NovelToon NovelToon

TERGODA JANDA PIRANG

Di Titik Jenuh

Hardiansyah atau yang biasa dipanggil Hardi. Ia adalah seorang Pria yang sudah menikah dan bekerja di suatu Perusahaan kontraktor yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Di Perusahaan itu ia bekerja sebagai pengawas di lapangan. Hardi sudah menikah dan ia menikah karena dijodohkan oleh orang tuanya dengan Wanita desa pilihan orang tuanya yang bernama Asih. Sudah 3 tahun lamanya Hardi dan Asih menikah, namun mereka tak kunjung dikaruniai anak.

Hari demi hari telah mereka lewati, namun sampai saat ini tak ada yang membuat kehidupan mereka ada sesuatu yang berbeda dan hanya terlihat biasa saja. Mungkin yang tak lain dan yang tak bukan adalah karena tidak adanya kehadiran seorang anak dalam kehidupan rumah tangga mereka. Ditambah menurut pandangan Hardi dalam urusan ranjang Asih hanya biasa saja hanya terdiam pasrah seperti tak ada gairah atau biasa disebut monoton saja.

Bagi Hardi hidupnya selama ini ibarat sayur tanpa garam, sepertinya selalu ada yang kurang dalam hidupnya, lama-kelamaan ia merasa bosan dan berada di titik jenuh. Sesekali ia kadang pergi ke club malam untuk mencari Hiburan dan kebahagiaan di club malam itu, namun tak kunjung juga menemukannya, ia pergi ketempat kupu-kupu malam berada, namun tetap tak mendapat kepuasan dari tempat itu.

Dan pada suatu hari Hardi masuk ke kantornya, saat itu juga Hardi ditugasi oleh Bosnya untuk mengawasi proyek di suatu desa terpencil, namun ternyata desa terpencil itu jaraknya gak jauh dari rumah tempat tinggalnya Hardi. Hardi pun dengan sigap mengiakan perintah dari Bosnya itu. Hardi bergegas menuju Desa yang Bosnya tunjukan itu, Hardi lalu mulai bekerja untuk mengawasi pekerja-pekerja yang sedang bekerja di proyek itu, hari pun semakin siang dan perut Hardi tiba-tiba berbunyi kruluk-kruluk menandakan bahwa ia sedang lapar saat itu. Dan tepat Saat memasuki jam istirahat, Hardi berjalan mencari sebuah warung untuk makan siang, kebetulan terlihat tak jauh dari tempat pengerjaan proyek itu ada sebuah warung/kedai kopi sederhana yang terbuat dari bilik bambu. Hardi pun menghampiri warung tersebut, namun tiba-tiba mata Hardi terbelalak heran dan kaget melihat penjaga warung tersebut, ketika ia melihat sesosok wanita cantik nan seksi berambut kan pirang didepan matanya itu dan ternyata wanita itu adalah penjaga sekaligus pemilik warung tersebut. Langsung saja Hardi duduk dan memesan makanan yang wanita itu jual di warung nya itu.

"Teh, saya pesan Indomie pake telor, telornya telor mata sapi ya, pake cabe dan saus, cabenya dua tapi bukan cabe-cabean ya teh dan sausnya harus yang berwarna merah dan masih segar seperti wajah teteh yang masih fresh, ada nasinya gak teh? ucap Hardi memesan indomie telor ke wanita cantik itu.

"Ia a ada kok nasinya, mau pakai nasi a? terus minumnya apa a? Tanya kembali wanita cantik itu.

"Ia teh pakai nasi, minumnya es teh manis tapi gak usah pakai gula ya." sahut Hardi.

"Kok es teh manis gak pakai gula sih?itu mah es teh tawar atuh namanya a"

"Ia teh, soalnya ngeliat si teteh aja sudah manis, kalau ditambah gula takutnya jadi kemanisan teh."

"Ah si aa mah gombal terus, bisa wae si"

"Jangan panggil aa doang dong teh, panggil Hardi aja."

"Oh ia A Hardi"

"Kalau nama Teteh siapa? tanya Hardi dengan gaya menggoda.

"Nama saya mah Euis a Hardi atau panggil aja Is juga gak apa-apa a" jawab Euis centil.

"Euis nama yang cantik sekali, salam kenal ya Is," ucap Hardi.

Tiba-tiba terdengar suara dari belakang Hardi....

"Woi... ngobrol mulu kapan kelarnya tuh bikin Indomie, ucap sesosok pria yang dari tadi duduk di bangku menunggu antrian.

"Eh....lu Rudi kan? tanya Hardi setelah memalingkan mukanya ke wajah Rudi.

"Eh lu Har? kemana aja lu, sekarang lu lagi ngapain disini? tanya Rudi yang ternyata ia adalah teman SMA nya Hardi.

"Ini Rud, gue lagi cari makan, lapar gue dari tadi belum makan, kebetulan gue juga lagi ada kerjaan di daerah sini, di Proyek itu Rud, oh ia Rud lu kenal banyak gak sama wanita si penjaga warung ini? tanya Hardi dengan suara pelan ke Rudi dan sambil menunjukan telunjuknya ke si Euis.

"Oh si Euis, ia Janda ditinggal mati suaminya Har, masih muda banget, baru satu tahun ia menikah dan 6 bulan ditinggal suaminya. almarhum suaminya meninggal karena tabrakan. Setelah Suaminya meninggal, ia mencari nafkah buat membiayai kebutuhannya sendiri yaitu dengan berjualan warung kecil-kecilan disini, tapi menurut gue sih warungnya lumayan cukup rame, karena si Euis mempunya paras yang cantik juga tubuh seksinya yang mengundang dan menarik para laki-laki untuk datang kesini, apa lagi kalau orang-orang sudah tau kalau si Euis itu Janda, Beuh...tambah rame ni warung, tapi si Euis ngakunya sudah punya suami ke orang-orang yang belum mengetahuinya." terang Rudi menjelaskan pertanyaan Hardi.

"Eh... ngomong-ngomong lu nanya ke gue ada apa nih? jangan-jangan lu naksir ya sama dia? cie...cie..., eh lu sudah menikah belum si Har?" tanya Rudi kepo.

"Ia sebenarnya sih gue sudah menikah Rud, cuma sudah berjalan tiga tahun pernikahan gue, Namun belum juga dikasih keturunan, sepertinya istri gue itu mandul, ditambah dia kalau urusan ranjang monoton banget Rud gayanya, seperti tidak mempunyai gairah saja, gue jadi bosan dan males tinggal di rumah." Terang Hardi apa-adanya.

"Oh begitu toh... kasian amat lu Har, istri lu yang mandul? apa lu yang mandul Har? hehehe... tapi lu gue perhatiin sepertinya lu naksir ya sama tuh janda?"

"Ia sepertinya begitu Rud, dari pandangan pertama saja ke dia, gue sudah terpesona sama dia, wajahnya yang ayu ditambah tubuhnya yang seksi, membuat para pria pasti klepek-klepek dibuatnya, lu mau gak bantu gue Rud, untuk bisa dekat sama si Euis.

"Oke... tenang Har gue mau bantu lu, bagi gue urusan mudah itu mah, Euis adalah saudara jauh gue. Tapi yang penting ada ini ya Har, ada duitnya Har." Ucap Rudi dengan menunjukan jari telunjuk dan jempol nya.

"Ah lu gak pernah berubah ya dari dulu, sudah kebiasaan Sepertinya, lu mau nolong tapi karena duit! tapi tenang itu mah gampang, nanti gue trf aja ya, Oh ia nomer WA lu berapa?

Hardi dan Rudi pun bertukaran nomer WA, dan setelah mereka selesai makan, mereka berbincang-bincang dan bercanda gurau sampai jam istirahatnya pun habis dan Hardi kembali lagi ke pekerjaannya.

Sore pun tiba, waktunya Hardi beserta para pekerja proyek untuk pulang ke rumahnya masing-masing, ada juga sebagian pekerja yang tinggal di mess yang sebelumnya dibuat di dekat proyek tersebut. Sedangkan Hardi tidak pulang terlebih dahulu, ia melangkahkan kaki ke warung kopi tadi untuk bertemu Euis, kebetulan warung nya belum tutup dan lagi beres-beres. Hardi langsung membantu Euis untuk memberesi warung milik Euis, mereka berdua pun ngobrol dan mata mereka saling menatap tak berkedip sedikitpun.

dug..... dug.... dug.....

Duar...duar....duar...

Suara geledek dan Petir tiba-tiba terdengar kencang. Euis dengan reflek langsung memeluk Hardi saat itu, tak lama kemudian Hujan deras pun turun.

"Aa Hardi aku takut aa, maaf Euis refleks memeluk aa, karena dari dulu Euis takut banget kalau mendengar suara gledek dan petir sekeras tadi." Lirih Euis sambil melepas pelukannya tapi memegang erat tangan Hardi.

"Ia Euis gak apa-apa, tenang Euis, jangan takut aku ada disini neng! ucap Hardi menenangkan Euis.

'Padahal meluk yang lama juga gak apa-apa' gumam Hardi dalam hati.

"Aa kita kedalam aja yuk, hujannya makin deras, aku takut kalau diluar."

"Ia kalau dibolehin mah Euis, hayu!" saut Hardi gercep.

Mereka berdua pun masuk kedalam ruangan.

Dug....dug...dug...

Duar.....duar....duar...

Gledek dan petir kembali terdengar dan Euis kembali memeluk Hardi dengan erat dan sesekali menatap mata Hardi, Hardi pun membalasnya dengan usapan lembutnya ke punggung Euis. Dalam pikiran Hardi melihat wajah Euis terutama bibirnya yang tipis dan seksi itu seolah-olah memanggilnya untuk menciumnya.

"Maaf kan aku Euis" ucap Hardi yang tiba-tiba langsung mencium bibir Euis dengan serakah. Entah mengapa Hardi waktu itu benar-benar tidak tahan melihat bibir Euis. Hardi memegang tengkuk Euis dan memeluk pinggang Euis, sambil menikmati Bibir Euis seperti orang yang kehausan di gurun pasir saja.

Euis pun membalasnya dengan mencengkram t-shirt yang sedang di pakai Hardi, membiarkan Hardi menyesap, mengulum bahkan mengeksplor bibirnya hingga lidah yang tak bertulang pun adu mekanik diantara keduanya.

kring.....kring....kring...

Handphone Hardi berbunyi terus-menerus, dan Hardi pun mengangkatnya setelah beberapa menit membiarkannya, takutnya itu adalah sebuah panggilan penting.

"Asih? ada perlu apa sih dia, mengganggu saja!" ucap Hardi keceplosan menyebut nama istrinya dihadapan Euis.

Lalu Hardi menekan warna hijau di telpon miliknya.

[ Halo ada apa? ]

[ A kok belum pulang jam segini? biasanya sudah di rumah ]

[ Ia, disini lagi hujan deras, terus lupa bawa jas hujan tadi, nanti aku pulangnya kalau hujan sudah reda ]

[ Oh ya sudah Hati-hati ya ]

Lalu Hardi pun menekan warna merah, tanda ia menutup telponnya.

"Asih? siapa dia a? cewek aa ya? atau istri a Hardi ya? maaf jadi pengen tau," tanya heran Euis walaupun baru mengenal satu sama lain namun Euis merasa dekat dan seperti sudah ada ikatan dengan Hardi.

"Mmm.....mmm...(gugup), Ia Is, Jujur saja aku sebenarnya sudah menikah. Sudah tiga tahun lamanya aku menikah dengan istriku, cuma aku berasa tidak menikah dengannya karena sampai saat ini belum juga dikaruniai anak, ditambah dengan urusan di ranjang dia teramat monoton, hanya diam saja seperti orang yang pasrah atau seperti yang tidak punya gairah sama sekali, apa dia gak ngerti apa gimana ya? aku pun gak tau apa penyebabnya? sekarang aku mulai merasa bosan dengannya" jelas Hardi curhat ke Euis.

"Oh....begitu a" saut Euis hanya menganggukkan kepalanya.

"Ya sudah aku pulang dulu ya Is, takut istri ku dan warga disini curiga, kebetulan hujan pun sudah reda." ucap Hardi sambil merubah posisinya dari duduk menjadi berdiri.

"Ia a, tapi jangan lupa besok kemari lagi ya a, akan ada suprise dari aku buat a Hardi" seru Euis manja.

"Ia aku pasti kesini lagi, kan besok aku masih kerja di dekat sini Is, wah.....jadi penasaran apa surprise nya ya?" tanya Hardi penasaran.

"Ia a spesial pokoknya mah" saut Euis kembali.

"Ya sudah aku pulang dulu ya Is, sampai ketemu besok." ucap Hardi pamit.

"Ia a Hati-hati di jalan ya." ucap Euis dengan nada centilnya.

Hardi pun bergegas keluar dan menuju ke parkiran, kemudian ia mengendarai motor Herli nya dengan kecepatan sedang, pulang kerumahnya.

Surprise Yang Indah

Keesokan harinya pada sore hari setelah Hardi pulang ke rumah terlebih dahulu, lalu balik lagi ke tempat atau warung milik Euis menjelang malam pukul 20.00.

"A Hardi akhirnya aa datang juga" Euis wanita Sunda seksi pemilik warung dekat sebuah proyek itu segera menyambut kedatangan Hardi dengan uluran tangan dan menariknya masuk ke dalam rumah belakang warung Euis yang menyatu dengan warungnya Euis.

"A ayo masuk, akan ku berikan surprise spesial buat aa" seru Euis manja.

"Ayo atuh Is, sungguh tak sabar aku ingin tahu apa surprise nya." sahut Hardi penasaran.

Mereka menoleh ke kiri dan ke kanan untuk memastikan bahwa aksinya tidak terlihat oleh siapa pun.

"Alangkah baiknya, tutup warung mu dulu Is." Ucap Hardi Setelah melerai pegangan tangan bersama Euis. Hardi pun segera masuk ke dalam warung tersebut, sedangkan Euis segera menutup warungnya dengan gercep karena kebetulan Hari pun semakin gelap selang beberapa menit kemudian.

"Bagaimana sudah selesai Is?" Tanya Hardi ketika Euis datang menghampirinya.

"Sudah dong Aa" Euis menarik pelan lengan kekar Hardi dan mengajaknya masuk ke dalam sebuah kamar pribadi miliknya yang ada di dalam warung tersebut sebuah kamar sempit berukuran kecil.

"AA tampan banget hari ini, tapi...Kenapa terlambat aa? diinterogasi istrinya ya?" tanya Euis sembari mendorong pelan tubuh besar Hardi ke atas kasur yang ada di dalam ruangan sempit tersebut.

"Ia biasalah Asih, ia mengajak makan malam terlebih dahulu, aku turuti permintaannya biar dia tidak curiga kepadaku" jawab Hardi singkat.

Euis tersenyum manja Lalu naik ke atas pangkuan Hardi. Ia mengalungkan tangannya ke tengkuk lelaki itu, kemudian mengigit dengan tipis telinga Hardi dan menciumi lehernya dengan begitu lembut.

"Oh.... Jadi ini surprise nya Is? Wow aku sangat senang sekali"

Euis tak menggubris pertanyaan Hardi, ia terus saja melanjutkan aksinya, sementara tangannya sudah mulai menggerayangi dada bidang milik Hardi dan membuka satu persatu kancing kemeja berwarna hitam yang Hardi pakai saat itu.

"Euis... aku gak nyangka kamu ternyata seagresif ini, ucap Hardi seraya mengacak pelan bokong montok dan padat milik wanita yang sedang duduk di pangkuannya itu.

"Aw Aa nakal deh," Euis menjerit pelan, ketika tangan nakal Hardi mulai menyusup ke dalam rok span pendek di atas lutut yang tengah Euis kenakan. Hardi hanya tersenyum tipis, kini berbalik Hardi yang tidak menjawab celotehan wanita cantik itu, tangannya masuk makin jauh ke dalam dan menembus sebuah kain brokat tipis yang menutupi area pribadi Euis.

"Ah.....Aa jangan sekarang atuh" desahnya sambil mengerang nikmat ketika dua jari Hardi masuk ke lorong pribadinya Euis dan bergerak dengan sungguh liarnya. Euis membuka kakinya lebih lebar lagi membukakan jalan, agar Hardi bisa memainkan aksi ke lorongnya itu lebih leluasa.

"Kamu sudah basah Is?"

"Kamu yang membuat aku basah Aa!" Euis makin kepanasan karena Hardi semakin beringas saja. Gerakan tangannya itu loh, semakin cepat. Sementara bibirnya entah Sejak kapan sudah bermain di kedua gunung kembar milik Euis.

"Enak Aa" lenguh Euis sembari mencengkram erat rambut hitam Hardi yang sudah tersisir rapi.

Seperti sudah tidak sabaran lagi Hardi segera merebahkan tubuh Euis ke atas ranjang besi tua tersebut. Iya dengan Sigap melepaskan baju ketat rok span pendek yang tadi melekat di tubuh seksi Euis dan melemparkannya ke sembarang arah.

Euis tersenyum nakal, lalu menarik erat tubuh Hardi agar segera memulai permainan panas mereka.

"Ayok Aa! lepaskan kemeja serta celanamu aku sudah tidak tahan lagi!" lenguhnya.

"Baik Euis sayang!" sahut Hardi lantang.

Setelah berhasil melucuti pakaiannya, mereka segera memulai permainan panasnya di dalam ruangan sempit tersebut. Hardi memompa tubuh seksi Euis dengan begitu semangat. Nafasnya Kian memburu seiring pergerakan pinggulnya yang semakin cepat dibawah sana.

"Lebih cepat Aa! aku suka." racau Euis dengan mata terpejam.

Hardi pun semakin bersemangat 45. Iya memacu gerakannya lebih cepat lagi, hingga ranjang tua yang menjadi saksi percintaan hebat mereka ikut bergoyang dan berderit, seirama dengan pergerakan keduanya di atas sana.

Kreett...kreeet...krettt....

Beberapa menit pun berlalu. Namun masih belum terlihat tanda-tanda bawa Hardi akan menyelesaikan permainan panas mereka. Lelaki itu sudah melakukan segalanya dalam melakukan aksi panasnya bersama Euis.

Tubuh Hardi dan Euis sudah mulai basah dengan keringat yang terus keluar dari pori-pori di kulit mereka. Padahal kipas angin yang ada di ruangan sempit itu masih berputar dengan sangat cepat.

"Berbaliklah Euis! yang kini aku sayang." Hardi membalikkan tubuh Euis dengan posisi menungging dan Hardi pun kembali melanjutkan aksinya.

Suara ranjang yang berderit serta suara lenguhan Hardi dan Euis terdengar bersahut-sahutan di dalam ruangan sempit itu.

Hingga...

"AA...AA... aku sudah tidak tahan lagi aku keluar, rintih Euis dengan tubuh bergelecing penuh nikmat.

Bukan hanya Euis, Hardi pun turut menegang di atas tubuh wanita seksi itu sembari mengeluarkan cairan putih kepunyaannya,

"Arrrghhh! Nikmat sekali!" racau Hardi.

Setelah semua Cairan itu keluar habis, Hardi pun segera menjatuhkan dirinya di samping Euis. Dia tersenyum lalu memeluk tubuh seksi dan montok itu begitu erat.

Kamu benar-benar hebat Euis! pantas saja semua lelaki sepertinya tergoda kepadamu. Beda dengan si Asih selalu diam ketika aku ajak bermain. Iya masih saja belum mengerti bagaimana cara memuaskan suami padahal usia pernikahan kami sudah menjalani tiga tahun, gumam Hardi.

Euis tersenyum tipis lalu membalas pelukan dari lelaki itu. Benarkah Aa? Kalau begitu ceraikan Saja dia! lalu menikahlah denganku! Aku berjanji akan menjadi istri yang baik untuk kamu, tutur Euis sambil tersenyum manja.

"Bisa saja tapi ada satu syarat." ucap Hardi tersenyum miring menatap Euis.

"Apa itu Aa?" tanya Euis penasaran.

"Kamu Jangan pernah melayani lelaki lain selain aku, tidak masalah kamu masih ingin berjualan tetapi hanya sebatas jualan saja, tidak boleh lebih, Bagaimana?" Tanya Hardi sembari membelai lembut bibir seksi Euis.

"Tidak masalah A Hardi, asalkan Aa bersedia bertanggung jawab padaku dan menceraikan istrimu A" jawab Euis dengan mantap.

"Baiklah! Jika itu keinginan mu Is"

Hardi bangkit dari posisinya lalu kembali mengenakan pakaiannya yang tercecer di lantai kamar sempit tersebut. Sementara Euis hanya mengenakan handuk saja untuk menutupi tubuh polosnya.

"Kenapa Aa tidak Nginap saja di sini? aku kan kesepian Aa" ucap Euis dengan manja sembari memperhatikan Hardi yang tengah sibuk mengancingankan kemejanya.

"Jangan sekarang Is, aku takut aksi kita ketahuan oleh warga. Kamu tidak ingin kan kita digerebek warga lalu digiring keliling desa dengan kondisi telanjang bulat? Ish...Amit-amit Jabang bayi" sahut Hardi sambil bergidik ngeri.

"Ia Juga sih a, walaupun aku sekarang janda, aku juga ingin menikah sama seperti wanita lainnya a. Bukan karena digerebek warga ucap Euis kemudian.

"Nah kan Makanya kamu sabar ya Is, biar hubunganku dengan Asih beres dulu" jawab Hardi sembari duduk di samping Euis lalu membelai lembut rambut pirangnya.

Euis pun menganggukan kepalanya tanda setuju, Hardi tersenyum kemudian kembali menikmati bibir seksi milik Euis untuk beberapa saat. Hingga akhirnya ia pun memutuskan untuk pulang karena hari sudah semakin gelap saja.

Bye...sayang, besok aku janji akan datang lagi ke sini ucap Hardi sebelum membuka pintu warung kecil itu.

Janji ya aa! aku tunggu loh!

Oh ya Hampir saja aku lupa, Hardi merogoh saku celananya lalu mengambil beberapa lembar uang kertas berwarna merah, kemudian memberikannya kepada Euis.

"Ini jatahmu" ucapnya.

Euis pun tersenyum semringah menyambut lembaran uang tersebut.

"Wah... terima kasih banyak ya Aa." ucap Euis dengan manja.

"Sama-sama Euis sayang"

Hardi meraih gagang pintu lalu melangkah keluar dari warung tersebut. Sementara Euis hanya mengantarkan lelaki itu hingga depan pintu setelah mencium kening Euis, Hardi pun segera berbalik.

Baru saja ia ingin melangkah pergi meninggalkan tempat itu, tiba-tiba kedua mata netralnya menangkap sebuah pemandangan yang cukup membuatnya terkejut. Tatapannya tertuju pada seseorang....

Kepergok..

Tatapannya tertuju pada seseorang.....

Wanita muda yang tengah terisak tangis di samping motornya.

Bergegas Hardi menghampiri wanita itu lalu menarik tangannya dengan kasar.

"Kamu sedang apa kamu di sini? bukankah aku sudah bilang untuk menungguku di rumah saja.!" Geramnya dengan Wajah kesal menatap wanita yang tidak lain ternyata Asih, istrinya sendiri.

"Apa benar dugaanku a? ternyata selama ini kamu memang berkhianat di belakangku!" ucapnya dengan bibir bergetar hebat.

Hardi semakin kesal yang menarik tangan Asih dan memerintahkan wanita itu agar segera naik ke motornya.

"Naik!" titah Hardi dengan wajah memerah.

Sementara Euis yang melihatnya, bergegas masuk lalu mengunci pintunya dari dalam. Wanita itu tidak ingin ikut campur dengan pertengkaran pasangan tersebut.

"Heh, biarkan saja mereka bertengkar yang penting aku sudah mendapatkan lembaran merah ini," gumamnya sambil tersenyum licik. Euis mengipas-ngipaskan lembaran uang kertas berwarna merah tersebut ke wajahnya. seolah-olah lembaran uang itu adalah sebuah kipas.

Hardi memaksa Asih untuk naik ke atas motor nya kemudian membawa wanita itu kembali ke kediaman mereka. Asih hanya terisak dan bibirnya benar-benar kaku setelah menyaksikan penghianatan yang dilakukan oleh suaminya tersebut walaupun hanya mendengar desahannya saja dari luar warung.

Setibanya di kediaman mereka, Hardi kembali menarik tangan Asih dengan kasar dan membawanya memasuki ruangan tersebut.

"Sejak kapan kamu berada di sana, Asih? kesal Hardi sembari mendorong tubuh Asih keatas sofa yang ada diruang depan.

"Sejak kamu pergi meninggalkan rumah ini tadi a." Asih mengangkat kepalanya dan menatap lelaki itu lekat.

"Apa kamu tidak punya kerjaan lain yang bisa kamu lakukan selain memata-matai kegiatanku Asih?" Hardi mendengus kesal sembari bertolak pinggang di hadapan istrinya itu.

"Ini pertama kalinya aku mengikuti kegiatanmu a Hardi. Selama ini aku selalu percaya bawa kamu memang sibuk dengan pekerjaanmu. Aku bahkan tidak pernah mempercayai jika ada gosip miring yang beredar tentangmu di luaran sana. Namun entah kenapa kali ini aku tiba-tiba penasaran dan ternyata kamu berselingkuh dengan wanita lain, si penghuni warung kopi itu!" kesal Asih, sambil terisak. Air mata kekesalan itu terus meluncur di kedua pipinya tanpa bisa ia bendung lagi.

Bukannya meminta maaf dan mengakui perbuatannya, Hardi malah tersenyum-senyum sambil menggelengkan kepalanya

"Jikalau benar aku berselingkuh dengan Euis si pemilik warung itu, memangnya kamu mau apa? kamu minta pisah? silahkan saja! aku tidak takut sama sekali" ucap Hardi tanpa beban.

"Ya Tuhan....Euis? Seperti namanya tak asing ditelinga, tega sekali kamu a! Memang apa kurangnya aku hingga kamu lebih memilih Euis dari pada aku?" tanya Asih sambil menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak dan untuk sekedar menarik nafas pun ia kesulitan.

"Banyak...banyak sekali Asih, bahkan satu Euis aja lebih baik darimu berpuluh-puluh kali lipat," Hardi tiba-tiba menjawabnya sambil menyeringai.

"Ya Tuhan a..." nafas Asih mulai memburu asmanya kembali menyerang setelah mendengar kata-kata yang diucapkan oleh suaminya itu barusan.

"Walaupun aku baru mencobanya sekali, yang pasti Euis jauh lebih cantik dan lebih seksi darimu, juga lebih hebat soal ranjang yang sangat jauh dibandingkan dirimu!" Bisik Hardi pelan di samping telinga Asih yang wajahnya sudah mulai memucat, tetapi dengan penuh dengan penekanan.

Hingga pada akhirnya ....

brughhh......

Asih pun jatuh tergeletak di lantai dan tak sadarkan diri.

Bukannya membantu sang istri yang tergeletak di lantai karena tak sadarkan diri, Hardi malah cuek saja melenggang pergi dan langsung masuk ke dalam kamar. Tubuhnya yang terlelah setelah pertarungan panasnya bersama Euis si wanita cantik pemilik warung kopi itu.

Hardi kemudian berselonjor di atas tempat tidur sembari memainkan Handphonenya. Iya tersenyum sendiri melihat sebuah Video adegan panasnya bersama Euis yang memang sengaja direkam tadi.

"Kamu memang benar-benar menggairahkan Euis, walaupun aku baru memainkannya sekali denganmu. Terasa jauh berbeda dengan Istriku yang bodoh itu. Setiap diajak bercinta kerjaannya hanya diam mematung. Seperti bercinta dengan boneka saja!" Gumamnya sambil berdecak sebal.

Hardi melirik ke arah pintu kamar, mencoba memastikan Apakah istrinya itu sudah sadar atau belum dari pingsannya. Namun malas jika harus menghampirinya langsung, Iya sudah terlalu lelah karena tenaganya sudah ia kuras untuk menggenjot Euis wanita idamannya sekarang.

"Hmm....sudahlah! Biarkan saja dia. Paling-paling dia hanya berpura-pura untuk mencari perhatian dariku" Hardi tersenyum sinis.

"Tidak semudah itu membodohiku Asih!" kau Pikir aku percaya dengan semua sandiwaramu itu?" Gumamnya lagi, lalu kembali fokus pada Video panasnya bersama Euis.

Malam pun semakin larut, tanpa disadari Hardi sudah tertidur di atas ranjang. Sementara benda pipih itu tergeletak begitu saja di samping tubuhnya. Jika Hardi enak-enakan tidur di atas kasur, Asih masih tergeletak di lantai keramik yang ada di ruang depan tepatnya di samping sofa.

Waktu terus berputar dan tak terasa jam dinding kamar sudah menunjukkan pukul 05.00 pagi. Asih akhirnya tersadar karena tubuhnya merasakan dingin yang amat sangat, bahkan sampai menggigil kedinginan.

Dengan tertatih-tatih Asih mencoba bangkit dari posisinya. Iya berpegangan pada sofa lalu menarik tubuhnya dengan sekuat tenaga. perlahan Asih Melangkahkan kakinya sambil menyasar dinding hingga akhirnya ia pun tiba di kamar, dan terlihat di mana Hardi yang masih tertidur pulas di atas ranjang.

"Ya Tuhan... A Hardi, sebenarnya terbuat dari apa hatimu? hingga tega melihat aku dan mendiamkan aku tergeletak sendirian di depan," gumam Asih dengan wajah sedih.

Iya berjalan mendekati nakas yang terletak tepat di samping ranjang. Mengambil obat asma dari dalam nakas tersebut lalu meminumnya dengan secangkir air putih yang memang sudah tersedia di atas nakas tersebut.

Sembari menunggu obat itu bereaksi, Asih duduk di depan ranjang sambil memperhatikan wajah lelah Hardi yang tengah terlelap. Tiba-tiba bayangan mesra Hardi bersama Euis kembali terlintas dipikirannya.

Sayang saat itu Asih tidak memiliki keberanian untuk mengintip apa yang mereka lakukan di dalam warung tersebut. Dengan melihat kemesraan mereka saja, Asih sudah merasa lemas dan putus asa. Jika ia harus menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri dimana suaminya menggempur wanita lain.

"Sebenarnya apa yang kurang dariku a, perasaanku selalu menuruti apapun keinginanmu. Menjadi istri penurut, melayani kebutuhanmu dengan baik dan soal ranjang pun aku tidak pernah sekalipun menolak, walaupun Sebenarnya aku sudah lelah dengan pekerjaan rumah yang tidak berkesudahan" gumam Asih dalam hati.

Tiba-tiba Hardi menggeliat, lelaki itu berbalik dan kini berbaring dengan posisi miring membelakangi Asih yang duduk di tepian ranjang mereka. Handphone milik Hardi yang tadinya tertutup dengan sebagian tangan Hardi, kini terpampang jelas tergeletak di atas kasur.

Tatapan Asih langsung tertuju pada benda pipih tersebut karena layarnya yang masih menyala. Pada awalnya Asih tidak terlalu penasaran, namun karena yang terlihat adalah gambaran Video yang sudah tidak terputar rasa penasaran Asih pun mendadak muncul.

Perlahan ia meraih benda pipih tersebut lalu memperhatikannya dengan seksama. Betapa terkejutnya Asih setelah menyadari Siapa yang beradegan di dalam Video tersebut.

"A Hardi...???" detak jantung Asih berpacu semakin cepat. Seluruh tubuhnya terasa panas dan lututnya pun ikut menggigil.

"Bukankah ini A Hardi dan ini....?" Asih menghentikan ucapannya. Iya Mencoba memberanikan diri mengklik tanda Play dan Video itu pun kembali berputar.

Pernah bergemuruh dan terasa sesak. Untuk menarik nafas aja terasa sangat sulit baginya. Air bening itu kembali lurus dan membasahi kedua belah pipinya.

"Ya Tuhan... kamu benar-benar tega sekali a, kamu bahkan tidak malu mengabadikan adegan menjijikan kalian ke dalam sebuah Video, urat malu kalian sudah benar-benar putus hingga kalian berbangga bisa melakukannya" gumam Asih di sela Isak tangisnya itu.

Di tengah kesedihannya sebuah pesan chat tiba-tiba masuk ke Handphone milik Hardi tersebut. Asih sempat melihat nama yang mengirim nya pesan tersebut, tetapi hanya selang beberapa detik setelah itu menghilang dan membuat Asih semakin penasaran.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!