" Di mana aku harus mendapat kan uang sebanyak itu " Tatapan nya lurus ke depan di mana di balik pintu itu sosok yang begitu di cintai nya sedang terbaring lemah .
" Rumah " Gumamnya,tapi detik kemudian wajahnya kembali menunduk .
Itu hal yang mustahil untuk dia lakukan , jika menjual rumah harta mereka satu-satunya lalu mereka akan tinggal di mana ? Lagi pula harganya belum tentu mencapai harga tersebut , lalu di mana dia akan mencari kekurangan nya , sedangkan dia tidak memiliki hal yang harus dia jual agar memenuhi kekurangan nya .
Bahkan untuk mencukupi kehidupan mereka sehari-hari dia harus merelakan gaji nya yang lebih dari cukup ,namun di balik semua itu dia bersyukur karena ayah nya pergi saat dia sudah menyelesaikan pendidikan nya sehingga dia tidak harus putus sekolah karena biaya pendidikan nya .
Lamunan nya terputus kala ponselnya berdering ,saat melihat siapa yang menelpon nya tanpa menunggu waktu dia segera menggeser tombol hijau nya .
" Hallo "
" Kamu baik-baik saja kan " Tanya sang penelpon khawatir.
" Aku baik-baik saja " Jawabnya lembut .
" Kamu di rumah sakit biasa kan ? Tunggu aku di sana jangan pergi ke mana-mana " Ujarnya serius .
" Tidak perlu ,aku ...."
" Jangan membantah aku sudah di perjalanan ke sana "
Tut ...Tut .
Dia menatap ponsel nya yang sudah kembali gelap lalu menggeleng pelan .
" Pasti dia ke tempat kerjaan ku " Gumamnya tersenyum .
🪵
🪵
" Ayu " Sang pemilik nama menatap ke sumber suara sambil tersenyum .
Hap
" Kali ini jangan menolak " Tangisan Ayu langsung pecah .
Selain ibunya dia memiliki sahabat satu-satunya , kedua nya bertemu saat menempuh pendidikan di universitas yang sama .
Awalnya dia sedikit sungkan mengingat kehidupan keduanya begitu jauh ,hingga dia terus menjauh dari sang sahabat .
Hingga suatu waktu dia mendapatkan hinaan dan wanita itu lah yang membantu nya, dari sejak itu tidak ada lagi orang yang mengusik nya sekalipun dia selalu mendengar ucapan yang tidak enak ,tapi sahabat nya tetap bersikap masa bodoh dan akan memarahinya bahkan mengumpat nya jika kembali menjauhinya .
" Aku akan bicara sama ayah ku untuk membantu mu " Ayu menggeleng lalu mendorong pelan tubuh sahabat nya hingga pelukan keduanya terlepas.
" Jangan " Tolaknya tegas.
" Aku tidak ingin merepotkan kamu terus ....."
" Aku tidak merasa demikian " Potong nya cepat .
" Qiandra , aku tahu kamu membantu ku dengan tulus tapi kali ini biarkan aku berjuang sendiri " Qiandra menggeleng cepat .
" Berjuang seperti apa ? Maaf aku bukannya meremehkan mu ,aku tahu kamu wanita kuat tapi keadaan ibumu semakin hari semakin lemah , jadi kali ini terima usulan ku ,untuk selanjutnya biar menjadi urusan ku " Ayu tetap menggeleng .
" Tolong " Ujarnya memohon " Jika aku sudah tidak mampu aku akan meminta padamu ,aku janji " Qiandra menghela napas panjang sudah sekali membujuk sahabat nya itu .
" Tapi kamu masih memiliki uang kan " Ayu mengaguk tersenyum " Berkatmu aku bisa memiliki gaji yang lebih " Qiandra hanya tersenyum .
" Gimana keadaan ibumu ? " Kedua duduk di kursi yang ada di depan ruangan itu , Ayu belum sanggup masuk dalam ruangan melihat wajah pucat sang ibu .
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pukul 19.05
Para pelayan mulai menyusun makanan di atas meja itu dengan cepat ,di mana waktu makan malam telah tiba.
" Malam "
Satu persatu kursi yang kosong mulai terisi ,para pelayan pun mulai undur diri dari ruangan itu mereka juga harus mengisi perut sebelum kembali bekerja .
" Sudah memikirkan nya " Hembusan napas yang cukup berat itu terdengar begitu jelas .
" Apa tidak bisa membiarkan Eric makan dengan tenang " Jawabnya kesal .
" Daddy " Tegur Raymond menatap Henry .
" Sampai kapan ? Eyang sudah pergi 3 bulan yang lalu ,dia hanya meminta itu " Jawab Henry tanpa mempedulikan putranya.
" Kenapa hanya Eric ? " Tanya emosi , dia sudah lelah terus² membahas hal yang membuat nya muak " Daffi, Bara ,Ghozi ,Xana dan yang lainnya bukan nya mereka juga belum menikah " Jawabnya menatap tajam Henry kepala keluarga yang tertua setelah kematian Eyang Radit.
"Mereka juga begitu ? " Lagi² Eric hanya bisa menghela napasnya panjang .
" Biarkan anak-anak memilih hidup nya sendiri Dad ,apa kamu tidak lelah terus membahas itu " Ujar Elvi lembut .
" Sampai kapan Sayang ? " Ujar Henry ,menatap sang istri.
" Eric pun tidak ingin berada di posisi ini Dad ,jika dia sudah menemukan yang cocok dia tidak mungkin hanya diam ,apa lagi Daddy terus mendesaknya ,mencari pendamping bukan seperti membeli permen ambil lalu bayar " Bela Raymond
" Kalian selalu membela nya ,apa kalian lupa dengan permintaan Opa kalian " Ucap Henry kesal .
" Lalu apa kau ingin cucu mu menikah sekarang seperti keinginan mu " Ujar Elvi yang mulai kesal .
" Apa tidak bisa kita makan dengan tenang ,baru kita bahas ! apa dengan membahas itu perut mu jadi kenyang " Lanjut nya lagi .
" Kenapa jadi mommy yang marah " Tanya Henry menaikan kedua alisnya .
" Eric kenyang " Eric langsung berdiri dari duduknya .
" Duduk " Tanpa mempedulikan ucapan Raymond ,Eric sudah berlalu dari ruangan itu .
Tapi sebelum dia benar-benar kembali dia menatap keluarga yang ada di ruangan itu .
" Untuk sementara Eric akan tinggal di apartemen ,jangan mengusikku jika tidak ingin hal yang buruk terjadi padaku " Ujarnya lalu meninggalkan ruangan itu .
Adara menatap punggung putranya yang mulai menjauh ,matanya mulai berembun tanpa dia sadari kini ujung matanya sudah mulai basah .
" Keras kepala "
" Daddy yang keras kepala " Sungut Elvi " Mulai malam ini tidur di kamar tamu " Henry langsung melototkan matanya tajam .
" Jika Eric tidak kembali ke masion selama itu juga kamu tidur di kamar tamu " Lanjut nya lagi .
" Jangan menangis besok kita akan pergi ke apartemen nya " Raymond menggegam tangan Adara dengan erat .
" Iya Dad " Jawab Adara lirih .
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Mohon dukungan nya ,maaf kalau sebagian dari kalian sudah bosan dengan cerita yang hanya berputar di tempat .
Like
Koment
Vote
Jangan lupa hadiah bunganya dan bintang 🌟🌟🌟🌟🌟🌟
Biar bisa terus di lanjutkan.
Emosi yang memenuhi dadanya membuat Eric tidak peduli dengan laju mobilnya yang semakin kencang .
Bahkan dia tidak tahu kemana arahnya saat ini ,padahal sebelum meninggal kan masion dia mengatakan akan ke apartemen , seperti nya dia ingin menghilangkan emosinya lebih dulu sebelum ke apartemen .
Kecepatan mobilnya semakin bertambah seolah tidak ada pengendara yang lainnya ,hingga akhirnya dia menginjak rem saat melihat seseorang yang akan menyebrang .
Ciiiit
Bugh
Tubuh Eric terbentur stir mobil ,tapi rasa khawatir nya dia melupakan rasa sakit yang tidak seberapa itu .
" Shiiitt " Eric langsung ke luar dari mobilnya, dia melihat seorang wanita sedang duduk sambil memegang kakinya .
" Kau tidak papa " Eric berjongkok di depan wanita itu .
Di mana para pejalan kaki yang melintas di situ sudah mengelilingi mereka ,Tapi itu hanya sementara saat saat para pria berbaju hitam meminta mereka untuk menjauh .
Tidak ingin ikut campur mereka pun meninggalkan tempat itu ,karena melihat dari mobil dan para bodyguard sudah pasti bukan orang sembarangan.
Mereka hanya berdoa dalam hati semoga dia mau bertanggung jawab pada wanita yang dia tabrak sekalipun itu tidak parah .
Karena wanita itu belum sepenuhnya menyebrangi jalanan .
" Tidak papa tuan ,maaf saya menyebrang tanpa melihat lebih dulu " Ujarnya lalu mengangkat kepalanya, Namun saat tahu dia berurusan dengan siapa .
Tubuhnya mendadak tegang ,jantungnya berdetak lebih cepat dari biasa nya .
Menahan rasa sakit di kakinya ,dia pun langsung berdiri sekalipun dengan susah payah .
Dengan sigap Eric langsung membantu nya berdiri, jika kalian berpikir akan mengabaikan wanita itu dan meminta para bodyguard nya untuk mengurus nya ? Kalian salah besar .
Bagaimana pun di sini dia yang salah terlepas wanita itu tidak melihat apa ada mobil atau kendaraan yang lainnya melintas ,tapi dia hanya ingin bertanggung jawab.
" Kakimu terluka " Wanita itu menggeleng dengan cepat .
" Tidak papa tuan ,ini hanya luka kecil " Jawabnya dengan pelan .
" Sekecil apa pun jika tidak di tangani dengan baik akan besar " Wanita itu hanya bisa terdiam, Sikap Eric saat ini berbanding terbalik dengan apa yang orang lain katakan .
Sekalipun ini bukan pertama kalinya mereka bertemu tapi banyak orang sekitar nya membicarakan dia ,karena dia berkerja di perusahaan keluarga pria itu atas bantuan sahabatnya .Tapi hanya sekedar tahu saja karena dia bertemu pria itu pun hanya sesekali saat berpapasan .
" Hei " Eric mengibas kan tangannya depan wajah wanita itu " kamu mendengar kan ku " Lamunannya langsung buyar,dengan cepat dia mengaguk .
" De-ngar tuan " Jawab nya terbata .
" Tapi benaran ini hanya luka kecil ,nanti saya obati .Maaf saya harus pergi tuan " Lanjutnya,namun Eric menahan pergerakan wanita itu " Tuan saya mohon, nanti saya terlambat " Ujarnya memelas .
" Terlambat " Eric menatap wanita itu dari atas sampai bawah membuat wanita yang kini di depannya takut " Kamu bekerja " Lanjut nya saat melihat seragam yang dia kenakan wanita itu .
Dengan ragu wanita itu mengaguk , dia semakin takut jika Eric mengetahui siapa dirinya .
" Iya tuan " Jawabnya jujur , karena memang selain menjadi karyawan di perusahaan keluarga sahabat nya dia juga mencari pekerjaan yang part time .
Sekalipun gajinya tidak seberapa tapi itu bukan masalah untuk nya selagi halal dan bisa membantu ibunya untuk berobat .
Eric menatap salah satu bodyguard nya seolah memberikan perintah lewat sorot matanya .
" Kita obati dulu kaki mu " Tanpa meminta persetujuan wanita itu Eric langsung menggendong nya dan memasukkan dalam mobil nya .
Tanpa mempedulikan wajah syok dari wanita itu Eric pun langsung menutup kembali pintu mobilnya .
" Tuan saya ...."
BRAK
Ucapan wanita itu terpotong bersamaan dengan pintu mobil yang tertutup cukup keras .
Bagaimana ini ? aku harus bisa ke luar dari mobil ini ,jika tidak aku bisa kehilangan pekerjaan ku Ucap nya dalam hati .
di tengah kegalauannya Eric masuk dalam mobil langsung memakai sabuk pengamannya .
" Pakai sabuk mu " Ujar Eric bersamaan dengan mobil nya yang kembali melaju .
Mau tidak mau wanita itu pun memakai sabuk pengaman nya ,tapi dia masih memutar otaknya untuk membujuk pria itu .
" Tuan saya tidak papa ,ini hanya luka kecil "
" Tuan ...."
" Siapa namamu ? " Potong Eric hingga membuat ucapan wanita itu terhenti .
" Ayu ....tuan " Jawab nya lirih ,namun masih bisa di dengar pria yang duduk di samping nya .
" Hanya ayu " Eric menatap ke samping tapi itu hanya sekilas karena kini pandangan nya kembali fokus pada jalanan di depannya.
" Friska Ayuni hayu Tuan " Eric hanya mengaguk sisa .
Setelah itu tidak ada lagi pembahasan di antara keduanya, Antara sadar dan tidak Eric membelokkan mobilnya di mana arah jalan menuju apartemen nya .
Wanita yang duduk di sampingnya yang bernama ayu itu hanya diam saja ,karena dia tidak menahu ke mana Eric membawanya.
Tapi dalam hatinya dia berdoa semoga tidak di turun kan di tengah jalanan yang sepi melainkan ke rumah sakit agar permasalahan keduanya selesai .
" Tuan ...." Ucapan Ayu tertelan begitu saja saat suara Eric kembali terdengar di telinga nya .
" Aku tidak bisa membawa mu ke rumah sakit ,ada banyak mata di sana " Ayu kehilangan kata² ,dia bingung harus menjawab nya seperti apa ?
Apa lagi kini mobil nya sudah masuk di salah satu gedung apartemen yang sangat terkenal mewah itu .
" Tuan ,bisa turunkan saya di sini ? Rumahku tidak jauh dari sini saja akan kembali ke rumah ' Ujar Ayu gelagapan saat mobil yang dia tumpangi semakin masuk ke arah parkiran.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Berikan gift dan vote nya dulu yuk ,sebelum lanjut ! Jangan lupa mampir di karya author yang lainnya 😘😘
Kini Ayu sudah berada di dalam apartemen Eric ,dia di minta untuk menunggu di ruangan tamu sedangkan pemilik apartemen tidak tahu ke mana .
Ayu hanya berdiam diri sesekali dia menatap sekeliling nya , apartment milik Eric sang luas dan mewah ,biasanya dia hanya melihat gedung itu dari luar tapi siapa sangka kini dia bisa memasuki salah satu unit dari apartment tersebut , sekalipun hanya untuk sebentar tapi entah kenapa dia begitu bahagia .
Apa dia perlu memamerkan ini pada sahabat nya ? Seperti nya tidak perlu karena pasti wanita itu juga memiliki hal yang sama secara keduanya nya keluarga .
Ayu tersenyum tipis ,namun saat mendengar suara langkah wajah nya kembali tegang .
" Bisa luruskan kakimu " Ujar Eric berjongkok di depan Ayu sambil membawa kotak P3K membuat wanita itu gelagapan.
" Tuan ....." Ucapan Ayu tertelan begitu saja saat Eric menarik kakinya lalu di letakan di atas meja kaca yang ada di depan nya .
" Kamu ingin cepat pulang kan ? Jadi menurut lah " Eric menatap luka yang ada di kaki kiri Ayu " Cukup parah " Gumamnya lalu menetap Ayu yang hanya diam sambil menunduk .
' Tahan sebentar " Ayu hanya mengaguk pelan, kepala nya terus menunduk .
" Ssstttt " Ayu memejamkan matanya kuat saat alkohol mengenai kulitnya ,bahkan Eric harus menahan kakinya karena dia sempat menarik nya " Jangan bergerak " Ayu mengaguk, untuk melampiaskan rasa sakitnya ayu menggigit bibir bagian bawahnya .
" Ssstttt " Ayu kembali meringis tapi kali ini dia tidak menarik kakinya seperti permintaan Eric tadi .
Eric tidak hanya mengobati luka di kaki Ayu ,karena di telapak tangan dan juga bagian bawah sikunya terluka ,entahlah bagaimana posisi wanita itu terjatuh .
Tapi dalam hatinya Eric menyesali sikapnya yang membawa mobil dengan kecepatan tinggi hingga melukai seseorang.
Hanya karena permasalahan yang menurutnya tidak terlalu penting tapi setiap membahas itu entah kenapa emosi nya dengan cepat meluap .
" Selesai " Gumam Eric lalu merapikan kotak Obat,setelah itu dia berdiri dari posisi nya .
" Terima kasih tuan " Ujar Ayu tulus .
Namun saat akan berpamitan tiba² saja hujan turun dengan derasnya bersamaan dengan petir yang begitu jelas terlihat karena dinding apartemen Eric sebagian besarnya kaca.
" Kalau begitu saya pamit dulu Tuan , terimakasih banyak sudah membantu saya " Sekalipun begitu Ayu tetap berpamitan karena dia memikirkan keadaan sang ibu di rumah sakit .
" Maaf tuan " Ayu membuka tas nya lalu mengambil dompet nya " Saya tidak bermaksud melarikan diri "Lanjut nya sambil memberikan KTP nya pada Eric " Tuan bisa memegang ini sebagai jaminan dan saya akan memberikan nomor ponsel ku ,tuan bisa menghubungi saya untuk biaya mobil nya " Eric melotot kan matanya menatap Ayu lalu menatap Kartu identitas wanita itu .
Unik itulah kata yang ada di pikiran nya menggambarkan sosok wanita yang kini di depannya .
Jika biasanya orang lain akan menuntut atau memanfaatkan keadaan ,tapi itu tidak berlaku pada wanita yang bernama Ayu yang baru di kenalnya beberapa jam .
Hanya sebatas kenal ,tidak lebih ! Ingat jadi jangan berharap lebih
Siapa yang tidak kenal Eric ,dia yakin seluruh penjuru dunia pun tahu siapa dia ! Tapi kenapa Ayu bersikap seolah ini kesalahan nya .
" Maaf tuan saya harus pergi " Ayu meletakan KTP nya di atas meja lalu berdiri,namun langkahnya terhenti saat Eric menahan nya .
" Kamu yakin akan pulang ? Di luar hujan deras dan kemungkinan banjir " Ujar Eric membuat Ayu terdiam .
" Kamu bisa bermalam di sini ,kakimu juga masih luka dan baru di obati ,di sini ada tiga kamar kamu bisa memakai salah satu dari kamar itu asal bukan kamar di lantai atas karena itu tempat tidur ku " Lanjutnya lagi .
" Tapi tuan saya tidak ingin merepotkan anda terus " Jawab Ayu serius.
" Ambilah kartu itu " Eric menatap kartu identitas milik ayu tanpa mempedulikan Ucapan wanita itu " Aku yang menabrak mu, untuk urusan mobil tidak perlu kamu memikirkan itu " Ucap Eric.
" Tapi tuan ...."
"Sejak tadi kamu selalu membantah ucapan ku " Ayu langsung menundukkan kepalanya takut kedua tangannya saling bertautan ,suara Eric yang datar dan dingin membuatnya merinding .
" Maaf tuan " Ujar Ayu terbata .
" Duduklah " Pintahnya ,lalu meninggalkan Ayu sendirian di ruangan itu .
" Aku harus menelpon perawat dan meminta tolong untuk menjaga ibu " Ayu langsung mengambil ponselnya dalam tas untuk menghubungi perawat yang dia percayai membatu menjaga ibunya selama dia tidak di samping nya .
🪵
🪵
🪵
" Daddy " Raymond menghampiri istri nya lalu memeluk nya " Kenapa Hm ? "
" Eric ke apartemen benarkan " Raymond mengaguk sebagai jawabannya .
" Dia sudah besar Baby " Ucap Raymond lembut .
" Aku tahu ,tapi dia pergi dalam keadaan marah " Jawab Adara sendu .
" Apa tidak bisa Daddy tidak membahas itu ,Eric pasti tertekan " Raymond hanya tersenyum sesekali mencium pundak Adara yang terekspos .
" Daddy "
" Hebm "
" Bisa serius dulu tidak ? Anakmu di luar dan belum kembali ke rumah ,kenapa kamu tenang sekali " Ucap Adara kesal .
" Dia sudah berada di apartemen nya Baby, Besok kita akan ke sana untuk memastikan nya " Jawab Raymond.
" Apa dia sudah makan ? " Raymond hanya mengaguk sebagai jawabannya .
" Syukurlah , ayo kita tidur aku sudah tidak sabar menunggu besok " Ujar Adara ,namun Raymond menahan tubuh nya membuat wanita itu menatap suaminya.
" Apa Otakmu lagi bermasalah ,jangan jadikan Eric sebagai alasan mu " Ujar Raymond serius .
" Maksud Daddy ? " Tanya Adara menatap suaminya dengan wajah bingung nya .
Tanpa menjawab ucapan Adara , Raymond mendorong tubuh Adara hingga wanita itu terjatuh di atas tempat tidur dengan posisi telentang .
" Apa kamu ingin bermain dengan kasar " Adara tertawa kecil ,tapi setelah itu dia menekuk lututnya dan membuka lebar kedua kakinya .
"Dia sudah siap di masuki " Ucapnya mengigit bibir bawahnya menggoda Raymond bahkan Adara mengedipkan sebelah matanya.
" Shiiit " Umpat Raymond .
Seterusnya silahkan pikirkan sendiri , author hanya memberikan jalan 🤭🤭🤭🤣🤣🤣🤣
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Gift dan vote nya jangan lupa biar kita lanjutkan .
jangan lupa mampir di karya author yang lainnya 😘😘🥰🥰🥰
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!