat serangan itu, Mo Chen langsung merasa senang. "Nue, Jin Yu. Tolong aku!" teriak Mo Chen Meminta tolong.

Namun kedua orang yang datang tidak memperhatikan Mo Chen yang sedang meminta tolong, justru tatapan mereka terarah pada Zhen Wu yang saat itu hendak membunuh Mo Chen.

"Kekuatanmu sungguh diluar nalar. Kami tidak mengira bahwa kekuatan pada ramalan itu ternyata benar," ucap Jin Yu yang masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Itu benar, ini tidak bisa dibiarkan. Kita harus membunuhnya disini, Jin Yu." Nue melihat kearah Zhen Wu dengan penuh hati hati.

Mo Chen yang mendengar percakapan mereka, mulai tertawa dengan keras. "Haha... sekarang siapa yang telah berakhir, manusia rendahan!"

Mendengar cibiran dari Mo Chen, membuat Nue ingin sekali menghajarnya. Namun dia menahan itu semua, karena saat ini dia ingin memusatkan perhatiannya pada musuhnya, yaitu Zhen Wu.

"Haa.... Ingin membunuhku? Kalian bercanda ya! Buktikan jika memang kalian bisa." Zhen Wu melesat kearah mereka berdua dengan kecepatan tinggi. Dia mendaratkan pukulan demi pukulan kearah mereka berdua.

Kedua orang itu terlihat kesulitan untuk menahan setiap serang yang dilepaskan oleh Zhen Wu. Tapi secara mengejutkan, Jin Yu dengan cepat memasang rantai di kedua telapak tangan Zhen Wu.

Hingga akhirnya Zhen Wu berhenti dan menatap kearah rantai yang ada di pergelangan tangannya. Zhen Wu mencoba melepas rantai itu. Namun sayang, seberapa keras dia mencoba tetap saja rantai itu tidak bisa terlepas.

"Percuma saja kau melepasnya. Karena itu adalah rantai pengikat alam." ucap Jin Yu.

Rantai pengikat alam adalah rantai terkuat di alam semesta, karena rantai tersebut tidak akan bisa hancur diterpa oleh benda apapun.

"Kalian pikir rantai ini akan membatasi ku. He... Tidak akan. Zi Bei!" Zhen Wu berteriak memanggil Zi Bei.

Zi Bei terlihat muncul lagi dari balik retakan." Ada apa tuanku."

Mereka berdua refleks mundur ketika melihat Zi Bei yang tiba tiba muncul dari balik retakan. Sontak ketiganya merasakan aura intimidasi kuat dari Hantu yang tengah berbicara dengan Zhen Wu.

"Potong kedua tanganku. Cepat lakukan!" ucap Zhen Wu dengan tatapan dingin.

Tanpa bertanya, Zi Bei dengan cepat memotong tangan Zhen Wu menggunakan pedang kegelapan miliknya.

Kedua tangan Zhen Wu pun terputus. Terlihat banyak darah mengalir deras di ujung pangkalnya. Namun mimik wajah Zhen Wu terlihat tidak seperti orang yang merasa kesakitan. Melainkan orang yang telah bebas dari kurungan.

"Haaa.... Ini lebih baik. Sekarang aku harus membunuh kalian semua!" Zhen Wu tersenyum tipis dengan raut wajah yang serius.

Mereka bertiga tidak habis pikir dengan apa yang Zhen Wu lakukan. Pasalnya itu bukan seperti solusi untuk bebas dari rantai pengikat alam.

"Kau gila! Ini kah jalan kau ambil karena sudah tidak bisa bebas dari cengkraman kami." Nue terlihat jijik dengan apa yang dilalukan oleh Zhen Wu.

"Tidak usah pedulikan apa yang dia lakukan. Nue, serang dia dengan kekuatan penuh, dan berhati hatilah." Jin Yu mulai merasakan atmosfir tidak enak terhadap para Hantu yang mulai mengerumuni mereka.

Pertempuran mereka pun pecah, hingga akhirnya menyisakan luka luka yang mendalam pada mereka semua.

Kedua dewa agung itu, tidak terlihat baik baik saja. Pasalnya jiwa mereka mengalami guncangan hebat. Yang mengakibatkan sulitnya bergerak. Dikarenakan intimidasi para hantu milik Zhen Wu.

Berbanding terbalik dengan Zhen Wu, jika para dewa agung mengalami luka dalam, Zhen Wu malah terlihat sangat parah dengan luka luar yang dialaminya. Ditambah dengan tangannya mulai kelihatan memburuk, karena tidak cepat diobati.

"Bertarung dengan tangan yang terluka ternyata sangat merepotkan."

Disaat mereka bertiga kelihatan memburuk. Mo Chen dengan diam diam bergerak dengan sangat cepat menggunakan skill khusus miliknya kearah Zhen Wu. Dia dengan gesit mengayunkan pedangnya kearah dada kiri Zhen Wu.

"Tusk..."

Seketika pedang itu menembus dada milik Penguasa Daratan Merah itu. Yang mengakibatkan dia memuntahkan seteguk darah, disusul dengan hilangnya keseimbangan tubuh miliknya.

Zhen Wu hampir kehilangan kesadarannya. Dengan perlahan lahan dia mulai jatuh dari atas langit, hingga akhirnya tubuhnya jatuh dan menyentuh permukaan tanah.

"BOOOM!" Suara dentuman keras terdengar menggema ke segala arah.

Ke tiga Dewa Agung itu, menatap Zhen Wu yang telah terbaring di permukaan tanah. Mereka bertiga mulai tersenyum licik penuh kemenangan, yang diiringi dengan tawa yang keras dari ketiganya.

"Hahaha. Rasakan itu, kau hanya manusia biasa, tapi ingin melawan Dewa Agung seperti kami? haha... lihat, kesombongan mu itu tidak ada artinya dihadapan kita semua, Zhen Wu rendahan." Mo Chen berusaha meluapkan kekesalannya terhadap Zhen Wu, yang tengah terbaring di atas permukaan tanah.

Sama halnya dengan kedua dewa agung yang lain, mereka juga menatap Zhen Wu dengan tatapan benci dan penuh dendam. Dikarenakan mereka hampir dikalahkan oleh seorang yang berada di bawah ranah mereka.

Disaat Nue ingin mencibir Zhen Wu dengan banyak cacian, Jin Yu langsung menghentikannya." Hentikan, lebih baik kita segera menghabisinya. Karena aku yakin, dia pasti belum mati."

Disisi lain, Zhen Wu terlihat terbaring di atas permukaan tanah, dengan tatapan kosong dia hanya melihat ke atas langit. Namun beberapa saat kemudian, dia melihat ketiga dewa agung itu, mulai melancarkan serangan skala besar. Yang dipusatkan kearah Zhen Wu, agar dirinya mati dalam satu kali serangan.

Zhen Wu hanya tersenyum melihat serangan yang mereka lancarkan, kemudian berkata kepada para bawahannya didalam pikirannya." Zi Bei aku ingin kau melaksanakan sebuah tugas yang berat."

Zi Bei langsung paham kemana arah pembicaraan ini, "perintahkan saja, Tuan."

"Aku ingin kau memerintahkan seluruh pasukan mu untuk mencarikan ku tubuh yang sesuai denganku. Jangan cari yang masih berdekatan dengan Daratan Merah, tapi pergilah ke dunia bawah. Disana para dewa busuk ini tidak akan menemukanku."

"Baik, akan saya laksanakan tuan."

"Satu hal lagi, begitu serangan para dewa ini akan mengenai ku, aku harap kau bisa membawa jiwaku tanpa ketahuan oleh mereka."

"Baik Tuan."

Tidak berapa lama, setelah serang demi serangan mengarah langsung kearah Zhen Wu. "Booom!!" Ledakan besar terjadi dengan sangat keras, hingga menghancurkan sebagian besar permukaan tanah yang menjadi tempat terbaring nya Zhen Wu.

Ketiga dewa agung itu melihat kembali tanah yang telah berlubang besar dibawah mereka.

Jin Yu melesat kearah bawah dengan kecepatan tinggi, yang disusul dengan dua dewa agung lainnya.

Di tengah tengah lubang besar tersebut, terdapat sebuah kerangka yang masih berlumuran darah. Jin Yu mencoba mendekati kerangka tersebut, dengan hati hati diapun memegang kerangka itu dengan mengalirkan sedikit energi Qi, agar mengetahui apakah itu benar benar Zhen Wu.

Setelah itu, nampak muncul senyum jahat yang mulai terlihat jelas diwajahnya, Jin Yu pun langsung tertawa keras." Haha... Akhirnya kau mati juga."

Mo Chen dan Nue pun langsung mengerti dan mulai tertawa juga. Terutama Mo Chen, dialah yang paling sangat senang atas kekalahan Zhen Wu. Dikarenakan nyawa para pasukannya dihabisi olehnya semuanya.

Seluruh pasukan hantu dan mayat hidup milik Zhen Wu, telah menghilang, seiring saat Zhen Wu dikalahkan.

Jin Yu mulai berhenti dan menatap kearah Nue dan Mo Chen. "Dua telah selesai, tinggal Lima lagi."

Mereka berempat kini mulai terbang kembali dan pergi dari tanah Daratan Merah.

Sesuai namanya, kini Daratan Merah telah menjadi lautan darah yang sesungguhnya, dengan meninggalkan semua sisa sisa mayat yang berserakan.

Selanjutnya>>>

Chp 3 : Zhen Wu

< >

Desa yang populasi manusianya paling sedikit, hanya tinggal dua keluarga saja yang tetap mendiami desa itu.

Dahulu desa ini terkenal dengan perdagangannya yang besar. Bahkan dulunya ini merupakan sebuah kota yang dihuni oleh ribuan penduduk.

Namun, dikarenakan kudeta yang dilakukan oleh anak kedua Patriak pemimpin desa, maka kota itu pun beralih ke tangannya. Dengan terbunuhnya sang ayah, maka anak keduanya tersebut menjadi Patriak baru dalam memimpin keluarga.

Bukannya menjadi lebih makmur, justru kota tersebut mulai terjerat kedalam kemiskinan. Dikarenakan hampir seluruh pajak yang dikumpulkan dari masyarakat, diambil oleh para pejabatnya. Hingga membuat perputaran ekonomi dalam kota itu menjadi hancur.

Karena tidak bisa membuat kembali perputaran uang dengan lancar, maka mereka harus menghentikan pembayaran pajak kekaisaran. Alhasil, tingkat keluarga mereka turun menjadi keluarga kelas 4.

Yang berarti, keluarga kelas 4 merupakan keluarga paling rendah dari semua tingkatan. Apabila menjadi sebuah keluarga kelas 4, maka para pedagang dari luar kota, tidak akan masuk ke kota mereka.

Karena hal itu, kota mereka menjadi seperti kota mati. Banyak orang orang yang tinggal di dalamnya, mulai mencoba pindah dari kota tersebut. Dikarenakan tidak ada lagi yang ingin menjadi pemasok dari luar, untuk berdagang di kota ini.

Patriak yang memimpin keluarga itu, dengan penuh marah keluar dari balai kota. Dia mengumpulkan sebanyak mungkin anggota keluarga yang ingin pindah dari kota tersebut.

Hasilnya, hampir semua anggota keluarga memutuskan untuk pergi ke kota lain. Banyak dari mereka yang tidak tahan jika harus mati ditempat itu, karena tidak adanya pedagang yang berbisnis disana.

Namun, masih ada beberapa orang yang memutuskan untuk tetap tinggal di kota itu. Yaitu keluarga anak pertama, dari Patriak sebelumnya, Zhen Ming.

Adiknya yaitu Zhen Feng selaku Patriak keluarga yang sekarang, tengah bergegas untuk pergi dari kediaman keluarga Zhen.

Zhen Feng tidak peduli dengan kakaknya yang tetap bersikeras untuk tetap tinggal dikediaman tersebut. Karena menurutnya, mereka semua akan mati jika terus berusaha untuk berdiam diri disana.

"Zhen Feng apa kau akan tetap pergi?" tanya Zhen Ming yang menatap serius.

"Apa kau gila? Kau mau aku berdiam diri disini dan menunggu kematian? Bodoh! lebih baik aku pergi dari tempat ini." Zhen Feng menatap Zhen Ming dengan acuh tak acuh.

Marah dengan jawaban yang diberikan oleh Zhen Feng, Zhen Ming lantas berkata, "Apa? Kau pikir karena siapa kita jadi seperti ini! Ini semua salahmu! Kau melakukan kudeta dengan melengserkan Ayah, lalu berhasil menjadi Patriak. Terus, kau melakukan perampasan pajak dari penduduk untuk dirimu sendiri, hingga akhirnya kota kita jatuh kedalam kemiskinan. Dan sekarang kau ingin melepas semua tanggung jawab ini?"

"Aku ingin pergi." Zhen Feng malah mengabaikan perkataan Zhen Ming dan mulai melangkahkan kakinya pergi. Namun, saat beberapa langka ke depan, diapun berhenti dan berbalik, "Bersyukurlah karena aku tidak membunuhmu saat kudeta itu. Jangan terlalu mencampuri urusanku! Jika kau memang mampu memimpin, jadilah patriak keluarga disini, itupun jika masih ada yang ingin bersamamu." Zhen Feng pun pergi dengan para keluarga Zhen yang lain.

Mendengar perkataan dari Zhen Feng, Zhen Ming merasa cukup tertekan. Zhen Ming dari dulu sudah sadar, bahwa dia tidak memiliki kemampuan untuk memimpin keluarga Zhen. Namun ayahnya lebih menginginkan Zhen Ming lah yang memimpin keluarga, dibandingkan Zhen Feng.

Hal itu dikarenakan Zhen Ming lebih berperasaan daripada Zhen Feng. Ayah mereka percaya bahwa, jika seorang pemimpin lebih berperasaan, percayalah suatu hari nanti para penduduknya akan selalu mendukungnya. Namun seseorang yang seperti ini, akan sulit untuk menekan para tikus dalam pemerintahan.

Berbanding terbalik dengan Zhen Feng. Dia bisa mengendalikan atau menghapus sumber masalah dari pemerintahan, dengan cara kepemimpinan yang membawa rasa takut. Tapi, masalahnya Zhen Feng cenderung tak berperasaan. Bahkan dia pun sama halnya dengan para tikus itu, atau bisa dibilang dia adalah bos dari para tikus.

Lima tahun berlalu setelah Zhen Feng dan keluarga Zhen yang lain pergi. Kehidupan di kota Zhanzi menjadi terpuruk. Cukup buruk untuk dikatakan bahwa Zhanzi masih sebuah kota, lebih cocok jika dibilang sebuah desa.

Para penduduk kota Zhanzi sebelumnya berkisar 20.000 penduduk. Namun yang terlihat sekarang cukup memprihatinkan, para penduduk yang masih tetap bertahan hanya sekitar 164 orang saja. Yang setiap tahunnya selalu ada saja yang keluar dari kota Zhanzi.

Karena tidak adanya pedagang di kota Zhanzi. Maka para warga makan seadanya dari hasil tanaman yang mereka kembangkan. Ada beberapa juga yang memenuhi kebutuhan pokok mereka dengan memancing dan berkebun, semua mereka kerjakan, yang penting bisa memenuhi kebutuhan pokok harian.

Di keluarga Zhen hanya tinggal Zhen Ming, anak pertamanya dan istrinya yang masih tetap berada di kota Zhanzi. Mereka tetap teguh dengan pendiriannya untuk terus menetap disini, demi menjaga kota peninggalan leluhurnya.

Saat ini istri dari Zhen Ming yaitu Ling Hua, sedang mengandung anak kedua mereka. Zhen Ming tampak sangat senang dengan kehadiran anggota baru di keluarga mereka.

Bahkan putra pertamanya sangat senang karena bisa mendapatkan seorang adik. Ibunya pun sama, dia sangat menantikan anak keduanya yang sedang berada dalam kandungan.

...***...

14 tahun berlalu kembali di kota Zhanzi. Kota yang dulunya nampak seperti kota, kini tidak lagi terlihat sebagai kota, namun sebuah desa, yaitu desa Zhanzi.

Kini di desa itu hanya ditinggali oleh dua keluarga saja, yang jumlahnya hanya delapan orang. Mereka adalah keluarga Zhen dan keluarga Shi.

Kepala keluarga Shi memiliki hubungan yang akrab dengan kepala keluarga Zhen, mereka juga tidak punya tempat lain untuk dituju, karena hanya mereka lah keluarga Shi. Beberapa tahun lalu keluarga Shi masih terbilang cukup banyak, namun karena kebanyakan sudah sangat tua, beberapa dari mereka meninggal karena sakit. Hingga akhirnya keluarga Shi hanya tersisa 4 orang saja.

Sebaliknya, keluarga Zhen telah bertambah satu orang, yaitu seorang pemuda bernama Zhen Wu.

Zhen Wu merupakan anak kedua dari Zhen Ming dan Ling Hua. Saat ini Zhen Wu telah berumur 13 tahun, namun dia tidak tampak seperti anak pada usianya. Zhen Wu memiliki tinggi badan sekitar 163 cm, memiliki mata yang cerah berwarna merah dengan alis tebal yang memikat. Serta rambut pendek berwarna coklat, yang membuatnya menjadi daya tarik tersendiri.

Keesokan harinya, kedua keluarga itu mengadakan pertemuan. Mereka membahas soal bahan makanan yang makin hari makin menipis. Persediaan yang mereka simpan sangat terbatas, paling lama hanya mampu bertahan selama tiga minggu.

Zhen Ming mulai bicara lebih dulu, "Aku yang akan pergi kali ini, aku akan membeli bahan makanan di kota Kuzu."

Namun salah satu dari keluarga Shi, angkat bicara, "Jangan patriak, biar aku saja yang pergi. Aku sudah terbiasa dengan jalan menuju Kuzu. Lebih baik Patriak berjaga saja disini." Shi Siong adalah saudara dari kepala keluarga Shi.

"Jangan Shi Siong, kau sudah terlalu sering kesana kemari dari kota Kuzu, lebih baik kita melakukannya secara berga...," ucap Patriak Zhen yang perkataannya terpotong.

"Tidak apa apa Patriak, ini juga merupakan kesenanganku. Soalnya aku suka berkunjung ke kota lain. Jadi tenang saja, ini tidak akan merepotkan ku," kata Shi Siong.

"Hmm... Baiklah, ini daftar hasil panen dan bahan pokok yang akan kau beli." Zhen Ming menyodorkan sebuah catatan.

Dalam pertemuan itu, semua keluarga akhirnya setuju, untuk Shi Siong yang pergi ke kota Kuzu.

Tapi saat Shi Siong hendak berangkat, tiba tiba seseorang bersuara, "bolehkah aku ikut dengan paman Shi Siong?"

Semua orang tertuju kepada sumber suara. Terutama keluarga Zhen, mereka tentu saja mengenal orang yang tengah berbicara tersebut.

"Wu'er, kenapa kau ingin pergi? Itu berbahaya." ucap Ling Hua yang khawatir.

"Tidak ibu, aku juga ingin melihat dunia luar. Kumohon izin kan aku sekali ini saja bu, ayah." ucap Zhen Wu penuh harap.

Zhen Ming menghela nafas dengan berat, karena keputusan keluarga pasti ada padanya." Baiklah kau boleh pergi juga. Tapi kau harus hati hati, jangan menyusahkan paman Shi Siong, mengerti?"

"Baik ayah," jawab Zhen Wu senang.

Namun Ling Hua seperti keberatan dengan izin yang diberikan oleh Zhen Ming." Tapi... Zhen Wu kan...,"

"Sudah, tidak apa apa. Buatlah ini jadi pengalaman pertamanya," ucap Zhen Ming yang menenangkan istrinya.

Shi Siong dan Zhen Wu mulai mengemas barang bawaan yang akan mereka gunakan dalam perjalanan ke kota Kuzu. Dan tepat tengah hari, mereka kini berangkat bersama.

Mereka melakukan perjalan tempuh dengan berjalan kaki, karena tidak adanya kereta kuda di desa mereka.

Tak lupa juga Zhen Wu melambaikan tangannya kearah keluarganya, yang tengah berdiri di depan pintu desa Zhanzi. "Ibu, ayah, kakak, dan semuanya, aku pergi dulu!" Zhen Wu dengan senangnya berteriak bahagia, karena bisa sesekali untuk keluar dari desa Zhanzi.

"Hati hati Wu'er. Shi Siong, tolong jaga anakku ya!" Teriak Ling Hua yang tetap saja cemas dengan anak keduanya itu.

"Tenang saja, aku pasti akan menjaganya, Ling Hua!" balas Shi Siong yang terus berjalan tanpa berbalik.

...***...

Sudah dua hari mereka melakukan perjalanan ke kota Kuzu. Perjalanan sebenarnya menempuh jarak 10 hari untuk bisa sampai kesana, jadi mereka tinggal delapan hari lagi untuk bisa sampai.

Di perjalanan, Zhen Wu tidak banyak mengeluh, malahan dia merasa sangat bersemangat. Shi Siong pun yang bersama Zhen Wu, merasa ditemani dalam perjalan kali ini. Karena setiap kali dia pergi ke kota Kuzu, dia selalu sendiri tanpa ada orang yang ikut bersamanya. Maka dari itu, Shi Siong merasa sangat senang.

Sudah enam hari mereka menempuh perjalanan. Persediaan makanan hampir menipis, karena mereka salah memperkirakan persediaan yang akan dibawah.

Namun saat hendak beristirahat, mereka seperti sedang diawasi. Shi Siong yang menyadari itu, mulai lebih berhati hati." Siapa disana?"

Zhen Wu yang melihat Shi Siong yang tampak panik tersebut, berkata, "paman, ada apa?"

"Tidak ada, mungkin itu cuma firasat paman saja." Shi Siong sempat merasakan sesosok aura yang sangat kuat, namun beberapa saat kemudian, aura itu menghilang. "Lebih baik kita lanjutkan perjalan kita lagi."

"Baik paman. "Zhen Wu dengan senyum bahagianya mengiyakan pamannya. Dan mereka pun melanjutkan perjalanan ke kota Kuzu.

Selama delapan hari perjalanan, untungnya mereka tidak merasakan lagi kejadian yang dialami beberapa hari lalu.

"Zhen Wu lihat!" Shi Siong menunjuk sebuah bukit besar. "Kota Kuzu berada di balik bukit ini."

"Benarkah? Ayo cepat paman, aku ingin melihat seperti apa kota itu." Zhen Wu sudah sabar ingin melihat seperti apa kota Kuzu.

Karena semenjak kota Zhanzi mengalami penurunan besar hingga telah tampak seperti desa, maka Zhen Wu yang baru lahir harus merasakan hidup yang menderita kemiskinan di desa Zhanzi.

Maka dari itu, saat Zhen Wu mendengar bahwa kota Kuzu berada di balik bukit, dia sangat merasa bahagia. Walaupun hanya melihat lihat saja, menurutnya itu sudah lebih cukup untuk menyenangkan hatinya.

"Baiklah, ayo kita bergegas Zhen Wu." Shi Siong pun entah kenapa merasa senang melihat Zhen Wu senang. Mungkin ini dikarenakan istrinya yang telah lama meninggal dan mereka tidak pernah dikaruniai seorang anak. Maka, saat melihat Zhen Wu, Shi Siong merasa itu sudah cukup baginya.

Namun baru beberapa menit mereka berjalan, tiba saja ada sekelompok bandit yang datang menghalangi jalan mereka.

Shi Siong merasa heran, karena setahunya jalan ini tidak pernah ada bandit. Mereka semua berjumlah 6 orang, dengan satu orang yang menjadi pemimpinnya.

Melihat ketua dari pemimpin kelompok bandit, Shi Siong tahu bahwa tingkat kultivasi pemimpin itu berada satu tingkat diatasnya.

Pemimpin para bandit itu, menatap kearah Shi Siong dan Zhen Wu. "Hei, serahkan semua yang kalian miliki, jika tidak, matilah disini?" Pemimpin bandit itu mulai menggosokkan pedangnya dengan sebuah kain.

Shi Siong yang sadar, bahwa mereka bukanlah lawannya. Dia pun hendak memberikan semua yang mereka bawah.

Tapi, belum sempat Shi Siong menyerahkannya, Zhen Wu langsung menarik tangan pamannya itu dan berlari sekencang mungkin. "Paman, lebih baik kita lari. Keluarga kita lebih membutuhkan makanan itu daripada harus memberikannya kepada pada bandit."

Shi Siong pun sadar dan ikut berlari juga. "Kau benar Zhen Wu. Terima kasih telah menyadarkan paman."

Mereka pun terus berlari, karena dikejar oleh para bandit. Namun naas, karena perbedaan kekuatan, mereka pun harus tertangkap.

Semua barang milik Zhen Wu dan Shi Siong, telah diambil oleh para bandit itu. Dan akhirnya mereka tertangkap oleh sekelompok bandit.

"Tolong lepaskan anak itu, biarkanlah dia hidup. Sebagai gantinya, bunuh saja aku, karena telah melarikan diri," ucap Shi Siong yang memohon.

Shi Siong merasa bahwa ini adalah salahnya. Jika saja dia lebih kuat, dia yakin bisa mengalahkan para bandit itu sekaligus.

"Tidak paman, ini bu–" tiba tiba sebuah pedang menancap di dada Zhen Wu. "–kan... salahmu." Zhen Wu lalu jatuh dengan bersimbah darah. Luka dalam yang memperlihatkan sebuah pedang menancap ke dada milik Zhen Wu.

"Tidak! Tidak! Tidak!" Teriak Shi Siong dengan keras. "Kenapa jadi seperti ini. Maaf Ling Hua, aku tidak bisa menjaga anakmu." Tanpa sadar, air mata Shi Siong menetes membanjiri wajahnya.

Namun entah kenapa, dia tiba tiba saja melihat bahwa kepalanya telah terpisah dengan tubuhnya. Seketika itu juga, Shi Siong tahu bahwa dia pun telah menyusul Zhen Wu.

Inilah akhir dari Shi Siong dan Zhen Wu yang telah gagal sampai pada tujuannya.

"Bersihkan mayat mereka, jangan sampai ada orang yang melihat kalian," ucap pemimpin para bandit yang tengah membersihkan pedangnya.

"Baik!"

...*...

...*...

...*...

"Krak, krak, krak" terdengar sebuah langkah kaki yang tengah mengikuti dua orang bawahan bandit tersebut.

Kedua orang bandit itu, diperintahkan untuk membuang mayat Zhen Wu dan Shi Siong. Namun mereka tidak menyadari, bahwa mereka tengah di ikuti oleh sosok yang sangat menyeramkan.

Begitu mereka sampai dan hendak mengubur kedua mayat itu, mereka tiba tiba dikejutkan oleh sesosok hantu yang sangat menyeramkan. Aura intimidasi yang di keluarkan sangat besar, hingga membuat kedua bandit tersebut mati, hanya karena auranya.

Sosok hantu itu mulai berjalan kearah sebuah mayat, yang tidak lain adalah Zhen Wu.

Begitu sampai di depan mayat Zhen Wu, hantu itu terlihat merapal kan sebuah mantra. "Penjara jiwa terbukalah! Dan seluruh Jiwa Neraka, segeralah berkumpul." Terlihat cahaya yang menyilaukan masuk kedalam tubuh Zhen Wu.

"Dengan ini, aku sebagai salah satu hantu neraka, memanggil kembali, sang PENGUASA DARATAN MERAH! yang mulia ZHEN WU!!!" Teriak Hantu tersebut, yang membuat seisi hutan itu mengalami guncangan yang hebat.

Tubuh Zhen Wu yang kelihatan parah diawal, mulai terlihat seperti tidak mengalami luka apapun. Hingga akhirnya, tubuh tersebut kembali seperti hidup kembali. Hingga beberapa saat kemudian, Zhen Wu mulai membuka matanya.

Hantu yang berada dihadapan Zhen Wu itu, dengan cepat tunduk dan membungkuk," Selamat datang kembali yang mulia Zhen Wu."

Zhen Wu awalnya hanya diam saja, namun beberapa saat kemudian, sebuah senyuman aneh beserta tawa nampak di wajahnya. "Haha...! Senang rasanya bisa kembali!!" ucap Zhen Wu, sang Penguasa Daratan Merah.

Selanjutnya>>>

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!