NovelToon NovelToon

AFFAIR

prolog

Melbourne, salah satu kota terpadat di Australia. Dan aku akan menuju ke sana, setelah perjalanan yang memakan waktu sangat panjang dari Indonesia. sekarang aku sedang menapakkan kakiku di stasiun kereta Australia, aku akan ke Melbourne, menemui Ayahku.

Kereta akan berangkat dalam sepuluh menit ke depan, aku masuk ke salah satu gerbong economic class untuk mencari kursiku. karena ini bulan Januari, udara di sini terasa sedikit panas, apalagi berada di dalam keramaian seperti ini, terasa sangat sesak. Aku mengangkat koperku untuk di simpan di bagasi lantas Aku duduk di salah satu kursi, menyandarkan badanku. Sangat melelahkan! dari Bandara aku lansung menuju ke stasiun kereta dan sekarang aku harus menaiki kereta sekitar beberapa jam ke depan.

Namaku Analisa, Ibuku dari Indonesia dan Ayahku orang Australia. Mereka menikah sudah lebih dari dua puluh tahun. Dan pada ulang tahun pernikahan yang ke dua puluh lima tahun, mereka akhirnya memutuskan untuk bercerai. Entah apa alasan yang pasti, tapi aku tak pernah menemukan kebahagiaan dari pernikahan mereka berdua, mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan, sibuk mencari uang. Dan aku—seperti tak mengenali orang tuaku sendiri. Ya, kami tidak terlalu dekat satu sama lain, sedari kecil aku hidup bersama nenek ku, sampai akhirnya aku tau bahwa orang tuaku resmi bercerai. Itu sama sekali tak menyedihkan bagiku, karena mereka tidak pernah mempunyai peran sebagai orang tua dalam kehidupanku, sama sekali!

Kereta mulai berjalan, aku menyibukkan diriku dengan membaca sebuah buku pelajaran. Berita baiknya aku diterima di salah satu universitas bagus di Melbourne, dan kabar buruknya itu mengharuskanku untuk tinggal bersama Ayahku. Awalnya aku ingin mencari sebuah apartement ku sendiri. Tapi kenyataannya, uang ibuku tak sebanyak itu. Dan pada akhirnya, Ayahku lah yang akan membiayai kebutuhan hidupku selama di Melbourne. Tak apalah, aku disini untuk mencari ilmu. Dan bisa berkuliah di luar negeri adalah impian banyak orang bukan?

Selang beberapa menit, aku merasa aku harus ke toilet. Aku berjalan menyusuri gerbong kereta, tak kunjung menemukan sebuah pintu menuju toilet. Aku melewati sebuah gerbong eksekutif yang mewah dan sangat menawan. Tapi pandanganku tertuju ke sebuah pintu di ujung gerbong. itu sepertinya sebuah pintu menuju toilet, Aku pun mempercepat langkah kaki ku.

Suara decit pintu terdengar lirih, dan saat aku membalikkan badanku, betapa terkejutnya Aku. ini bukan sebuah toilet, ini sebuah ruangan. seperti— tempat kerja, atau apalah itu yang jelas disana ada sofa panjang dengan meja berisik minuman-minuman aneh yang tak pernah kulihat sebelumnya. Dan di sofa itu, seorang lelaki dengan kemeja gelap duduk sembari menundukkan kepalanya, di genggamanya ada sebuah gelas kaca berisikan cairan aneh.

Sedetik setelahnya, aku merasa terhipnotis dengan pesona lelaki itu. Badannya kekar, rambut coklat berantakan itu menambah pesona tersendiri bagi ku.

"Kau datang lebih cepat dari jadwal"

Aku tersentak, suara barinton itu membuatku tersadar. Lelaki itu kini menegakkan badannya, bola matanya menatapku. beberapa detik tatapan kami bertemu.

"tapi tak apa, aku sudah tak sabar mencicipi tubuhmu"

Aku melebarkan mataku saat lelaki itu mulai berdiri, dan menaruh gelasnya di atas meja, melangkah mendekatiku. Aku ingin berteriak tapi badanku kaku. Aku berbalik untuk memutar knop pintu tapi itu pintu ini sepertinya terkunci secara otomatis. Sial! Aku mengumpati diriku sendiri.

"Kau mau kemana? aku suka membayar mahal untukmu"

Tangan kekar itu menyentuh pipiku dari belakang, terasa dingin namun adalah sebuah getaran aneh dalam diriku. Aku tak pernah di sentuh lelaki selain Ayah dalam hidupku sebelumnya.

"Tuan Kau salah orang" Aku menepis tangannya dan berbalik, nafasku menderu, keringat dingin mulai membanjiri pelipisku.

"Kau sangat cantik"

Tanpa sebuah peringatan sebelumnya, Lelaki itu menyambar bibirku, ********** dengan ganas. Bau alkohol menyeruak di dalam mulutku bersamaan dengan rasa getir yang terasa di lidahku. Aku kelabakan dibuatnya. Itu ciuman pertamaku! Yang harusnya kuberikan kepada suamiku kelak, tapi kini di renggut oleh lelaki yang bahkan aku tak mengetahui namanya.

Aku memberontak sekuat tenaga, memukuli punggungnya sampai nafasmu hampir habis. tapi itu sama sekali tak ada artinya, kekuatan lelaki itu berkali-kali lipat dariku. Lidahnya terus mengabsen setiap inci mulutku, dan akhirnya setelah tak ada cara lain, aku mengigit lidahnya.

"auh!" Lelaki itu mengadu.

Aku mengambil oksigen sebanyak yang aku bisa hirup untuk saat ini. Setidaknya, gigitanku bisa menghentikan ciumannya.

"Aku harus keluar" Aku berucap sembari menyelipkan helaian rambutku yang ke belakang telinga.

Lelaki itu terkekeh sembari mengusap ujung bibir bawahnya yang sedikit mengeluarkan darah.

"Jangan keluar sekarang Manis. Permainannya bahkan belum dimulai"

Aku mengerutkan alis. apa yang dimaksud dengan permainan?

Sedetik setelahnya, aku baru mengerti apa yang dimaksud dengan permainan saat lelaki itu mulai membuka satu persatu kancing kemejanya. Badannya nyaris sempurna, Aku bersumpah untuk itu! Mungkin Tuhan sedang berbahagia saat menciptakan lelaki ini, hingga ujung rambut sampai ujung kaki, semuanya nyaris sempurna.

"Saat permainan dimulai, kau boleh keluar berkali-kali bersamaku manis"

Sial! Aku sudah sangat ketakutan, tubuhku melemas, aku tak tahu harus berbuat apa, apa yang harus kulakukan? Apa aku harus kehilangan Keperawanan ku hari ini?

"Kau siap manis?" Aku bersumpah! Suara itu menjadi suara yang paling aku benci di dunia. Lelaki itu menyentuh dagu ku dengan jari telunjuknya, yang membuatku secara tidak langsung mendongak menatap matanya, dan detik itu juga air mataku menetes, Aku takut.

***

ketidak sengajaan

Ini Gila! benar-benar Gila! Hari pertama di Australia dan aku sudah kehilangan Keperawanan ku. Lelaki gila itu mengira bahwa aku seorang ****** yang dia sewa, apa wajahku ini seperti wanita-wanita penjual badan di luaran sana? Aku akan melaporkannya ke polisi setelah aku turun dari kereta sialan ini. Dan yang harus aku lakukan sekarang adalah berlari lebih cepat, Ya! karena orang suruhan lelaki gila itu sedang mengejarku sekarang, entah apa yang mereka mau lagi dariku setelah bos mereka berhasil mengambil Keperawanan ku.

Aku melewati gerbong panjang kereta ini, semua mata tertuju padaku, entah mereka memandangku seperti apa, yang jelas sekarang penampilanku seperti seorang pemulung, berantakan dan menyedihkan. Kakiku seolah mati rasa, entah sampai kapan para pria besar itu mengejarku.

Kereta berhenti. Oh, aku rasa Tuhan memihakku kali ini. Tanpa pikir panjang, Aku meloncat turun melalui gerbong kelas bisnis, aku tak peduli dengan orang-orang yang memandangku aneh, Persetan dengan mereka. Akhirnya langkah Pria-pria berbadan besar itu terhalang oleh para penumpang yang hendak turun. Dan aku akhirnya bisa berhenti berlari.

"Hei, koperku!"

Ternyata nasib sial ku tak berhenti di situ. Karena terlalu sibuk berlari, aku melupakan seluruh barang-barang ku di dalam kereta. Semuanya tak terkecuali, bahkan ponselku. Aku tak mengejar kereta itu lagi, aku takut orang-orang itu juga kembali mengejarku, tenaga ku sudah habis.

Ingin rasanya aku berteriak dan menangis disini, namun kuurungkan, karena itu hanya akan menguras tenagaku dan tak akan merubah apapun. Jadi aku memilih untuk duduk di sebuah kursi stasiun kereta, yang entah di kota mana sekarang aku berada. Ini semua karena lelaki gila itu. Aku bersumpah akan memotong ***** nya saat aku bertemu dengannya lagi!

Saat aku berusaha berdiri, Aku baru menyadari rasa perih dari selangkanganku. Aku mendesis, itu benar-benar perih! Mungkin karena tadi keadaannya berbeda, jadi aku tak terlalu merasakan rasa sakit ini.

"Hei, kau baik-baik saja Nona?"

Aku mendongakkan kepalaku, seorang pria dengan kacamata yang duduk di kursi tak jauh dariku itu menatap iba kearah ku.

"Tidak, aku tidak baik-baik saja" Pria itu seolah terkejut dengan jawaban yang aku berikan.

"Boleh aku pinjam ponselmu?" Pinta ku.

"Apa kau tersesat?" Pria itu malah kembali bertanya dan tidak menjawab pertanyaan ku. Sial!

Aku mengangguk "Ya. Jadi, bolehkah aku meminjam ponselmu untuk menghubungi keluargaku?"

Pria itu berpikir sejenak lalu memberikan ponselnya kepadaku.

"Siapa namamu?" Tanya pria itu, aku mengambil ponsel dari tangannya.

"Namaku Analisa, Kau bisa memanggilku Nala" Aku mencoba mengingat nomor ponsel milik Ayah, dan mengetiknya.

"Oh my goodness! Kau Nala? Dari Indonesia?" Pria itu berdiri dari duduknya.

Ketikan tanganku terhenti. Aku menoleh kearah pria itu, wajahnya berseri.

"Aku sudah menunggu lama Nala"

Aku masih berpikir, siapa dia? Aku tak mengenalnya.

"Aku Eros, Ayahmu menyuruhku untuk menjemputmu di sini" Jelas Eros, saat melihat raut wajah bingung dariku.

Aku mengulum bibir ku, terharu. Aku berdiri dan melangkah mendekati kursi Eros.

"Bolehkah aku memelukmu Eros?" Wajah Eros kebingungan saat aku memeluk tubuhnya. Persetan dengan tubuhku yang tidak pernah disentuh pria lain, semuanya sudah berubah sekarang. Jadi biarkan aku memeluk malaikat penyelamat ku ini.

**

"Apa yang terjadi padamu Nona Nala?" Eros bertanya saat kami sudah berada di dalam mobil. Aku bisa bernafas lega, setidaknya aku bisa pulang ke rumah Ayah dan mengistirahatkan tubuhku.

"Koperku tertinggal di kereta" Jelas ku malas sembari menyandarkan tubuhku di kursi.

"Bagaimana bisa?"

Aku menghela nafas untuk kesekian kalinya.

"Kau cerewet sekali Eros!" Sentak ku "Aku malas membahasnya"

Eros terlihat menelan ludahnya, dan mengembalikan fokusnya menyetir mobil. Aku masih bergelut pada pikiranku sendiri, entahlah aku masih mengingat percintaan panas itu. Meskipun sudah bersusah payah untuk menghapusnya dari ingatanku, tapi itu semakin membuatku memikirkannya. Aku masih mengingatnya, setiap detik, setiap menit, dan setiap inci tubuhku yang telah disentuh oleh lelaki Gila itu. Apa aku harus mandi bunga tujuh rupa setelah ini?

Setelah perjalanan kurang lebih tiga puluh menit. Akhirnya mobil hitam yang ku tumpangi ini berhenti di sebuah halaman rumah dengan bangunan klasik berlantai dua yang cukup mewah. Aku tak menyangka Ayahku se kaya ini.

"Tidak perlu, Aku bisa sendiri" Tolak ku saat Eros hendak membukakan pintu mobil untukku, Aku masih punya tangan, dan aku tak suka sesuatu yang berlebihan. Aku melangkahkan kakiku ke dalam, ini lebih dari kata mewah, ini sangat menawan, fantastis! dengan tak sadar aku melupakan kejadian di gerbong kereta untuk sementara.

"Selamat datang, Nala My sweetheart!" Sambut Ayah sembari merentangkan tangannya, Aku memeluknya.

"Dad, I miss you" Balasku. Tentu saja aku berbohong, aku sama sekali tidak dekat dengan Ayahku, jadi untuk apa aku merindukan orang yang bahkan tidak terlalu aku kenal.

"Bagaimana perjalanmu?" Aku tak menghiraukan pertanyaan Ayah. Perhatianku terkunci pada benda berwarna pink yang ada di ujung ruangan. Bukankah itu koperku. Bagaimana bisa?

"Koperku! " Aku melepaskan pelukanku pada Ayah, berseru sembari melangkah cepat menghampiri benda persegi berwarna pink itu.

"Dad, Bagaimana bisa koperku berada di sini" Aku bertanya sembari membuka resleting koperku, memastikan bahwa itu memang benar-benar koper milikku.

"Kau ternyata masih sangat ceroboh Nala" Ayah Berucap sembari melangkah menuju kursi yang berada tak jauh dari ku.

Aku tak menghiraukan ucapan Ayah, Aku masih sibuk memeriksa benda-benda yang ada di dalamnya. Ya, ini adalah koperku.

"Untung saja ada Javier yang mengembalikannya kemari"

Aku menoleh ke arah Ayah.

"Javier? Siapa dia?"

Belum sempat Aku mendapatkan jawaban dari pertanyaan ku, seorang lelaki dengan tubuh yang sangat-sangat familiar muncul dari dalam rumah Ayah, dengan setelan yang masih sama, sepatu yang masih sama, gaya rambut yang masih sama, dan pesona yang masih sama seperti saat terakhir kali Aku melihatnya di gerbong kereta.

"Hai Manis, kita bertemu lagi Ya?"

**

Javier dan kesempurnaannya

Seolah tak punya salah dan tak punya dosa, Javier mengajakku berkenalan. Aku tak menyangka akan merasa sangat rendah, aku seolah menjadi wanita murahan yang telah menjual badan kepada lelaki tak punya hati seperti Javier. Tak henti-henti aku mengumpati diriku sendiri, karena tak mampu berkata apa-apa saat di depan Ayah dan Javier, padahal aku sudah bersumpah saat aku bertemu dengannya lagi, aku akan memotong ***** nya. Tapi siapa yang menyangka bahwa Javier adalah salah satu dari jajaran orang penting di Australia. Siapa sangka, Javier si pria Gila itu adalah seorang CEO dari sebuah perusahaan W company. salah satu dari jajaran perusahaan paling berpengaruh di Australia yang berpusat di kota Melbourne.

Javier sedang berbicara dengan Ayah, tapi ekor matanya terus mengawasi gerak-gerik ku.

"Bagaimana kau tau bahwa Nala adalah Putri Ku Javier?"

Javier bersidekap dada sombong sebelum menjawab pertanyaan Ayah.

"Kau tau siapa aku Mr. Smith, seluruh Melbourne ini milikku. Aku bahkan bisa menemukan indentitas seseorang hanya dari inisial nama depannya saja" Javier tertawa di akhir kalimatnya, diikuti oleh Ayah yang merasa bahwa ucapan pria gila itu lucu.

Sangat memuakkan, Aku mengalihkan pandangan mataku dari mereka. Aku bosan menatap bola mata hitam itu, lebih tepatnya aku takut tenggelam dalam pesona netra mata hitam itu.

"Aku percaya Javier, tidak ada seorangpun yang bisa lari darimu" Ayah berucap dengan sisa-sisa tawanya.

Javier menatapku, tersenyum miring seolah bilang bahwa Aku sia-sia karena telah lari dari kejaran nya. Aku membalas tatapannya dengan mengacungkan jari tengah ku kepadanya. Javier mengangkat alisnya, merasa tertantang. Aku kembali mengalihkan pandangan ku darinya.

"Eros!"

Pria berkacamata yang sedang berlalu lalang itu terhenti karena panggilan ku.

"Antarkan Aku ke kamarku" Pinta ku, Aku berdiri dari tempat duduk ku.

Eros menatap Ayah meminta persetujuan, dan Ayah menganggukkan kepalanya menyetujui.

"Mari Nona"

Aku mengikuti langkah Eros didepanku. Langkah kaki Eros mengajakku menaiki tangga menuju lantai dua. Aku mensejajarkan langkahku dengan Eros.

"Eros, Kau kenal dengan lelaki muda yang bersama Daddy itu?"

Langkah Eros memelan, begitupun suaranya.

"Maksud Nona, Tuan Javier?" Bisik Eros. Aku mengangguk pelan sebagai jawaban.

"Siapa yang tidak kenal dengannya. Dia adalah Javier Watson salah satu dari jajaran orang yang paling penting di Australia. Dan Nona tau, diusianya yang baru saja menginjak dua puluh delapan tahun itu. Dia sudah berhasil mempimpin perusahaan yang besar seperti W company hingga menemui titik emasnya. Dia seumuran denganku, hanya— kita berbeda nasib saja"

Eros menjelaskan dengan panjang dan raut wajah yang antusias. Mungkin, Eros akan menjadi teman baik ku disini, dia cerewet, seru, dan menyenangkan. Meskipun dia seorang pria, dan kami baru saja kenal, tapi Eros mampu membuatku nyaman saat bercerita dengannya. Mungkin itu juga yang menjadikan Eros salah satu orang yang dipercaya oleh Ayahku.

"Kau tak perlu minder begitu Eros, Kau juga hebat" Hibur ku, aku menahan senyum saat melihat raut antusias itu berubah menjadi masam.

"Siapa yang tidak minder dengan tuan Javier Nona. Bukan sampai disitu saja, Dia juga selalu menjadi topik hangat di media sosial karena telah menjadi salah satu lulusan dari kampus terbaik di dunia yaitu University of Cambridge di Inggris, setelah Dia kembali Ke Aussie, ia diangkat menjadi CEO dari perusahaan terbesar di Australia, W Company yang tak lain adalah perusahaan milik keluarganya sendiri" Eros terlihat menghela nafas untuk kesekian kalinya.

"Itu menakjubkan Eros" Aku tak bisa menutupi rasa takjub ku dari Javier, mengesampingkan pria itu adalah pria Gila yang telah memperkosaku di gerbong kereta, ya— meskipun begitu, tapi itu tak membuang fakta bahwa semua latar belakang tentangnya sangat mengagumkan.

"Ya, terlahir dari keluarga kaya seperti keluarga Watson adalah salah satu anugrah yang diinginkan oleh semua orang dan itu menjadi suatu keberuntungan. Mungkin sebab itu juga Tuan Javier bisa mendapatkan segala kesempurnaan itu. Bahkan, keluarga Watson pernah diketahui berada di peringkat ke dua dari lima orang terkaya versi Forbes"

Kami terus melangkah menyusuri koridor rumah, sampai tak terasa sudah sampai di depan kamarku karena terlalu asik mendengarkan cerita Eros.

"Kau tertarik pada tuan Javier, Nona?" Eros menaik turunkan kedu alisnya menggodaku.

Kami berhenti tepat di ambang pintu kamarku.

"Tidak" Aku mengelak. Untuk apa aku harus tertarik pada monster mesum seperti Javier, memandang wajahnya saja sudah membuatku muak.

"Oh, mengaku lah Nona tak apa. Itu menandakan bahwa kau masih normal, semua wanita dalam negeri ini tertarik dengan Tuan Javier" Eros menahan senyumnya, itu raut wajah yang menjengkelkan bagiku.

"Tapi sayang sekali, kau sudah kehilangan peluang untuk mendapatkannya" Wajah Eros berubah drastis seperkian detik.

"Maksud mu?"

Eros mendekatkan kepalanya ke wajahku.

"Dia sudah bertunangan, dan akan menikah"

Aku nyaris hilang akal saat mendengar jawaban Eros, Apa ini artinya aku sudah bercinta dengan seorang lelaki yang sudah bertunangan, apa semua orang tidak tau, bahwa Seorang Javier Watson yang mereka puja-puja adalah tak lebih dari seekor anjing pemangsa yang menjijikan, Oh Tuhan ini gila!

"Jadi, dia sudah bertunangan?"

"Ya"

**

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!